• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian

1. Letak Geografis Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

terletak pada dataran rendah, sebagian besar wilayah desa merupakan dataran. Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sebagian besar adalah tanah pertanian dan pemukiman.

Jarak desa dengan pusat pemerintahan kabupaten : ± 10 km Jarak desa dengan ibu kota propinsi Jawa Timur : ± 80 km wilayah Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

2. Batas wilayah

Sebelah utara : Desa Kedawong, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Selebah timur : Desa Jogoroto Kecamatan Jogoroto

Sebelah selatan : Desa Grogol Kecamatan Diwek Sebelah barat : Desa Ceweng Kecamatan Diwek

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik frekuensi responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 60-62 tahun 18 50.0 2 63-65 tahun 7 19.4 3 66-68 tahun 8 22.2 4 69-71 tahun 2 5.6 5 72-74 tahun 1 2.8 Total 36 100.0

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa setengah dari

responden berumur 60-62 tahun sejumlah 18 orang (50%).

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SD 18 50.0

2 SMP 17 47.2

3 SMA 1 2.8

4 Perguruan Tinggi 0 0

Total 36 100.0

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa setengah responden

berpendidikan (SD) sejumlah 18 orang (50%).

3. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 4 11.1

2 Perempuan 32 88.9

Total 36 100.0

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya

responden jenis kelamin perempuan sejumlah 32 orang (88.9%).

4. Karakteristik responden berdasarkan informasi

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi responden berdasarkan informasi di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

No Informasi Frekuensi Persentase (%)

1 Pernah 33 91.7

2 Tidak pernah 3 8.3

Total 36 100.0

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir seluruh

responden pernah mendapatkan informasi sejumlah 33 orang (91,7%).

5. Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan sumber

informasi di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

No Sumber Informasi Frekuensi Persentase (%)

1 petugas kesehatan 33 100 2 Majalah 0 0 3 Radio/TV 0 0 4 Internet 0 0 Total 33 100

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa seluruh responden

mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan sejumlah 33 orang (100%).

5.1.3 Data khusus

1. Dukungan keluarga

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan

keluarga di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

No Dukungan keluarga Frekuensi Persentase (%)

1 Kurang 8 22.2

2 Cukup 11 30.6

3 Baik 17 47.2

Total 36 100.0

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir dari setengah responden (47,2%) dukungan keluarga baik sejumlah 17 orang.

2. Kejadian depresi pada Lansia usia 60-74 tahun

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian depresi pada lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

No Kejadian depresi Frekuensi Persentase (%)

1 Depresi 12 33.3

2 Tidak depresi 24 66.7

Total 36 100.0

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden (66,7%) adalah tidak depresi sejumlah 24 orang.

3. Hubungan hubungan dukungan sosial keluarga dengan kejadian depresi pada Lansia usia 60-74 tahun

Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan dukungan sosial keluarga dengan

kejadian depresi pada Lansia usia 60-74 tahun di Dusun

Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten

Jombang

Dukungan Tingkat depresi Total

Depresi Tidak keluarga  %  % Kurang 7 19,4 1 2,8 8 22.2 Cukup 5 13,9 6 16,7 11 30.6 Baik 0 0 17 47,2 17 47.2 Total 12 33,3 24 66,7 36 100 p = 0,000  = 0,05

Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 36 responden,

hampir setengah responden (47,2%) memiliki dukungan keluarga

berkategori baik sejumlah 17 orang dimana sebagian besar responden (66,7%) tidak mengalami depresi sejumlah 24 orang.

Dari hasil uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan atau

nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05

atau (p < ), maka data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada

hubungan dukungan sosial keluarga dengan kejadian depresi pada

lansia usia 60-74 tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Dukungan keluarga

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir setengah responden (47,2%) memiliki dukungan keluarga berkategori baik sejumlah 17 orang.

Berdasarkan tabulasi kuesioner nilai rata-rata parameter tertinggi terdapat pada parameter dukungan penilaian dan penghargaan yaitu 2,94. Menurut peneliti responden bisa merasakan bahwa keluarga selalu memberikan dukungan untuk menjalani istirahat yang cukup pada malam hari, memberikan perhatian untuk makan makanan yang bergizi agar memiliki daya tahan tubuh yang kuat, memberikan perhatian yang baik setiap responden akan melakukan aktivitas fisik seperti membersihkan halaman rumah. Dengan adanya dukungan keluarga tersebut maka responden akan bisa mencegah kejadian depresi.

Dukungan keluarga baik merupakan hal yang penting untuk seseorang. Dalam penelitian ini dukungan keluarga sebagian besar baik. Hal inilah yang membuat para lansia merasa tenang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sehingga bisa jarang merasa khawatir. Dengan adanya dukungan dari keluarga, para lansia akan berfikir bahwa keluarga mereka masih peduli akan kehidupan mereka terutama dalam segi kesehatan. Hal tersebut tentunya akan membuat kesehatan para lansia lebih terjaga, fikiran lebih tenang dan kualitas hidup lansia meningkat.

Hal ini sejalan dengan teori Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009) bahwa dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap keluarga yang sakit ataupun keluarga yang sehat. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa setengah dari responden berumur 60-62 tahun sejumlah 18 orang (50%).

Menurut peneliti, responden yang berusia 60-62 tahun bisa berfikir dan mengerti tentang pentingnya dukungan keluarga terutama dalam menghadapi masa lansia, sehingga para lansia bisa merasa siap terutama dalam menghadapi masa lansia sehingga bisa mengendalaikan depresi dalam dirinya.

Sesuai dengan teori Wawan (2010), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa. Abu Ahmadi (2010), juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur.

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa setengah dari responden berpendidikan (SD) yaitu sejumlah 18 orang (50%).

Walaupun responden berpendidikan SD, responden merasa sudah ada dukungan dari keluarga untuk menjalani masa lansia, sehingga para lansia bisa merasa tenang dan tidak khawatir ketika menghadapi masalah saat lansia dikarenakan adanya dukungan keluarga yang kuat dan ketersediaan keluarga untuk memberikan solusi ketika ada suatu masalah

dan memberikan hiburan saat sedih ketika menghadapi masalah. Pasien yang berpendidikan SD mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga dikarenakan lansia selalu mendapatkan informasi dari petugas kesehatan tentang cara menghadapi depresi saat lansia.

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Kodriati, 2010). Dalam hal ini kemampuan kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor–faktor yang berhubungan dengan

penyakit dalam upaya menjaga kesehatan dirinya (Rahayu, 2008). 5.2.2 Kejadian depresi pada lansia

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (66,7%) adalah tidak depresi sejumlah 24 orang. Sedangkan yang mengalami depresi yaitu (33,3%) sejumlah 12 orang.

Berdasarkan tabulasi kuisioner nilai rata-rata dari variabel depresi adalah 6,9. Jika skor GDS yang diperoleh 6-10 maka dapat dikategorikan bahwa lansia tersebut mengalami depresi sedang. Menurut peneliti pada saat dilakukannya wawancara adanya responden yang mengalami depresi dikarenakan responden merasa takut dengan datangnya masa lansia, dan juga dikarenakan kurangnya dukungan keluarga untuk meringankan masalah yang dihadapi lansia sehinga sering terjadi kecemasan, adanya pikiran negatif dan selain itu kemungkinan ada anggota keluarga yang pernah mengalami depresi.

Berdasarkan hasil penelitian Kristyaningsih (2011) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia menyatakan bahwa hampir seluruh responden lansia di Desa Langsar Laok Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep tidak mengalami kesedihan, pesimis, tidak merasa kegagalan maupun mempunyai rasa bersalah, dan tidak menyukai diri sendiri serta hampir seluruh lansia juga tidak melakukan tindakan seperti membahayakan diri sendiri, menarik diri dan kebanyakan dari mereka merasa puas terhadap apa yang sudah di dapatkan mereka juga tidak merasakan keragu-raguan maupun mengalami perubahan gambaran diri, para lansia pun tidak merasakan kesulitan kerja, tidak merasakan keletihan yang berlebihan dan nafsu makan para lansia sebagian besar juga baik.

Depresi dan lanjut usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Apalagi tidak adanya media bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan

kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar.

Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang ditandai

oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas (reality testing ability / RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari, 2013). Depresi merupakan gangguan suasana perasaan yang menurun, dengan gejala utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak dijumpai dengan angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat gangguan bertaraf ringan, sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis, depresi dapat berdiri sendiri, merupakan gejala dari penyakit lain, mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi bersama dengan penyakit lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan penatalaksanaan (Sudiyanto, 2010).

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa setengahnya responden berpendidikan (SD) sejumlah 18 orang (50%).

Menurut peneliti seseorang yang berpendidikan mempunyai cara berfikir yang baik terutama dalam menghadapi suatu masalah terutama masalah yang dihadapi lansia. Dengan cara berfikir yang baik maka responden ketika menghadapi suatu masalah tidak sampai terkena depresi.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi penddikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan, 2010).

Berdasarkan tabel 5.4 dan 5.5 menunjukkan bahwa hampir seluruh responden pernah mendapatkan informasi sejumlah 33 orang (91,7%) serta seluruhnya responden mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan sejumlah 33 orang (100%).

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarok, 2010). Menurut peneliti para lansia yang mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan akan membuat lansa mendapatkan wawasan yang benar tentang pentingnya melakukan menenangkan diri saat menghadapi proses menua sehingga tidak mengalami depresi.

5.2.3 Hubungan dukungan sosial keluarga dengan kejadian depresi pada Lansia Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa dari 36 responden, hampir setengah responden (47,2%) memiliki dukungan keluarga berkategori baik

sejumlah 17 orang dimana sebagian besar responden (66,7%) tidak mengalami depresi sejumlah 24 orang.

Dari hasil uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan atau

nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05

atau (p < ), maka data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kejadian Depresi pada Lansia Usia 60-74 Tahun di Dusun Bandung Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk dari terapi keluarga yang dapat diberikan pada lansia yang mengalami depresi, melalui keluarga berbagai masalah-masalah kesehatan muncul sekaligus dapat diatasi. Jadi dengan adanya dukungan keluarga yang mempunyai ikatan emosional setidaknya akan memberikan kekuatan pada lansia untuk menjalani hari tua yang lebih baik, karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak, mulai dari instansi pemerintah hingga tingkatan keluarga untuk ikut peduli terhadap kehidupan lansia baik melalui posyandu lansia, meningkatkan peran lansia dalam organisasi, pembinaan.

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta resiko bunuh diri. Depresi dapat menjadi masalah yang kronik dan berulang yang akan mengakibatkan seseorang tidak mampu untuk mengurus diri sendiri, selain itu depresi juga dapat mengarah pada tindakan bunuh diri. Namun depresi pada lansia dapat dicegah dengan adanya dukungan keluarga, dukungan keluarga merupakan gabungan antara sikap dan penerimaan yang dapat membantu usia tua menghadapi masalah. Ada beberapa bentuk dari dukungan keluarga seperti dukungan

informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional (Wiguna, 2010).

BAB 6

Dokumen terkait