• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Peran Ayah terhadap Pemenuhan Tugas Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini memiliki responden dari kelas X sebesar 50% dan kelas XI yang berjumlah 91 siswa. Karakteristik responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dan usia.

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di MAN Yogyakarta I (n=91)

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini sebagian besar adalah perempuan yaitu 64 responden (70,3%).

Gambar 2. Distribusi Frekuensi Usia Responden

di MAN Yogyakarta I (n=91)

Karakteristik responden berdasarkan usia dalam penelitian ini sebagian besar adalah remaja berusia 16 tahun dengan jumlah 43 responden (47,3%).

Penelitian ini memiliki variabel terikat (variable dependen) adalah tugas perkembangan remaja dan variabel bebas (variable independen) peran ayah. Berdasarkan hasil

penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut;

Tabel 1. Distribusi Hasil Penilaian Kuesioner Tugas Perkembangan

Remaja di MAN Yogyakarta I (n=91) No Pernyataan Ya % Tidak % 1 Fisik 166 91,20% 16 8,79% 2 Sosial 234 85,71% 39 14,28% 3 Psikologis 245 55,05% 210 47,19% 4 Spiritual 154 84,61% 28 15,38%

Tugas perkembangan remaja di MAN Yogyakarta I yang berhubungan dengan sosial pada pernyataan nomor 1 adalah pernyataan unfavourable (negatif). Hasil penilaian menunjukkan sebanyak 71 responden (78,02%)

menyatakan “ya” dan 20 responden (21,97%) menyatakan “tidak‟.

Tugas perkembangan remaja yang berhubungan dengan psikologis pada pernyataan nomor 1 dan 4 adalah pernyataan unfavorable (negatif). Penyataan nomor 1 mengenai kebebasan melakukan apapun tanpa batas sebanyak 70 responden (76,92%) menyatakan

“ya” dan 21 responden (23,07%) menyatakan “tidak”. Pernyataan

nomor 4 mengenai remaja masih menikmati masanya, sehingga belum

memikirkan pekerjaan saat dewasa sebanyak 63 responden (69,23%)

menyatakan “ya” dan 28 responden (30,76%) menyatakan “tidak”.

Hasil pengolahan variabel tugas perkembangan remaja dalam dapat dilihat dalam gambar berikut:

Gambar 3. Distribusi Tugas Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I (n=91)

Penelitian ini sebagian besar sampel memiliki tugas perkembangan remaja cukup dengan frekuensi sebanyak 59 responden (64,8%).

Sedangkan hasil pengolahan data mengenai variabel peran ayah dapat dilihat dalam gambar berikut:

Tabel 2. Distribusi Hasil Penilaian Kuesioner Peran Ayah di MAN

Yogyakarta I (n=91) No Pernyataan Ya % Tidak % 1 Provider 11 6,04% 171 93,95% 2 Protector 83 30,40% 190 69,59% 3 Decision Maker 213 78,02% 60 21,97% 4 Child Specialiser and Educator 144 79,12% 38 20,87%

Peran ayah di MAN Yogyakarta I pada pernyataan protector (pemberi perlindungan) terdapat 3 pernyataan yang semuanya merupakan pernyataan unfavourable (negatif). Hasil penilaian pernyataan tersebut sebanyak 83 responden (30,40%)

menyatakan “ya” dan 190 responden

(69,59%) menyatakan “tidak”dari

total 3 pernyataan.

Pernyataan pertama mengenai peran ayah sebagai protector

(pemberi perlindungan) adalah “ayah

seseorang yang sibuk sehingga saya

merasa jauh”, sebanyak 84

responden (92,31%) menyatakan

“ya” dan 7 responden (7,69%) menyatakan “tidak”. Pernyataan kedua mengenai “ayah menghindar jika diminta bantuan”, sebanyak 38

responden (41,76%) menyatakan

“ya” dan 53 responden (58,24%) menyatakan “tidak”. Pernyataan ketiga mengenai “ayah menyalahkan saya jika melakukan kesalahan”

sebanyak 68 responden (74,73%)

menyatakan “ya” dan 23 responden (25,27%) menyatakan “tidak”.

Gambar 4. Distribusi Peran Ayah dalam Pemenuhan Tugas

Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I (n=91)

Hasil penelitian mengenai variabel peran ayah di MAN Yogyakarta I sebagian besar adalah baik dengan frekuensi sebanyak 45 responden (49,5%).

Tabel 3. Distribusi Cross Table Hubungan Tugas Perkembangan

Remaja dengan Peran Ayah Responden (n=91)

Hasil cross table dalam penelitian adalah responden yang tugas perkembangan remaja cukup dengan peran ayah yang baik sebanyak 18 responden (19,78%). Tugas perkembangan remaja baik dengan peran ayah baik sebanyak 27 responden (29,67%). Sehingga total

dari kedua cross table tersebut sebanyak 45 responden.

Secara statistik hasil penelitian mengenai hubungan peran ayah terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja di MAN Yogyakarta I dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi Hasil Hubungan Peran Ayah terhadap Pemenuhan

Tugas Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I (n=91)

Berdasarkan tabel 4, di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peran ayah terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja dengan nilai p=0,000 dengan kekuatan korelasi kuat (0,692) dan arah korelasi positif.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sesuai dengan analisa data rank spearman nilai p=0,000 dengan kekuatan korelasi kuat (0,692) dan arah korelasi positif, maka terdapat hubungan antara peran ayah terhadap pemenuhan tugas Peran

Ayah

Tugas Perkembangan Remaja

Total Kurang (%) Cukup (%) Baik (%) Tidak Baik 5 (5,49%) 7 (7,69%) 0 (0,00%) 12 Kurang

Baik 0 (0,00%) 34 (37,36%) 0 (0,00%) 34 Baik 0 (0,00%) 18 (19,78%) 27 (29,67%) 45

Total 5 59 27 91

Tugas Perkembangan Remaja

Peran Ayah

r p n

perkembangan remaja di MAN Yogyakarta I. Hasil ini berarti bahwa semakin baik peran ayah maka tugas perkembangan remaja akan semakin baik pula, dan sebaliknya semakin tidak baik peran ayah maka tugas perkembangan remaja akan kurang. Masa remaja disebut sebagai masa peralihan dari masa pubertas menuju dewasa. Peralihan berkaitan dengan perubahan perkembangan dari setiap tahap (Pieter, dkk., 2011).

Masing-masing tahapan

perkembangan remaja memiliki karakteristik. Dalam penelitian ini responden berada pada masa remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai 17 tahun) (Potter dan Perry, 2010). Masa remaja pertengahan atau middle adolescent memiliki karakteristik seperti, mereka mulai tertarik akan intelektualitas dan karir. Remaja mulai mempunyai konsep role model dan konsisten terhadap cita-cita. Secara seksual remaja sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Remaja juga lebih perhatian kepada lawan jenisnya. Dalam lingkup pergaulan, remaja akan memperhatikan

kelompok main secara selektif dan kompetitif, serta berusaha untuk mendapat teman baru (Batubara, 2010).

Agar anak dapat menghadapi periode remaja diperlukan peran orangtua, terutama ayah untuk menjadi teladan bagi remaja (Krisnatuti & Putri, 2012). Hal ini karena ayah mempunyai kekuasaan yang dianggap sangat tinggi untuk mengambil keputusan sehingga peran ayah sangat penting bagi tugas perkembangan remaja. Menurut

syari‟at Islam ayah memiliki kedudukan yang penting dan mulia. Ayah adalah kepala keluarga yang memimpin ibu dan anak-anak. Ayah bertanggung jawab terhadap mereka

dan akan diminta

pertanggungjawabannya oleh Allah SWT (Khoironi, 2009).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hurriyati (2010), bagi remaja muslim terutama bagi remaja laki-laki peranan ayah sebagai tokoh model dalam melakukan praktek keagamaan sangat penting sebab akan menjadikan remaja laki-laki mengidentifikasikan diri dengan ayahnya. Sedangkan pada remaja

perempuan, ayah memiliki fungsi sebagai pelindung. Anak perempuan yang dilindungi oleh ayahnya, kelak akan mencari pendamping yang juga akan melindunginya (Krisnatuti& Putri, 2012).

Peran ayah didalam keluarga adalah selain sebagai pencari nafkah, ayah juga berperan sebagai agen sosialisasi bagi anak-anaknya, terutama pada masa remaja (Ghiamitasya, 2013). Hal ini juga dinyatakan oleh Krisnatuti dan Putri (2012), bahwa interaksi ayah dan anak akan mempengaruhi perilaku ayah sebagaimana ayah mempengaruhi tugas perkembangan anak, terutama dalam hal bersosialisasi. Keterlibatan peran

ayah dalam pengasuhan

mempengaruhi cara bergaul individu di lingkungan sosial akan tampak ketika individu memasuki usia remaja (Syarifah, dkk., 2012).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jackson (2007), tidak adanya peran ayah dikaitkan dengan masalah kesehatan dan kesejahteraan, seperti perkembangan seksualitas remaja. Tingkat kehamilan pada remaja perempuan

menjadi sangat tinggi. Masalah lain yang dapat muncul adalah prestasi akademik yang buruk, harga diri rendah, dan meningkatnya perilaku yang merugikan dibandingkan dengan remaja dari keluarga yang utuh. Tidak adanya peran ayah merupakan hal yang sangat sedih dan membuat trauma. Ini menyebabkan penderitaan, tidak hanya mempengaruhi hubungan remaja dengan ayah mereka, tetapi juga hubungan emosional yang mereka jalin dengan orang lain.

Pentingnya cinta dan peran ayah untuk seorang anak berpotensi memberikan kontribusi untuk perkembangan yang sehat pada remaja (Jackson, 2007). Maka hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lamb (2010), yang menyatakan bahwa peran ayah akan berhubungan dengan keseluruhan perkembangan remaja, baik perkembangan sosial, emosional dan prestasi akademik remaja.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait