• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dari Masalah yang Diteliti 1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara memperoleh Kebenaran Nonilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan sistematik dan logis adalah dengan cara nonilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:

a) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and errors (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.

b) Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Di kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun

ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar.

d) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.

e) Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

f) Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama

yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara Intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melaui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis.

Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

h) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Manusia akan mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Sehingga, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi

pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra.

Disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Proses berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tetentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian (research methodology).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Pengalaman

Menurut Notoatmodjo (2010), pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.

2) Pendidikan

Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan (Nursalam & Pariani, 2008).

3) Kepercayaan

Kepercayaan adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan.

Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang

dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama (Notoatmodjo, 2010).

4) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu keburukan atau tindakan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan diri sendiri dan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempengaruhi terhadap kehidupan keluarga (Nursalam & Pariani, 2008).

Ibu-ibu yang bekerja atau kesibukan sosial mempengaruhi kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja.

Emansipasi dalam segala bidang kerja di kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya menyusui. Persepsi masyarakat akan gaya hidup mewah membawa dampak menurunnya kesediaan menyusui. Bahkan adanya pandangan bagi kalangan tertentu bahwa susu botol sangat cocok buat bayi dan terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau meniru orang lain, atau tanya untuk prestise. Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat mendesak para ibu

untuk segera menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya (Arifin, 2004).

Pekerjaan berkaitan dengan pemberian ASI, ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukan bekerja. Sedangkan ibu yang tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) mempunyai waktu yang cukup untuk menyusui bayinya (Amiruddin, 2006).

5) Dukungan keluarga

Dukungan atau support dari orang lain dan orang terdekat sangat berperan dalam kesuksesan menyusu. Semakin besar dukungan yang kita dapat untuk terus menyusui pada bayi semakin besar pula kemampuan kita untuk dapat bertahan terus menyusui. Dukungan suami maupun keluarga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku untuk menyusui. Ada beberapa ibu menyusui yang kurang didukung dan ditakut-takuti atau dipengaruhi oleh suami, ibu, mertua, serta keluarga sehingga akhirnya ibu beralih ke susu formula (Nursalam & Pariani, 2008).

6) Umur

Menurut Nursalam & Pariani (2008), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang

belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoatmodjo (2010), di dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

1) Tahu (Know)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya.

Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di himpun atau dikenali (recall of facts).

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (Aplication)

Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.

e. Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010), tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1) Pengetahuan baik 2) Pengetahuan cukup 3) Pengetahuan kurang

2. Higienitas Botol Bayi a. Pengertian

Menurut UNICEF (2009), higienitas dapat didefinisikan dengan beberapa pengertian, yaitu:

1) Bersih, perilaku baik, dan aman untuk kesehatan.

2) Kebersihan fisik dan mental yang dapat menciptakan lingkungan sehat dan tubuh yang sehat.

3) Orang yang menjaga kebersihan dan lingkungannya serta makanan yang dikonsumsi.

Menurut Safitri (2008), higienitas botol bayi merupakan tingkat kebersihan pada peralatan bayi yang berupa botol, dot dan tutupnya.

b. Kriteria Higienitas Botol Bayi

Berikut beberapa kriteria tentang higienitas botol bayi 1) Persiapan memberikan susu dengan menggunakan botol

a) Menurut Farida (2008), ada banyak jenis botol dan dot yang tersedia dengan berbagai gaya. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memilih botol susu :

(1) Ukuran Botol

Di pasaran terdapat berbagai ukuran botol yang biasanya menyatu dengan dot. Ukuran kecil 30-50 ml, sedang 120 ml, dan besar di atas 200 ml. Dianjurkan untuk menyesuaikan ukuran botol dengan kebutuhan asupan susu bayi setiap kali

minum dan sangat tidak dianjurkan untuk menyisakan susu dalam botol .

(2) Bahan Tahan Panas, Tidak Mudah Pecah, dan Tidak Beracun Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan aman dan mudah.

Botol yang terbuat dari bahan gelas akan lebih awet, tahan lama, dan proses sterilisasinya mudah. Tetapi, botol ini cukup berat hingga kurang nyaman untuk digunakan dan mudah pecah dan retak. Jika pecah akan sangat berbahaya bagi bayi.

Botol gelas juga mudah pecah atau retak ketika di sterilisasi, dan bisa saja pecahan kaca masuk ke dalam makanan bayi.

Berbeda dengan botol plastik yang lebih tahan lama, tidak mudah pecah, dan bayi aman memegang botol sendiri.

Menurut Budiman (2010), di dalam botol plastik terdapat kandungan zat kimia berbahaya bernama Bisphenol-A (BPA) berbahan polikarbonat yang banyak digunakan dalam kemasan plastik, merupakan bahan yang dapat menimbulkan resiko timbulnya gangguan kesehatan. Polypropylene adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan yang terpenting botol minum untuk bayi. Karekteristiknya adalah botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Bahan ini lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap

lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap.

Sedangkan, Polycarbonate dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A (BPA) ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma dan mengubah fungsi imunitas. Barang dengan bahan dasar ini tidak dianjurkan digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena BPA dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan.

Bahayanya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan.

Gambar 2.1 Perbedaan Botol Susu Sumber: (Budiman, 2010)

(3) Tidak Banyak Gambar

Gambar yang terdapat di botol berisiko terkelupas saat disterilisasi dalam air mendidih. Sedangkan botol dengan aksesori, seperti kepala boneka atau mainan boleh dijadikan pilihan, selama tidak menyulitkan proses sterilisasi atau pemberian susu kepada bayi.

(4) Memiliki Ring Pengatur Deras

Ring pengatur deras dapat diputar ke arah tertentu, aliran susu akan semakin deras atau sebaliknya. Ada tiga pengaturan yang baku, yaitu lambat, sedang, dan cepat. Jadi, dapat diatur sesuai kebutuhan. Bayi yang mengalami kelainan jantung sangat dianjurkan mempunyai kelengkapan ini, karena bayi tidak dianjurkan mengisap air susu terlalu deras. Jika tidak, napas bayi dapat tersengal-sengal dan menimbulkan efek tersedak.

Ini juga dapat digunakan terutama untuk bayi 0-3 bulan.

Regulator akan membantu agar isi susu tidak keluar ketika tidak diisap dan sangat membantu saat sedang menyusu sehingga bayi tidur terlelap. Selain itu, sekat ini juga berguna untuk menahan aliran susu jika botol miring atau terbalik.

Selain itu, saat bepergian dimana sering menyimpan botol dalam tas dapat mengurangi kekhawatiran air susu yang tumpah.

(5) Botol Susu dengan Pegangan

Bayi 6 bulan ke atas dapat diberikan kesempatan untuk memegang botol sendiri dan dapat menikmati susu. Sehingga kemampuan motorik akan terlatih.

b) Cara membuat susu

Teknik membuat susu yang pertama adalah mencuci tangan kemudian membuat susu sesuai dengan anjuran atau perintah dalam kemasan. Kedua, menuangkan air matang yang hangat dalam jumlah yang benar ke dalam botol yang telah disterilisasi lebih dahulu dan kemudian menambahkan bubuk susu dalam jumlah yang benar. Memasukkan bubuk susu terlalu banyak akan membuat bayi menjadi sakit. Ketiga, menyimpan sisa susu di dalam kulkas merupakan tindakan yang salah sehingga harus dibuang, dan yang keempat, harus menggunakan susu yang baru dibuat saat pemberian berikutnya (Safitri, 2008).

c) Peralatan sterilisasi

Membersihkan botol susu (dot) bayi, merupakan suatu tugas yang tampak ringan. Tapi tidak dianjurkan untuk dilupakan atau disampingkan, karena kebersihan dan kesterilan botol susu bayi sangat penting bagi kesehatan bayi (Farida, 2008).

Menurut Safitri (2008), sebelum menggunakan botol atau dot baru, pada saat akan menggunakan sebaiknya dicuci dan disterilkan terlebih dahulu. Botol atau dot baru tersebut dicuci dalam air

hangat dengan sikat botol yang telah diberi sabun, kemudian dibilas sampai bersih di air mengalir.

Berbagai metode sterilisasi mencakup:

(1) Sterilisasi dengan uap listrik, yang memerlukan waktu sekitar 10 menit, ditambah waktu untuk mendinginkan peralatan.

Kelebihannya tidak memerlukan pembilasan lagi setelahnya dan memiliki kapasitas besar. Kekurangannya alat ini tidak bisa dibawa-bawa karena memerlukan listrik, harus sering dibersihkan dan memiliki harga yang cukup mahal.

(2) Steamer microwave, yang membutuhkan waktu sekitar 5 menit, peralatan tetap steril sampai dengan 3 jam jika penutup dibiarkan pada tempatnya. Alat ini juga menggunakan uap untuk menghilangkakn bakteri, tapi harganya lebih murah.

Kapasitas yang dimiliki tidak terlalu besar dan alat ini tidak bisa mensterilkan alat makan seperti sendok atau mangkuk logam.

(3) Peralatan disterilkan dengan merebus, yang membutuhkan waktu sekitar 10 menit, panci tidak boleh digunakan untuk ke perluan lain dan dot karena dapat rusak lebih cepat.Selain itu segera angkat dan meniriskan botol kemudian menyimpan di tempat yang yang bersih dan kering. Jika dibiarkan hingga air menjadi dingin akan membuat mikroorganisme masuk dan menempel di botol.

Menurut Farida (2008), berikut adalah langkah-langkah yang mungkin perlu dilakukan saat melakukan sterilisasi botol dengan cara merebus:

(a) Mengumpulkan semua botol yang akan disterilkan.

Melepaskan tutup, nipple, tutup anti sedak, dan botolnya.

(b) Mengisi panci dengan 1/2 atau 3/4 air, lalu memanaskan di atas kompor.

(c) Mengambil sabun pencuci piring dan melarutkan dalam air hangat, lalu memberikan semua sabun pada bagian botol, dan menggosok sampai bersih dengan menggunakan spons lembut.

(d) Menggunakan sikat botol untuk menjangkau bagian yang sulit dijangkau dengan tangan atau jari, lalu membilas sampai busa hilang.

(e) Setelah air mendidih, memasukkan satu-persatu bagian botol (tutup, nipple, tutup anti sedak, dan botol) ke dalam panci. Merebus kira-kira 5 menit.

(f) Mengangkat botol dan bagian-bagiannya. Lalu menjepit dengan penjepit botol, kemudian mengeringkannya.

(4) Tabung penyeteril dengan air dingin dapat digunakan baik dengan pensteril khusus atau dalam wadah bersih yang sesuai dengan penutup. Alat ini menggunakan larutan sterilisasi atau tablet untuk membunuh bakteri. Segi positifnya alat ini tidak

membutuhkan tenaga yang besar dan bisa praktis dibawa ketika sedang bepergian. Ini membutuhkan waktu sekitar 30 menit dan peralatan dapat dibiarkan dalam larutan sampai dengan 24 jam, tetapi larutan ini harus diganti setiap hari untuk menghilangkan bahan kimia dari larutan sterilisasi.

Menurut Farida (2008), setelah memiliki botol bayi yang telah steril dan siap digunakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

(a) Setelah botol digunakan, membilas segera dengan air dingin, atau merendam jika tidak langsung mencucinya.

(b) Memastikan semua bagian botol tersentuh saat dicuci dan leher botol juga harus disikat. Karena sangat rentan dengan bakteri yang berkembang biak.

(c) Botol dan dot mempunyai ketahanan bakteri 2-3 hari dari waktu penyeterilan. Menyeterilkan botol dan dot dapat dilakukan setiap 2-3 hari sekali, asalkan menyimpan botol dan dot bayi tersebut di tempat yang bersih dan tidak dianjurkan menyimpannya di dekat kompor atau oven.

(d) Selalu uji susu bayi pada pergelangan tangan untuk memastikan tidak terlalu panas.

Apabila langsung membilas atau merendam botol setelah digunakan dapat menyebabkan lapisan formula lengket dan tetap berada di bawah yang sulit untuk dihapus dengan sikat

botol. Ada solusi yang sangat sederhana untuk ini.

Memasukkan sekitar dua sendok makan beras dalam botol.

Mengisi dengan air sabun sekitar 1/4 atau 1/2 bagian botol.

Mengocok dengan penuh semangat sampai noda hilang.

Memastikan untuk membilas botol dengan baik, dan botol akan seperti baru lagi.

d) Tidak dianjurkan membuat susu dalam beberapa botol sekaligus Paling ideal harus membuat satu botol susu setiap kali pemberian.

Risiko yang berhubungan dengan penggunaan susu formula bubuk akan berkurang jika susu dibuat setiap kali pemberian, karena semakin lama susu formula disimpan, semakin tinggi pula risiko pertumbuhan bakteri dalam botol Tidak direkomendasikan untuk membuat banyak susu formula dalam beberapa botol sekaligus dan menyimpannya di dalam kulkas karena risiko pertumbuhan bakteri, namun jika terpaksa melakukan ini harus menyimpan di bagian belakang kulkas dan tidak di bagian pintu, untuk memastikan agar botol-botol tersebut tetap berada dibawah 5 °C dan tidak pernah menyimpan susu melebihi 24 jam (hal ini juga telalu lama untuk bayi yang masih muda) (Safitri, 2008).

e) Tingkat keamanan susu botol

Membawa susu formula yang hangat dalam tas tertutup merupakan hal yang tidak aman, karena susu hangat merupakan bahan yang baik untuk pertumbuhan bakteri. Pilihan yang lebih aman adalah

membuat susu sesaat pemberian. Apabila keluar rumah, dapat membawa air matang di dalam tempat minum tertutup yang siap dicampur dengan bubuk susu formula ketika membutuhkannya.

Susu siap minum yang disimpan dalam kardus kecil merupakan pilihan lain yang lebih mahal, namun lebih mudah dibawa dan dapat dipindahkan dengan cepat ke dalam botol yang telah disterilisasi. Jika bayi menolak susu yang memiliki suhu ruangan, dapat menggunakan penghangat botol untuk perjalanan yang juga dapat digunakan untuk menghangatkan botol dan tempat makanan bayi (Safitri, 2008).

f) Kewaspadaan saat membuat susu botol dalam perjalanan

Ketika menggunakan air dalam botol untuk membuat susu, harus memastikan tutupnya masih tersegel. Menggunakan air jernih dan menghindari air dengan kandungan mineral yang tinggi seperti natrium, nitrat, atau fluorida. Mendidihkan air di dalam ketel seperti memasak peralatan seperti biasa. Botol besar berisi air mineral harus di simpan dalam kulkas setelah dibuka. Untuk kenyamanan, lebih baik menggunakan botol air mineral berukuran kecil jika sedang dalam perjalanan. Selain itu dapat menggunakan susu yang telah tersedia dalam kemasan dus sehingga tidak perlu membawa sekaleng besar susu bubuk. Walaupun lebih mahal, ini dapat mengurangi pekerjaan dan dapat memastikan higienitasnya meskipun tanpa fasilitas yang memadai (Safitri, 2008).

g) Pentingnya kebersihan saat memberikan susu botol

Bayi yang mempunyai ukuran kecil lebih rentan terhadap infeksi saluran cerna sehingga penting untuk memperhatikan kebersihan saat memberikan susu botol. Salah satu aspek yang paling penting saat memberikan susu botol adalah memastikan bahwa semua peralatan yang digunakan dalam proses pemberian susu botol cukup steril dan bersih tanpa ada sisa susu sebelumnya. Ini berarti mensterilkan botol, dot, dan tutupnya. Jika bayi tidak menghabiskan susunya, tidak dianjurkan memberikan sisanya di

Bayi yang mempunyai ukuran kecil lebih rentan terhadap infeksi saluran cerna sehingga penting untuk memperhatikan kebersihan saat memberikan susu botol. Salah satu aspek yang paling penting saat memberikan susu botol adalah memastikan bahwa semua peralatan yang digunakan dalam proses pemberian susu botol cukup steril dan bersih tanpa ada sisa susu sebelumnya. Ini berarti mensterilkan botol, dot, dan tutupnya. Jika bayi tidak menghabiskan susunya, tidak dianjurkan memberikan sisanya di

Dokumen terkait