• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

3. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar keseluruhan proses menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal dan postnatal (Prasetyono, 2009).

a. Fisiologi Laktasi

Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi berhubungan dengan makanan, faktor endokrin dan faktor fisiologi (Marmi, 2012).

Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu, perubahan tersebut disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu juga dihambat oleh hormon estrogen. Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan estrogen. Oleh karena itu, airsusu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai pada hari kedua dan ketiga setelah kelahiran.Setelah persalinan, segera susukan bayi karena akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofisesehingga pengeluaran air susu bertambah lancar (Marmi, 2012).

18

Reflek-reflek yang sangat penting dalam proses laktasi sebagai berikut:

1) Reflek Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang, rangsangan tersebut dibawa ke hipotalamus oleh serabut afferent, kemudian dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu.

2) Reflek Aliran (let down reflek)

Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke dalam aliran darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju puting susu.

3) Reflek Menangkap (Rooting Reflek)

Jika disentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. 4) Reflek Menghisap

Reflek menghisap pada bayi akan timbul jika puting merangsang langit-langit.

5) Reflek Menelan

Air susu yang penuh dalam mulut bayi akan ditelan sebagai pernyataan reflek menelan dari bayi. Pada saat bayi menyusu, akan terjadi peregangan puting susu dan areola untuk mengisi rongga mulut (Marmi, 2012).

b. Komposisi ASI

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam protein, lactose dan garam organik yang disekresi oleh ke dua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bayi. Komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi (Proverawati dan Rahmawati, 2010). Komponen ASI dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu pada hari pertama sampai hari keempatsetelah bayi lahir yang berbeda karakteristik fisik dan komposisinya dengan ASI matang dengan volume 150 – 300 ml/hari. Berwarna kuning keemasan atau krem (creamy). Lebih kental dibandingkan dengan cairan susu tahap berikutnya. Kolostrum mempunyai kandungan yang tinggi protein, vitamin yang terlarut dalam lemak, mineral-mineral dan imunoglobulin. Imunoglobulin ini merupakan antibodi dari ibu untuk bayi yang juga berfungsi sebagai imunitas pasif untuk bayi. Imunitas pasif akan melindungi bayi dari berbagai bakteri dan virus yang merugikan. Kolostrum juga merupakan pembersih usus bayi yang membersihkan mikonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini menyebabkan bayi sering defekasi dan feses berwarna hitam.

2) ASI Peralihan

ASI peralihan ASI yang dihasilkan setelah kolostrum (8 – 20 hari) dimana kadar lemak, laktosa, dan vitamin larut air lebih tinggi dan kadar protein, mineral labih rendah, serta mengandung lebih banyak kalori daripada kolostrum.

20

3) ASI Matur

ASI matur adalah ASI yang dihasilkan 21 hari setelah melahirkan dengan volume bervariasi 300 – 850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI matur 90% nya adalah air yang diperlukan untuk memelihara hidrasi bayi. Sedangkan 10% kandungannya adalah karbohidrat, protein dan lemak yang diperlukan untuk kebutuhan hidup dan perkembangan bayi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400 – 700 ml/24 jam, tahun kedua 200 – 400 ml/24 jam, dan sesudahnya 200ml/24 jam.

Ada 2 tipe ASI matur

a) Foremilk : jenis ini dihasilkan selama awal menyusui dan mengandung air, vitamin-vitamin dan protein.

b) Hind-milk : jenis ini dihasilkan setelah pemberian awal saat menyusui dan mengandung lemak tingkat tinggi dan sangat diperlukan untuk pertambahan berat bayi.

Kedua jenis tersebut di atas sangat dibutuhkan ketika ibu menyusui yang akan menjamin nutrisi bayi secara adekuat yang diperlukan sesuai tumbuh kembang bayi. Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang), sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkkurang. Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand (Proverawati dan Rahmawati, 2010).

c. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Marmi (2012), manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut:

1) Manfaat bagi bayi

a) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh.

b) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

c) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.

d) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan yang ideal.

e) ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

f) ASI mengandung banyak kadar seleniumyang melindungi gigi dari kerusakan.

g) Menyusui akan melatih daya hisap bayi dan membantu membentuk rahang dan otot pipi yang baik.

h) ASI bermanfaat untuk perkembangan otak dan IQ bayi. i) ASI memberikan keuntungan psikologis.

22

2) Manfaat bagi ibu a) Aspek kesehatan ibu

(1) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara akan merangsang kelenjar hipofise untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin bekerja untuk kontraksi saluran ASI pada kelenjar air susu dan merangsang kontraksi uterus.

(2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukkannya akan mempercepat kehilangan lemak. (3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian

karsinoma payudara dan karsinoma ovarium.

(4) Pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.

b) Aspek Keluarga Berencana

Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan.

c) Aspek psikologi

Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.

d. Upaya Memperbanyak ASI

Menurut Marmi (2012), upaya tindakan yang dapat memperbanyak ASI yaitu, sebagai berikut:

1) Bimbingan prenatal.

2) Perawatan payudara dan puting susu sedini mungkin dimulai sejak kehamilan trimester III.

3) Menyusui sedini mungkin segera setelah melahirkan.

4) Menyusui secara on demand yaitu menyusui sesering mungkin sesuai dengan kehendak bayi tanpa dijadwal.

5) Menyusui dengan posisi yang benar. 6) Memberikan ASI eksklusif.

7) Pemberian gizi pada ibu hamil dengan baik dan seimbang konsumsi nutrisi lengkap dengan cukup kalori dan cukup air 8) Dukungan pada ibu secara psikologis dari suami, keluarga dan

bidan.

9) Sikap pelayanan, pengetahuan dan kesiapan petugas.

10) Saat menyusui, sebaiknya ibu berada di lingkungan yang tenang. 11) Pelayanan pascanatal.

12) Setiap menyusui, gunakanlah kedua payudara secara bergantian tetapi diusahakan satu payudara sampai habis, lalu pindah ke payudara yang lainnya.

24

e. Cara Menyusui Yang Benar

Menurut Marmi (2012), cara menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

1) Posisi madona atau menggendong

Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

2) Posisi football atau mengepit

Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia mungkin menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

3) Posisi berbaring miring

Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan.

f. Tahap Tata Laksana Menyusui Yang Benar

Menurut Marmi (2012), tahap dan tata laksana menyusui yang benar adalah sebagai berikut:

1) Posisi badan ibu dan badan bayi

(a) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.

(b) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. (c) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.

(d) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.

(e) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.

(f) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi.

(g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.

2) Posisi mulut bayi dan puting susu ibu

Gambar 2.1. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)

Gambar 2.2. Perlekatan salah (Perinasia, 2004) (a) Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting dan areola.

(b) Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C yaitu payudara dipegang dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang lain menopang dibawah atau dengan pegangan seperti gunting (puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting) dibelakang areola.

26

Gambar 2.3 Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

(c) Sentuh pipi atau bibir bayi untuk merangsang rooting reflek (reflek menghisap).

Gambar 2.4. Merangsang bayi membuka mulut (Perinasia, 2004)

(d) Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan lidah menjulur kebawah.

(e) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala.

(f) Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi.

(g) Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut bayi.

(h) Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle). (i) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan

gerakan memerah sehingga ASI akan keluar.

(j) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

(k) Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu. (l) Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi. g. Posisi Dan Perlekatan Menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 2.5. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 2004)

28

Gambar 2.6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)

Gambar 2.7. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

Gambar 2.8. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

Gambar 2.9. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

h. Cara Pengamatan Teknik Menyusui Yang Benar

Menurut Marmi (2012), apabila bayi telah menyusu dengan maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:

1) Bayi tampak tenang

2) Badan bayi menempel pada perut ibu 3) Mulut bayi terbuka lebar

4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu

5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk

6) Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan 7) Puting susu tidak terasa nyeri

8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9) Kepala bayi agak menengadah

30

Gambar 2.10. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004) i. Cara Perawatan payudara Ibu Menyusui

Menurut Marmi (2012), cara perawatan payudara payudara ibu menyusui adalah sebagai berikut:

1) Manfaat Perawatan Payudara

a) Menjaga kebersihan payudara, terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi.

b) Melunakkan serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik.

c) Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI lancar.

d) Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasi.

e) Persiapan psikis ibu menyusui.

2) Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui a) Persiapan alat

Alat yang dibutuhkan sebagai berikut: (1) Handuk

(3) Minyak kelapa atau baby oil

(4) 2 Baskom (masing-masing barisi air hangat dan dingin) b) Prosedur perawatan

(1) Buka pakaian ibu

(2) Letakkan handuk di atas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan handuk

(3) Buka handuk pada daerah payudara

(4) Kompres puting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit

(5) Bersihkan dan tariklah puting susu keluar terutama untuk puting susu datar

(6) Ketuk-ketuk sekeliling puting susu dengan ujung-ujung jari (7) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa

(8) Kedua telapak tangan diletakkankan di antara kedua payudara (9) Pengurutan dimulai ke arah atas, samping, telapak tangan kiri

ke arah sisi kiri, telapak tangan kanan ke arah sisi kanan (10) Pengurutan diteruskan ke bawah, samping, selanjutnya

melintang, telapak tangan mengurut ke depan kemudian dilepas dari kedua payudara

(11) Telapak tangan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut payudara ke arah puting susu

32

(12) Telapak tangan kanan menopang payudara kanan dan tangan lainnya menggenggam dan mengurut payudara dari arah pangkal ke arah puting susu

(13) Payudara disiram dengan air hangat dan dingin secara bergantian kira-kira 5 menit (air hangat dahulu)

(14) Keringkan dengan handuk

(15) Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga payudara)

Dokumen terkait