KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh:
Erna Rahmawati Wibawanti
20120320118
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA DI MAN
YOGYAKARTA I
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh:
Erna Rahmawati Wibawanti
20120320118
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
iii NIM : 20120320118
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 10 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan,
Tanda Tangan
iv
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan karya tulisi lmiah (KTI) dengan judul “Hubungan Peran Ayah terhadap Pemenuhan Tugas Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I”. KTI ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan KTI ini tidak akan terselesaikan tanpa
bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua saya, Kamaruddin, S.H dan Sri Wahyuni Sulistyowati, S.Sn yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun karya tulis ilmiah.
3. Falasifah Ani Yuniarti, S.Kep., Ns., MAN., HNC selaku dosen penguji karya tulis ilmiah ini.
v
7. Aa Afif Vewinco, S.Kom yang menyempatkan waktunya pada sidang
proposal dan telah memberikan dukungan, do‟a, serta menemani jarak jauh
menyelesaikan tugas akhir saya.
8. Sahabat saya sejak SMP Ika Sulistyowati (Kasoh) kapan sidang?. Sahabat saya di kampus Jeng Desay, Jeng Denok dan Jeng Juliana “aku sayang
kalian”.
9. Wijay, Ahid ndutt, Dimdim, Mba‟ Wahyu, Babang Chibo, anak tunggal Zamzam, super sibuk pak‟dhe Rifky, si kurus Ilham, si aa Erick “pasukan
luar biasa”
10. Teman-teman PSIK 2012, Inda Resky Auliya “terimakasih”, dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak luput dari kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penelitian ini, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan
dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Yogyakarta, 10 Agustus 2016 Peneliti
vi
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
c. Aspek-Aspek Perkembangan pada Remaja ... 13
2. Tugas Perkembangan Remaja ... a. Pengertian Tugas Perkembangan Remaja ... 15
b. Tujuan Tugas Perkembangan Remaja ... 15
c. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ... 17
d. Masalah yang Terkait dengan Pemenuhan Tugas Perkembangan Remaja ... 20
e. Faktor yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan Remaja ... 21
3. Keluarga ... a. Pengertian Keluarga ... 28
vii
BAB III METODE PENELITIAN ...
A. Desain Penelitian ... 37
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 46
1. Uji Validitas ... 46
2. Uji Reliabilitas ... 47
H. Pengolahan dan Metode Analisis Data ... 48
I. Etika Penelitian ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 53
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 53
2. Karakteristik Demografi Responden ... 54
a. Jenis Kelamin ... 55
b. Usia ... 55
3. Analisis Univariat ... 56
a. Tugas Perkembangan Remaja ... 56
b. Peran Ayah ... 58
c. Hubungan antara Peran Ayah dengan Tugas Perkembangan ... 59
4. Analisis Bivariat ... 60
a. Hubungan Peran Ayah terhadap Pemenuhan Tugas Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I ... 60
B. Pembahasan ... 61
1. Karakteristik Responden ... 61
a. Jenis Kelamin ... 61
b. Usia ... 63
2. Tugas Perkembangan Remaja ... 64
3. Peran Ayah ... 65
4. Hubungan Peran Ayah dengan Pemenuhan Tugas Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I ... 66
C. Kekuatan dan Kelemahan ... 69
1. Kekuatan ... 69
viii
ix
Tabel 3. Kisi-kisi kuesioner peran ayah ... 43 Tabel 4. Interpretasi Nilai r ... 47 Tabel 5. Intrepetasi uji hipotesis korelatif Spearman Rho ... 51 Tabel 6. Distribusi Hasil Penilaian Tugas Perkembangan Remaja
di MAN Yogyakarta I (n=91) ... 56 Tabel 7. Distribusi Hasil Penilaian Peran Ayah
di MAN Yogyakarta I (n=91) ... 58 Tabel 7. Distribusi Cross Table Hubungan Tugas Perkembangan Remaja
dengan Peran Ayah ... 59 Tabel 8. Distribusi Hasil Hubungan Peran Ayah terhadap Pemenuhan
x
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian ... 34 Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian ... 35 Gambar 3. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
di MAN Yogyakarta I ... 55 Gambar 4. Distribusi Frekuensi Usia Responden di MAN Yogyakarta I ... 55 Gambar 5. Distribusi Tugas Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I ... 57 Gambar 6. Distribusi Peran Ayah dalam Pemenuhan
xii Lampiran 1 Surat Izin Survei Pendahuluan
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Lampiran 6 Surat Ijin Uji Validitas
Lampiran 7 Surat Keterangan Kelayakan Etika Penelitian
Development of Adolescents In MAN YOGYAKARTA I
Erna Rahmawati Wibawanti¹, Rahmah²
¹Nursing Science Student, Faculty of Medicine and Health Sciences, ²Lecture of Nursing Sicience, Faculty of Medicine and Health Sciences
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
Background: The adolescence called the transition from puberty to adulthood. The age of the adolescence there is a certain developmental tasks must be filled. Adolescent developmental task is a clue that allows one to understand and comprehend what is expected or demanded by other people and the environment against someone in their teens. In fulfillment of tasks of adolescent development requires the role of parents, especially fathers.
Objective: The purpose of this study was to examines the relationship between the father's role on the fulfillment of tasks of adolescent development at MAN Yogyakarta I.
Methodology: This type of study is non-experimental and cross sectional approach. The sample taken by random sampling of students of class X and class XI MAN Yogyakarta 1 as many as 91 students. This study was conducted in April 2016. The data were collected using a questionnaire. The statistical of this study was tested by using the Rank-Spearman with significance level of p <0.05.
Result: The study showed that the adolescent developmental tasks most students 59 respondents (64.8%) in the category of enough. the father's role most of the 45 respondents (49.5%) in the category of good. Statistical analysis showed there is a relationship to the father's role in the fulfillment of tasks of adolescent development MAN Yogyakarta I with r = 0.692 and p = 0.000 (p <0.05).
Conclusion: The adolescent which can carry out the task of the development of good will pass the adolescent years smoothly. The father’s role that good much -needed by adolescent in carrying out the task of development.
Nursing Sicience, Faculty of Medicine and Health Sciences Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRACT
Background: The adolescence called the transition from puberty to adulthood. The age of the adolescence there is a certain developmental tasks must be filled. Adolescent developmental task is a clue that allows one to understand and comprehend what is expected or demanded by other people and the environment against someone in their teens. In fulfillment of tasks of adolescent development requires the role of parents, especially fathers.
Objective: The purpose of this study was to examines the relationship between the father's role on the fulfillment of tasks of adolescent development at MAN Yogyakarta I.
Methodology: This type of study is non-experimental and cross sectional approach. The sample taken by random sampling of students of class X and class XI MAN Yogyakarta 1 as many as 91 students. This study was conducted in April 2016. The data were collected using a questionnaire. The statistical of this study was tested by using the Rank-Spearman with significance level of p <0.05.
Result: The study showed that the adolescent developmental tasks most students 59 respondents (64.8%) in the category of enough. the father's role most of the 45 respondents (49.5%) in the category of good. Statistical analysis showed there is a relationship to the father's role in the fulfillment of tasks of adolescent development MAN Yogyakarta I with r = 0.692 and p = 0.000 (p <0.05).
Conclusion: The adolescent which can carry out the task of the development of good will pass the adolescent years smoothly. The father’s role that good much-needed by adolescent in carrying out the task of development.
Perkembangan Remaja di MAN Yogyakarta I
Erna Rahmawati Wibawanti¹, Rahmah²
¹Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY, ²Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI
Latar Belakang: Masa remaja disebut masa peralihan dari masa pubertas menuju dewasa. Usia remaja terdapat tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi. Tugas perkembangan remaja adalah suatu petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia remaja. Dalam pemenuhan tugas perkembangan remaja memerlukan peranan orangtua terutama seorang ayah.
Tujuan Penelitian: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara peran ayah terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja di MAN Yogyakarta I. Metode: Jenis penelitian ini adalah non-eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan cara random sampling yaitu siswa kelas X dan kelas XI MAN Yogyakarta I sebanyak 91 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik menggunakan rank spearman dengan taraf signifikan p < 0,05.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tugas perkembangan remaja sebagian besar siswa 59 responden (64,8%) dalam kategori cukup. Peran ayah sebagian besar 45 responden (49,5%) dalam kategori baik. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan peran ayah terhadap pemenuhan tugas perkembangan remaja di MAN Yogyakarta I dengan nilai r=0,692 dan p=0,000 (p < 0,05).
Kesimpulan: Remaja yang dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik akan melewati masa remajanya dengan lancar. Peran ayah yang baik sangat dibutuhkan remaja dalam melaksanakan tugas perkembangannya.
1
Remaja adalah individu yang benar-benar berada dalam kondisi perubahan yang menyeluruh menuju ke arah kesempurnaan, sehingga remaja digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf,
2011). Pada masa remaja ini terdapat tiga subfase: masa remaja awal (11 tahun sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (15 tahun sampai 17
tahun), dan masa remaja akhir (18 tahun sampai 20 tahun) (Potter dan Perry, 2010). Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang
pemuda adalah kurun usia 15 tahun sampai 24 tahun (Sarwono, 2011).
Menurut Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2013 sampai dengan tahun 2021, proyeksi penduduk menurut kelompok umur
khusunya remaja pada tahun 2015 dengan jumlah; usia 15 sampai 19 tahun sebanyak 200,5. Remaja usia 20 sampai 24 tahun sebanyak 282,5. Proyeksi
penduduk terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Usia remaja merupakan masa perubahan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Potter dan Perry, 2010). Perubahan-perubahan tersebut menjadi
tantangan besar bagi remaja dan orangtua sebab selama masa perubahan tersebut remaja akan mengalami ketidakstabilan. Pada fase remaja ini,
dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan
tugas berikutnya.
Tugas perkembangan dalam fase remaja adalah sebagai berikut;
menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas, mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain baik secara individual maupun kelompok, menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya,
menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri, memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atau dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung), dan mampu
meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan (Yusuf, 2011).
Remaja yang dapat melaksanakan tugas perkembangan dengan baik, tentunya akan mampu melewati masa remajanya dengan lancar. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan tugas perkembangan remaja agar berjalan dengan baik yaitu, lingkungan sosial, gambaran citra tubuh, motivasi, pengetahuan, kepribadian, kesempatan, bimbingan,
kreatifitas, pemenuhan tugas perkembangan tahap sebelumnya, dan dukungan keluarga (Hurlock, 1980).
Rasulullah. Kelompok 7 tahun pertama (usia 0-7 tahun), perlakukan anak
sebagai raja. Rasulullah menyuruh untuk memanjakan, mengasihi dan
menyayangi anak dengan kasih sayang yang tidak berbatas. Kelompok 7
tahun kedua (usia 8-14 tahun), perlakukan anak sebagai tawanan. Rasulullah
meminta untuk mulai menanamkan disiplin kepada anak dengan cara
mengajarkan dan menyuruh sholat. Apabila umurnya sudah sepuluh tahun,
seorang ayah boleh memukul (yang tidak menyakiti) anaknya jika enggan
mengerjakan sholat (Rivah, 2011).
Dalam hal pendidikan seks, Rasulullah juga meminta agar orangtua memisahkan tempat tidur antara anak laki-laki dan perempuan karena
berdampak pada perkembangan psikologi. Anak yang sudah besar perlu ada pemisahan tempat tidur, karena bisa membahayakan bagi perkembangan jiwanya, apalagi masa-masa pubertas bagi anak dimana anak mulai mengenal
seks (Rivah, 2011).
Dari Umar Ibn Shuaib dari bapaknya dari kakeknya dia berkata;
Rasulullah bersabda;
“Suruhlah anak-anak kalian berlatih shalat sejak mereka berusia 7 tahun dan pukullah mereka jika meninggalkan shalat pada usia 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka (sejak usia 10 tahun)”. (HR. Abu Dawud).
Kelompok 7 tahun ketiga (usia 15-21 tahun), perlakukan anak sebagai
sahabat. Mendidik anak dengan cara menjadikannya sahabat dalam
berdiskusi, mengajaknya ikut dalam membincangkan masalah keluarga dan
diberikan tanggungjawab dalam hal tertentu di rumah. Umur lebih 21 tahun
akan tetapi tetap melihat perkembangannya dan memberikan nasihat serta
peringatan-peringatan apabila anak tersalah atau terlupa (Rivah, 2011).
Keluarga sebagai kelompok merupakan suatu wadah yang anggotanya
saling berinteraksi dan akan berpengaruh terhadap yang lainnya (Nurbayani, 2012). Salah satu anggota keluarga yang dapat berperan dalam membantu tugas perkembangan remaja agar berjalan dengan baik adalah seorang ayah.
Peran ayah memang dirasakan benar-benar penting dan tidak kalah pentingnya dibandingkan peran ibu (Lamb dalam Arinda, 2007). Besarnya
partisipasi ayah masa kini tampak semakin besar dan sudah dapat dimulai sejak masa bayi (Atmowidirjo dalam Susetyo, dkk., 2012).
Kualitas hubungan antara ayah dengan anak berhubungan erat dengan fungsi intelektual dan kemampuan akademik anak. Peran ayah dalam kehidupan remaja menunjukkan bahwa ayah yang terlibat dalam kehidupan
remaja, terutama dalam pendidikan dan pergaulannya akan meningkatkan kemampuan remaja dalam pendidikan dan kemampuan sosial. Dalam
Al-Qur‟an banyak kisah-kisah yang menceritakan besarnya peran ayah dalam mengasuh anak. Allah SWT berfirman;
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman (31) ayat 13).
Anak yang miskin akan peran ayahnya, dalam perkembangannya
akan mendapatkan gangguan-gangguan atau ketidakseimbangan, terutama berkaitan dengan peran jenis kelamin terhadap dirinya
(Gottman dan DeClaire dalam Arinda, 2007). Bahkan bagi anak laki-laki, ciri maskulinnya (ciri-ciri kelakian) dapat menjadi kabur. Dalam suatu survey di Amerika Serikat (Nesbitt, 2012), lemahnya atau
ketiadaan ayah atau figur ayah yang menggantikannya maka dalam keseharian hidup anak akan berhubungan dengan perilaku tidak
adaptif atau perilaku nakal (delinquency) pada anak.
Kegagalan remaja untuk mengisi atau menuntaskan tugas perkembangan ini akan berdampak tidak baik bagi diri remaja (Yusuf, 2011). Dampak yang timbul adalah mereka akan mengembangkan perilaku menyimpang (delinquency), melakukan kriminalitas, atau
menutup diri dari masyarakat. Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan narkoba dan lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap
AIDS. Fakta kenakalan remaja di Kota Yogyakarta seperti tawuran, pembuatan bom molotov, pembacokan, perampokan, dan perampasan (Harian Jogja, Januari 2014, Maret 2014, Oktober 2014, Januari 2015,
Februari 2015, dan April 2015).
sekolah, mencontek, perkelahian antar pelajar dengan sekolah yang
berbeda dan bolos sekolah akibat konflik dengan orangtua. Studi pendahuluan ke dua yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2015
didapatkan hasil wawancar 6 dari 7 siswa mengakui lebih nyaman dengan ibu daripada ayahnya ketika ingin mengungkapkan sesuatu. Mereka merasakan bahwa ibu lebih perhatian daripada ayahnya.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai peran ayah terhadap tugas perkembangan remaja di MAN
Yogyakarta I.
B. Rumusan Masalah
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang memiliki serangkaian tugas perkembangan remaja yang harus terpenuhi. Remaja dituntut mampu beradaptasi dengan perubahan
yang terjadi. Keluarga merupakan pemberi rasa kasih sayang dengan wujud peduli dan tanggung jawab terhadap perkembangan remaja.
Anak yang miskin akan peran ayah dan memiliki konflik dengan ayah akan mendapatkan gangguan atau ketidakseimbangan dalam melaksanakan tahap perkembangannya. Sesuai uraian latar belakang
tersebut memberikan dasar untuk peneliti merumuskan masalah
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan peran ayah terhadap tugas perkembangan remaja
di MAN Yogyakarta I. 2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui peran ayah terhadap perkembangan remaja di MAN
Yogyakarta I.
b. Mengetahui keberhasilan tugas perkembangan remaja di MAN
Yogyakarta I.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi; 1. Bagi Sekolah
Dapat memberikan informasi tentang pemenuhan tugas perkembangan
remaja dan hubungannya dengan peran ayah. 2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang pentingnya peran ayah yang efektif untuk remaja, dan menyiapkan penelitian lebih lanjut bagaimana peran ayah yang baik dan benar dengan anak remaja.
3. Ilmu Keperawatan
Memberikan sumbangan pengetahuan bagi perkembangan dunia
E. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai peran ayah terhadap tugas perkembangan remaja di MAN Yogyakarta I sejauh pengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan
penelitian sebelumnya, tetapi ada beberapa penelitian yang mendukung penelitian ini, antara lain:
1. Henny Rahmaniyah (2014) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemenuhan Tugas Perkembangan Remaja Santri di Pondok Pesantren Assalafiyyah. Penelitian tersebut menggunakan
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling dengan jumlah sampel 30 responden.
Hasil penelitian dan pembahasan pemenuhan tugas perkembangan sebelumnya dan dukungan keluarga merupakan faktor yang memiliki hubungan secara signifikan dengan tugas perkembangan remaja. Faktor
bimbingan untuk mempelajari tugas perkembangan dan faktor kesempatan untuk melaksanakan tugas perkembangan merupakan faktor-faktor yang
tidak berhubungan pemenuhan tugas perkembangan remaja santri. Faktor dominan yang berhubungan dengan tugas perkembangan remja santri adalah faktor pemenuhan tugas perkembangan sebelumnya. Sedangkan
penelitian yang akan diselenggarakan saat ini berbeda dengan penelitian tersebut pada variabel independent, sampel yang digunakan serta lokasi
penelitian.
Ayah dengan Regulasi Emosi pada Siswa Kelas XI MAN Kendal”. Penelitian ini menggunakan pengumpulan data primer. Data primer merupakan data yang didapat peneliti secara langsung tanpa perantara dan
teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah teknik cluster random sampling. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa anak yang memiliki hubungan baik dengan ayah mereka juga akan memiliki persepsi yang baik
terhadap ayah. Anak yang termasuk dalam kategori memiliki persepsi yang tinggi terhadap peran ayah mereka juga memiliki kemampuan yang
lebih baik dalam mengatur emosi dan menampilkan emosi yang layak. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel
dependen, sampel yang digunakan serta lokasi penelitian. Variabel dependen yang digunakan saat ini adalah tugas perkembangan remaja. Sampel dan lokasi yang dipilih dalam penelitian saat ini adalah siswa kelas
10
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja sering pula disebut adolesensi (Lat. Adolescere = adultus = menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa), (F. J. Monks, 2014). Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara
masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal
dua puluhan tahun. Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial (Jahja, 2011).
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan ini dapat terjadi secara kuantitatif,
misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Jahja, 2011).
b. Karakteristik Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode yang memiliki karakteristik unik sehingga dapat membedakan dari periode sebelum dan
sesudah (Hurlock, 1980). Karakteristik tersebut antara lain:
lambat akan berdampak langsung terhadap sikap dan perilaku remaja
sehingga perlu penyesuaian mental, sikap, nilai dan minat baru (Hurlock, 1980).
2) Masa remaja merupakan periode peralihan. Periode peralihan dari masa anak-anak akan beralih menjadi lebih dewasa dan meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan.
Remaja mempelajari perilaku baru untuk mengganti perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan dimasa kanak-kanak (Hurlock, 1980).
3) Masa remaja merupakan periode perubahan. Perubahan remaja dalam periode ini, meliputi perubahan fisik, emosi, minat, perilaku
dan nilai yang dianut. Perubahan tersebut akan mempengaruhi psikologis anak, khususnya mengenai cara pandang terhadap diri sendiri (Hurlock, 1980).
4) Masa remaja merupakan masa mencari identitas. Sesuai dengan teori Erickson mengenai identitas diri. Pencarian identitas diri dilakuan
dengan usaha untuk menjelaskan siapa mereka, apa peran mereka dalam masyarakat dan cara orang lain menerima mereka. Pembentukan identitas mempengaruhi perilaku remaja. Hal tersebut
didukung oleh teori Hill yang menyatakan bahwa pembentukan identitas diri merupakan perubahan sekunder yang terjadi pada
lingkungan remaja turut mempengaruhi pembentukan identitas diri.
Identitas yang terbentuk akan tercermin dari tingkah laku yang tampak (Hurlock, 1980).
5) Masa remaja merupakan masa yang menimbulkan ketakutan. Asumsi yang berkembang bahwa remaja tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak, menyebabkan orang dewasa yang membimbing
takut dikenai tanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal sekalipun. Hal tersebut menimbulkan
banyak pertentangan antara orangtua dan remaja. Sehingga orangtua menjaga jarak terhadap perilaku remaja yang mengakibatkan remaja
tidak dapat meminta bantuan ketika menghadapi berbagai masalah (Hurlock, 1980).
6) Masa remaja merupakan masa yang tidak realistik. Remaja memiliki
cara pandang berbeda terhadap orang lain. Cara pandang tersebut tidak berdasarkan kenyataan yang ada, melainkan berdasarkan cara
pandang remaja sendiri, terlebih dalam hal cita-cita (Hurlock, 1980). 7) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja akan menjadi
dewasa dengan peran baru menjadi sosok yang lebih dewasa dalam
perilaku dan sikap serta tindakan, sehingga memberikan citra yang mereka inginkan agar mereka terlihat seperti orang dewasa. Perilaku
c. Aspek-Aspek Perkembangan pada Masa Remaja 1) Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh,
otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik (Yusuf, 2011). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual
dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan.
Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif (Yusuf, 2011).
2) Perkembangan Kognitif
Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima (Sarwono,
2011). Perkembangan Kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Masa
remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak
(Yusuf, 2011).
Tahap perkembangan kogitif ini sebagai tahap operasi formal
penjelasan tentang sesuatu. Remaja mampu memikirkan suatu situasi
yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja telah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, di mana mereka mampu
membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock dalam Yusuf, 2011).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak
yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja ialah kecenderungan cara berpikir egosentrisme. Egosentirsme adalah
ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Cara berpikir egosentrisme dikenal dengan istilah personal fable
adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini akan mendorong perilaku merusak diri atau self-destructive oleh remaja yang berpikir
bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Remaja memiliki semacam prasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang popular dalam penjelasan berkaitan perilaku beresiko yang dilakukan remaja (Papalia dan Olds dalam
Yusuf, 2011).
3) Perkembangan Kepribadian dan Sosial
berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang
penting pada masa remaja ialah pencarian identitas diri. Pencarian identitas diri adalah proses menjadi seseorang yang unik dengan
peran yang penting dalam hidup. Perkembangan sosial pada remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibandingkan orangtua (Papalia dan Olds dalam Yusuf, 2011).
2. Tugas Perkembangan Remaja
a. Pengertian Tugas Perkembangan Remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan
mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa (Hurlock, 1980). Tugas perkembangan adalah suatu petunjuk yang memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh
masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia remaja (Nurjanah, 2012).
b. Tujuan Tugas Perkembangan Remaja
Dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja, ada pengklasifikasikannya ke dalam sembilan kategori, yaitu (1) kematangan
emosional; (2) pemantapan minat-minat hetero seksual; (3) kemnatangan sosial; (4) emansipasi dari kontrol keluarga; (5) kematangan intelektual;
Tujuan tugas perkembangan remaja berdasarkan kematangan emosional dan sosial dari remaja yang tidak toleran dan bersikap superior menjadi lebih bersikap toleran dan merasa nyaman. Remaja yang kaku
dalam bergaul menjadi luwes dalam bergaul. Remaja yang kurang dapat mengendalikan diri sendiri dari rasa marah dan sikap permusuhannya menjadi seorang remaja yang mampu menyatakan emosinya. Remaja yang
masih harus dikontrol orangtua menjadi remaja yang mampu mengkontrol diri mereka sendiri (Yusuf, 2011).
Perkembangan heteroseksualitas memiliki tujuan pada tugas perkembagan remaja dari arah belum memiliki kesadaran tentang
perubahan seksualnya menjadi mampu menerima identitas seksualnya sebagai pria atau wanita. Remaja yang mulanya hanya mengidentifikasi orang lain yang sama jenis kelaminnya menjadi mereka yang mempunyai
perhatian terhadap jenis kelamin yang berbeda dan bergaul dengannya. Remaja yang bergaul dengan banyak teman menjadi remaja yang mampu
memilih teman-teman tertentu (Yusuf, 2011).
Kematangan kognitif pada remaja memiliki tujuan perubahan pada remaja dari yang semulanya bersikap subjektif dalam menafsirkan sesuatu
menjadi lebih objektif. Remaja yang memiliki banyak minat atau perhatian menjadi lebih fokus terhadap minat atau perhatian tertentu. Remaja yang
Tujuan tugas perkembangan remaja yang berkaitan dengan filsafat hidup seperti tingkah laku remaja yang dimotivasi oleh kesenangan belaka menjadi tingkah laku dimotivasi oleh aspirasi. Remaja yang mulanya acuh
tak acuh terhadap ideology dan etika menjadi lebih melibatkan diri dan mempunyai perhatian. Remaja yang awalnya bertingkahlaku tergantung reinforcement (dorongan dari luar) menjadi mereka yang bertingkahlaku di bimbing oleh tanggung jawab moral (Yusuf, 2011).
c. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Identifikasi tugas-tugas perkembangan yang harus disesuaikan selama masa remaja, yaitu:
1) Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Remaja diharapkan mampu menerima hubungan pertemanan atau persahabatan tidak terbatas hanya dengan sesama jenis. Selain itu,
remaja mampu menjaga dan memelihara hubungan terjalin dengan baik. Ketika konflik dan permasalah terjadi, remaja dapat
menyelesaikan dengan cara yang matang. Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangan ini mengantarkan ke dalam suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan
hidupnya. Namun, apabila gagal maka remaja akan mengalami ketidakbahagiaan dalam pernikahan, kurang mampu bergaul dengan
2) Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita. Remaja menerima
keadaan diri sebagai pria atau wanita sesuai dengan kodratnya dengan sifat dan tanggung jawab gender masing-masing (Dahlan,
2011).
3) Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Pada periode pra remaja, anak tumbuh demikian cepat yang mengarah
pada bentuk orang dewasa, diiringi perkembangan sikap dan citra tubuh. Remaja dapat menerima keadaan diri sebagaimana adanya
keadaan diri sendiri, menjaga dan memelihara keadaan fisiknya secara efektif sehingga timbul kepuasan diri (Dahlan, 2011).
4) Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Tugas perkembangan yang dihadapi remaja adalah bebas dari ketergantungan emosional seperti saat masa kanak-kanak.
Dalam masa remaja, seseorang dituntut untuk tidak lagi tergantung dengan orangtua atau orang dewasa lain dengan menjunjung tinggi
sikap respek (Dahlan, 2011).
5) Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. Tujuan dari tugas ini adalah agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan.
Tugas ini sangat penting bagi remaja pria, namun tidak begitu penting bagi remaja wanita (Dahlan, 2011).
yang berhubungan dengan ekonomi. Hal ini berkaitan dengan
ketrampilan fisik yang dimiliki (Dahlan, 2011).
7) Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. Remaja
mengalami kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja. Seorang remaja berhak merancang sebuah pernikahan dan membangun keluarga yang diinginkan agar memperoleh rasa
dibutuhkan dan rasa berharga (Dahlan, 2011).
8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan bagi warga Negara. Remaja sudah memiliki kemampuan untuk berfikir atau nalar tentang sesuatu yang berada di luar
pengalaman atau sistem nilai yang dimiliki. Dengan kata lain, remaja dapat memikirkan kemungkinan sesuatu yang abstrak secara sistematis untuk memecahkan persoalan atau masalah. Remaja
diharapkan dapat mengembangkan konsep hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, geografi, hakikat manusia dan lembaga sosial yang
cocok dengan dunia modern (Dahlan, 2011).
9) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Remaja berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung
jawab sebagai masyarakat dan memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya (Dahlan, 2011).
sesuai dangan norma yang ada dimasyarakat sehinggan membentuk
arti hidup bagi remaja (Dahlan, 2011).
11) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Remaja
dalam tugas ini telah mengalami kematangan sikap, kebiasaan dan pengembangan wawasan dalam mengenalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik
pribadi mapun sosial (Dahlan, 2011).
d. Masalah yang Terkait dengan Pencapaian Tugas Perkembangan Remaja
Ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan, diantaranya:
1) Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan,
emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai (Hurlock, 1980). 2) Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang
tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru (Hurlock, 1980).
3) Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya kapasitas intelektual, stres dan harapan-harapan
pada diri remaja membuat mereka mengambil resiko dengan
melakukan kenakalan (Hurlock, 1980).
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan Remaja Faktor penting yang dapat mempengaruhi penguasaan tugas perkembangan remaja berdasarkan pendapat Harlock (1980), meliputi;
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan wadah untuk pencapain tugas perkembangan. Dimensi lingkungan sosial terdiri dari:
a) Transactions, yaitu interaksi seseorang dengan orang lain dalam lingkungan yang bersifat aktif dan dinamis.
b) Energy, yaitu kekuatan alami yang dimiliki seseorang untuk terlibat aktif dengan lingkungannya.
c) Interface, merupakan penghubung dari suatu interaksi, seperti bahan pembicaraan yang menyebabkan seorang individu berinteraksi dengan individu lain.
d) Adaptation, menunjukkan pada kemampuan untuk menyesuaikan diri untuk menyatu dengan kondisi lingkungan.
e) Coping, adalah bentuk penyesuaian diri manusia untuk mengatasi masalah. Bentuk penyesuaian ini ada yang bersifat positif namun ada juga yang bersifat negatif.
Ada hubungan yang bermakna antara faktor lingkungan sosial dengan tugas perkembangan remaja, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (Nurbayani,
2012).
2) Gambaran Citra Tubuh
Gambaran citra tubuh ada lima dimensi, yaitu:
a) Appearance evaluation, yaitu pengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh apakah menarik atau tidak serta
memuaskan atau tidak.
b) Appereance orientation yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan diri.
c) Body area satisfaction, yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah, tengah dan atas serta penampilan secara
keseluruhan.
d) Overweigt preoccupation, yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu terhadap berat badan,
membatasi makan dan perilaku diet.
e) Self-Classified Weight, yaitu mengukur dan menilai berat badan, dari sangat kurus hingga sangat gemuk (Indika, 2009).
percaya diri sehingga remaja cenderung menutup diri dan
menghindari teman sebaya. Keterbatasan terutama dalam hal fisik membuat remaja tidak dapat melakukan aktifitas dengan mandiri.
Hal tersebut mempengaruhi aktifitas dan produktifitas remaja terutama dalam memenuhi tugas perkembangan (Indika, 2009). 3) Motivasi
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri remaja, seperti semangat dan obsesi. Motivasi yang timbul dari luar diri remaja, seperti
penghargaan orangtua atau masyarakat terhadap remaja. Motivasi menentukan besar usaha dalam mencapai tugas perkembangan remaja
dan besarnya kemauan untuk melakukan usaha tersebut. Maka, semakin tinggi motivasi remaja, semakin tinggi pula usaha remaja untuk memenuhi tugas perkembangan (Sarwono, 2011).
4) Pengetahuan
Pengetahuan kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: a) Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
b) Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
c) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d) Analisis, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis, mengacu kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap sutu materi atau objek (Notoatmodjo, 2007). 5) Kepribadian
Kepribadian merupakan kondisi internal remaja. Karakter akan
berangsur-angsur terbentuk dipengaruhi kebutuhan, sikap, minat maupun tujuan pribadi. Kepribadian ekstrovert adalah kepribadian yang
lebih dipengaruhi oleh dunia objektif, berorientasi pada dunia luar. Pikiran, perasaan, serta tindakannya lebih banyak ditentukan oleh lingkungan. Memiliki karakteristik suka bergaul, ramah, suka
mengikuti kata hati, dan suka mengambil resiko. Sedangkan introvert adalah kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh dunia subjektif,
6) Kesempatan untuk Melaksanakan Tugas Perkembangan
Kesempatan merupakan peluang atau keadaan yang menunjukan tersedianya fasilitas dalam memenuhi tugas perkembangan remaja
(Sarwono, 2011).
7) Bimbingan untuk Mempelajari Tugas Perkembangan
Amat penting bagi remaja diberikan bimbingan agar keingintahuan
yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif, kreatif dan produktif. Bimbingan adalah proses bantuan pada individu untuk
mencapai tugas perkembangan diri secara optimal (Kartadinata dalam Rahmaniyah, 2014).
8) Kreatifitas
Kreatifitas merupakan kecenderungan untuk mengaktualisasi diri (Yusuf, 2011). Mendukung pendapat Hurlock (1980) menyebutkan
bahwa tugas perkembangan fase remaja ini berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan
pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik, salah satu kemampuan kognitif yang dimiliki remaja adalah kemampuan kreatif.
9) Pemenuhan Tugas Perkembangan Tahap Sebelumnya
Tugas perkembangan remaja dipengaruhi oleh tugas
a) Tugas perkembangan masa bayi dan anak-anak awal (0-6 tahun),
mencakup belajar berjalan, belajar makan-makanan padat, belajar berbicara, belajar buang air besar dan kecil, belajar
mengenal perbedaan jenis kelamin, mencapai kestabilan fisik fisiologis, membentuk konsep-konsep sederhana kenyataan sosial dan alam, belajar mengadakan hubungan emosional
dengan orangtua, saudara dan orang lain, belajar mengadakan hubungan baik dan buruk serta pengembangan kata hati (Yusuf,
2011).
b) Selain itu tugas perkembangan lain yang harus terpenuhi pada
tahap masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah (6-12 tahun), yaitu belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya
sendiri sebagai makhluk biologis, belajar bergaul dengan teman sebaya, belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin,
belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, belajar mengembangkan konsep sehari-hari, mengembangkan kata hati, belajar memperoleh kebebasan yang
bersifat pribadi dan mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial (Yusuf, 2011).
maka akan berdampak buruk terhadap keberhasilan dan kehidupannya
dimasa mendatang. Pada periode tugas perkembangan berikutnya tidak akan terpenuhi dengan baik karena akan terjadi keterlambatan
perkembangan dan jika terjadi selama terus menerus maka akan terjadi stagnasi atau perhentian perkembangan (Nurjanah, 2012).
10) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga. Keluarga berfungsi sebagai
pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberi pertolongan dan
bantuan jika diperlukan (Rahmaniyah, 2014).
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu;
a) Dukungan informasional merupakan fungsi keluarga sebagai
sebuah kolektor atau diseminator informasi tentang dunia. Keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti dan
informasi yang digunakan untuk mengungkap masalah. Dukungan informasional bermanfaat untuk menekan munculnya suatu stressor, karena informasi yang diberikan memberikan
sugesti kusus untuk individu. Aspek dalam dukungan informasional adalah nasehat, saran, usulan, petunjuk dan
pemberian informasi.
serta sebagai sumber dan validator identitas keluarga,
diantaranya memberi support, pengakuan, penghargaan dan perhatian.
c) Dukungan instrumental, keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya pelayanan, bantuan finansial, material berupa benda atau jasa, makanan dan
minuman.
d) Dukungan emosional, keluarga sebagai tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dukungan emosional meliputi
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan.
3. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup dalam tempat tinggal yang sama disatukan oleh ikatan sehingga saling mempengaruhi dan memperhatikan (Rivah, 2011). Keluarga merupakan suatu sistem yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak atau semua individu
yang tinggal di rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, intelerasi, dan interdependensi untuk mencapai tujuan
b. Struktur Keluarga:
Struktur keluarga terdiri dari pola dan proses komunikasi. Komunikasi di dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,
terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan. Komuniksai didalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu
mengulang isu dan pendapat sendiri (Rahmaniyah, 2014).
1) Struktur peran. Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran dapat formal ataupun informal (Rahmaniyah, 2014).
2) Struktur kekuatan. Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian
(expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan affektif power (Rahmaniyah, 2014).
3) Struktur nilai dan norma. Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga (Rahmaniyah, 2014).
c. Peran Ayah
Ayah yang kurang berperan dalam menjalankan fungsi keayahannya akan
membawa berbagai dampak yang buruk bagi anak-anaknya. Peran ayah (fathering) dapat dijelaskan sebagai suatu peran yang dijalankan dalam
kaitannya untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik maupun biologis (Vera Astuti, 2013). Idealnya ayah dan ibu mengambil peranan yang saling melengkapi dalam kehidupan rumah
tangga dan perkawinannya, termasuk di dalamnya berperan sebagai model yang lengkap bagi anak-anak dalam menjalani kehidupannya (Andayani &
Koentjoro dalam Arida, 2007).
Peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu dan memiliki pengaruh
dalam perkembangan anak walaupun pada umumnya menghabiskan waktu relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ibu. Hal ini karena cinta seorang ayah didasarkan pada syarat tertentu, berbeda dengan cinta ibu yang tanpa
syarat. Cinta ayah memberikan motivasi kepada anak untuk lebih menghargai nilai-nilai dan tanggung jawab (Vera Astuti, 2013).
Ada beberapa peran ayah (fathering) dalam keluarga yang dapat disimpulkan, yaitu :
1) Provider, ayah memiliki peran dalam penyedia dan pemberi fasilitas. 2) Protector, ayah memiliki peran sebagai pemberi perlindungan. 3) Decision Maker, ayah memiliki peran sebagai pengambil keputusan. 4) Child Specialiser & Educator, ayah memiliki peran sebagai pendidik
5) Nurtured Mother, ayah memiliki peran sebagai pendamping ibu (Yuniardi, 2009).
Model yang elaboratif dimana dimensi-dimensi keterlibatan ayah
dalam pengasuhan meliputi :
1) Paternal Engagement yaitu pengalaman ayah berinteraksi langsung dan melakukan aktivitas bersama misalnya bermain-main,
meluangkan waktu bersama, dan seterusnya.
2) Paternal Accessibility yaitu kehadiran dan kesediaan ayah untuk anak. Orangtua ada di dekat anak tetapi tidak berinteraksi secara langsung dengan anak.
3) Paternal Responsibility yaitu; sejauhmana ayah memahami dan memenuhi kebutuhan anak, termasuk memberikan nafkah dan merencanakan masa depan anak (Yuniardi, 2009).
Konsep fathering dengan dimensi-dimensi yang diukur menggunakan aspek-aspek sebagai berikut:
1) Responsivity, dimensi ini mengukur sejauh mana ayah menggunakan kehangatan, kasih sayang, dan sikap suportif kepada anaknya.
2) Harshness, dimensi ini mengukur sejauh mana ayah menggunakan sikap galak, menghukum, dan pendekatan inkonsisten dalam pengasuhan kepada anaknya.
4) Affective involvement, dimensi ini mengukur sejauh mana ayah menginginkan dan menyayangi anak (Yuniardi, 2009).
d. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterlibatan Ayah
Kategori faktor-faktor yang memengaruhi keterlibatan ayah, yaitu : Motivasi ayah untuk terlibat dalam kehidupan anak mereka. Faktor motivasi ayah ini dapat dilihat dari komitmen dan identifikasi pada peran
ayah. Faktor lain yang mempengaruhi motivasi ayah untuk terlibat dengan anaknya adalah career saliency. Pria yang secara emosional kurang lekat
dengan pekerjaannya dapat meluangkan lebih banyak waktunya untuk anak mereka. Job salience yang rendah memprediksi partisipasi yang besar dalam perawatan/pengasuhan anak (Yuniardi, 2009).
Keterampilan dan kepercayaan diri dalam peran sebagai ayah (efikasi diri ayah) efikasi diri dan kepuasan dalam mengasuh adalah 2 komponen
dari ketrampilan dan kepercayaan diri yang mempengaruhi keterlibatan ayah. Penelitian telah menunjukkan bahwa efikasi diri dalam mengasuh
berhubungan dengan keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Dalam penelitian lain, ayah melaporkan mempunyai tingkat efikasi yang lebih rendah daripada ibu. Ayah yang mempersepsi diri mereka mempunyai
ketrampilan mengasuh yang lebih besar melaporkan keterlibatan dan tanggungjawab yang lebih besar untuk tugas merawat anak (Yuniardi,
2009).
dukungan sosial dan stres yang telah ditemukan mempengaruhi
keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Pada umumnya, keyakinan wanita tentang bagaimana seharusnya keterlibatan pasangannya dalam
pengasuhan berhubungan dengan keterlibatan pria. Interaksi emosional yang positif dengan pasangan dapat mempengaruhi pikiran pria dan menguatkan ketertarikan untuk terlibat dalam semua aspek kehidupan
keluarga (Yuniardi, 2009).
Faktor institusional (misal karakteristik pekerjaan). Faktor-faktor
institusional termasuk diantaranya kebijakan tempat kerja (misal: jam orangtua berangkat, fleksibilitas jadwal kerja). Semakin banyak jam kerja
B. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian Remaja
Karakteristik Remaja
Aspek Perkembangan Remaja
Tugas Perkembangan Remaja
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan Remaja:
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan Ayah:
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
: diteliti
: tidak diteliti
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Tugas Perkembangan Remaja Peran ayah
Variabal Independen Variabal Dependen
Provider
Protector
Decision Maker
Nurtured Mother Child
Specialiser & Educator
Fisik : Remaja menerima keadaan fisiknya dan mampu menilai perbedaan jenis kelamin. Sosial :
Remaja mampu menjalin hubungan baik dengan teman sebaya dan mampu bersikap positif terhadap pergaulan dengan teman sebaya. Psikologis : Remaja memperoleh kebebasan.
Spiritual: Remaja tidak
D. Hipotesis
37
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang) yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu saat
(Nursalam, 2008). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan merupakan penelitian deskriptif korelasi. Penelitian korelasional mengkaji
hubungan antar variabel (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan peran ayah dengan pemenuhan tugas perkembangan
remaja di MAN Yogyakarta I. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Merupakan setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MAN
Yogyakarta I tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa kelas X 235 dan kelas XI 233. Total populasi adalah 468 siswa.
2. Sampel
Merupakan bagian dari populasi yang terjangkau dan dapat digunakan sebagai subjek penelitian (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel dalam
dalam populasi (Sujarweni, 2014). Terdapat beberapa rumus yang dapat
dipergunakan untuk menentukan besar sampel. Penentuan besar sampel;
Sampel ditambahkan dengan 10% dari n
Sampel di kelas X adalah;
Keterangan (untuk prediksi):
n : Besar sampel N : Besar populasi d : Tingkat signifikan (p)
Hasil penelitian disesuaikan dengan tujuan, sehingga penentuan sampel harus sesuai dengan kriteria tertentu yang ditetapkan. Kriteria ini berupa
kriteria inklusi. Sebagian subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi, harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian sehingga terjadi bias, hal ini disebut sebagai kriteria eksklusi (Saryono, 2011).
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam, 2003).
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah : 1) Bersedia menjadi responden.
2) Hadir dalam pembagian kuesioner. 3) Tinggal bersama ayah di rumah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di MAN Yogyakarta I. Waktu penelitian dilaksanakan oleh peneliti pada bulan April 2016.
C. Variabel Penelitian
bebas (variabel independen, stimulus, predictor, atau antecendt) adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (variabel dependen) (Sugiyono,
2015). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peran ayah.
Variabel terikat (variabel dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,
2015). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tugas perkembangan remaja di MAN Yogyakarta I.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan menghindari perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup variabel (Saryono, 2011). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tugas Perkembangan Remaja adalah serangkaian tugas yang harus dicapai anak dalam masa remaja yang memungkinkan mengerti dan memahami apa
yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan. Tugas perkembangan remaja ini berhubungan dengan fisik remaja, psikologis, sosial, dan spiritual. Skala untuk tugas perkembangan remaja adalah ordinal.
Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 12 item. Pengkategorian tugas perkembangan remaja
adalah kurang, cukup dan baik.
yaitu ayah sebagai pengambil keputusan, dan child specialiser & educator yaitu sebagai pendidik dan menjadikan anak sebagai makhluk sosial. Skala untuk peran ayah yang digunakan adalah ordinal. Cara pengukuran dengan
menggunakan kuesioner dengan jumlah pernyataan sebanyak 10 item. Pengkategorian peran ayah adalah tidak baik, kurang baik dan baik.
E. Instrumen Penelitian
Penyusunan instrumen penelitian tahap awal dituliskan data-data tentang karakteristik responden: umur, pekerjaan, jenis kelamin, dan data demografi
lainnya (Nursalam, 2013). Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah jenis kelamin dan usia. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup
yang alternatif jawabannya sudah dibatasi dan langsung diberikan kepada responden. Setiap butir pertanyaan mengandung item jawaban mengarah pada jawaban favorable (positif) atau kearah unfavorable (negatif).
Bentuk kuesioner yang digunakan adalah dichotomy question. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Guttman. Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”;
“pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain (Sugiyono, 2015). Penilaian kuesioner pada setiap jawaban mempunyai skor yang berbeda pada
pertanyaan yang mengarah pada pertanyaan favorable atau unfavorable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel.
Tabel 1. Skor favorable dan unfavorable
No. Skala alternatif jawaban Skor
favorable Skor unfavorable
1. Ya 1 0
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan 22 pernyataan.
1. Tugas Perkembangan Remaja
Instrumen yang digunakan diambil dari penelitian Henny (2014) yaitu
instrument tugas perkembangan remaja yang dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti. Instrumen memiliki 12 pernyataan yang terdiri dari 7 pernyataan favourable (positif) dan 5 pernyataan unfavourable (negatif). Rentang skor kuesioner adalah 0-12. Hasil yang diperoleh kemudian diubah menggunakan program komputer dalam bentuk prosentase dengan rumus, sebagai berikut:
Keterangan:
N (100%) : Nilai tugas perkembangan remaja dalam prosentase
Sp : Skor yang didapat Sm : Skor tertinggi
Interpretasi hasil dari tugas perkembangan remaja dinilai dengan skala ordinal yang dikategorikan menurut Dahlan (2011) adalah:
a. Kurang apabila skor < 56%
b. Cukup apabila skor 56% - 75% c. Baik apabila skor > 76%
Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner tugas perkembangan remaja No. Pernyataan Favourable Unfavourable
1. Fisik 6, 11
2. Sosial 4, 5 1
3. Psikologis 3 2, 7, 10, 12
4. Spiritual 8, 9
2. Peran Ayah
Instrumen peran ayah sebanyak 10 pernyataan yang dirancang sendiri oleh peneliti. Instrument tersebut memiliki 5 pernyataan favourable (positif) dan 5 pernyataan unfavourable (negatif). Rentang skor dari kuesioner peran ayah adalah 0-10. Hasil yang diperoleh diubah menggunakan program komputer dalam bentuk prosentase dengan rumus, sebagai berikut:
Keterangan:
N (100%) : Nilai peran ayah dalam prosentase Sp : Skor yang didapat
Sm : Skor tertinggi
Interpretasi hasil dari peran ayah dinilai dengan skala ordinal yang dikategorikan menurut Notoatmodjo (2010) adalah:
a. Tidak Baik apabila skor < 56% b. Kurang Baik apabila skor 56% - 75% c. Baik apabila skor > 76%
Tabel 3. Kisi-kisi kuesioner peran ayah
No. Pernyataan Favourable Unfavourable
1. Provider 6, 7
2. Protector 5, 8, 2
3. Decision Maker 4, 9, 10
4. Child Specialiser and Educator 1, 3
F. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2003).
1. Tahap Persiapan
a) Peneliti menyiapkan proposal penelitian dengan bimbingan dosen Ibu
Rahmah, M.Kep., Ns., Sp.Kep.,An yang disetujui dan dilakukan pengujian dengan dosen penguji Ibu Falasifah Ani Yuniarti S.Kep., Ns.,
MAN., HNC pada 16 Desember 2015.
b) Peneliti mengurus surat keterangan kelayakan etika penelitian di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tanggal 18 Januari 2016. Pada tanggal 25 Januari 2016 permohonan kelayakan etika penelitian telah selesai dikaji.
c) Peneliti membuat surat uji validitas kuesioner di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang
disetujui pada tanggal 14 Januari 2016.
d) Peneliti berkoordinasi dengan Guru di MAN Yogyakarta II untuk melaksanakan uji validitas kuesioner. Pengambilan data uji validitas
kuesioner dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2016.
e) Peneliti mengurus permohonan surat izin penelitian di Fakultas
f) Peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ke Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta pada
tanggal 22 Februari 2016.
g) Peneliti mendapatkan surat izin dari Dinas Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 2016 dan mengantar surat
tembusan kepada Walikota Yogyakarta, Ka. Kantor Kementerian Agama Kota Yogyakarta, Kepala MAN Yogyakarta I, dan Kaprodi. PSIK FKIK
UMY.
h) Peneliti melakukan koordinasi dengan guru yang mengampu bidang
penelitian di MAN Yogyakarta I yaitu Ibu Dra. Kurnia Hidayati pada tanggal 11 April 2016 untuk menentukan jadwal penambilan data penelitian.
i) Peneliti memilih responden berdasarkan kelas dan siswa di MAN Yogyakarta I dengan random sampling.
2. Tahap Pelaksanaan
Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data primer yang diperoleh dari siswa MAN Yogyakarta I. Langkah-langkah pengambilan
data adalah sebagai berikut:
1) Peneliti melaksanakan pengambilan data penelitian pada tanggal 19
2) Peneliti memberikan lembar persetujuan dan kuesioner kepada
responden pada saat sebelum pelajaran pagi hari, istirahat pertama, dan istirahat kedua.
3) Peneliti menjelaskan maksud kuesioner kepada responden sehingga mempunyai persepsi yang sama mengenai maksud tiap pernyataan. Sebelum responden mengisi lembar jawaban, peneliti menjelaskan cara
mengisi kuesioner kepada responden. Apabila terdapat hal-hal yang belum dimengerti bisa ditanyakan langsung kepada peneliti.
4) Waktu yang diberikan untuk mengisis kuesioner adalah 20 menit. Responden dapat langsung mengumpulkan kuesioner yang telah selesai
dikerjakan kepada peneliti di waktu luang selain jam pelajaran. Hasil dari jawaban pernyataan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Kuesioner diuji coba terlebih dahulu dengan mengukur validitas dan
reliabilitas kuesioner. Kuesioner yang diuji adalah tugas perkembangan remaja dan peran ayah. Uji validitas dilakukan di MAN Yogyakarta II dan jumlah sampel 30 responden dengan karakteristik yang sama dengan responden