• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa subyek merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga. Melalui wawancara pula dan test TAT serta didukung oleh hasil observasi yang dilakukan maka dapat diketahui konsep diri istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga termasuk dalam kategori yang positif atau negatif. Konsep diri itu sendiri memiliki 3 aspek, yaitu:

1. Pengetahuan Tentang Diri

Aspek pengetahuan diri subyek baik, hal itu dikarenakan subyek mengerti dengan benar kekurangan dan kelebihan yang ada pada dirinya, sebagai contoh pada hasil wawancara W/PTD+/467:

terlalu pemaaf deh kayanya

W/PTD+/522 :

“...mungkin karena seneng bergaul dengan orang ya jadi melakukan pendekatan ke orang itu lebih cepat, untuk ngelobby orang juga. Ya pokoknya suruh jual barang apa

aja bisa...”.

Selain itu subyek juga mau menerima dan mengakui bahwa setiap kejadian buruk yang menimpa diri subyek adalah bagian dari masa lalu subyek, ia tidak berusaha untuk melupakan setiap kejadian buruk yang menimpa dirinya. Walaupun mungkin untuk sebagian orang hal tersebut dapat

menyebabkan trauma yang panjang. Hal ini dapat dilihat pada hasil wawancara dengan kode W/PTD+/52:

“..Jadi istilahnya tukang asuhnya itu tukang asuhnya ci Y itu yang istilahnya itu ngelakukan hubungan sex jadi yang bener-bener istilahnya tante tuh….e… ngga papa kan dibuka kan…Jadi dia tuh celananya dibuka terus alat kelaminnya itu diitukan ke ci Y sampe…maaf loh ngomong istilahnya sampe si keringet e…spermanya itu suruh ngelap pake celana ci Y. Lalu dia bilang celananya itu kasih sama

mbaknya itu. Itu yang pertama kali ci Y...”

W/PTD+/63:

“..Nah dalam fase pertumbuhan dari umur 5 tahun sampe 18 tahun itu pun ngalamin lagi hal itu gitu dan juga yang ngelakukan itu orang terdekat juga gitu loh. Nah yang dulu itu masih saudara juga, yang sekarang dari umur 5 sampe 18 tahun mengalami jadi istilahnya tantenya ci Y tuh kaya papa punya cici, jadi suaminya cici ini yang ngasuh Y dari umur 5 tahun sampe 18 tahun itu yang ngelakukan hal itu ke Y, dari umur aku lima…tiga… kayaknya umur SMP

kelas 2, 13tahun sampai 18tahun jadi selama 6 tahun itu

mengalami itu hampir setiap hari...”

Subyek mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang yang dekat dengan subyek tetapi subyek tetap bisa menerima kejadian itu dan menceritakannya kembali pada peneliti, dengan demikian subyek memiliki pengetahuan diri positif. Subyek juga menyadari benar bahwa dirinya adalah korban kekerasan dalam rumah tangga, ditunjukkan pada hasil wawancara dengan kode W/PTD+/127:

“..jadi ya udah ribut ribut ribut sampai ya sering gitu dipukulin bahkan sempat nih di sini nih pake apa sih kaya kapak ya kapak yang kecil itu ke kepala sini...”

W/PTD+/178:

“..Bahkan didepan C, C tuh udah umur setahunan lebih lah, bahkan didepan C itu sering juga dipukul bahkan dicekek bahkan ditarik sampai C itu traumanya..”

W/PTD+/233:

”...yang papanya B bukannya melakukan kekersan fisik tapi psikis hahaha….ya kan. Bisa ngga maksudnya membedakan, jadi istilahnya kita tuh tetep ngga di hargain. Intinya tuh the point kita tuh tetep tidak dianggap sebagai manusia sebenernya, ya kan, jadi dia mau dateng kalo dia mau, dan dia mau dateng kalo dia butuh make love gitu....”

2. Pengharapan Diri

Pada konsep diri terkandung aspek harapan, aspek harapan yang dimiliki subyek adalah aspek harapan diri yang negatif. Hal ini dikarenakan banyak harapan subyek yang cenderung tidak realistis. Pengharapan yang sedemikian rupa sehingga dalam kenyataannya subyek tidak mencapai apapun yang berharga. Dalam kehidupannya, dari sejak kecil sampai dengan saat ini subyek selalu mencari penghargaan dari orang lain, seperti yang ditunjukkan pada tes TAT dengan kode T/HD–/14 dimana keinginan subyek adalah dihargai oleh orang lain terutama orang terdekatnya. Subyek selalu merasa terbuang dan tidak diakui keberadaannya, hal ini membuat subyek selalu berharap bahwa orang lain bisa menghargai dirinya dan menganggapnya sebagai seseorang yang berharga dan mempunyai nilai, seperti yang tertera pada data wawancara dengan kode W/HD–/229:

“..Tapi tolong hargai, hargain saya gitu, maksudnya tuh lu boleh lu ngga dateng, gua ngga mungkin lah lu tuh ngga mungkin lah bisa jadi milik gua tuh udah tau cuma

maksudnya tolong hargain, hargain jangan memperlakukan seperti apa yang sudah orang lain perlakukan gitu..”

Harapan diri yang negatif juga ditunjukkan oleh keinginan subyek untuk mempunyai keluarga yang utuh. Harapan diri subyek tergolong harapan diri yang negatif karena harapan subyek jauh dari kenyataan yang ada dan sangat kecil sekali kemungkinannya untuk diwujudkan. Hal ini dikarenakan subyek merupakan istri kedua dan subyek sudah 3 kali menikah. Selain itu dari pernikahan kedua subyek juga menghasilkan seorang anak, dimana anak tersebut tinggal dengan mantan suami subyek. Harapan ini terungkap pada hasil wawancara dengan kode:

W/HD−/588

“..Cuma pingin ngerasain gimana sih punya keluarga yang bener-bener lengkap istilahnya ngga terpecah-pecah gitu, impiannya sih itu suatu saat nanti memang sih ngga kepikiran ya cari suami lagi atau apa...”

W/HD−/592

”..Ada impian pengen bisa gitu pengen ngelihat gimana rasanya papa mama anak jadi satu kan dari dulu ci Y ngga pernah ngerasain keluarga jadi satu. Ya pengen supaya B ngerasain ini loh ada mama ada papanya...”

Harapan subyek agar suaminya bertanggung jawab atas keluarga juga menjadi suatu harapan yang jauh dari kenyataan karena suami ketiga subyek sudah tua, sakit-sakitan, dan tidak berpenghasilan. Sehingga, subyek menjadi satu-satunya orang yang harus menanggung biaya hidup subyek maupun biaya hidup suami. Subyek juga berharap suaminya dapat berubah ditunjukkan pada wawancara W/HD−/373:

“...Ya itu karena ada believe gitu loh bahwa believe someday orang ini akan berubah...”

Perubahan sikap pada seseorang sangat mungkin terjadi, tetapi dalam kasus ini kemungkinan perubahan sikap pada suami subyek sangat kecil, tetapi subyek selalu berharap bahwa sikap suaminya akan berubah, walaupun harapan tersebut sangat kecil untuk diwujudkan.

3. Penilaian Terhadap Diri

Pada aspek penilaian terhadap diri subyek juga tergolong negatif. Hal ini dikarenakan subyek selalu memandang dirinya sebagai seorang perempuan yang lemah dan tidak berdaya sehingga selalu pasrah pada keadaan. Menurut subyek, laki-laki mempunyai kuasa yang besar atas diri wanita, sehingga laki-laki dapat dengan mudahnya menjatuhkan wanita sama seperti hasil wawancara dengan kode W/PnTD–/146:

“..rasanya tuh udah bener-bener muak karena dari kecil sampe sekarang tuh yang jatuhin itu selalu laki-laki...”

Masa lalu subyek banyak mempengaruhi penilaian subyek terhadap sosok laki-laki, dimana sosok yang seharusnya melindungi justru menjatuhkan subyek. Pada kenyataan sehari-hari subyek selalu merasa tidak dihargai oleh orang disekitarnya terutama lawan jenis dan orang-orang yang mempunyai hubungan emosional dengan subyek. Dalam tes TAT juga terlihat bahwa kebutuhan utama subyek adalah kebutuhan untuk dihargai dan dicintai serta menjalin hubungan dengan orang lain, seperti yang tertera pada T/PnTD–/14. Subyek memberi penilaian pada dirinya juga negatif, apapun yang diperolehnya tampak tidak berharga dibanding

dengan apa yang diperoleh orang lain. Saat ini subyek menjabat sebagai kepala cabang sebuah perusahaan keuangan yang cukup ternama di Yogyakarta bahkan di Indonesia. Tetapi prestasi tersebut tidak membuat subyek merasa bangga hal ini dapat dilihat pada hasil wawancara dengan kode W/PnTD–/778:

“Belum lah baru cuman jadi ah…baru cuman jadi begini, masih kroco hahaha…..”

Subyek menganggap bahwa prestasinya saat ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan prestasi orang lain. Maka, dari hasil wawancara dan tes TAT serta penilaian peneliti terhadap diri subyek, dapat diketahui subyek memiliki penilaian terhadap diri yang negatif.

Dilihat dari ketiga aspek yang terkandung dalam konsep diri, hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek memiliki konsep diri yang negatif. Subyek mengenal dirinya dengan baik dan dapat menyimpan informasi, baik yang positif maupun negatif tentang dirinya, serta memahami dan menerima sejumlah fakta tentang dirinya. Kelemahan yang sangat terlihat yaitu subyek selalu ingin untuk dihargai dan dicintai terutama oleh orang-orang terdekatnya. Subyek juga merasa bahwa apa yang ia miliki sekarang tidak lebih baik dari orang lain. Harapan diri subyek juga tidak realistis dan jauh dari kenyataan yang ada. Kemungkinan untuk mewujudkan harapan tersebut pun sangat kecil.

Dokumen terkait