• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA DI SMPN 3 PRABUMULIH. Risky Amandita Putri Arie Kusumaningrum Sri Maryatun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA DI SMPN 3 PRABUMULIH. Risky Amandita Putri Arie Kusumaningrum Sri Maryatun"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA DENGAN PERILAKU AGRESIF REMAJA DI SMPN 3 PRABUMULIH

Risky Amandita Putri Arie Kusumaningrum

Sri Maryatun

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Indralaya Sumatera Selatan

ABSTRACT

Verbal abuse or commonly called chile emotional abuse is verbal actions or behaviors that cause adverse emotional consequences. A hedge on the physical and psychological development of the child between his disruptive, low self esteem, aggressive, suicide, and other behavioral disorders. The aim of this study was to determine the relationship of the behavior of verbal abuse parents with adolescent aggressive behavior At SMPN 3 Prabumulih. The researchers use quantitative research methods to design kolerasional descriptive and cross sectional approach. Sampling in this study using a non-probability sampling technique stratief random sampling of 256 respondents to the characteristics of 157 men (60.4%), 99 women (39.6%), 12 in 84 (32.8%), 13 years 84 (32.8%), 14 of 88 (34.4%). It is also evident from the results of statistical tests which showed that the p value less than 0.05 alpha is 0.021, which means there is a significant relationship between verbal abuse parents with aggressive behavior in adolescents.

Keywords : verbal abuse, aggressive behavior ABSTRAK

Verbal abuse atau biasa disebut emotional chile abuse adalah tindakan lisan atau perilaku yang menimbulkan konsekuensi emosional yang merugikan. Dampak pada fisik maupun psikologis anak antara nya mengganggu perkembangan, harga diri rendah, agresif, bunuh diri, dan gangguan perilaku lainya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan perilaku verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif remaja Di SMPN 3 Prabumulih. Peneliti ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasional dan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan teknik stratief random sampling sebanyak 256 responden dengan karakteristik laki-laki 157 (60,4%), perempuan 99 (39,6%), 12 tahun 84 (32,8%), 13 tahun 84 (32,8%), 14 tahun 88 (34,4%). Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p value lebih kecil dari alpha 0,05 yaitu 0,021 yang berarti ada hubungan yang sangat bermakna antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif pada remaja.

(2)

LATAR BELAKANG

UNICEF (United Nations International Children's Emergency Fund) mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Sedangkan Undang-undang Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun. Maka, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Menurut Undang–undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara.

Berkembangnya budaya dalam masyarakat kita saat ini menganggap bahwa proses pembelajaran kepada anak dilakukan dengan kekerasan, agar anak patuh dan disiplin untuk mencapai skala keberhasilan yang diinginkan orang tua. (Rusmiati, 2003). Keluarga juga menjadi pemicu obsesif akan tingkah laku kekerasan pada anak. Keluarga ialah cerminan masyarakat yang akan menjadi suatu pilar penentu hitam putih nya sejarah peradaban suatu masyarakat. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998)

Menurut Rusmil (2004) proporsi terbesar pengabaian dan kekerasan anak terjadi pada remaja hal ini mengingat remaja dianggap sudah dewasa dan mampu berdiri sendiri. Diantara bentuk bentuk kekerasan tersebut yang paling sering di alami oleh anak-anak adalah kekerasan emosional. Bentuk umum dari kekerasan emosional adalah verbal abuse, verbal abuse ialah tindakan lisan atau perilaku yang menimbulkan konsekuensi emosional yang merugikan. Bentuk dari

verbal abuse itu umumnya dilakukan dalam bentuk mengancam, mengkritik, membentak, memarahi, dan memaki dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas pada anak, faktor - faktor yang mempengaruhi orangtua untuk melakukan verbal abuse dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan (Soetjiningsih, 2012).

Ketua Divisi Informasi Perempuan dan Anak Yayasan Puspa Indonesia Sumsel, Murtra Eka Miranti menjelaskan kekerasan yang dialami anak-anak adalah

(3)

kekerasan seksual, psikis dan fisik. Pelaku. Setiap bulan ada 70 kasus kekerasan terhadap anak. Meningkat 30 persen dari tahun lalu pada periode yang sama atau 53 kasus per bulan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMPN 3 Prabumulih terhadap 100 siswa yang mewakili kelas 7 terdiri dari 7.1 sampai 7.6 dengan menggunakan kuisioner terbuka verbal abuse dan prilaku agresif beberapa di antaranya mengalami verbal abuse oleh orang tua sebanyak 52 orang dengan kata kata memaki seperti tidak tahu diri, bodoh, pemalas dan mengancam seperti “tidak boleh main nilaimu jelek. Kemudian beberapa diantaranya mengalami perilaku agresif sebanyak 32 orang dengan alasan akan membalas jika dipukul teman, memukul atau membanting barang jika emosi dan marah, melakukan bully terhadap teman yang lain.

TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui Karakteristik remaja: usia, jenis kelamin di SMPN 3 Prabumulih 2015

2. Mengetahui Distribusi frekuensi tindakan verbal abuse orang tua

dengan remaja di SMPN 3 Prabumulih Tahun 2015.

3. Mengetahui Distribusi frekuensi tindakan perilaku agresif yang dilakukan Remaja di SMPN 3 Prabumulih Tahun 2015.

4. Mengetahui Hubungan Verbal Abuse Orang tua dengan Perilaku Agresif Remaja di SMPN 3 Prabumulih Tahun 2015.

METODE DAN INSTRUMEN PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif kolerasional dan pendekatan cross sectional yaitu penelitian dengan melakukan pengukuran dan pengamatan dari variabel independen

maupun dependen pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2009).

Populasi penelitian ini yaitu semua anak usia remaja di SMP Negeri 3 Prabumulih dengan seluruh jumlah siswa 717 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non-probability sampling dengan teknik

stratief random sampling dilakukan dengan cara populasi dikelompokan menjadi sub-sub populasi berdasarkan

(4)

kriteria tertentu yang dimiliki populasi, masing-masing sub diambil sebagian anggota secara acak dengan komposisi proposional, total anggota yang di ambil ditetapkan sebagai jumlah anggota sampel. Penentuan sampel menggunakan perhitungan sebagai berikut (Nursalam, 2009). Penelitian ini dilakukan pada siswa di SMP Negeri 3 Prabumulih pada tahun 2015.

PROSEDUR TEKNIK PENGUMPULAN DATA

a. Peneliti menyampaikan surat izin penelitian kepada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan yang akan di tujukan pada SMP Negeri 3 Prabumulih. b. Mengatur kontrak waktu untuk

penelitian dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha SMPN 3 Prabumulih.

c. Peneliti mencetak dan memperbanyak instrumen penelitian : Informed consent, lembar kuesioner dan dokumentasi.

d. Peneliti dibantu dengan guru memperkenalkan diri kepada seluruh responden dan menjelaskan tujuan peneliti serta

tata cara menjawab kuesioner. Penelitian dilakukan di kelas yang mana akan menjadi sampel penelitian.

e. Sebelum mengisi kuesioner

responden diminta

menandatangani lembar informed consent yang telah peneliti sediakan.

f. Peneliti memberikan kesempatan sekali lagi untuk bertanya bila ada yang belum jelas. Kemudian responden dipersilakan untuk mengisi kuesioner yang telah diberikan dengan waktu 15 menit. HASIL PENELITIAN

ANALISA UNIVARIAT 1) Jenis kelamin

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

(%)

Laki-laki 157 60,4

Perempuan 99 39.6

(5)

1) Umur

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

12 tahun 84 32,8

13 tahun 84 32,8

14 tahun 88 34,4

Total 256 100

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Verbal Abuse dari orang tua Siswa SMPN 3 Prabumulih Tahun 2015 Perilaku Verbal Abuse Frekuensi Persentase (%) Ada verbal abuse 241 94,1 Tidak ada verbal abuse 15 5,9 Total 256 100 Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Agresif

Remaja di SMPN 3 Prabumulih Tahun 2015 Perilaku Agresif

Remaja

Frekuensi Persentase

(%) Tidak ada perilaku

agresif remaja

90 35,2

Ada perilaku agresif remaja

166 64,8

Total 256 100

ANALISA BIVARIAT

Tabel 4.5

Hubungan Antara Verbal Abuse Orang Tua dengan Perilaku Agresif pada Remaja di SMPN 3

Prabumulih Tahun 2015 Verbal Abuse

Orang Tua

Perilaku Agresif Remaja Total P* *

Ada perilaku agresif Tidak ada perilaku agresif N % N % N % 0,021 0,021 Ada Verbal Abuse 156 64,7 85 35,3 241 100 Tidak ada Verbal Abuse 5 33,3 10 66,7 15 100 Total 161 63,9 90 36,1 256 100 PEMBAHASAN Analisa Univariat Gambaran karakteristik responden di SMP NEGERI 3 Prabumulih. Gambaran jenis kelamin dari 256 responden penelitian ini sebagian besar laki-laki yaitu sebesar 157. Hal ini dikarenakan anak laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial yang sulit dikontrol dibandingkan anak perempuan sehingga anak laki-laki lebih banyak melakukan tindakan kekerasan. Gambaran umur dari 256 responden penelitian ini sebagian besar berusia 14 tahun yaitu sebesar 88 responden (34%). Hal ini sesuai dengan teori tumbuh kembang menurut Harlock (1999) bahwa usia 14 tahun merupakan usia remaja awal yang mempunyai salah satu ciri khas membenarkan perbuatan-perbuatan yang mereka ketahui sebagai perbuatan yang salah termasuk perilaku agresif.

(6)

Gambaran verbal abuse orang tua di SMPN 3 Prabumulih. Fenomena tentang kekerasan pada anak terbukti pada penelitian ini yaitu didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 256 responden dalam penelitian ini terdapat 241 responden ( 94,1%) yang mendapatkan tindak verbal abuse dari orang tua. Angka ini masih tinggi dan dapat terlihat bahwa verbal abuse

merupakan salah satu jenis kekerasan yang masih sering dialami oleh remaja. Hal ini serupa dengan penelitian Arsih (2010) tentang studi fenomenologis kekerasan kata-kata (verbal abuse) pada remaja dengan subyek empat orang remaja SMP dengan usia 13-15 tahun di Semarang dari keempat responden pada penelitian tersebut mengaku pernah mendapatkan verbal abuse dari orang tua mereka yang berarti 100% dari seluruh responden.

Gambaran perilaku agresif remaja DI SMPN 3 Prabumulih Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dari 256 responden yang diteliti ternyata 161 responden berperilaku agresif seperti membully, memukul, dan berkata kasar. Hasil ini berbeda dengan penelitian Pangestu (2010) yang berjudul hubungan pola asuh orang tua dengan agresivitas remaja awal. Studi korelasional pada siswa SMP Mutiara 4 Bandung tahun ajaran 2009/2010 pada 75 siswa kelas VII didapatkan hasil terdapat 40 remaja (53%) memiliki agresivitas yang tinggi. Perbedaan dari hasil kedua penelitian tersebut dapat terjadi karena perbedaan karakteristik dari kedua tempat penelitian. Pada penelitian ini tepatnya di SMPN 3 Prabumulih merupakan salah satu sekolah yang berstandar nasional.

Analisa Bivariat

Dari hasil analisa cross tabel terlihat bahwa dari remaja yang mendapatkan verbal abuse dari orang tua mereka lebih cenderung berperilaku agresif seperti memukul, membully dan berkata kasar yaitu sekitar 94,1 %, sedangkan yang tidak mendapat verbal abuse hanya 5,9%. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa nilai p value lebih kecil dari alpha 0,05 yaitu 0,021 yang berarti ada hubungan yang sangat bermakna antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif pada remaja.

Hal ini sesuai dengan yang dituliskan oleh Rusmil (2007) tentang kekerasan dan penelantaran terhadap remaja, ia mengatakan bahwa akibat dari

verbal abuse dapat menimbulkan problem perilaku yang terjadi pada remaja berupa perilaku agresif serta melawan hukum dan pada remaja pun lebih potensial berperilaku merusak diri. Ditambah lagi dengan penelitian Suryaningsih dan Anggaraini (2004) tentang hubungan kekerasan orang tua terhadap anak dengan perilaku agresif dengan subyek siswa SMPN 2 Unggaran. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa semakin tinggi kekerasan orang tua terhadap anak maka semakin tinggi pula perilaku agresif anak. Dimana salah satu jenis kekerasan yang diteliti yaitu verbal abuse yang diteliti dalam penelitian ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian pada 256 responden yang dilakukan. Dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rerata umur responden adalah 12,13,14 Tahun dan sebanyak

(7)

157 (60,4%) responden berjenis kelamin laki-laki.

2. Terdapat 241 (94, 1%) dari 256 responden mendapatkan tindak

verbal abuse orang tua.

3. Terdapat 166 (64,8 %) dari 256 responden remaja yang melakukan perilaku agresif. 4. Ada hubungan yang bermakna

antara Verbal Abuse orang tua dengan Perilaku agresif pada remaja di SMPN 3 Prabumulih ( p=0,021, a=0,05).

SARAN

1. Bagi sekolah (SMPN 3 Prabumulih )

1) Peranan guru dalam mendampingi remaja selama berada di sekolah melalui bimbingan kerohanian tetap dipertahankan dan ditingkatkan sehingga remaja selaku peserta didik lebih dapat menjaga diri terhadap tindakan agresif, selain itu perlu komunikasi yang terbuka dan terjalin dengan baik antara pihak sekolah dan orang tua melaui pertemuan rutin guna membahas perkembangan remaja dan masalah-masalah yang rentan terjadi pada remaja.

2) Bagi anak remaja yang sudah berperilaku agresif terutama yang terkena perilaku verbal abuse diharapkan dilakukan pendekatan konseling atau meningkatkan kerja sama antara guru dengan siswa dengan melibatkan siswa dalam kegiatan ektrakulikuler sesuai bakat dan minat siswa. Sehingga remaja mengerti

tindakan yang tepat ketika ia merasa marah atau emosi dan remaja dapat menjalin komunikasi yang terbuka dengan orang tua mereka.

2. Bagi institusi perawat

1) Dapat menjadi suatu tambahan evidence base

tentang hubungan verbal abuse dengan perilaku agresif pada remaja.

2) Diharapkan dapat

menyediakan lebih banyak lagi buku tentang pencegahan kekerasan pada anak terutama

verbal abuse orang tua dan gangguan perilaku ataupun berlangganan dengan jurnal internasional maupun nasional sehingga mahasiswa dapat mendapatkan refrensi yang akurat dan mudah mendapatkan informasi. 3) Diharapkan dapat menjadi

sumber untuk penyuluhan komunikasi dan pola asuh pada anak tentang verbal abuse dan perilaku agresif.

3. Bagi peneliti lainnya

Diharapkan pada peneliti selanjutnya menggunakan metode yang berbeda seperti penelitian kualitatif dengan wawancara atau observasi agar dapat mengetahui secara langsung apakah terdapat hubungan verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif remaja.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Arsih, F. (2010). Studi fenomenologi kekerasan kata-kata pada

remaja smp usia

13-15 tahun di semarang. Yogyaka rta : Jurnal kesehatan. http://ejo urnal.undip.ac.id diakses 5 september 2015.

Depkes RI. (2009). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. http://www.depkes.go.id diakses 5 september 2015. Fatimah, E. (2008). Psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: Pustaka Setia.

Hidayat, A. A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, E. B. (2009). Psikologi

Perkembangan Suatu

Pendekatan Sepanjang Rentang Hidup. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Kuspartiningsih, S. (2007). Hubungan antara verbal abuse orang tua dengan perilaku agresif pada remaja agresif di smp129 jakarta. Skripsi. Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif hidayahtuaaloh.

Munawati, (2012). Hubungan verbal abuse dengan perkembangan kognitif pada anak usia pra sekolah di Rw 04 depok. Jakarta

: jurnal ilmiah kesehatan keperawatan vol.5 no.3. http// ejournal.stikesmuhgombong.ac.i d diaskes 5 sepetember 2015 .

Notoatmodjo, S. (2003) Metodologi penelitian kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

. Kekerasan emosional pada anak. In: pikiran-rakyat.com URL: http://www.pikiran-rakyat.com diakses 10 oktober.

Pangestu, P. (2010). Hubungan pola asuh dengan agresifitas remaja awal

di smp

muatiara 4 bandung, Bandung :

Jurnal kesehatan.http://ejournal. unpad.ac.id diakses 5 september 2015.

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005).

Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

World Health Organization. (2014). Child maltreatment. (Online), http://w ww.who.int/mediacentre/factshe ets/fs150/en/, diakses pada 28 september 2015

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan serta mengacu kepada landasan teoritis yang ada, maka penulis menarik kesimpulan bahwa Home Industry Catering ini dapat berkembang

Dari pengujian VSM dapat dilihat peningkatan substitusi Ni dan Al yang membuat sifat magnet yang awalnya memiliki pengaruh sifat magnet yang tinggi (hard magnetic) berhasil dibuat

[r]

Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu

Siswono, Tatag Yuli Eko dan Suwidiyanti, Proses Berpikir Analogi Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika, (UNEJ : Seminar Nasional Pendidikan dan Matematika, 2009), Dalam :

Analisis Perkembangan Selisih Hasil Usaha (SHU) Pada PRIMKOP Dharma Putra Balawara Kabupaten Jember tahun 2010-2012, Fransiska Desi Marianingtyas, 080210391014, 2014,

Puji syukur serta banyak terima kasih penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala pertolongan dan lindunganNya bagi penulis selama masa studi di