• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

Dalam dokumen Hubungan antara tingkat religiustas deng (Halaman 56-114)

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

1. Sekilas Sejarah Berdirinya SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang (SMA ISSA 3) didirikan oleh Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) Semarang. Yayasan ini semula bernama Yayasan Badan Wakaf yang didirikan oleh sekelompok cendekiawan muslim Semarang (Jawa Tengah). Yayasan ini secara resmi tercatat pada akta Notaris Tan A Sioe tanggal 13 Juli 1950.

Pada tanggal 21 September 1962 didirikan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) berdasarkan Akta Pendirian no. 65 oleh Notaris RM. Soeprapto. Akta tersebut di atas telah diubah berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar NO. 2, TANGGAL 2 Nopember 1995 yang dibuat oleh Notaris RM Soetomo Soeprapto, SH. Kantor Yayasan berada di Jl. Raya Kaligawe km 4, kelurahan Terboyo Kulon, Kecamatan Genuk Semarang. Kantor Yayasan satu lokasi dengan UNISSULA, RS-ISA, SMP ISSA 4, dan SMA ISSA 3. Luas tanah dalam kompleks tersebut sekitar 30 hektar.

Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) berasaskan Pancasila dan UUD 1945, bersendikan Aqidah Islamiyah, dan bertujuan menyebarluaskan pendidikan dan ajaran Islam yang dijiwai Dakwah Islamiyah. Untuk melaksanakan asas dan tujuan tersebut dilaksanakan kegiatan berikut: mendirikan lembaga pendidikan (SD, SMP, SMA, AKPERISSA, UNISSULA), lembaga social, dan lembaga kesehatan, melaksanakan kegiatan amal soleh, kegiatan dakwah, dan membuat kegiatan lain yang dianggap perlu. Untuk SMA, semula terdapat dua SMA yaitu SMA Islam Sultan Agung 1 di jl. Mataram 657 Semarang dan SMA Islam Sultan Agung 2 Kriyan Jepara. Pada sepuluh tahun terakhir siswa yang mendaftar di SMA ISSA 1 semakin maningkat sehingga siswa yang

diterima hanya 50% dari jumlah pendaftar, padahal jumlah kelas yang tersedia sudah cukup banyak yaitu rata-rata sampai 10 kelas untuk siswa tiap tahunnya.

Melihat kondisi demikian, tanggal 8 Juli 1999 SMA ISSA 1 mendirikan kelas filial, yaitu di jl. Seroja menenpati Gedung Fakultas Ekonomi UNISSULA. Pada tahun pertama berhasil mendapatkan lima kelas. Selanjutnya, awal tahun 2000 YBWSA membangun gedung representative untuk mempersiapkan pendirian SMA Islam Sultan Agung 3 (SMA ISSA 3) di Jl. Raya Kaligawe km 4 Semarang. Pada tahap I berdirilah gedung megah berlantai tiga dengan kapasitas 12 kelas dan 12 ruang kamar kecil. Gedung baru ini diresmikan oleh Walikota Semarang Sukawi Sutarip, SH pada tanggal 3 Agustus 2000. Untuk tahun pelajaran 2000/2001 Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pindah ke kampus Kaligawe dan sudah menerima siswa baru secara mandiri.

Tahun 2002 dibangun lagi gedung baru tahap II berlantai tiga. Gedung megah ini digunakan untuk laboratorium fisika, kimia, biologi, computer dan ruang Audio Visual di lantai tiga. Lantai dua digunakan 3 ruang kelas dan ruang Tata Usaha (TU). Lantai satu untuk mushola, perpustakaan, ruang guru, dan ruang Kepala Sekolah. Dengan adanya SK Walikota Semarang no. 421.3/3682 tanggal 2 September 2002 tentang ijin pendirian sekolah untuk SMA Islam Sultan Agung 3, maka secara resmi SMA Islam Sultan Agung 3 telah resmi berdiri sebagai lembaga pendidikan dengan Nomor Stastitik (NSS): 30 2 03 63 09 102 dan Nomor Identitas Sekolah (NIS): 3007490.

2. Visi, Misi dan Tujuan SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Perkembangan dan tantangan masa depan seperti: perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; globalisasi yang sangat cepat; era informasi; dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang yang merupakan unit pelaksana Yayasan

Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) telah merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah sebagai cita-cita yang diinginkan di masa datang.

a. Visi

Sebagai Lembaga Pendidikan Menengah Umum Islam terkemuka dalam pendidikan, pendalaman dan penghayatan nilai-nilai Islam, dan penguasaan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk mempersiapkan kader-kader generasi Khaira Ummah.

b. Misi

Menyelenggarakan pendidikan menengah umum Islam dalam rangka dakwah islamiyah yang berorientasi pada kualitas dan kesetaraan universal dengan :

1) Mengembangkan konsep operasional kader generasi khaira ummah, dan proses pendidikannya.

2) Mengembangkan kualitas bahan pendidikan dan bahan ajar sejalan dengan nilai-nilai Islam dan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

3) Mengembangkan kualitas system, metode dan teknologi pendidikan dalam pendidikan nilai-nilai Islam dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), sejalan perkembangan pendidikan.

4) Membangun kualitas guru / pendidik professional yang tafaqquh fiddin.

5) Menyelenggarakan sarana dan prasarana pendidikan sejalan dengan kebutuhan pendidikan yang bermutu tinggi.

6) Menciptakan budaya sekolah islami.

7) Menjadikan kemajuan dan keberhasilan peserta didik dalam proses pendidikan sebagai pusat orientasi dan tujuan yang paling diutamakan dalam semua kegiatan.

c. Tujuan

Mengacu pada visi dan misi selanjutnya dirumuskan Tujuan Pendidikan di SMA Islam Sultan Agung 3 sebagai berikut :

1) Tersusunnya konsep dinamis dan operasional tentang kader generasi khairo ummah dan proses pendidikannya.

2) Terselenggaranya proses pendidikan membangun genersai khairo ummah.

3) Terselenggaranya proses peningkatan kualitas bahan pendidikan nilai-nilai Islam secara terus menerus, berkelanjutan dan terwujud dalam budaya sekolah Islami.

4) Terselenggaranya proses peningkatan mutu bahan ajar secara terus menerus, berkelanjutan dan teruji secara universal.

5) Terwujudnya jamaah sekolah dipimpin para guru tafaqquh fiddin. 6) Terselenggaranya proses peningkatan kualitas sistem dan metode

pendidikan secara terus-menerus dan berkelanjutan.

7) Terwujudnya pemanfaatan dan pemuktahiran teknologi pendidikan. 8) Terselenggaranya proses berkelanjutan peningkatan kualiatas guru

sebagai pendidik professional berakhlak mulia, tafaqqum fiddin, menjadi suri teladan bagi anak didik.

9) Terselenggaranya proses berkelanjuatan peningkatan kualitas guru dalam penguasaan bahan pendidikan.

10)Terselenggaranya sarana dan pasarana pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan pendidikan sekolah menengah umum. 11)Terwujudnya sistem pendidikan yang berorientasi kepada peserta

didik dalam menumbuhkan dan mengembangkan aspek-aspek kepribadian dan life skill secara komprehensif.

12)Terwujudnya Budaya Sekolah Islami (BUSI).

13)Terwujudnya lulusan yang berakhlak mulia, cinta tanah air, sehat, mencintai keindahan, mandiri, menguasai dasar-dasar iptek atas dasar nilai-nilai Islam dan memiliki keterampilan berpikir, hafal Juz Amma / Juz 30 Al Quran dan surat-surat pilihan, dan mampu berbahasa Inggris dan Arab secara aktif, sebagai perwujudan kesiapan kader generasi khaira ummah.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat religiusitas dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang. Salah satu SMA yang memiliki kurikulum pendidikan agama Islam yang berbeda dari SMA pada umumnya yaitu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdapat pada sekolah tersebut dibagi menjadi empat mata pelajaran yang meliputi Al-Qur’an dan Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak, dan Sejarah peradaban Islam (Tarikh Islam).

Tabel 4.1

Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang HIV/AIDS dan Sikap Siswa Terhadap Pencegahan HIV/AIDS

Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Total Baik Kurang Sikap Terhadap Pencegahan HIV/AIDS Negatif 4 2 6 Positif 188 0 188 Total 192 2 194

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS dan mempunyai sikap yang positif terhadap pencegahan HIV/AIDS sebanyak 188 siswa dari jumlah keseluruhan siswa. Siswa yang memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS dan mempunyai sikap yang negatif terhadap pencegahan HIV/AIDS sebanyak 4 siswa dan 2 siswa memiliki pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS dan mempunyai sikap yang negatif terhadap pencegahan HIV/AIDS. Maka jumlah populasi adalah seluruh siswa kelas X, XI, dan XII yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS dan sikap yang positif terhadap pencegahan HIV/AIDS yaitu sebanyak 188 siswa, kemudian jumlah sampel ditetapkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode stratified proporsional random sampling maka respondennya sebanyak 128 siswa.

B. Karakteristik responden

Dalam penelitian ini terdapat karakteristik responden seperti umur dan jenis kelamin. Adapun hasil uji dari setiap karakteristik responden dalam penelitian ini adalah :

1. Umur

Umur merupakan bagian dari karakteristik responden dalam penelitian ini. Distribusi frekuensi umur responden disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Bulan Februari 2014 (N=128)

Umur (Tahun) Frekuensi (f) Persentase (%)

15-16 80 62.5

17-18 47 36.7

19 1 .8

Total 128 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa umur responden terbanyak dalam penelitian ini adalah responden dengan umur 15-16 tahun sebanyak 80 responden atau sebesar 62,5% dari jumlah keseluruhan responden. Responden berumur 17-18 tahun sebanyak 47 atau sebesar 36,7% dan responden berumur 19 tahun sebanyak 1 responden atau sebesar 0,8%. 2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan bagian dari karakteristik responden dalam penelitian ini. Distribusi frekuensi jenis kelamin responden disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Bulan Februari 2014 (N=128)

Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

Laki-laki 56 43.8

Perempuan 72 56.3

Total 128 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa jumlah responden terbanyak dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan sebanyak 72 responden atau sebesar 56,3%, sedangkan responden berjenis kelamin laki- laki sebanyak 56 atau sebesar 43,8% dari jumlah keseluruhan responden.

C. Analisis univariat

Dalam penelitian ini terdapat analisis univariat yang terdiri dari tingkat religiusitas dan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang. Adapun hasil uji dalam penelitian ini adalah : 1. Tingkat Religiusitas Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Tingkat religiusitas siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang dalam penelitian ini dijelaskan secara deskriptif dengan melihat nilai distribusi frekuensi yang disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Religiusitas Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Bulan Februari 2014 (N=128)

Tingkat Religiusitas Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 77 60.2

Cukup 50 39.1

Kurang 1 .8

Total 128 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 responden yang mempunyai tingkat religiusitas terbanyak adalah responden dengan kategori tingkat religiusitas baik sebesar 77 atau 60,2%. Responden dengan kategori tingkat religiusitas yang cukup sebanyak 50 atau sebesar 39,1% dan responden dengan kategori tingkat religiusitas kurang sebanyak 1 responden atau 0,8%. Setelah kategori digabungkan dari 3 kategori yaitu kurang, cukup, dan baik menjadi 2 kategori yaitu kurang dan baik untuk memenuhi uji alternatif (Uji Fisher exact), maka distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat religiusitas didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Religiusitas Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Tingkat Religiusitas Frekuensi (f) Persentase (%)

Baik 115 89.8

Kurang 13 10.2

Total 128 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 responden yang mempunyai tingkat religiusitas terbanyak adalah responden dengan kategori tingkat religiusitas

baik sebesar 115 atau 89,8% dan responden dengan kategori tingkat religiusitas yang kurang sebanyak 13 atau sebesar 10,2%.

2. Tindakan Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang dalam penelitian ini dijelaskan secara deskriptif dengan melihat nilai distribusi frekuensi yang disajikan dalam tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Bulan Februari 2014 (N=128) Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Frekuensi (f) Persentase (%) Baik 111 86.7 Buruk 17 13.3 Total 128 100.0

Berdasarkan tabel 4.6 responden yang mempunyai tindakan pencegahan HIV/AIDS terbanyak adalah responden dengan kategori tindakan pencegahan HIV/AIDS yang baik sebesar 111 responden atau 86,7%, sedangkan responden dengan kategori tindakan pencegahan HIV/AIDS yang buruk sebanyak 17 responden atau sebesar 13,3%.

D. Analisis bivariat

Dalam penelitian ini terdapat analisis bivariat yang terdiri dari analisis korelasi dan analisis koefisien korelasi. Adapun hasil uji analisis dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Korelasi

Berdasarkan data dari univariat kemudian dilakukan analisa hubungan antara tingkat religiusitas dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada

Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang Bulan Februari 2014 (N=128) Value Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Total CI (%) P Baik Buruk Tingkat Religiusitas Baik Count 75 2 77 95 .000 Expected Count 66.8 10.2 77.0 97.4% 2.6% 100.0% Cukup Count 36 14 50 Expected Count 43.4 6.6 50.0 72.0% 28.0% 100.0% Kurang Count 0 1 1 Expected Count .9 .1 1.0 .0% 100.0% 100.0% Total Count 111 17 128 Expected Count 111.0 17.0 128.0 86.7% 13.3% 100.0%

Berdasarkan uji chi square seperti yang terlihat pada tabel 4.7 dengan menggunakan kolom 3x2 didapatkan hasil bahwa jumlah responden yang mempunyai tingkat religiusitas baik sebanyak 77 responden dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS yang baik 75 (66,8%) dan tindakan pencegahan HIV/AIDS yang buruk 2 (10,2%). Responden yang memiliki tingkat religiusitas cukup 50 responden dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS yang baik 36 (72,0%) dan tindakan pencegahan HIV/AIDS yang buruk 14 (28,0%), sementara 1 responden memiliki tingkat religiusitas yang kurang dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS yang buruk. Hasil p value sebesar 0,000 sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara variabel tingkat religiusitas dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS dikarenakan p

value <0,05. Namun terdapat 2 cells pada tabel 3x2dimana hasil expected

count <5 yaitu sebesar 33,3% pada baris ketiga kolom pertama dan kolom

kedua sehingga uji ini tidak memenuhi kriteria uji chi square karena syarat

selanjutnya menggunakan uji alternatif yaitu uji fisher exact dengan menggabungkan tabel tingkat religiusitas menjadi 2x2 dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada

Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang Bulan Februari 2014 (N=128) Value Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Total CI (%) P Baik Buruk Tingkat Religiusitas Baik Count 109 6 115 95 .000 Expected Count 99.7 15.3 115.0 94.8% 5.2% 100.0% Kurang Count 2 11 13 Expected Count 11.3 1.7 13.0 15.4% 84.6% 100.0% Total Count 111 17 128 Expected Count 111.0 17.0 128.0 86.7% 13.3% 100.0%

Setelah uji chisquare tidak dapat digunakan pada penelitian ini maka uji selanjutnya menggunakan uji alternatif yaitu uji fisher exact dengan hasil

p-value 0,000 seperti yang terlihat pada tabel 4.8, sehingga dapat

disimpuilkan bahwa ada hubungan antara variabel tingkat religiusitas dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS karena hasiln p value <0,05. 2. Analisis Koefisien Korelasi

Analisis koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel. Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keeratan Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS

Pada Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang Bulan Februari 2014 (N=128) Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig. Nominal by Nominal Lambda Symmetric .467 .182 1.971 .049 Tingkat Religiusitas Dependent .385 .249 1.220 .223 Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Dependent .529 .145 2.559 .010 Goodman and Kruskal tau Tingkat Religiusitas Dependent .499 .135 .000c Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Dependent .499 .127 .000c Berdasarkan uji koefisien korelasi yang terlihat pada tabel 4.9 menggunakan uji Lambda untuk mengetahui keeratan hubungan antara kedua variabel yaitu tingkat religiusitas dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS pada siswa yang tidak setara dengan menggunakan tabel 2x2 didapatkan hasil bahwa besar korelasinya adalah 0,467 atau tingkat hubungannya sedang (0,4-0,599) dengan angka signifikansinya adalah 0,049. Artinya bahwa kedua variable memang berhubungan secara nyata karena angka signifikansinya < 0,05.

BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah umur responden dan jenis kelamin responden. Masing-masing hasil uji dari karakeristik responden dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Umur Responden

Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan XII yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS dan memiliki sikap yang positif terhadap pencegahan HIV/AIDS. Usia merupakan jumlah lamanya kehidupan yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran sampai ulang tahun terakhir. Kategori responden pada karakteristik usia menunjukkan bahwa usia siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang frekuensi terbesar adalah pada rentang usia 15-16 tahun dengan jumlah responden sebanyak 80 responden atau sebesar 62,5% dari jumlah keseluruhan responden..

Beberapa studi menyatakan bahwa umur berhubungan erat dengan keaktifan perilaku seksual seseorang (Patriani & Jaya, 1989; Blowfield, 1992; Dachlia, 2000 dalam Kambu, 2012). Menurut Aisyaroh (2010) pada rentang usia remaja (15-19 tahun) memiliki resiko tinggi terinfeksi penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta penyalahgunaan narkoba karena remaja berada dalam situasi yang sangat peka terhadap pengaruh nilai baru, terutama bagi remaja yang tidak mempunyai daya tangkal. Remaja cenderung lebih mudah melakukan penyesuaian dengan arus globalisasi dan arus informasi yang bebas yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku menyimpang karena adaptasi terhadap nilai-nilai yang datang dari luar. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stine (2011) bahwa pada umur muda lebih dimungkinkan banyak

melakukan perilaku seks tidak aman yang beresiko terhadap penularan HIV/AIDS, karena pada golongan umur muda merupakan masa penemuan, muncul perasaan bebas dan eksplorasi hubungan dan perilaku baru. Dalam artian kalangan muda mengambil risiko dan pengalaman, terutama pada perilaku seksual yang merupakan bagian terpenting dari risiko infeksi HIV dan melakukan tindakan mencoba-coba dengan memakai narkoba. Kambu (2012) juga mengemukakan bahwa usia mempunyai hubungan yang signifikan dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS.

2. Jenis Kelamin

Kategori responden pada karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang frekuensi terbesar adalah pada responden perempuan dengan jumlah 72 responden atau sebesar 56,3%. Sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 56 atau sebesar 43,8% dari jumlah keseluruhan responden.

Jenis kelamin baik perempuan maupun laki-laki tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap tindakan pencegahan HIV/AIDS. Efrina (2011) mengatakan bahwa variabel jenis kelamin tidak memiliki hubungan

secara signifikan dengan tindakan pencegahan HIV/AIDS (ρ>0,05).

B. Tingkat Religiusitas Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang Tingkat religiusitas pada siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang yang mempunyai tingkat religiusitas terbanyak adalah responden dengan kategori tingkat religiusitas baik sebesar 77 atau 60,2%. Setelah kategori digabungkan, dari 3 kategori yaitu kurang, cukup, dan baik menjadi 2 kategori yaitu kurang dan baik untuk memenuhi uji alternatif (Uji fisher exact), maka didapatkan hasil bahwa responden yang mempunyai tingkat religiusitas terbanyak adalah responden dengan kategori tingkat religiusitas yang baik sebesar 115 (89,8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aini, (2011) bahwa pemahaman tingkat agama (religiusitas) pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto mempunyai pemahaman agama kategori baik sebesar 38,7%.

Kompasiana (2007) menjelaskan bahwa religiusitas merupakan penghayatan agama seseorang yang menyangkut simbol, keyakinan, nilai dan perilaku yang didorong oleh kekuatan spiritual. Untuk mengukur religiusitas ada lima dimensi dalam Islam yaitu, Religious Belief (keyakinan), Religious Practice (praktek), Religious Feeling (pengalaman), Religious Knowledge

(pengetahuan), dan Religious Effect (efek) (Glock dalam Febby, 2010).

Kompasiana (2007) menyatakan bahwa masalah agama pada remaja sebenarnya terletak pada tiga hal, yaitu:

1. Keyakinan dan kesadaran beragama

Keyakinan dan kesadaran beragama harus ditumbuhkan dengan sengaja sejak anak masih kecil dan yang paling penting lagi ialah membiasakan perbuatan-perbuatan yang terpuji seperti kasih sayang kepada saudara dan kepada orang lain sesama manusia, sopan-santun, jujur tak mau berbohong, taqwa, sabar, tawakal dan sebagainya. Pada masa remaja kebiasaan-kebiasaan yang telah ditanamkan diwaktu kecil akan mengalami tantangan dengan adanya pemikiran rasional dan adanya kenyataan hidup orang dewasa yang dilihatnya amat bertentangan dengan keyakinan yang telah ia terima.

2. Pelaksanaan ajaran agama secara teratur

Jika keyakinan beragama atau kesadaran beragama sudah tumbuh dengan subur, untuk melaksanakan ajaran agama dengan konsekuen akan lebih mudah. Terutama sekali harus dibina untuk disiplin menjalankan ajaran agama semenjak anak usia dini, sehingga di masa remaja kebiasaan itu mudah berkembang. Disiplin dalam agama timbul oleh tiga hal, yaitu: a. Pengaruh dan contoh dari orang tua yang juga disiplin menjalankan

ajaran agamanya.

b. Menanamkan rasa kesadaran iman di dalam hati remaja, sehingga ia merasa takut kepada Allah jika meninggalkan syari’at agamanya dan berbuat kejahatan.

c. Pengaruh lingkungan yang beragama. Pemuda-pemuda diorganisir dalam kegiatan-kegiatan agama, sehingga mereka sendiri berpartisipasi

di dalam mengurus semua kegiatan dan acara-acara agama. Kesadaran, disiplin dan mendarah dagingnya ajaran agama, akan membawa kepada perubahan sikap dan tingkah laku remaja ke arah positif dan produktif. 3. Perubahan tingkah laku karena agama

Agama itu sebenarnya adalah pendidikan, dan ajaran agama dapat dikatakan alat pendidikan yang bisa mengubah tingkah laku manusia kearah yang diinginkan atau diridhoi Allah SWT. Tingkah laku yang perlu ditumbuhkan kepada remaja ialah berbuat sesuatu karena Allah, karena keinginan Allah, karena mengharapkan ridha Allah semata. Kuat lemahnya motif karena Allah amat banyak bergantung kepada situasi lingkungan. Jika pengaruh-pengaruh negatif lebih dominan, maka motif berbuat karena Allah akan dikalahkan. Pemahaman tingkat agama menunjukkan bahwa kemampuan remaja dalam memahami dan mengetahui tentang agama. Oleh karena itu, masalah komitmen beragama atau religiusitas adalah masalah yang sangat individual dan pribadi. Dengan demikian, remaja sangat perlu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan mereka sesuai dengan agama yang dianutnya, karena pemahaman agama yang dimiliki remaja dapat juga mempengaruhi mereka dalam berperilaku.

C. Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang

Tindakan Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai tindakan pencegahan HIV/AIDS terbanyak adalah responden dengan kategori tindakan pencegahan HIV/AIDS baik sebesar 111 responden atau 86,7%. Sedangkan hasil penelitian Aini (2011) bahwa perilaku seks bebas pada remaja di SMAN 1 Bangsal Mojokerto sebagian besar responden mempunyai perilaku seks bebas kategori negatif (63%). Artinya remaja di SMA 1 Bangsal Mojokerto mempunyai perilaku yang positif dalam pencegahan HIV/AIDS.

Notoatmodjo (2007) dalam bukunya mengatakan bahwa tindakan (praktik) adalah seseorang yang telah mengetahui stimulus, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (di nilai baik). Jadi tindakan manusia pada

Dalam dokumen Hubungan antara tingkat religiustas deng (Halaman 56-114)

Dokumen terkait