• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL BAYI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL BAYI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh : ARI HAPSARI

B09 007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2012

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti., M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Desy Handayani, S.ST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing dan selaku Dosen Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran agar KTI ini menjadi lebih baik.

5. Kepala Desa Sambirejo bapak Warsana dan Kepala Desa Blimbing bapak Sunarto yang telah memberi ijin pada penulis dalam hal pengambilan data.

(5)

v

6. Ibu Prapti, Amd.Keb dan ibu E. Yuliana Dewi Tamara, Amd.Keb, selaku bidan desa Sambirejo yang telah membantu pada penulis dalam pengambilan data.

7. Seluruh dosen dan staff Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

8. Seluruh responden yang telah bersedia dan telah membantu memberikan informasi mengenai higienitas botol bayinya.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

(6)

vi

Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012

Ari Hapsari B09 007

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIGIENITAS BOTOL BAYI DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN

SRAGEN xv+ 51 halaman+ 17 lampiran+ 7 tabel+ 3 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang: Masalah angka kejadian diare dan gangguan sistem pencernaan pada bayi berkaitan dengan kurangnya pemahaman dan perilaku manusia terhadap kebersihan, salah satunya tentang higienitas botol bayi belum baik. Agar ibu dapat mengetahui dan melaksanakan pola higienitas botol bayi, serta dapat menurunkan angka kejadian diare, maka diperlukan pengetahuan yang baik tentang higienitas botol bayi.

Tujuan: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi.

Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, lokasi penelitian diambil di Desa Sambirejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen pada bulan Desember 2011 sampai Juli 2012. Jumlah sampel sebanyak 30 orang , dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuisioner, sedangkan untuk mendapatkan kuisioner yang berkualitas dilakukan uji validitas dan uji reabilitas dengan komputerisasi menggunakan program SPSS for Windows. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat.

Hasil Penelitian: Kriteria responden berdasarkan umur adalah 8 ibu (26,67%) berusia <25 tahun, kemudian 21 ibu (70,00%) berusia 25-30 tahun, serta 1 ibu (3,33%) berusia >30 tahun, berdasarkan pendidikan responden adalah 7 ibu (23,33%) tamat SMP, kemudian 21 ibu (70,00%) tamat SMA/SMK, serta 2 ibu (6,67%) tamat PT, dan berdasarkan pekerjaan responden adalah 21 ibu (70,00%) tidak bekerja (IRT), kemudian 8 ibu (26,67%) swasta, serta 1 ibu (3,33%) bekerja sebagai buruh. Tingkat pengetahuan ibu dalam kategori baik yaitu sebanyak 3 ibu (10%), kategori cukup sebanyak 12 ibu (40%), kategori kurang sebanyak 15 ibu (50%).

Kesimpulan: Tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen berumur 25-30 tahun sebanyak 21 ibu (70%), tamat SMA/SMK sebanyak 21 ibu (70%), tidak bekerja (IRT) sebanyak 21 ibu (70%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 15 ibu (50%).

Kata Kunci : Pengetahuan, higienitas, botol bayi.

Kepustakaan : 27 literatur (tahun 2001 s/d 2011)

(7)

vii

Nasib tidak akan dapat kita ubah tanpa manusia itu sendiri yang siap mengubahnya karena sesungguhnya sukses adalah hak setiap orang (success is my right). Sukses adalah milik siapa saja yang mau berjuang dengan sungguh-sungguh (Andrie Wongso).

Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti. Tak ada yang fatal dengan cuma- cuma, semua usaha dan juga kemenangan hari ini bukanlah kemenangan esok hari, kegagalan hari ini bukanlah kegagalan esok hari (Kahlil Gibran).

Nasehat orangtua adalah sebuah bimbingan dan pengingat, bukan ancaman yang membuat diri jadi takut dan nyali menciut. Gelap, tak akan menjadi gelap bila kita memejamkan mata. Gelap, tak akan lagi menakutkan bila kita percaya tak ada sesuatu yang menakutkan di sana (kapanlagi.com).

Kehidupan adalah hadiah pertama, cinta adalah hadiah kedua, dan pengertian adalah hadiah ketiga (Marge Piercy).

Tiga kunci kehidupan adalah selalu bersyukur kepadaNya, tidak mengeluh apa yang didapat hari ini, dan tidak boleh menyombongkan dari apa yang telah didapat (Penulis).

(8)

viii

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah Swt, karya kecil sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Bapak dan ibu sebagai wujud rasa hormat dan tanda bakti serta termakasih atas doa yang terus mengalir, kasih sayang, pengorbanan, dan dorongan semangat yang tak pernah berhenti.

Mbak Dewi, Mbak Nina, Mas Agus, Mas Dimas, dan si kecil Arden terimakasih atas kasih sayang, dukungan, nasihat, dan segala doa yang tiada henti-hentinya.

For my future imamku kelak semoga ridho Allah Swt menyertai dalam meraih kemuliaan.

Sahabat-sahabatku “HAPPY FAMILY” (Fitri, Rosita, Nita, Wiad, Widy, Ro’uf, Faridh, dan Bayu), Tika, Citra, Dewi, Ayu, Sri, Badriyah, Sisca, Ifa, mbak Novi, Prima, Rischi, dan Titis yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

Teman-teman seperjuangan kebidanan angkatan 2009 terimakasih kebersamaan selama ini.

Almamater tercinta STIKes Kusuma Husada Surakarta.

(9)
(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

CURICULUM VITAE ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian. ... 3

D. Manfaat Penelitian. ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 4

F. Sistematika Penelitian ... 5

(11)

xi

1. Pengetahuan ... 7

2. Higienitas Botol Bayi ... 17

B. Kerangka Teori ... 29

C. Kerangka Konsep Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Instrumen Penelitian ... 31

E. Teknik Pengambilan Data ... 35

F. Variabel Penelitian ... 36

G. Definisi Operasional ... 36

H. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 37

I. Etika Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 42

B Hasil Penelitian ... 43

C Pembahasan ... 45

D Keterbatasan ... 48

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 49

(12)

xii DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

xiii

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuisioner………. 35

Tabel 3.2 Definisi Operasional……….. 37

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkanUmur……….. 43

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan……… 44

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan………... 44

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi……….. 45

(14)

xiv

Gambar 2.1 Perbedaan Botol Susu………..19 Gambar 2.2 Kerangka Teori……… 29 Gambar 2.3 Kerangka Konsep……… 29

(15)

xv

Lampiran 1. Jadual Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Surat Permohonan Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas Lampiran 5. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 6. Surat Permohonan Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian

Lampiran 8. Surat Permohonan Responden Lampiran 9. Informed Consent

Lampiran 10. Kuisioner Lampiran 11. Kunci Jawaban

Lampiran 12. Correlations Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 13. Tabulasi 1

Lampiran 14. Tabulasi 2 Lampiran 15. Tabulasi 3 Lampiran 16. Dokumentasi Lampiran 17. Lembar Konsultasi

(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya IPTEK yang diikuti dengan banyaknya penyakit berbasis lingkungan yang sedang terjadi di Indonesia yang disebabkan karena kurangnya pemahaman dan perilaku manusia terhadap kebersihan belum baik (Mulyadi, 2008).

Cemaran bakteri E. sakazakii dalam susu formula menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya pemberian air susu ibu (ASI). ASI akan steril apabila diminum langsung dari sumbernya. Tetapi gaya hidup modern yang menuntut kaum ibu untuk bekerja di luar rumah menyebabkan pemberian ASI secara langsung dari sumbernya menjadi menyulitkan. Penyelesaiannya, air susu terpaksa diperah dan disimpan supaya bisa dikonsumsi oleh bayi kapan saja. Ketika ASI diperah, ASI bersentuhan dengan berbagai obyek, mulai dari tangan manusia, alat pemerah, botol susu, yang semuanya tidak steril.

Walaupun ASI sendiri steril, bersentuhan dengan benda-benda asing itu menyebabkan pencemaran bakteri. Pencegahan pencemaran E. sakazakii merupakan hal penting yang diperlukan untuk menjaga kebersihan tangan dan botol susu (Tejo, 2011).

Faktor higienis adalah aspek yang terpenting dalam pemberian susu botol. Bayi dapat mengalami sakit perut, atau infeksi hebat yang berasal dari botolnya jika tidak disterilkan secara memadai (Gore dkk, 2001).

(17)

Susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, sehingga kontaminasi mudah terjadi terutama jika persiapan dan pemberian kurang memperhatikan segi antiseptik. Pemberian susu formula yang tidak baik dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada bayi. Faktor penyebab diare tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait dan sangat kompleks. Susu formula sebagai salah satu makanan pengganti ASI pada anak yang penggunaannya semakin meningkat. Cara pemberian susu formula yang benar merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan angka kejadian diare pada bayi dan balita akibat minum susu formula (Amiruddin, 2007).

Penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia, penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi dan nomor lima pada semua umur. Angka kesakitan yang terkena diare pada bayi yang diberi ASI hanya 6%, yang diberi ASI dan susu botol 14%, sedang bayi yang hanya diberi susu botol saja meningkat hingga 18% (Adiningsih, 2011).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen sebanyak 88 ibu yang mempunyai bayi dimana 58 hanya memberikan ASI saja kepada bayinya dan 30 ibu menggunakan botol bayi dalam memberikan susu kepada bayinya. Wawancara dilakukan terhadap 10 ibu yang menggunakan botol bayi terdapat 7 ibu kurang mengerti tentang higienitas botol bayi dan 3 ibu belum mengerti tentang higienitas botol bayi. Selanjutnya dari 10 ibu tersebut terdapat 7 ibu menyatakan bahwa bayinya pernah mengalami diare saat hanya diberikan susu formula maupun ASI yang menggunakan botol.

(18)

Berdasarkan data di atas maka penulis dalam penelitian, ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin meneliti

“Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan karakteristik ibu yang menggunakan botol bayi berdasarkan kriteria umur, pendidikan, dan pekerjaan di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.

b. Untuk mendeskripsikan ibu yang menggunakan botol bayi berdasarkan kriteria tingkat pengetahuan baik, cukup, dan kurang.

(19)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu pengetahuan

Sebagai bahan referensi dan sumber pengetahuan tentang higienitas botol bayi.

2. Bagi Peneliti

Mengerti dan menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu kebidanan khususnya tentang higienitas botol bayi, metodologi penelitian, dan biostatistik.

3. Bagi Institusi

a. Bagi Desa Sambirejo

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik kepada warganya untuk memperhatikan higienitas botol bayi sebelum diberikan kepada bayinya.

b. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang higienitas botol bayi.

E. Keaslian Penelitian

Berikut ini penelitian-penelitian yang berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi yang pernah dilakukan sebelumnya :

1. Cucu Suherna (2009) dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penggunaan Air untuk Mengencerkan Susu Formula pada Bayi”. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan teknik sampling dengan cara

(20)

cluster random sampling. Hasil penelitian menyatakan mayoritas sebanyak 58,6% responden lulusan SMA, pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu secara umum sebanyak 57,5% responden berpengetahuan baik.

2. Fatmalina Febri (2009) dengan judul “ Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Cara Membersihkan Botol Bayi”. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan teknik sampling dengan cara cluster random sampling.

Hasil penelitian menyatakan mayoritas sebanyak 67,8% responden bekerja, pengetahuan ibu di Desa Soak Baru Kecamatan Ilir Palembang secara umum sebanyak 57,5% responden berpengetahuan kurang.

3. Rini Mutahar (2009) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Cara Penyimpanan setelah Pengenceran Susu dalam Botol”. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dan teknik sampling dengan cara cluster random sampling. Hasil penelitian menyatakan mayoritas sebanyak 63,3% lulusan SMA, pengetahuan ibu di wilayah Puskesmas Sekardangan kabupaten Sidoarjo secara umum sebanyak 46,7% responden berpengetahuan kurang.

Penelitian yang berhubungan dengan Higienitas Botol Bayi telah banyak dilakukan oleh penulis-penulis lain seperti pada hasil penelitian di atas, dimana mempunyai perbedaan dengan penelitian ini. Perbedaannya terletak pada judul, subyek, waktu, lokasi, metode penelitian dan hasil. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan teknik sampling jenuh.

Hasil penelitian menyatakan mayoritas sebanyak 70% berumur 25-30 tahun, 70% lulusan SMA/SMK, 70% tidak bekerja dan 50% responden berpengetahuan kurang.

(21)

F. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneletian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan diteliti, kerangka teoritis, dan kerangka konsep.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini tentang jenis dan rancangan penelitian lokasi penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, pengumpulan data, jalannya penelitian, variable penelitian, definisi operasional, teknik pengolahan data, analisa data, dan etika penelitian.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil gambaran umum lokasi penelitian, penelitian jalannya penelitian, karakteristik umur responden, karakteristik pendidikan responden, karakteristik pekerjaan responden, tingkat pengetahuan responden, pembahasan, keterbatasan.

BAB V. PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(22)

7

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dari Masalah yang Diteliti 1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara memperoleh Kebenaran Nonilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan sistematik dan logis adalah dengan cara nonilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:

(23)

a) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and errors (gagal atau salah) atau metode coba salah coba- coba.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Di kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan- kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun

(24)

ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar.

d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

e) Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

f) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama

(25)

yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melaui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

h) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Manusia akan mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Sehingga, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi

(26)

pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman- pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra.

Disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan- pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tetentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian (research methodology).

(27)

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Pengalaman

Menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.

2) Pendidikan

Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai- nilai baru yang diperkenalkan (Nursalam & Pariani, 2008).

3) Kepercayaan

Kepercayaan adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan.

Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang

(28)

dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama (Notoatmodjo, 2010).

4) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu keburukan atau tindakan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan diri sendiri dan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempengaruhi terhadap kehidupan keluarga (Nursalam & Pariani, 2008).

Ibu-ibu yang bekerja atau kesibukan sosial mempengaruhi kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja.

Emansipasi dalam segala bidang kerja di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah membawa dampak menurunnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain, atau tanya untuk prestise. Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu

(29)

untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya (Arifin, 2004).

Pekerjaan berkaitan dengan pemberian ASI, ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukan bekerja. Sedangkan ibu yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui bayinya (Amiruddin, 2006).

5) Dukungan keluarga

Dukungan atau support dari orang lain dan orang terdekat sangat berperan dalam kesuksesan menyusu. Semakin besar dukungan yang kita dapat untuk terus menyusui pada bayi semakin besar pula kemampuan kita untuk dapat bertahan terus menyusui. Dukungan suami maupun keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku untuk menyusui. Ada beberapa ibu menyusui yang kurang didukung dan ditakut-takuti atau dipengaruhi oleh suami, ibu, mertua, serta keluarga sehingga akhirnya ibu beralih ke susu formula (Nursalam & Pariani, 2008).

6) Umur

Menurut Nursalam & Pariani (2008), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang

(30)

belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010), di dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

1) Tahu (Know)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya.

Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di himpun atau dikenali (recall of facts).

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

(31)

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian- bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.

e. Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1) Pengetahuan baik 2) Pengetahuan cukup 3) Pengetahuan kurang

(32)

2. Higienitas Botol Bayi a. Pengertian

Menurut UNICEF (2009), higienitas dapat didefinisikan dengan beberapa pengertian, yaitu:

1) Bersih, perilaku baik, dan aman untuk kesehatan.

2) Kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan lingkungan sehat dan tubuh yang sehat.

3) Orang yang menjaga kebersihan dan lingkungannya serta makanan yang dikonsumsi.

Menurut Safitri (2008), higienitas botol bayi merupakan tingkat kebersihan pada peralatan bayi yang berupa botol, dot dan tutupnya.

b. Kriteria Higienitas Botol Bayi

Berikut beberapa kriteria tentang higienitas botol bayi 1) Persiapan memberikan susu dengan menggunakan botol

a) Menurut Farida (2008), ada banyak jenis botol dan dot yang tersedia dengan berbagai gaya. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih botol susu :

(1) Ukuran Botol

Di pasaran terdapat berbagai ukuran botol yang biasanya menyatu dengan dot. Ukuran kecil 30-50 ml, sedang 120 ml, dan besar di atas 200 ml. Dianjurkan untuk menyesuaikan ukuran botol dengan kebutuhan asupan susu bayi setiap kali

(33)

minum dan sangat tidak dianjurkan untuk menyisakan susu dalam botol .

(2) Bahan Tahan Panas, Tidak Mudah Pecah, dan Tidak Beracun Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan aman dan mudah.

Botol yang terbuat dari bahan gelas akan lebih awet, tahan lama, dan proses sterilisasinya mudah. Tetapi, botol ini cukup berat hingga kurang nyaman untuk digunakan dan mudah pecah dan retak. Jika pecah akan sangat berbahaya bagi bayi.

Botol gelas juga mudah pecah atau retak ketika di sterilisasi, dan bisa saja pecahan kaca masuk ke dalam makanan bayi.

Berbeda dengan botol plastik yang lebih tahan lama, tidak mudah pecah, dan bayi aman memegang botol sendiri.

Menurut Budiman (2010), di dalam botol plastik terdapat kandungan zat kimia berbahaya bernama Bisphenol-A (BPA) berbahan polikarbonat yang banyak digunakan dalam kemasan plastik, merupakan bahan yang dapat menimbulkan resiko timbulnya gangguan kesehatan. Polypropylene adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan yang terpenting botol minum untuk bayi. Karekteristiknya adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Bahan ini lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap

(34)

lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.

Sedangkan, Polycarbonate dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A (BPA) ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma dan mengubah fungsi imunitas. Barang dengan bahan dasar ini tidak dianjurkan digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena BPA dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan.

Bahayanya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan.

Gambar 2.1 Perbedaan Botol Susu Sumber: (Budiman, 2010)

(35)

(3) Tidak Banyak Gambar

Gambar yang terdapat di botol berisiko terkelupas saat disterilisasi dalam air mendidih. Sedangkan botol dengan aksesori, seperti kepala boneka atau mainan boleh dijadikan pilihan, selama tidak menyulitkan proses sterilisasi atau pemberian susu kepada bayi.

(4) Memiliki Ring Pengatur Deras

Ring pengatur deras dapat diputar ke arah tertentu, aliran susu akan semakin deras atau sebaliknya. Ada tiga pengaturan yang baku, yaitu lambat, sedang, dan cepat. Jadi, dapat diatur sesuai kebutuhan. Bayi yang mengalami kelainan jantung sangat dianjurkan mempunyai kelengkapan ini, karena bayi tidak dianjurkan mengisap air susu terlalu deras. Jika tidak, napas bayi dapat tersengal-sengal dan menimbulkan efek tersedak.

Ini juga dapat digunakan terutama untuk bayi 0-3 bulan.

Regulator akan membantu agar isi susu tidak keluar ketika tidak diisap dan sangat membantu saat sedang menyusu sehingga bayi tidur terlelap. Selain itu, sekat ini juga berguna untuk menahan aliran susu jika botol miring atau terbalik.

Selain itu, saat bepergian dimana sering menyimpan botol dalam tas dapat mengurangi kekhawatiran air susu yang tumpah.

(36)

(5) Botol Susu dengan Pegangan

Bayi 6 bulan ke atas dapat diberikan kesempatan untuk memegang botol sendiri dan dapat menikmati susu. Sehingga kemampuan motorik akan terlatih.

b) Cara membuat susu

Teknik membuat susu yang pertama adalah mencuci tangan kemudian membuat susu sesuai dengan anjuran atau perintah dalam kemasan. Kedua, menuangkan air matang yang hangat dalam jumlah yang benar ke dalam botol yang telah disterilisasi lebih dahulu dan kemudian menambahkan bubuk susu dalam jumlah yang benar. Memasukkan bubuk susu terlalu banyak akan membuat bayi menjadi sakit. Ketiga, menyimpan sisa susu di dalam kulkas merupakan tindakan yang salah sehingga harus dibuang, dan yang keempat, harus menggunakan susu yang baru dibuat saat pemberian berikutnya (Safitri, 2008).

c) Peralatan sterilisasi

Membersihkan botol susu (dot) bayi, merupakan suatu tugas yang tampak ringan. Tapi tidak dianjurkan untuk dilupakan atau disampingkan, karena kebersihan dan kesterilan botol susu bayi sangat penting bagi kesehatan bayi (Farida, 2008).

Menurut Safitri (2008), sebelum menggunakan botol atau dot baru, pada saat akan menggunakan sebaiknya dicuci dan disterilkan terlebih dahulu. Botol atau dot baru tersebut dicuci dalam air

(37)

hangat dengan sikat botol yang telah diberi sabun, kemudian dibilas sampai bersih di air mengalir.

Berbagai metode sterilisasi mencakup:

(1) Sterilisasi dengan uap listrik, yang memerlukan waktu sekitar 10 menit, ditambah waktu untuk mendinginkan peralatan.

Kelebihannya tidak memerlukan pembilasan lagi setelahnya dan memiliki kapasitas besar. Kekurangannya alat ini tidak bisa dibawa-bawa karena memerlukan listrik, harus sering dibersihkan dan memiliki harga yang cukup mahal.

(2) Steamer microwave, yang membutuhkan waktu sekitar 5 menit, peralatan tetap steril sampai dengan 3 jam jika penutup dibiarkan pada tempatnya. Alat ini juga menggunakan uap untuk menghilangkakn bakteri, tapi harganya lebih murah.

Kapasitas yang dimiliki tidak terlalu besar dan alat ini tidak bisa mensterilkan alat makan seperti sendok atau mangkuk logam.

(3) Peralatan disterilkan dengan merebus, yang membutuhkan waktu sekitar 10 menit, panci tidak boleh digunakan untuk ke perluan lain dan dot karena dapat rusak lebih cepat.Selain itu segera angkat dan meniriskan botol kemudian menyimpan di tempat yang yang bersih dan kering. Jika dibiarkan hingga air menjadi dingin akan membuat mikroorganisme masuk dan menempel di botol.

(38)

Menurut Farida (2008), berikut adalah langkah-langkah yang mungkin perlu dilakukan saat melakukan sterilisasi botol dengan cara merebus:

(a) Mengumpulkan semua botol yang akan disterilkan.

Melepaskan tutup, nipple, tutup anti sedak, dan botolnya.

(b) Mengisi panci dengan 1/2 atau 3/4 air, lalu memanaskan di atas kompor.

(c) Mengambil sabun pencuci piring dan melarutkan dalam air hangat, lalu memberikan semua sabun pada bagian botol, dan menggosok sampai bersih dengan menggunakan spons lembut.

(d) Menggunakan sikat botol untuk menjangkau bagian yang sulit dijangkau dengan tangan atau jari, lalu membilas sampai busa hilang.

(e) Setelah air mendidih, memasukkan satu-persatu bagian botol (tutup, nipple, tutup anti sedak, dan botol) ke dalam panci. Merebus kira-kira 5 menit.

(f) Mengangkat botol dan bagian-bagiannya. Lalu menjepit dengan penjepit botol, kemudian mengeringkannya.

(4) Tabung penyeteril dengan air dingin dapat digunakan baik dengan pensteril khusus atau dalam wadah bersih yang sesuai dengan penutup. Alat ini menggunakan larutan sterilisasi atau tablet untuk membunuh bakteri. Segi positifnya alat ini tidak

(39)

membutuhkan tenaga yang besar dan bisa praktis dibawa ketika sedang bepergian. Ini membutuhkan waktu sekitar 30 menit dan peralatan dapat dibiarkan dalam larutan sampai dengan 24 jam, tetapi larutan ini harus diganti setiap hari untuk menghilangkan bahan kimia dari larutan sterilisasi.

Menurut Farida (2008), setelah memiliki botol bayi yang telah steril dan siap digunakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

(a) Setelah botol digunakan, membilas segera dengan air dingin, atau merendam jika tidak langsung mencucinya.

(b) Memastikan semua bagian botol tersentuh saat dicuci dan leher botol juga harus disikat. Karena sangat rentan dengan bakteri yang berkembang biak.

(c) Botol dan dot mempunyai ketahanan bakteri 2-3 hari dari waktu penyeterilan. Menyeterilkan botol dan dot dapat dilakukan setiap 2-3 hari sekali, asalkan menyimpan botol dan dot bayi tersebut di tempat yang bersih dan tidak dianjurkan menyimpannya di dekat kompor atau oven.

(d) Selalu uji susu bayi pada pergelangan tangan untuk memastikan tidak terlalu panas.

Apabila langsung membilas atau merendam botol setelah digunakan dapat menyebabkan lapisan formula lengket dan tetap berada di bawah yang sulit untuk dihapus dengan sikat

(40)

botol. Ada solusi yang sangat sederhana untuk ini.

Memasukkan sekitar dua sendok makan beras dalam botol.

Mengisi dengan air sabun sekitar 1/4 atau 1/2 bagian botol.

Mengocok dengan penuh semangat sampai noda hilang.

Memastikan untuk membilas botol dengan baik, dan botol akan seperti baru lagi.

d) Tidak dianjurkan membuat susu dalam beberapa botol sekaligus Paling ideal harus membuat satu botol susu setiap kali pemberian.

Risiko yang berhubungan dengan penggunaan susu formula bubuk akan berkurang jika susu dibuat setiap kali pemberian, karena semakin lama susu formula disimpan, semakin tinggi pula risiko pertumbuhan bakteri dalam botol Tidak direkomendasikan untuk membuat banyak susu formula dalam beberapa botol sekaligus dan menyimpannya di dalam kulkas karena risiko pertumbuhan bakteri, namun jika terpaksa melakukan ini harus menyimpan di bagian belakang kulkas dan tidak di bagian pintu, untuk memastikan agar botol-botol tersebut tetap berada dibawah 5 °C dan tidak pernah menyimpan susu melebihi 24 jam (hal ini juga telalu lama untuk bayi yang masih muda) (Safitri, 2008).

e) Tingkat keamanan susu botol

Membawa susu formula yang hangat dalam tas tertutup merupakan hal yang tidak aman, karena susu hangat merupakan bahan yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Pilihan yang lebih aman adalah

(41)

membuat susu sesaat pemberian. Apabila keluar rumah, dapat membawa air matang di dalam tempat minum tertutup yang siap dicampur dengan bubuk susu formula ketika membutuhkannya.

Susu siap minum yang disimpan dalam kardus kecil merupakan pilihan lain yang lebih mahal, namun lebih mudah dibawa dan dapat dipindahkan dengan cepat ke dalam botol yang telah disterilisasi. Jika bayi menolak susu yang memiliki suhu ruangan, dapat menggunakan penghangat botol untuk perjalanan yang juga dapat digunakan untuk menghangatkan botol dan tempat makanan bayi (Safitri, 2008).

f) Kewaspadaan saat membuat susu botol dalam perjalanan

Ketika menggunakan air dalam botol untuk membuat susu, harus memastikan tutupnya masih tersegel. Menggunakan air jernih dan menghindari air dengan kandungan mineral yang tinggi seperti natrium, nitrat, atau fluorida. Mendidihkan air di dalam ketel seperti memasak peralatan seperti biasa. Botol besar berisi air mineral harus di simpan dalam kulkas setelah dibuka. Untuk kenyamanan, lebih baik menggunakan botol air mineral berukuran kecil jika sedang dalam perjalanan. Selain itu dapat menggunakan susu yang telah tersedia dalam kemasan dus sehingga tidak perlu membawa sekaleng besar susu bubuk. Walaupun lebih mahal, ini dapat mengurangi pekerjaan dan dapat memastikan higienitasnya meskipun tanpa fasilitas yang memadai (Safitri, 2008).

(42)

g) Pentingnya kebersihan saat memberikan susu botol

Bayi yang mempunyai ukuran kecil lebih rentan terhadap infeksi saluran cerna sehingga penting untuk memperhatikan kebersihan saat memberikan susu botol. Salah satu aspek yang paling penting saat memberikan susu botol adalah memastikan bahwa semua peralatan yang digunakan dalam proses pemberian susu botol cukup steril dan bersih tanpa ada sisa susu sebelumnya. Ini berarti mensterilkan botol, dot, dan tutupnya. Jika bayi tidak menghabiskan susunya, tidak dianjurkan memberikan sisanya di waktu yang lain karena bakteri yang berada di dalam mulut bayi bisa pindah ke botol dan kemudian bisa berkembang di dalam susu.

Ketika bepergian atau keluar rumah, perlu menjaga susu selama perjalanan. Susu formula siap minum paling aman untuk diberikan saat perjalanan, atau bisa menambahkan susu formula pada air ketika membutuhkannya. Perubahan air yang berbeda menyebabkan sakit perut pada bayi yang mendapatkan susu botol yang diberi ASI (Safitri, 2008).

2) Penyimpanan Air Susu Ibu Perah (ASIP)

Mengenai penyimpanan Air Susu Ibu Perah (ASIP), dapat menggunakan botol kaca (botol bekas minuman ukuran 140 ml) yang tutupnya diganti dengan tutup karet atau plastik khusus untuk menyimpan ASIP dan dapat juga menggunakan plastik kiloan.

Sebaiknya selalu memberikan tanggal serta volume dalam

(43)

plastik/botol yang akan digunakan untuk menyimpan ASIP sehingga memudahkan proses pemberian ASIP pada bayi (Lita, 2011).

Mengenai prosedur penyimpanan ASIP dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Tabel 2.1 Prosedur penyimpanan ASIP

ASI Suhu Ruangan Lemari es/kulkas Freezer

ASI yang baru saja diperah (ASI segar)

Kolostrum : hari ke-5 (12-24 jam dalam suhu<25°C)

3-8 hari dengan suhu 0-4°C

2 minggu freezer yang terdapat di dalam lemari es/ kulkas (1 pintu)

ASI matang : 24 jam dalam suhu 15°C 10 jam dalam suhu 19-22°C 4-6 jam dalam suhu 25°C

Jangan simpan di bagian pintu, tetapi simpan di bagian paling belakang lemari es/kulkas- paling dingin dan tidak terlalu terpengaruh

perubahan suhu

3-4 bulan dalam freezer yang terpisah dari lemari es/

kulkas (2 pintu). 6-12 bulan dalam freezer khusus yang sangat dingin(<18°C) ASIP beku :

dicairkan dalam lemari es/ kulkas

tapi belum

dihangatkan

Tidak lebih dari 4 jam ( yaitu jadwal

minum ASIP

berikutnya)

Simpan di dalam lemari es/ kulkas sampai dengan 24 jam

JANGAN masukkan kembali dalam freezer

ASIP yang sudah dicairkan dengan air hangat

Untuk diminum sekaligus

Dapat disimpan selam 4 jam atau sampai jadwal

minum ASIP

berikutnya

JANGAN masukkan kembali dalam freezer

ASIP yang sudah mulai diminum oleh bayi dari botol yang sama

Sisa yang tidak dihabiskan harus dibuang

Dibuang Dibuang

Sumber : (Lita, 2011)

(44)

B. Kerangka Teori

Keterangan:

: diteliti : tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: (Notoatmojo, 2010)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan

Ibu Pengetahuan

1. Tahu 2. Memahami 3. Menerapkan 4. Analisa 5. Sintesis 6. Evaluasi

Tentang Higienitas Botol Bayi

Baik

Cukup

Kurang Ekonomi

Sosial Budaya

Persiapan Penggunaan

Penyeterilan

Penyimpanan

(45)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010), deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskripsi suatu keadaan secara objektif.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lokasi dilakukannya penelitian (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2011 sampai 14 April 2012.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

(46)

ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan susu di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2010).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yang digunakan adalah Sampling Jenuh. Sampel pada penelitian ini yang diambil yaitu ibu yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan susu yang berjumlah 30 orang. Menurut Sugiyono (2007), Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain Sampling Jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

D. Instrumen Penelitian

Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuisioner. Menurut Notoadmojo (2010), kuisioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden (dalam hal

(47)

angket) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu.

Alat pengukuran data atau pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala Guttman. Menurut Hidayat (2008), skala Guttman adalah skala pengukuran dengan jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak, dan benar atau salah.

Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan ibu adalah kuisioner tertutup dengan pilihan jawaban benar dan salah. Jawaban benar dengan pernyataan positif (favorable) dan jawaban salah jika pernyataan negatif (unfavorable) mendapatkan nilai 1. Jawaban yang salah dengan pernyataan positif (favorable) dan benar jika pernyataan negatif (unfavorable) mendapatkan nilai 0. Pengisian kuisioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.

Kuisioner penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Uji validitas dilakukan pada ibu yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan susu di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen dengan jumlah responden 30 orang.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus

(48)

product moment dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.

Menurut Riwidikdo (2009), instrumen dikatakan valid apabila memenuhi taraf signifikasi 5%. Rumus product moment adalah:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Sesuai rumus product moment di atas soal akan dikatakan valid apabila rhitung>rtabel.

Hasil uji validitas pada penelitian ini yaitu dari 30 soal terdapat 2 soal yang tidak valid yaitu nomor 1 dan 4, dimana nilai kedua nomor tersebut adalah 0, 275 dan 0, 213.

Selanjutnya dua soal tersebut tidak digunakan dalam penelitian ini.

Soal yang akan dinyatakan valid apabila memenuhi taraf signifikasi 5%.

Uji validitas ini mendapatkan 28 soal yang dinyatakan valid atau sahih.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Arikunto (2010), reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensis, mengarahkan responden

( )

X }{N Y -

( )

Y } X

{

Y X.

- XY . N

2 2

2 − Σ 2 Σ Σ

Σ

Σ Σ

= Σ N rxy

(49)

memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya.

Uji reliabilitas instrumen ini peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows dengan nilai alpha minimal 0, 7. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:



 

 Σ

 −

 

= −

t b k

ri k 2

2

1 1 σ

σ

Keterangan:

ri = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varian butir σt2 = Varians total

Uji reliabilitas dari hasil penelitian didapatkan nilai alpha 0,767>0,7.

Hasil uji dengan bantuan program komputer SPSS for Windows menunjukkan bahwa nilai alpha adalah 0,767 sedangkan menurut Riwidikdo (2009), hal ini menunjukkan bahwa nilai alpha 0,7 sehingga kuisioner dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai alat pengumpulan data.

(50)

3. Kisi – kisi kuisioner.

Tabel 3.1 Kisi – kisi kuisioner Variabel

penelitian

Indikator Nomor pertanyaan favorable

Nomor pertanyaan unfavorable

Jumlah

Tingkat

pengetahuan ibu tentang

higienitas botol bayi

Pengetahuan tentang persiapan memberikan susu dengan menggunakan botol

1, 3, 4, 5, 6, 8, dan 24

2, 7, 22, dan 23

11

Pengetahuan tentang penyeterilan bol bayi dan bagian-

baginnya

11, 13, 15, 16, 17, 19, dan 21

9, 10, 12, 14, 18, dan 20

13

Pengetahuan tentang penyimpanan botol dan ASIP

27 25, 26, dan 28

4

Jumlah 28

E. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuisioner atau angket ibu yang menggunakan botol bayi untuk memberikan susu di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.

Responden disuruh mengisi kuisioner sampai selesai dan kuisioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari:

(51)

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya dan diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuisioner oleh responden tentang pengetahuan higienitas botol bayi.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan selain dari responden secara langsung yaitu dari data kepustakaan misalnya buku, karya tulis ilmiah, jurnal, dan internet tentang higienitas botol bayi. Data sekunder juga didapatkan dari bidan desa tentang data ibu menggunakan botol bayi dan lokasi penelitian di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen.

F. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007), variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan tentang higienitas botol bayi.

G. Definisi Operasional

Menurut Notoatmodjo (2010), definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti.

(52)

Tabel 3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Skala Kategori 1 Variabel

tunggal:

tingkat pengetahuan ibu tentang higienitas botol bayi

Segala sesuatu yang diketahui:

Pengetahuan ibu tentang higienitas

botol bayi

merupakan kemampuan responden untuk menjawab

pengertian serta berbagai

pengetahuan pada ibu tentang tingkat kebersihan pada peralatan bayi yang berupa botol, dot dan tutupnya.

Ordinal a. Pengetahuan baik:

> 75%

b. Pengetahuan cukup: 60% - 75%

c. Pengetahuan kurang:

< 60%

(Arikunto, 2010)

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2010) adalah:

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuisioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

(53)

b. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuisioner terhadap tahap- tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

c. Entry

Kegiatan ini memasukkan data dalam program computer untuk dilakukan analisis lanjut.

d. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuisioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

2. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat. Menurut Notoatmodjo (2010), analisa univariat adalah menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel. Analisa dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk mendapatkan gambaran distribusi dan prosentase dari tiap variabel.

Menurut Arikunto (2010), selanjutnya hasil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu maka, ditunjukan dengan prosentase dengan keterangan sebagai berikut :

a. Pengetahuan baik : > 75%

(54)

b. Pengetahuan cukup : 60% - 75%

c. Pengetahuan kurang : < 60%

Menurut Riwidikdo (2009), rumus untuk mengetahui skor prosentase adalah sebagai berikut:

Skor yang diperoleh responden

Skor Prosentase= x100%

Total skor maksimal yang seharusnya diperoleh

Rumus prosentase untuk jumlah ibu tentang higienitas botol bayi menurut tingkat pengetahuan.

Jumlah ibu menurut tingkat pengetahuan

Skor Prosentase = x100%

Jumlah responden

I. Etika Penelitian

Peneliti membuat informed consent atau persetujuan kepada responden terlebih dahulu dengan menuliskan jati diri, identitas peneliti, tujuan penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pelaksanaan penelitian ini peneliti mendapat ijin dari STIKes Kusuma Husada Surakarta, kepala Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, dan dari responden sendiri melalui informed consent yang terjamin kerahasiaannya.

Menurut Hidayat (2008), masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

(55)

Setiap penelitian yang menggunakan obyek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, kemudian kuisioner dikirim ke subyek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika penelitian. Penelitian ini menekankan pada masalah etika yang meliputi:

1. Informed Consent

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian.

Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed consent ini bertujuan agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.

Jika subyek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini semua responden akan diberi lembar persetujuan.

2. Anonimity (Kerahasiaan nama/ identitas)

Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut (Hidayat, 2008). Peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data dalam penelitian ini.

3. Confidentiality (Kerahasiaan hasil)

Subbab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah

(56)

dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2008).

Penelitian ini kerahasiaan hasil/ informasi yang telah dikumpulkan dari setiap subyek akan di jamin oleh peneliti.

(57)

42 A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Keadaan Geografi

Desa Sambirejo merupakan salah satu dari 208 desa atau kelurahan yang berada di wilayah Kabupaten Sragen dan termasuk satu dari sembilan desa atau kelurahan di Kecamatan Sambirejo. Desa Sambirejo mempunyai luas wilayah 165.5753 Ha/m² dengan penggunaan lahan persawahan atau ladang yaitu 191.3550 Ha/m², perkebunan karet yaitu 33.000 Ha/m², kuburan yaitu 0.7000 Ha/m², pekarangan atau perumahan yaitu 152.7203 Ha/m², luas taman atau bengkok pamong desa yaitu 33.2529 Ha/m², dan perkantoran yaitu 0.3050 Ha/m², sehingga Desa Sambirejo mempunyai luas total wilayah yaitu 586.8785 Ha/m². Adapun batas wilayah administrasi Desa Sambirejo adalah sebagai berikut:

a. sebelah utara : Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo b. sebelah timur : Desa Sambi, Kecamatan Sambirejo c. sebelah selatan : Desa Kadipiro, Kecamatan Sambirejo d. sebelah barat : Desa Bendungan, Kecamatan Kedawung.

2. Keadaan Demografi

Sambirejo terdiri dari 1.387 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 5.042 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.493 jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.549 jiwa.

(58)

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan susu di Desa Sambirejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen dengan jumlah responden sejumlah 30 responden.

Setelah berbagai tahap penelitian dilakukan dan data terkumpul, selanjutnya penulis melakukan pengolahan data dengan berbagai cara seperti editing, coding, entry dan tabulating. Hasil data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan susu pada ibu di Desa Sambirejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen tentang higienitas botol bayi.

a. Umur

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur

No Umur

Responden

Frekuensi Prosentase

1 <25 tahun 8 26,67%

2 25-30 tahun 21 70,00%

3 >30 tahun 1 3,33%

Total 30 100%

Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan responden berdasarkan umur adalah 8 ibu (26,67%) berusia <25 tahun, kemudian 21 ibu (70,00%) berusia 25-30 tahun, serta 1 ibu (3,33%) berusia >30 tahun.

(59)

b. Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pendidikan No Pendidikan

Responden

Frekuensi Prosentase

1 SMP 7 23,33%

2 SMA/SMK 21 70,00%

3 PT 2 6,67%

Total 30 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan responden berdasarkan pendidikan adalah 7 ibu (23,33%) tamat SMP, kemudian 21 ibu (70,00%) tamat SMA/SMK, serta 2 ibu (6,67%) tamat PT.

c. Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pekerjaan No Pekerjaan

Responden

Frekuensi Prosentase

1 IRT 21 70,00%

2 Swasta 8 26,67%

3 Buruh 1 3,33%

Total 30 100%

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat tingkat pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan adalah 21 ibu (70,00%) tidak bekerja (IRT), kemudian 8 ibu (26,67%) swasta, serta 1 ibu (3,33%) bekerja sebagai buruh.

(60)

2. Tingkat Pengetahuan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Higienitas Botol Bayi

No Pengetahuan Frekuensi Prosentase

1 Baik 3 10%

2 Cukup 12 40%

3 Kurang 15 50%

Total 30 100%

Sumber: Data Primer

Dari tabel diatas menunjukan tingkat pengetahuan ibu sebagai berikut:

sejumlah 3 responden (10%) berpengetahuan baik, 12 responden (40%) berpengetahuan cukup, serta 15 responden (50%) berpengetahuan kurang.

C. Pembahasan

Penelitian mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang Higienitas Botol Bayi di Desa Sambirejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen ini, dilakukan terhadap 30 responden. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan kriteria responden berdasarkan umur di Desa Sambirejo, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen adalah 8 ibu (26,67%) berusia <25 tahun, kemudian 21 ibu (70,00%) berusia 25-30 tahun, serta 1 ibu (3,33%) berusia >30 tahun, berdasarkan pendidikan responden adalah 7 ibu (23,33%) tamat SMP, kemudian 21 ibu (70,00%) tamat SMA/SMK, serta 2 ibu (6,67%) tamat PT, dan berdasarkan pekerjaan responden adalah 21 ibu (70,00%) tidak bekerja (IRT), kemudian 8 ibu (26,67%) swasta, serta 1 ibu (3,33%) bekerja sebagai buruh.

(61)

Sesuai dengan pendapat dari Notoatmodjo (2010), bahwa dengan bertambahnya usia seseorang, maka pemikirannya akan semakin berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat. Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Orang yang menekuni suatu bidang pekerjaan akan memiliki pengetahuan mengenai segala sesuatu mengenai apa yang dikerjakannya.

Selain itu terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya: menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain, kepercayaan adalah suatu sikap menerima pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan, sedangkan menurut Nursalam & Pariani (2008), dukungan atau support dari orang lain dan orang terdekat sangat berperan dalam melakukan suatu tindakan.

Hasil penelitian berdasarkan tingkat pengetahuan ibu di Desa Sambirejo tentang higienitas botol bayi yaitu: 3 responden (10%) berpengetahuan baik, 12 responden (40%) berpengetahuan cukup, serta 15 responden (50%) berpengetahuan kurang.

Dari hasil penelitian mayoritas ibu berpengetahuan kurang, dikarenakan ibu kurang mengetahui pada persiapan dan penyeterilan untuk higienitas botol bayi. Ibu berpengetahuan cukup, dikarenakan kurang mengetahui tentang

(62)

penyeterilan botol bayi. Hal ini dikarenakan, ibu belum sepenuhnya mengerti dan mendapatkan informasi mengenai higienitas botol bayi baik di lingkungan keluarga misalnya orang tua maupun dari saudara perempuannya kurang memberikan pengetahuan mengenai higienitas botol bayi dan di lingkungan masyarakat misalnya tenaga kesehatan kurang memberikan pengetahuan mengenai higienitas botol bayi kepada ibu, serta ibu mempunyai tetangga memiliki pengetahuan yang sama.

Menurut Dani (2010), menjaga higienitas botol bayi merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan oleh ibu, karena lemak dan kandungan protein dalam makanan bayi (dari susu) sangat mudah untuk menempel pada botol, cangkir atau empeng fedding. Jika proses pencucian tidak dilakukan dengan hati-hati, sisa kotoran dengan mudah akan membentuk bercak putih.

Bintik-bintik ini lebih sulit dibersihkan dan menjadi tempat bakteri. Jika bakteri masuk ke saluran pencernaan bayi, resiko rentan terhadap diare sangat tinggi.

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian dengan mayoritas berpengetahuan kurang, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman, kepercayaan, dan dukungan keluarga. Sehingga sangat diperlukan peran serta tenaga kesehatan untu memberikan pemahaman dan informasi yang lebih baik tentang higienitas botol bayi.

Gambar

Gambar 2.1 Perbedaan Botol Susu  Sumber: (Budiman, 2010)
Tabel 2.1 Prosedur penyimpanan ASIP
Gambar 2.1 Kerangka Teori   Sumber: (Notoatmojo, 2010)
Tabel 3.1 Kisi – kisi kuisioner  Variabel  penelitian  Indikator  Nomor  pertanyaan  favorable  Nomor  pertanyaan  unfavorable  Jumlah  Tingkat  pengetahuan  ibu  tentang  higienitas  botol  bayi  Pengetahuan tentang persiapan memberikan susu dengan  mengg
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

1) Peranan guru dalam mendampingi remaja selama berada di sekolah melalui bimbingan kerohanian tetap dipertahankan dan ditingkatkan sehingga remaja selaku peserta

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun proposal penelitian dengan judul

1 Kab.. Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2011.. PETA LINTAS ANGKUTAN PENYEBERANGAN.. Sumbawa, NTB) Lab. Sumba, NTT) KM 30 Thn 1998 70 Komersil Antar

Dari wawancara tersebut diketahui bahwa tujuan awalnya instagram @malangfoodies dibuat untuk menyalurkan hobi food photography inisiator dan teman temannya, tapi

Praktek dumping merupakan praktek dagang yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor, praktek dumping akan menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri barang sejenis

Dari hasil penelitian pengaruh waktu dan temperatur pengadukan terhadap kualitas minyak goreng bekas (jelantah) hasil adsorbsi maka dapat disimpulkan bahwa kondisi

Pada diabetes melitus tipe 2, aktivitas fisik dapat memperbaiki kendali glukosa secara menyeluruh, terbukti dengan penurunan kadar glukosa darah dan konsentrasi HbA1c

Pada tahap karakterisasi, dilakukan karakterisasi sifat magnet dengan alat permagraph, karakterisasi komposisi sampel dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), dan