• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar timbal darah dengan gangguan perilaku pada anak usia sekolah dasar. Pengambilan sampel dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Al Wasliyah Timbang Deli jalan Pertahanan, Kecamatan Medan Amplas, Medan, propinsi Sumatera Utara. Secara geografis kecamatan Medan Amplas terletak di sebelah timur kota Medan. Di daerah ini terdapat sebuah terminal angkutan umum yang besar dan sibuk karena merupakan pusat pemberhentian angkutan umum dari dan ke kota Medan.

Selain itu juga terdapat banyak pabrik dari industri komponen bahan bangunan, minuman keras, makanan ternak, makan ringan dan lain lain.

Pengambilan sampel dilakukan pada Juni 2015. Pada 292 siswa kelas 3,4,5 dan 6 diberikan surat undangan, penjelasan dan persetujuan untuk orang tua. Kemudian 50 orang siswa yang bersedia dan mengumpulkan persetujuan dari orang tua dijadikan sebagai sampel penelitian. Orang tua diminta mengisi kuesioner CBCL dan pada anak dilakukan pengambilan darah perifer untuk menilai kadar timbal darah.

Hasil pemeriksaan terhadap kadar Pb dalam darah menunjukkan nilai terendah 1.477 µg/dl dan tertinggi 3.989 µg/dl. dengan rerata 2.580 µg/dl.

NIlai tersebut tidak melebihi nilai referensi dari ACCLP yaitu > 5 µg/dl.

Sehingga kami bagi menjadi dua kelompok anak dengan kadar timbal darah di bawah dan di atas rerata.

Tabel 4.1 Faktor risiko kadar timbal darah anak

Karakteristik

Cat terkelupas, n (%) timbal yang lebih tinggi. Mayoritas anak laki-laki memiliki kadar timbal darah lebih rendah sedangkan anak perempuan memiliki kadar timbal darah yang lebih tinggi. Status nutrisi dan ekonomi keluarga tidak berpengaruh pada kadar timbal anak.

Faktor yang berpengaruh secara signifikan yaitu jarak rumah dengan sumber paparan timbal (p=0.001). Mayoritas anak tinggal di rumah yang di cat dan terdapat hubungan yang signifikan kadar timbal dengan cat rumah yang terkelupas (0.021). Faktor lain yang juga mempengaruhi kadar timbal

secara signifikan yaitu sumber air minum yang berasal dari air ledeng (p=0.036)

Tidak ada peningkatan kadar timbal darah dengan kebiasaan pada anak baik kebiasaan mengkonsumsi makanan kaleng dan selain makanan, gigit jari, jajanan pinggir jalan dan kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan

Tabel 4.2 Analisis multivariat faktor risiko kadar timbal darah

Exp (B) Wald Sig

Dari hasil analisis multivariat pada tabel 4.2 menunjukkan lokasi rumah dengan sumber paparan (p=0.040) merupakan faktor yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap kadar timbal darah anak.

Tabel 4.3 Variabel gangguan perilaku yang dipengaruhi kadar timbal darah

Karakteristik Kadar timbal

Hasil analisis bivariat kadar timbal darah terhadap gangguan perilaku pada tabel 4.3 didapati bahwa kadar timbal darah berhubungan secara signifikan dengan gangguan perilaku masalah sosial (p=0.045).

Tabel 4.4 Analisis multivariat gangguan perilaku

Gangguan perilaku X2 p value

Pendiam 1.065 0.302

Keluhan somatik 0.133 0.716

Depresi 0.000 1.000 multivariat gangguan perilaku yang paling dipengaruhi kadar timbal darah yaitu gangguan sosial (p=0.049)

Tabel 4.5 Analisis bivariat gangguan perilaku dengan kadar timbal

Gangguan perilaku Kadar timbal Kadar timbal

< 2.580µg/dl internal diperoleh sebanyak 30 orang dimana 60.0% memiliki kadar timbal

rendah dan 40.0% tinggi. Sedangkan anak yang memiliki masalah perilaku internal diperoleh sebanyak 20 orang anak dimana 25.0% memiliki kadar timbal rendah dan 75.0% tinggi (p=0.021)

Dari tabel tersebut juga diketahui anak yang tidak memiliki masalah eksternal 35 orang dimana 57.1% memiliki kadar timbal rendah dan 42.9%

tinggi. Sedangkan anak yang memiliki masalah perilaku ekstrenal diperoleh sebanyak 15 orang anak dimana 20.0% memiliki kadar timbal rendah dan 80.0% tinggi (p=0.023)

Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar timbal darah yang tinggi dengan terjadinya gangguan baik perilaku internal (p=0.21) dan gangguan perilaku eksternal (p=0.023).

BAB 5 PEMBAHASAN

Banyak faktor yang mempengaruhi konsentrasi timbal darah anak.

Termasuk usia anak, keadaan rumah, lokasi rumah, kondisi lingkungan, kebiasaan makan dan tingkat edukasi dan sosial ekonomi keluarga.48,49 Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Al-Wasliyah Timbang Deli di Jalan Pertahanan, Kecamatan Medan Amplas, Medan. Terdapat beberapa industri, usaha dan terminal yang padat dengan kendaraan bermotor, menimbulkan polusi udara yang mengandung timbal. Kondisi ini mengakibatkan anak-anak yang bersekolah di lokasi tersebut semakin mudah terpapar timbal baik melalui pernafasan, maupun dari debu atau tanah yang disentuh oleh anak saat bermain.

Pada pemeriksaan kadar timbal darah tidak ditemukan nilai lebih dari 5 μg/dL, sehingga masih berada dibawah kadar referensi timbal sesuai dengan ACCLPP pada tahun 2012.17 Pada penelitian ini kadar timbal darah yang dijumpai antara 1.4 μg/dL sampai dengan 3.9 μg/dL. Namun tidak ada batas aman untuk paparan timbal, meskipun dijumpai kadar timbal darah yang rendah pada anak.4

Pada penelitian sebelumnya, umur merupakan faktor risiko paparan timbal. Anak dibawah usia 6 tahun rentan mengalami keracunan timbal oleh karena peningkatan perilaku mengulum tangan ke mulut, sawar darah otak

yang immatur dan koinsiden dengan anemia defisiensi besi.49 Namun hasil penelitian di Cina tahun 2014 peningkatan kadar timbal darah pada anak terjadi sejak usia 6 tahun karena pada usia ini anak memiliki kontrol makanannya sendiri dan lebih banyak beraktifitas di luar rumah.19,48 Pada penelitian ini umur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kadar timbal darah.

Faktor gizi yang baik bermanfaat mencegah keracunan timbal dalam darah anak. Apabila status gizi anak buruk atau kurang, maka kemungkinan dampak paparan timbal yang tinggi dalam darah semakin memicu terjadinya gangguan perilaku anak.35 Namun pada penelitian ini tidak didapati hubungan yang signifikan antara kadar timbal dan status gizi anak.

Pada analisa bivariat yang kemudian dilanjutkan dengan multivariat pada penelitian ini didapati jarak rumah dari sumber paparan merupakan faktor yang berhubungan secara signifikan terhadap kadar timbal darah. Hal ini juga sesuai dengan penelitian pada anak usia Sekolah Dasar (SD) di Jakarta tahun 1998 didapati 26,7% anak memiliki kadar timbal darah lebih besar dari 10 µg/dl. Kadar timbal yang tinggi tersebut ditemukan pada anak-anak yang hidup di daerah yang padat lalu lintas.6,7

Timbal banyak digunakan di beragam produk seperti pipa, baterai, cat, bahan vinil, pembungkus wayar dan perisai radiasi.13 Debu atau serpihan yang berasal dari cat berbahan dasar timbal juga dapat menjadi sumber timbal melalui inhalasi.14 Pada penelitian ini, terdapat hubungan yang

signifikan antara kadar timbal darah dengan kondisi cat rumah yang terkelupas. Anak-anak yang hidup di rumah dengan cat terkelupas tentunya risiko terpapar timbal juga semakin tinggi.

Paparan timbal yang paling sering masuk melalui makanan. Timbal yang terdapat pada kemasan makanan kaleng, pipa air, dan mainan anak-anak juga berisiko masuk melalui saluran pencernaan. Pada fase oral anak-anak akan sering memasukkan semua benda yang digenggamnya ke dalam mulut.

Absorbsi timbal pada saluran pencernaan anak tiga kali lebih besar dibandingkan dewasa.5 Pada penelitian ini usia sampel tidak lagi pada usia fase oral. Selain itu juga mayoritas anak tidak memiliki kebiasaan makan makanan kemasan atau kaleng. Sehingga tidak ada hubungan yang signifikan kebiasaan anak dengan peningkatan kadar timbal.

Penelitian di Cina tahun 2014 didapati berbagai industri di Cina mencemari pemukimanan penduduk di sekitarnya, debu timbal terhirup dan tertelan melalui tangan kotor anak-anak. Sehingga kebiasaan perilaku mencuci tangan dapat mengurangi papara timbal.49 Pada penelitian ini tidak didapati adanya hubungan yang signifikan antara perilaku tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan kadar timbal darah.

Sumber timbal lainnya yaitu pipa air ledeng kota.2 Indonesia mempunyai nilai ambang batas timbal untuk air bersih dan air minum berdasarkan Permenkes RI No. 416 tahun 1990 yaitu sebesar 0.05 mg/dL.50 Hasil penelitian di Kanada tahun 2012, pada 306 anak yang berusia antara

satu sampai dengan lima tahun, dijumpai hubungan antara peningkatan kadar timbal darah sebesar 1.78 µg/dL dan air yang mengandung timbal yang mencapai 3.3 µg/L.51 Pada penelitian ini sumber air minum merupakan faktor risiko yang signifikan. Anak yang mempunyai sumber air minum berasal dari air leding lebih berisiko terpapar timbal, namun belum pernah dilakukan pemeriksaan kandungan timbal dalam sumber air kebutuhan sehari-hari di lokasi tersebut.

Pada penelitian di Cina tahun 2004 dijumpai hubungan yang signifikan antara kadar timbal darah dengan gangguan internalisasi, kecemasan dan depresi.52 Penelitian di India tahun 2009 dijumpai kadar timbal yang tinggi dalam darah anak mempengaruhi perilaku seperti kecemasan, perilaku sosial dan kerentanan fungsi eksekutif serta perhatian secara khusus.12 Sesuai dengan penelitian ini didapati hubungan yang signifikan baik dari analisa bivariat dan multivariat antara kadar timbal dengan gangguan perilaku masalah perilaku sosial.

Peningkatan kadar timbal darah memiliki hubungan dengan perubahan perilaku dan merupakan akumulasi efek langsung dan efek tidak langsung dari timbal.11 Dari hasil penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara kadar timbal anak dengan gangguan perilaku anak baik gangguan internalisasi maupun ekstenalisasi. Hasil ini juga sesuai dengan banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.11,12,53-55

Dari seluruh sampel terdapat 12 anak yang tidak mengalami gangguan internalisasi dan 15 anak tidak mengalami gangguan eksternalisasi meski memiliki kadar timbal darah di atas rata-rata. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang membentuk perilaku anak seperti lingkungan rumah seperti status gizi dan pola asuh orang tua, lingkungan sekolah dan sosial ekonomi.

Namun, hasil penelitian ini memerlukan interpretasi lebih teliti lagi, karena penggunaan CBCL merupakan alat skiring ganggaun perilaku, diperlukan diagnosis secara klinis yang sesuai kriteria standar.

Terdapat faktor lain yang pada penelitian ini yang belum diteliti secara mendalam. Faktor tersebut mungkin mempengaruhi hal antara lain karena faktor gizi anak cukup baik dapat berpengaruh terhadap pembentukan dan pertumbuhan sel otak pada SSP yang optimal. Semakin baik perkembangan sistem saraf pusat si anak, maka akan berpengaruh terhadap perkembangan IQ yang juga berdampak pada perilaku anak.34,35

Tidak ada batas aman untuk paparan timbal, meskipun dijumpai kadar timbal darah yang rendah pada anak, namun pada kadar tersebut akan mengakibatkan defisit perkembangan neurologi yang permanen. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah terjadinya terjadi peningkatan kadar timbal darah pada anak yang terpapar timbal. Selain itu

kebiasaan mencuci tangan pada anak merupakan salah satu hal yang mudah dilakukan pada anak namun sangat berguna untuk kesehatan.36

BAB 6

Dokumen terkait