• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

A. Kajian Pustaka

1. Kerjasama

a. Pengertian kerjasama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2002) kerjasama dapat diartikan sebagai melakukan (melaksanakan) suatu kegiatan atau usaha (perniagaan) yang ditangani oleh dua orang (pihak) atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (pihak) dapat dikatakan kerjasama.

Nurhidayati (dalam Purnomo, 2015:9) mendefinisikan kerjasama merupakan keinginan untuk bekerjasama dengan orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok. Menurut Riyanto & Martinus (2008:119) kerjasama sebagai kerja kelompok atau kerja tim merupakan salah satu cara untuk membuat sukses suatu pekerjaan. Pernyataan -pernyataan yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: kerjasama merupakan kegiatan

11 yang dilakukan secara bersama-sama dua orang atau lebih untuk menghasilkan suatu outcome bagi mereka sendiri atau juga orang lain. b. Indikator Kerjasama

Menurut Johnson & F. Johnson (dalam Huda 2015:55) indikator kerjasama adalah sebagai berikut:

1) Saling mengerti dan percaya satu sama lain 2) Berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu 3) Saling menerima dan mendukung satu sama lain

4) Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik. West (2002:67) (dalam Herwanto 2016:15) menetapkan indikator-indikator kerjasama yaitu sebagai berikut:

1) Tanggung jawab secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan 2) Saling berkontribusi

3) Mengerahkan kemampuan secara maksimal sehingga dengan demikian hasil dari kerja sama semakin berkualitas

Dari pernyatan kedua toeri tersebut penulis menyimpulkan bahwa indikator kerjasama yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1) Tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan setiap persoalan 2) Saling berkontribusi

3) Mengerahkan kemampuan secara maksimal

4) Berani menanggung resiko yang telah dikerjakan bersama. 5) Terbuka terhadap kritik dan saran dari anggota kelompok

12 c. Manfaat Kerjasama

Riyanto & Martinus (2008:109) menjelaskan manfaat dari kerja kelompok dalam hubungannya dengan pengembangan diri yaitu semakin diri seseorang mengenali dirinya. Orang lain menjadi tolok ukur supaya dia (yang bersangkutan) dapat membandingkan dirinya dengan orang lain. Selain itu mereka juga berpendapat jika seseorang tidak bisa menilai dirinya artinya dia tidak mengenal dirinya. Demikain juga dia tidak akan mampu mengenal orang lain sebagai mitranya.

Disamping hal-hal di atas beberapa keuntungan bekerja bersama (kelompok) menurut Riyanto & Martinus (2008:109) antara lain: 1. Dalam keadaan normal, tingkat produktivitas kelompok akan lebih

tinggi dari pada produktivitas perorangan

2. Keputusan yang diambil oleh kelompok biasanya lebih tepat daripada yang diputuskan oleh seorang diri saja.

3. Dalam kelompok proses sosialisasi dipercepat. Orang yang hdup sendiri tidak membutuhkan proses sosialisasi dengan orang lain. Tetapi orang yang hidup dengan orang lain akan membutuhkan sosialisasi dan itu terjadi dalam kelompok.

4. Kehidupan berkelompok mengembangkan kehidupan yang beradab. Dalam hal ini kehadiran kelompok sebagai alat kontrol dalam bertindak.

5. Dalam kelompok orang akan belajar memecahkan konflik dengan lebih efektif. Orang yang tidak pernah hidup berkelompok akan

13 mencari menangnya sendiri an berusaha untuk selalu diterima pendapatnya.

6. Hidup berkelompok meningkatkan kualitas hidup individu karena orang cenderung tidak mau kalah dengan orang lain. Ketika orang lain berhasil ada kecenderungan untuk mengikuti jejak orang yang telah berhasil tersebut.

Peneliti menyimpulkan manfaat kerjasama adalah semakin memudahkan suatu pekerjaan yang akan dilakanakan dan semakin memaksimalkan hasil yang ingin dicapai.

2. Prestasi Belajar Matematika a. Prestasi Belajar

Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan hasil akhir yang telah dicapai dengan berbagai proses yang telah dilalui. Masidjo (1995:38) mengungkapkan bahwa prestasi belajar dimana guru menggunakan alat ukut yang disebut tes. Prestasi belajar dapat diukur dengan alat yang disebut tes sebagai alat pengukurnya. Ahmadi (dalam Sahetapy,2016:8) menjelaskan prestasi belajar adalah prestasi yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interkasi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu.

Berdasarkan pernyataan para ahli di atas mengenai prestasi belajar maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan suatu pencapaian tertinggi yang telah dilakukan seorang individu atau

14 kelompok setelah menjalani proses pembelajaran ataupun interkasi/kerjasama dalam kelompoknya

b. Prestasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan prestasi adalah hasil yang telah dicapai (Poerwadarminta, 1995:768). Sedangkan menurut Winataputra (1995:177) prestasi adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukannya.

Ibrahim (2000:353) mendefinisikan prestasi sebagai piagam atau pengharagaan yang diberikan kepada seseorang karena telah mencapai suatu tujuan yang baik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah bagian yang diterima seseorang setelah ia melakukan sesuatu baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Dari beberapa pengertian yang telah disampaikan oleh beberapa pakar di atas maka dapat disimpulkan prestasi adalah suatu pencapaian tertinggi yang telah dicapai seseorang atau kelompok dengan berbagai usaha yang telah ditempuhnya. Berdasarkan pernyataan tersebut berkaiatan dengan penelitian ini yaitu bagaimana meningkatkan prestasi siswa dalam belajar matematika, sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

c. Belajar

Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap Rustiyah (dalam Subekti, 2009:14). Witting (dalam Syah,

15 2016:89) Belajar merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku sesuatu organisme sebagai hasil pengalaman.

Poerwadarminta (1995:14) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Winaputra yang mengutip pendapat Morgan (1995:148) belajar adalah setiap perubahan relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dan latihan atau pengalaman. Sedangkan Winkel (1991:36) merumuskan belajar adalah sebagai suatu aktivitas mental/fsikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketermpilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersikap relatif konstan dan berbekas.

Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh seseorang mengalami sebuah latihan. serta pengalaman tertentu dalam hidupnya.

1) Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Pretasi belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yang tentunya menjadi perhatian bagi guru dalam mengajar. Syah (2016:129) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu:

16 a) Faktor Internal

Faktor internal merupakan fator yang disebabkan di dalam diri siswa sendiri yang meliputi:

a. Bakat, merupakan kemampuan untuk belajar

b. Kecerdasan yaitu dasarpotensui yang dimiliki oleh setiap siswa

c. Minat, merupakan suatuketertarikan atau perhatian pada obyek yang cenderung bersifat menatap yang didalamnya ada unsur rasa senang.

d. Motivasi, yaitu suatu tenanga yang mendorong setiap individu bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. b) Faktor Eksternal

Faktor external siswa yakni atas dua macam yaitu faktor lingkunngan sosial dan faktor non sosial. Lingkungan social yang paling berpengaruh disini adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sedangkan faktor non sosial yaitu yang gedung sekolah, letak sekolah siswa dengan rumahnya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan siswa dalam belajar ketika di sekolah.

c) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan disini meliputi bagaimana siswa menyikapi pelajaran yang dihadapi dan bagai mana strategi dan metode yang digunakannya dalam memecahkan masalah

17 tersebut. Semakin mendalam siswa menyelami permaslahan yang dihadapi dengan strategi dan metode yang digunakan maka semakin mampu dia memecahkan masalah tersebut maka akan berpengaruh dengan prestasi belajarnya.

2) Indikator Prestasi Belajar

Indikator pencpaian prestasi belajar siswa adalah rata-rata nilai tes dan persentase jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Rata-rata nilai tes yaitu skor yang diperoleh siswa pada saat mengerjakan tes yang diujikan pada soal evaluasi dan skor KKM matematika sebesar 65.00. KKM menjadi acuan bagi pencapaian siswa dalam mencapai penguasaan atau pemahaman materi yang disampaikan. Rata-rata nilai tes siswa menunjukkan peningkatan atau penurunan pemahaman siswa terhadap materi setiap siklus yang diajarkan. Dari nilai tes lah diketahui bahwa siswa mampu atau tidak mencapai KKM yang telah disepakati sekolah.

d. Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin “manthanein atau mathema” yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut Wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yang kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat

18 logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten (Depdiknas, 2004:3).

Hollands (1998:81) yang dikutip oleh Subekti (2009:19) berpendapat mengenai matematika bahwa matematika adalah suatu sistem yang rumit tetapi tersusun sangat baik yang mempunyai banyak cabang.

Prestasi belajar matematika adalah hasil dari suatu kegiatan perubahan tingkah laku seseorang untuk menguasai pengetahuan alam dan dalam kajian matematika yang diperoleh melalui tes matematika (Subekti, 2009:15)

Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan yang telah dicapai siswa lewat berbagai kegiatan atau pelatihan dalam bidang matematika, yang diukur dengan alat ukur berupa tes matematika.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Abidin (2014:241) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok, tetapi lebih dari sekedar belajar bersama atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat interdepedensi efektif di antara anggota kelompok.

19 Unsur–unsur yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut: (Abidin, 2014:242-243)

1. Memiliki persepsi mereka tengelam dan berenang bersama 2. Tanggung jawab individu dan siswa lain dalam kelompoknya 3. Berpandangan semua memiliki tanggung jawab yang sama

4. Berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya 5. Pengulangan/evaluasi yang berpengaruh pada seluruh anggota

kelompok

6. Berbagi kepimpinan dan bekerja sama

7. Bertanggung jawab individual terhadap materi yang ditangani kelompok.

Menurut Thompson (dalam Subekti 2009:12) pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran sains. Siswa dalam proses pembelajaran kooperatif akan dibentuk ke dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang yang saling membantu satu sama lain, dengan kemampuan yang heterogen. Kelompok-kelompok kecil itulah yang akan menjadi mitra mereka dalam berproses.

Secara sederhana dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif berkaitan dengan penelitian ini yaitu suatu cara untuk membantu siswa belajar secara berkelompok, saling membantu dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar baik secara individu maupun kelompok.

20

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Carin (dalam Subekti, 2009:18) menyebutkan beberapa ciri dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 1) setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, 3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya, 4) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, 5) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tiga konsep penting dalam pembelajarn kooperatif yaitu: (Slavin, 2005:10)

1. Penghargaan bagi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan-penghargaan jika tim telah berhasil melampaui kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

2. Tanggung jawab individu

Maksudnya ialah kesuskesan tim tergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap anggota siap dalam mengerjakan kuis tanpa bantuan temannya.

3. Kesempatan sukses yang sama

Setiap anggota tim memberikan kontribusi bagi kelompoknya dengan cara meningkatkan kinerja masing-masing anggota

21 kelompok. Hal ini memungkinkan dan memastikan bahwa anggota kelompok dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah semuanya berkontribusi untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya. Dan perlu diingat bahwa apapun bentuk kontribusi dari anggota kelompok sangat bernilai bagi kemajuan tim.

c. Tujuan Model Pembelajaran kooperatif

Model Pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Kagan dan Kagan (1994:18) dan disimpulkan oleh Abidin (2014:245) bahwa pembelajaran kooperatif ini berfungsi membangun kerja sama, melatih daya nalar, dan mengembangkan kecakapan intelektual siswa. Jadi boleh dikatakan bahwa pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu model dalam proses pembelajaran di kelas karena dapat meningkatkan kerja sama antar siswa dan meningkatkan daya nalar siswa.

Model pembelajaran kooperatif ini paling tidak memuat beberapa tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Ibrahim, dkk (2006:7) yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Belajar kooperatif mencakup beberapa tujuan yang salah satunya yaitu supaya hasil belajar akademik semakin meningkat atau dengan kata lain semakin meningkatkan beberapa aspek yang berkaitan dengan akademik, entah itu tugas-tugas maupun tes-tes lainnya. Beberapa ahli sepakat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep sulit.

22 Pengembang model ini telah berhasil membuktikan struktur pemberian penghargaan dapat memberikan efek yaitu dapat meningkatkan nilai siswa dalam belajar dan berhubungan dengan perubahan norma yang berkaitan dengan hasil belajar. Selain mengubah norma dalam memperoleh hasil belajar juga dapat memberi keuntungan kepada kelompok siswa berkemampuan rendah dan juga kepada siswa berkemapuan tinggi dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan ini memberi pengertian bahwa dalam pembelajaran kooperatif ini setiap siswa digabung dalam satu kelompok yang sama yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, jenis kelamin dan tingkat kemampuan. Pembelajaran kooperatif ini memungkinkan siswa untuk saling menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan yang terakhir ini diharapkan setiap individu dapat saling bekerja sama dalam membangun keterampilan sosial. Keterampilan sosial yang perlu dikembangkan adalah keterampilan kerja sama dalam kelompok dan kolaborasi.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa fase seperti yang diuraikan oleh Ibrahim (2000:10) sebagai berikut.

23 Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 :

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2:

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase 3:

Mengorganisikan siswa dalam kelompok-kelompok

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar

melakukan transisi secara efisien Fase 4:

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas yang diberikan.

Fase 5: Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dpielajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6:

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Abidin, (2014:248) menyatakan bahwa pembelajaran tipe ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif tempat siswa belajar secara berkelompok, berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep. Semua anggota kelompok berbagi tanggung jawab.

Slavin (2005:143) mengungkapkan bahwa STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Sedangkan menurut

24 Trianto (2009:68) pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran koperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran anggota menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Huda (dalam Andari, 2016:25) berpendapat bahwa STAD merupakan metode yang melibatkan “kompetisi” antarkelompok, pemilihan kelompok sangat beragam berdasarkan kemampuan, jenis kelamin, rasa atau etnis. Siswa mempelajari materi secara kelompok kemudian diuji secara individu melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang didapatkan kelompok. Jadi setiap anggota kelompok dipacu untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Adapun menurut Slavin (dalam Rusman (2013:214) gagasan utama STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang diajarkan guru. STAD ini bertujuan untuk menyampaikan informasi atau pembelajaran dengan cara mengajak siswa berdiskusi dalam tim, dengan beriskusi berupa kerjasama tim untuk memecahkan masalah siswa terdorong untuk berbagi sehingga proses interaksi terjalin untuk mendapatkan prestasi yang tinggi (achievement) dari guru. Sedangkan menurut Isjoni (2013:74) tipe ini merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal.

25 Jadi pengertian STAD menurut penulis setelah melihat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa pakar di atas adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara kelompok kecil dimana dalam pembelajaran tersebut siswa dibagi secara heterogen yang meliputi kemampuan akademik, jenis kelamin, ras dan suku untuk saling bekerjasama, berdiskusi memecahkan masalah dan memperoleh penghargaan atas prestasi yang telah dicapai.

b. Komponen utama STAD

Metode STAD ini terdapat lima komponen dasar atau utama dalam penerapannya yaitu: (Slavin, 2005:143)

1. Presentasi kelas

Metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan metode langsung. Metode ini mengharapkan bahwa siswa benar-benar memberi perhatian pada apa yang telah disampaikan oleh guru. Hal ini bertujuan supaya dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis yang nantinya diberikan, skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

2. Tim

Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 atau 5 orang dalam setiap kelompok. Pembagian ini secara heterogen yang mana setiap kelompok harus ada laki-laki dan perempuannya dan kemampuan mereka juga harus ada yang tinggi, sedang dan rendah, serta dari berbagai latar belakang suku agama dan ras. Setelah guru

26 memberikan materi, anggota tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Kemudian yang paling penting dalan pembelajaran ini melibatkan pembahasan bersama, membandingkan jawaban, mengoreksi tiap kesalahpahaman apabila ada anggota tim yang membauat kesalahan.

3. Kuis

Setelah presentasi dilakukan satu atau dua periode oleh guru, kemudian diberikan tugas kepada masing-masing siswa. Dalam hal ini setiap siswa tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan. Setiap siswa bertanggung jawab memahami materinya.

4. Skor kemajuan individual

Skor kemajuan individu ini bertujuan untuk memotivasi siswa belajar lebih giat. Sebab nilai yang mereka peroleh sangat berarti bagi kelompok. Berapa pun nilai yang dikumpulkan merupakan suatu sumbangan yang berarti bagi kelompok. Nilai setiap kelompok akan diperoleh dari skor awal tiap-tiap anggota kelompok dengan diberi kuis yang sama.

5. Rekognisi tim

Setiap kelompok berhak mendapatkan sertifikat atau penghargaan jika mereka telah berhasil mengumpulkan point melebihi dari yang telah disepakati.

Sedangkan Rusman (2013) membentuk model pembelajaran tipe STAD ini menjadi 6 langkah yaitu sebagai berikut:

27 1. Penyampaian Tujuan Pembelajaran

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut.

2. Pembagian Kelompok

Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik dan kemampuan. 3. Presentasi Materi Oleh Guru.

Guru menyampaikan materi pemelajaran setelah terlebih dahulu meyampaian tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh siswa serta pentingnya pokok bahasan yang akan dipelajari selain itu juga pentingnya memberikan dorongan untuk siswa saling bekerjasama. 4. Kegiatan Belajar Dalam Kelompok

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk dan mendalami materi yang telah dipelajari. Guru memberikan lembar kerja siswa sehingga ada pedoman bagi siswa untuk mengerjakan tugas terrsebut. Dengan adanya pedoman tersebut siswa dapat berdiskusi mengerjakan tugas dengan baik. Disinilah guru mengamati dan meberikan bantuan atau bimbingan dalam kelompok jika siswa belum memahami pelajaran.

5. Kuis

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan melakukan penilaian terhadap hasil pada

28 setiap siswa dan kelompok. Kuis diberikan secara individual dan jika berhasil dijawab akan menambah poin bagi kelompok.

6. Penghargaan Prestasi Tim

Pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok merupakan kegiatan uantuk memotivasi ssiwa dalam kelompok nya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan apa yang telah dikembangkan oleh Rusman (2013) yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:1) penyampaian tujuan dan arahan;2) pembagian kelompok;3) presentasi materi oleh guru;4) kegiatan belajar dalam kelompok dan mengerjakan tugas LKS;5) pemberian kuis;6) penghargaan tim atau kelompok. Alasan peneliti menggunakan langkah-langkah yang dikembangkan oleh Rusman yaitu karena dalam mencapai hasil yang maksimal dibentuk langkah-langkah yang jelas dan runut sehingga dapat diikuti secara jelas pula.

c. Keunggulan tipe STAD

Menurut Lie (dalam Abidin, 2014:248) keunggulan tipe STAD ini jika dikaitkan dengan pembentukan kelompok berdasarkan heterogen yaitu :

1. Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung

2. Kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik dan gender.

29 3. Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan asisten untuk setiap tiga orang.

Menurut peneliti beberapa keunggulan model pembelajaran tipe STAD ini yaitu siswa merasa bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sehingga memungkinkan mereka untuk bekerja keras dalam mencapai hasil yang maksimal,

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan yang pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya mengenai penerapan dari tipe ini terhadap peserta didik. 1. Purnomo. A. (2015). (skripsi) Judul penelitiannya “Penigkatan Kerjasama

dan Prestasi Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan keaktifan pada kondisi awal 53,4 (rendah), pada siklus I menjadi 70,4 (tinggi), dan

Dokumen terkait