• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penerapan teknologi sistem tanam legowo terhadap Pendapatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penerapan teknologi sistem tanam legowo terhadap Pendapatan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN TEKNOLOGI

SISTEM TANAM LEGOWO TERHADAP PENDAPATAN

(Study kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh:

N A Z L A H 030309002

SEP/PKP

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PENERAPAN TEKNOLOGI SISTEM TANAM

LEGOWO TERHADAP PENDAPATAN

(Study kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh:

N A Z L A H 030309002

SEP/PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Emalisa, SP, M. Si)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

RINGKASAN

NAZLAH (030309002), dengan judul skripsi “PENGARUH PENERAPAN TEKNOLOGI SISTEM TANAM LEGOWO TERHADAP PENDAPATAN” Studi kasus: Study kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa Sp, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, secara prinsip produksi padi tergantung pada dua variabel, yaitu luas panen dan hasil perhektar, intensifikasi pertanian dan perluasan areal tanam merupakan usaha pokok dalam pengelolaan usahatani untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan petani

Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja, yaitu di desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penentuan petani sampel dilakukan secara stratified random sampling. Di mana terdapat range luas lahan terendah 0,12 Ha serta tertinggi adalah 2,5 Ha, sehingga dibuat pengelompokkannya. Hasil Penelitian yang diperoleh adalah : 1. Sistem tanam legowo di Desa Lubuk Bayas ini memiliki 11 unsur. Adapun

perkembangan yang dapat dilihat dengan adanya sistem tanam legowo ini adalah perkembangan secara teknis, yaitu adanya peningkatan jumlah petani yang menerapkan cara dan teknik bercocok tanam sesuai yang dianjurkan yaitu teknologi sistem tanam legowo dan peningkatan persentase jumlah unsur-unsur yang diterapkan oleh masing-masing petani sampel.

2. Sistem tanam Legowo di Desa Lubuk Bayas yang diterapkan oleh petani sekitar 63.3 % dan ini sangat mempengaruhi pendapatan para petani yang menerapkan sistem tanam legowo 4:1 ini.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Nazlah, lahir di Medan pada tanggal 20 Oktober 1985, Anak ketiga dari

tiga bersaudara dari Bapak Syahrial (Alm) dan Ibu Thoharah (Alm).

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar Kartini Medan dan tamat tahun 1997.

2. Tahun 1997 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP

Muhammadiyah-08 tamat tahun 2000.

3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Al-ulum dan tamat

tahun 2003.

4. Tahun 2003 diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Medan melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

5. Bulan Juli-Agustus 2007 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

Desa Samabaliang, Kecamatan Berampu, Kabupaten Dairi.

6. Bulan September-November 2009 melakukan penelitian skripsi di Desa

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat memulai, menjalani, dan

menyelesaikan masa perkuliahan dan pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi.

Skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan

studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan judul

“PENGARUH PENERAPAN TEKNOLOGI SISTEM TANAM LEGOWO

TERHADAP PENDAPATAN” Studi kasus: Study kasus : Desa Lubuk Bayas

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

 Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.

 Ibu Emalisa Sp, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis.

 Bapak Ir. Luhut Sihombing, MSi, selaku Ketua Departemen Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

 Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Departemen Sosial

Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang

turut berperan dalam studi penulis.

 Bapak Abdul Muiz (Alm) selaku Kepala Desa Lubuk Bayas yang telah

(6)

 Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh petani padi sawah

anggota P3A di Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten

Serdang Bedagai dan intansi yang terkait dalam penelitian ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan bimbingannya.

Dengan rasa hormat yang sedalam-dalamnya penulis mengucapkan terima

kasih yang setulusnya kepada orang tua Bapak Syahrial (Alm) dan Ibu

Thoharah (Alm) atas perhatian, kasih sayang, doa, dukungan moril dan materil,

dorongan dan nasehat yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Terima kasih juga

penulis ucapkan kepada saudara-saudara saya atas doa, dukungan dan

semangatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat meningklatkan kualitas

skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Desember 2009

(7)

DAFTAR ISI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka……….. 7

Landasan Teori………. 13

Kerangka Pemikiran………. 21

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian..……… 26

Metode Penentuan Sampel…………...……… 26

Metode Pengumpula Data……… 27

Metode Analisis Data………..……… 27

Defenisi dan Batasan Operasional………... 28

Defenisi……… 28

Batasan Operasional …….……… 28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN, DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Deskripsi Daerah Penelitian………. 29

Luas Daerah dan Letak Geografis……… 29

Keadaan Penduduk……….. 29

Sarana dan Prasarana ... 32

Karakteristik Peternak Sampel…...……….. 32

(8)

Gambaran Umum Mengenai Penerapan Teknologi Sistem Tanam

Legowo ……….... 36 Pengaruh Penerapan Teknologi Sistem Tanam Legowo... 39 Masalah-masalah yang dihadapi di dalam pengelolaan sistem tanam legowo 4:1 ... 38

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan………... 40 Saran……….. 40

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

Tabel 01. Cara dan Teknik Bercocok Tanam yang Dianjurkan dalam Penerapan

Teknologi Sistem Tanam Legowo ... 10

Tabel 02. Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan di Desa Lubuk Bayas ... 23

Tabel 03. Distribusi Penduduk Desa Lubuk Bayas Menurut Jenis Kelamin ... 30

Tabel 04. Distribusi Penduduk Desa Lubuk Bayas Menurut Golongan Umur ... 30

Tabel 05. Distribusi Penduduk Desa Lubuk Bayas Menurut Mata Pencaharian 31 Tabel 06. Distribusi Penduduk Desa Lubuk Bayas Menurut Tingkat Pendidikan ... … 31

Tabel 07. Sarana dan Prasarana Desa Lubuk Bayas ... 32

Tabel 08. Karakteristik Petani Sampel di Desa Lubuk Bayas... 33

Tabel 09. Penerapan Unsur-unsur Teknologi Sistem Tanam Legowo 4:1 ... 36

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lamp. 1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Lubuk Bayas Lamp. 2 Penerapan Unsur-unsur Teknologi Sistem Tanam Legowo

Lamp. 3 Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Desa Lubuk Bayas Lamp. 4 Penggunaan Tenaga Kerja Usaha tani Padi Sawah MT I Lamp. 5 Penggunaan Tenaga Kerja Usaha tani Padi Sawah MT II Lamp. 6 Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Sawah MT I Lamp. 7 Biaya Tenaga Kerja Usaha Tani Padi Sawah MT II Lamp. 8 Penggunaan Saprodi Usaha Tani Padi Sawah MT I Lamp. 9 Penggunaan Saprodi Usaha Tani Padi Sawah MT II Lamp. 10 Biaya Saprodi Usaha Tani Padi Sawah MT I

Lamp. 11 Biaya Saprodi Usaha Tani Padi Sawah MT II Lamp. 12 Biaya Penyusutan Usaha Tani Padi Sawah MT I Lamp. 13 Biaya Penyusutan Usaha Tani Padi Sawah MT II Lamp. 14 Total Biaya Produksi Usaha Tani Padi Sawah MT I Lamp. 15 Total Biaya Produksi Usaha Tani Padi Sawah MT II

Lamp. 16 Total Pendapatan Bersih Usaha Tani Padi Sawah per Petani MT I Lamp. 17 Total Pendapatan Bersih Usaha Tani Padi Sawah per Petani MT II Lamp. 18 Korelasi Rank Spearman antara Umur Petani Dengan Penerapan

Teknologi Dalam Usaha Tani

Lamp. 19 Korelasi Rank Spearman antara Pendidikan Petani Dengan Penerapan Teknologi Dalam Usaha Tani

Lamp. 20 Korelasi Rank Spearman antara Pengalaman Petani Dengan Penerapan Teknologi Dalam Usaha Tani

Lamp. 21 Korelasi Rank Spearman antara Luas Lahan Petani Dengan Penerapan Teknologi Dalam Usaha Tani

Lamp. 22 Korelasi Rank Spearman antara Jumlah Tanggungan Petani Dengan Penerapan Teknologi Dalam Usaha Tani

(12)

RINGKASAN

NAZLAH (030309002), dengan judul skripsi “PENGARUH PENERAPAN TEKNOLOGI SISTEM TANAM LEGOWO TERHADAP PENDAPATAN” Studi kasus: Study kasus : Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Emalisa Sp, MSi, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, secara prinsip produksi padi tergantung pada dua variabel, yaitu luas panen dan hasil perhektar, intensifikasi pertanian dan perluasan areal tanam merupakan usaha pokok dalam pengelolaan usahatani untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan petani

Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja, yaitu di desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penentuan petani sampel dilakukan secara stratified random sampling. Di mana terdapat range luas lahan terendah 0,12 Ha serta tertinggi adalah 2,5 Ha, sehingga dibuat pengelompokkannya. Hasil Penelitian yang diperoleh adalah : 1. Sistem tanam legowo di Desa Lubuk Bayas ini memiliki 11 unsur. Adapun

perkembangan yang dapat dilihat dengan adanya sistem tanam legowo ini adalah perkembangan secara teknis, yaitu adanya peningkatan jumlah petani yang menerapkan cara dan teknik bercocok tanam sesuai yang dianjurkan yaitu teknologi sistem tanam legowo dan peningkatan persentase jumlah unsur-unsur yang diterapkan oleh masing-masing petani sampel.

2. Sistem tanam Legowo di Desa Lubuk Bayas yang diterapkan oleh petani sekitar 63.3 % dan ini sangat mempengaruhi pendapatan para petani yang menerapkan sistem tanam legowo 4:1 ini.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor

pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1985).

Pembangunan pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yaitu

pertanian yang dicirikan antara lain oleh penggunaan teknologi baru yang

berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan dan peran serta petani

dan keluarganya dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya. Pertanian terpadu

merupakan konsep pertanian yang bergerak sebagai sistem yang

berkesinambungan, berbagai usaha yang bergerak dalam semua aspek pertanian

tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan (Soekartawi,1994).

Sektor pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan

kualitas hidup petani yang dicapai melalui strategi investasi dan kebijakan

pengembangan profesionalitas dan produktivitas tenaga kerja pertanian,

pengembangan IPTEK disertai penataan dan pengembangan kelembagaan

pedesaan secara konseptual maupun empiris, sektor pertanian layak dijadikan

sektor andalan ekonomi nasional termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan

masyarakat petani (Mubyarto, 1985).

Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dapat dilihat

dari aspek kontribusinya terhadap penyedian lapangan kerja, penyediaan

(14)

orang-orang miskin di pedesaan dan peranannya terhadap nilai devisa yang dihasilkan

dari ekspor (Soekartawi, 1994).

Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan, secara prinsip produksi padi

tergantung pada dua variabel, yaitu luas panen dan hasil perhektar, intensifikasi

pertanian dan perluasan areal tanam merupakan usaha pokok dalam pengelolaan

usahatani untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan petani

(Mubyarto, 1985).

Pada tanaman padi sawah air irigasi diberikan dengan cara penggenangan.

Adapun tujuan penggenanggan adalah agar pemberian air cukup dan tetap (stabil)

ke areal persawahan guna menjamin produksi padi, air irigasi ini biasanya

diberikan dengan dua cara: (1). Pemberian air teputus-putus (Intermitten), (2).

Pemberian terus menerus (continius). Pemberian terputus-putus adalah pemberian

air yang memiliki waktu dalam memasukkan air pada petak-petak sawah pada

waktu tertentu, sedangkan pemberian terus menerus adalah suatu cara pemberian

air sepanjang tahun, serta menekan pertumbuhan tanaman pengganggu, juga

mencegah kerusakan air yang disebabkan oleh angin pada saat tanaman masih

muda (Sosrodarsono dan Takeda, 1985).

Teknologi legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur

jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun

padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan sehingga seolah-olah rumpun

padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang memperoleh manfaat sebagai

tanaman pinggir (border effect). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(15)

tinggi dibandingkan produksi rumpun padi yang berada di bagian dalam

(Anonimous, 2007).

Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam jajar legowo

4:l,berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan produksi padi sebesar

12-22%. Disamping itu sistem legowo yang memberikan ruang yang luas (lorong)

sangat cocok dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan (minapadi legowo). Hasil

ikan yang diperoleh mampu menutup sebagian biaya usahatani, sehingga dapat

meningkatkan pendapatan petani (Anonimous, 2007).

Pembangunan pengairan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia

merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya air secara tepat guna,

berdaya guna dan berhasil guna untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa

Indonesia. Pembangunan pengairan menunjang sektor pertanian terutama

untuk penyediaan air irigasi baik untuk tanaman pangan, hortikultura, tanaman

rumput makanan ternak maupun komoditi lainnya. Selain itu jarigan irigasi juga

berperan dalam penyediaan air, baik untuk perikanan darat maupun pertambakan

(Siskel dan Hutapea, 1995).

Irigasi sudah sangat lama dikenal di Indonesia dan petanilah yang

mula-mula membangunnya. Petani membangun irigasi untuk memenuhi kebutuhan

mengairi areal persawahan yang mereka miliki. Jarigan irigasi yang di bangun

umumnya berskala kecil dan bentuknya sederhana sekali. Kegiatan membangun

irigasi biasanya dilakukan petani dan mendayagunakan sumber daya mereka,

secara swadaya dan bergotong royong (Ambler, 1992).

Kegiatan-kegiatan keirigasian selalu menuntut kerjasama antar petani.

(16)

pembagian air antar hamparan sawah dan antar petak-petak sawah dalam

hamparan yang sama, membutuhkan kerjasama yang terorganisasi secara baik di

antara petani di jarigan irigasi yang bersangkutan (Siskel dan Hutapea, 1995).

Kerja sama mengelola air irigasi dalam P3A sangat diharapkan sehingga

dapat membantu para anggotanya yaitu para petani pedesaan, dalam menerapkan

teknologi yang ada pada lahannya. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam P3A

merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan, sesuai dengan peraturan yang

berlaku seperti: gotong royong membersihkan saluran air irigasi, membuat

bedengan irigasi sesuai dengan kebutuhan petani.

Dalam hubungannya dengan P3A, para petani dapat dibagi ke dalam dua

kelompok. Kelompok yang pertama adalah petani-petani yang memandang P3A

sebagai suatu organisasi yang harus dipelihara dan dipertahankan, oleh karena itu

melalui organisasi pembagian air yang lebih adil dapat diupayakan. Kelompok

yang kedua adalah petani-petani yang memandang keberadaaan P3A justru

membatasi ruang gerak mereka di dalam mengusakan air. Dengan demekian

petani-petani yang tergolong ke dalam kelompok ini tidak mempunyai motivasi

yang kaut untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya P3A yang kuat

(Siskel dan Hutapea, 1995).

Kegiatan usaha penduduk Kabupaten Serdang Bedagai sebahagian besar

bergerak di sektor pertanian, selebihnya bergerak di sektor industri, perdagangan,

jasa dan lainnya. Kegiatan usaha pertanian terutama tanaman pangan, perkebunan

dan peternakan.

Kabupaten Serdang bedagai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

(17)

Kecamatan Perbaungan yang merupakan daerah yang memiliki produksi padi

sawah yang cukup tinggi. Untuk lebih jelas dapat dilihat data luas lahan produksi

dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Serdang bedagai pada Lampiran 1.

Berdasarkan Lampiran 1 dapat diketahui bahwa luas lahan padi sawah terbesar

terdapat di Kecamatan Sei Rampah sebesar 17.238 ha dengan hasil produksi

84.766 ton. Dan selanjutnya adalah kecamatan Perbaungan sebesar 13.839 dengan

hasil produksi 62.826 ton. Oleh karena itu Kabupaten Serdang Bedagai disebut

Lumbung Padi karena hasil padi sawahnya tinggi.

Luas lahan padi dapat ditinjau dari jenis beririgasi teknis dan bersistem

tanam legowo di Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Lampiran 2. Dari Lampiran 2 dapat diketahui bahwa Kecamatan Perbaungan

memiliki jumlah luas lahan beririgasi terbesar yaitu sebesar 5.953 ha, akan tetapi,

untuk luas lahan bersistem tanama legowo merupakan yang terkecil yaitu 18 ha

dengan populasi petani sebanyak 40 jiwa.

Kecamatan Perbaungan merupakan daerah terluas padi sawah yang

beririgasi teknis, akan tetapi memiliki luas lahan sistem legowo yang sedikit.

Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian ini.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan dalam penelitian ini adalah

bagaimana gambaran penerapan teknologi sistem tanam legowo yang dilakukan

oleh petani anggota P3A di daerah penelitian, faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi sistem usahatani legowo terhadap pendapatan, bagaimana

(18)

tanam legowo dan masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani anggota P3A

dalam menerapkan teknologi sistem tanam legowo di daerah penelitian.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada uraian identifikasi masalah sebelumnya, maka dapat

dirumuskan tujuan penelitian adalah menganalisis gambaran penerapan teknologi

sistem tanam legowo oleh petani anggota P3A di daerah penelitian, menganalisis

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sistem usahatani legowo terhadap

pendapatan, menganalisis bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi

petani terhadap penerapan teknologi sistem tanam legowo, dan menganalisis

masalah-masalah apa saja yang dihadapi petani anggota P3Adalam menerapkan

teknologi sistem tanam legowo di daerah penelitian.

Kegunaan Penulisan

Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan

informasi yang dapat membantu petani untuk meningkatkan penerapan teknologi

sistem tanam legowo, sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain

yang membutuhkan khususnya penelitian mengenai tanaman legowo, dan sebagai

bahan untuk membuat kebijakan tentang teknologi pangan beras di Sumatera

Utara.

Hipotesis Penelitian

Adapun yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat gambaran

penerapan teknologi sistem tanam legowo yang signifikan oleh petani anggota

P3A di daerah penelitian, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sistem

usahatani legowo terhadap pendapatan, terdapat hubungan karakteristik sosial

(19)

legowo, dan ada masalah-masalah yang dihadapi petani anggota P3A dalam

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Padi Sawah

Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi

tanaman penghasil bahan pangn pokok di kebanyakan Negara daerah tropis,

terutama di Negara Asia Afrika. Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantarum

Divisio :Spermatophyta

Sub Divisio :Angiospermae

Class :Monocotyledonae

Ordo :Graminales

Family :Graminae

Sub Family :Oryzidae

Genus :Oryzae

Species :Oryza Sativa

(Kartasapoetra, 1988).

Tumbuhan padi sawah adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air

(Water Plant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu

hanya bisa tumbuh diatas tanah yang terus menerus di genangi air, baik

penggenangan itu terjadi secara alamiah yang disebut rawa-rawa, maupun

penggenganggan itu disengaja yang disebut tanah sawah. Padi juga dapat tumbuh

ditanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akar air

(21)

Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang sangat cukup untuk

hidupnya. Tanaman ini tergolong semi aquaris yang cocok di tanam di tanah

tergenang. Biasanya padi tanaman di sawah yang menyediakan kebutuhan air

cukup untuk pertumbuhan, meskipun demikian padi juga dapat diusahakan di

lahan kering atau istilahnya padi gogo. Namun kebutuhan airnya pun harus

terpenuhi ( Utomo, M dan Nazaruddin, 2003).

Penerapan Teknologi Sistem Tanam Legowo

Perkembangan teknologi yang dalam hal ini pada budidaya padi sawah

bertujuan untuk meningkatkan produksi dan untuk memberikan kesejahteraan

kepada para petani pengusaha padi. Seperti yang kita ketahui meskipun negara

kita adalah negara agraris yang sebahagian besar penduduknya bermata

pencaharian bertani, tetapi kondisi petani tetap saja memprihatinkan

(Utomo dan Nazarudin, 1996).

Sistem tanam Legowo 4:1 artinya penanaman dengan sistem di mana jarak

antar barisan tanaman sekitar 20 cm dan jarak antar tanaman padi dengan lainnya

hanya berkisar 10 cm.

Cara penanaman adalah jarak tanam dalam baris dirapatkan menjadi 10

cm, antarbaris 20 cm.Setiap 4 baris dikosongkan 1 baris,sehingga jarak antara 4

baris tanamanyang satu dengan 4 baris yang lain menjadi 40 cm.Jumlah bibit per

lubang 3 batang.

Tanam jajar legowo dianjurkan penerapannya terutama di daerah yang

banyak hama dan penyakit, atau pada lahan sawah yang keracunan besi. Jarak

tanam pada dua baris terpinggir pada tiap unit legowo biasanya (aslinya) lebih

(22)

populasi tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris yang kosong, di antara

unit legowo, dapat dibuat parit dangkal yang berfungsi untuk mengumpulkan

keong mas dan menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi.

Keuntungan sistem tanam legowo secara prinsip memberikan pengaruh

tanaman pinggir (border effect), yaitu semakin luasnya jelajah perakaran tanaman

sehingga memungkinkan tanaman menjadi lebih sehat dan bernas yang pada

akhirnya memberikan hasil lebih tinggi.Populasi tanaman meningkat dari

250.000 rumpun menjadi 400.000 rumpun (60%). Lebih memudahkan pekerjaan

seperti menyemprot atau memupuk tanaman dimana petani dapat berjalan di lahan

yang kosong tanpa mengganggu tanaman.

Sistem tanam legowo 4:1 dapat dijelaskan pada gambar 1.

Gambar 1. Sistem Tanam Legowo 4:1

Adapun cara dan teknik bercocok tanam yang dianjurkan dalam teknologi

(23)

Tabel 1. Cara dan Teknik Bercocok Tanam yang dianjurkan dalam Penerapan Teknologi Sistem Tanam Legowo

No Uraian Cara dan Teknik Bercocok Tanam

1 Pengolahan tanah Diberikan pupuk kandang sebanyak 1-2 ton/ha pada saat pengelolaan tanah kedua 2 Sistem tanam Legowo 4:1

3 Jumlah benih/ lubang 1-2 4 Jumlah benih/ ha 0,8-1 Kg 5 Umur bibit 10-15 hari

6 Dosis pupuk Nitrogen, Fosfat, Kalium, Hara S dan Zn 7 Pengelolaan air Irigasi berselang (Intermitten)

8 Bahan organik 1-2 ton/ ha 9 Panen dan pascapanen Power Thresher

Pengolahan Tanah

Pada teknologi sistem tanam legowo pengolahan tanah harus dilakukan

hingga berlumpur dan rata yang dimaksudkan untuk menyediakan media

pertumbuhan yang baik bagi tanaman padi dan untuk mematikan gulma.

Pembajakan tanah dilakukan dua kali. Setelah pembajakan pertama sawah

digenang dahulu sekitar 7-15 hari, kemudian dilakukan pembajakan kedua diikuti

penggarukan untuk meratakan pelumpuran. Untuk tanah yang lapisan olahnya

dalam, pengolahan cukup dilakukan dengan penggarukan tanpa pembajakan

terutama pada musim kemarau.

Kemudian diberikan pupuk organik dalam bentuk jerami atau pupuk

kandang sebanyak 2 ton/ha pada saat pengolahan tanah kedua. Pada saat

pemberian pupuk organik ini dilakukan sampai tercampur dengan rata.

Sistem Tanam

Adapun sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam legowo 4:1.

Dalam penanaman pola jajar Legowo 4:1 ini terdapat empat baris tanaman padi

dan diselingi oleh satu baris tanaman padi dan diselingi satu baris yang sengaja

(24)

baris yang dikosongkan. Pada baris yang kosong dapat dibuat benteng. Benteng

berfungsi untuk memudahkan pada saat pemupukan sehingga petani tidak perlu

turun kesawah.

Jumlah Benih Per Lubang

Pada teknologi sistem tanam legowo ini jumlah benih yang ditanam adalah

1-3 per lubang, sehingga dapat menghemat benih. Manfaat lain dari pengurangan

benih yang ditanam juga agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik,

perakaran lebih intensif dan anakan lebih banyak.

Jumlah Benih Per Hektar

Jumlah benih per hektar pada sistem tanam legowo ini adalah sekitar

10-15 kg/ha.

Umur Bibit

Umur bibit yang ditanam pada teknologi sistem tanam legowo ini adalah

sekitar 10-15 hari. Hal ini memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik

dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak. Perakaran bibit berumur <15 hari

lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat pulih dan stress akibat dipindahkan dari

persemaian ke lahan pertanaman, apalagi pada kondisi tanah macak-macak

dengan irigasi berselang dan diberi pupuk organik.

Dosis pupuk

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan kebutuhan pupuk bagi

tanaman padi adalah: kebutuhan hara tanaman, ketersediaan hara dalam tanah, pH

tanah, dan adanya sumber hara lain terutama K dan N dari bahan organik, air

irigasi dan sebagainya. Bila sumber hara lain dapat diketahui jumlahnya maka

(25)

- Nitrogen

Optimalisasi penggunaan pupuk N (Urea) dalam teknologi sistem tanam

legowo dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan BWD ( Bagan Warna

Daun). BWD adalah alat sederhana untuk mengukur warna daun padi. Alat ini

terdiri dari komponen warna yang menyerupai warna daun padi yang dibedakan

kedalam enam skala warna. Masing-masing dicirikan oleh warna padi. Skala 1

(kuning) mencerminkan tanaman sangat kekurangan N, sedangkan skala 6 (hijau

tua) mengambarkan tanaman sangat kelebihan N. Dengan menggunakan BWD

dapat diketahui kapan tanaman padi harus diberikan pupuk N sesuai dengan dosis

pupuk yang harus diberikan.

- Fosfat

Takaran pupuk Fosfat (P) pada teknologi sistem tanam legowo ini

ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah dengan HCl 25%. Hara P yang

diperlukan tanaman padi relatif sedikit, sekitar 10% dari jumlah hara N dan K.

Namun demikian ketersediaan hara P ditanah tergantung berbagai faktor seperti

pH tanah, kandungan Fe, Al, dan Ca, tekstur, senyawa-senyawa organik,

mikroorganisme dalam tanah, yang tidak kalah penting adalah kondisi tanaman

terutama perakarannya.

- Kalium

Ketersediaan dan sumber hara K di alam umumnya cukup banyak. Selain

dari mineral tanah, hara K juga dapat bersumber dari air irigasi, jerami padi, dan

bahan organik lainnya. Oleh karena itu, tanaman padi kurang tanggap terhadap

(26)

tanaman padi takaran pupuk ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah atau status

hara.

- Hara S dan Zn

Belum optimalnya hasil tanaman padi di beberapa lahan sawah berbagai

daerah disebabkan oleh kurangnya hara seperti belerang (S) dan seng (Zn). Untuk

mengantisipasi kendala tersebut maka perlu dilakukan analisis tanah untuk

menentukan kebutuhan hara tanaman.

Pengelolaan Air

Pengelolaan air yang digunakan pada teknologi sistem tanam legowo

adalah irigasi berselang ( intermitten ). Pada sistem irigasi berselang, tanah

diusahakan untuk mendapat aerasi beberapa kali agar tidak terlalu lama dalam

kondisi anaerobic yaitu dengan cara mengatur waktu pengairan dan pengeringan

atau drainase.

Pemberian Bahan Organik

Jumlah bahan organik yang digunakan bergantung pada ketersediaan, jenis

dan jumlahnya. Usahakan agar jerami dikembalikan ke lahan sawah, dengan cara

dibenam atau diolah menjadi kompos, atau dijadikan pakan ternak (sapi) yang

kotorannya diproses menjadi kompos pupuk kandang. Untuk 1 Ha lahan

diperlukan 1-2 ton kompos pupuk kandang, diaplikasikan setiap musim kalau

tersedia dengan harga murah. Di desa Lubuk Bayas telah diterapkan teknologi

lanjutan yang dapat mendukung sistem tanam legowo ini yaitu Sistem Integrasi

Padi Ternak (SIPT) yang bertujuan untuk memudahkan petani dalam memperoleh

(27)

Petani dianjurkan membuat sendiri kompos campuran jerami padi, bahan

hijauan, kotoran ternak dan serbuk kayu. Sebelum megenal teknologi sistem

tanam legowo petani di desa ini tidak menggunakan pupuk kandang sama sekali

pada usaha tani mereka.

Panen dan Pasca Panen

Ada 4 jenis alat perontok padi yang dikenal, yaitu:

1. Krepyok, yaitu alat perontok padi tradisional dengan sistem membanting

2. Dayung, alat perontok padi dengan cara mendayung

3. Commant layang, yaitu alat perontok padi yang sudah lebih efisien dari

sistem dayung

4. Power Therser, yaitu alat perontok padi modern yang dianjurkan untuk

digunakan pada sistem tanam legowo ini.

Sebelumnya petani di desa Lubuk Bayas menggunakan Commant layang

sebagai alat perontok padi. Tapi kemudian setelah masuk sistem tanam legowo

dan adanya bantuan dari pemerintah untuk menyumbangkan alat-alat pertanian

yaitu Power Threser, para petani mulai menggunakan Power Therser sebagi alat

perontok padi.

Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

Petani yang berada di Desa Lubuk Bayas 70% adalah anggota Petani

Pemakai Air yang menerapkan sistem tanam legowo 4:1. Perkumpulan Petani

Pemakai Air merupakan organisasi sosial dari para petani, yang tidak berinduk

atau bernaung pada golongan/partai politik merupakan organisasi yang bergerak

di bidang pertanian, khususnya dalam kegiatan pengelolaan air pengairan

(28)

P3A bertujuan mendayagunakan potensi air irigasi yang tersedia di dalam

petak tersier atau daerah irigasi pedesaan untuk kesejahteraan masyarakat tani.

Tugas P3A adalah sebagai berikut:

1. Mengelola air dan jaringan irigasi di dalam petak tersier atau daerah irigasi

pedesaan agar air irigasi dapat diusahakan untuk dimanfaatkan oleh

anggotanya secara tepat guna dan berhasil guna dalam memenuhi

kebutuhan pertanian dengan memperhatikan unsur pemerataan di antara

sesama petani.

2. Melakukan pemeliharaan jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan,

sehingga jaringan tersebut dapat tetap terjaga kelangsungan fungsinya.

3. Menentukan dan mengatur iuran para anggota yang berupa uang, hasil

panen atau tenaga untuk pendayagunaan air irigasi dan pemeliharaan

jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan serta usaha-usaha

pengembangan perkumpulan sebagai suatu organisasi.

4. Membimbing dan mengawasi para anggotanya agar memenuhi semua

peraturan yang ada hubungannya dengan pemakai air yang dikeluarkan

oleh Pemerintah (Kartasapoetra, 1994).

Adanya partisipasi dari petani terhadap kegiatan perkumpulan petani

pemakai air (P3A), maka mendorong berjalannya peranan P3A dalam

meningkatkan produksi dan produktivitas lahan dan juga akan mempengaruhi

tingkat pendapatan petani (Swasono, 1987).

Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi

pertanian melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat

(29)

atau harus melalui pengairan yang diatur oleh manusia. Keduanya harus sesuai

agar benar-benar tanaman mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tapi juga

tidak terlalu banyak. Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman

didalamnya termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari

irigasi teknis, setengah teknis dan irigasi sederhana (Mubyarto, 1985).

Pengairan (irigasi) adalah pemberian air secara sengaja dan teratur pada

sebidang lahan tanaman. Tujuan utama pengairan adalah menyediakan air bagi

tanaman. Dengan pengairan, tersedia air yang cukup dalam satu periode apabila

curah hujan alami berkurang. Dalam kondisi kekurangan air, pengairan berbasis

menambah unsur air dalam tingkat siklus air sehingga menjadi tersedia bagi

pertumbuhan tanaman.

Dalam kondisi jumlah air tersebut berlebihan, kelebihan air dapat dibuang

sehingga tidak terjadi genangan yang akan merugikan pertumbuhan tanaman.

Pembuangan air tersebut disebut drainase. Cadangan air yang berjumlah banyak

akan dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam jangka waktu lama untuk

masa mendatang dan disimpan dalam simpanan cadangan air. Sumber cadangan

air tersebut perlu mendapat perlindungan atau konservasi (Supardjo, 1993).

Keadaan sosial ekonomi petani erat kaitannya dengan motivasi petani

dalam memanfaatkan air irigasi. Kurangnya partisipasi petani dalam kegiatan

organisasi dan memanajemen disebabkan antara lain oleh status kepemilikan

tanah, modal, tingkat pendapatan, dan adanya usaha lain dari petani disamping

cara budi daya tanaman pangan (Gustina, 2001).

Pemerintah negara-negara yang sedang berkembang perlu memberikan

(30)

atas air. Organisasi ini perlu diberi hak sebagai otorita pengelola sumber air yang

ada dalam wilayah kerjanya. Dengan demikian siapa saja yang berasal dari luar

desa yang ingin memanfaatkan sumber air yang ada di wilayah kerja P3A dengan

tujuan komersial harus bermusyawarah dengan organisasi itu agar hak petani atas

air dapat terus terjamin (Soetrisno,1996).

Pembentukan/ pengesahan/ pengakuan P3A sebagai badan hukum menurut

KUHP tersebut dilakukan dengan cara menerbitkan surat keputusan Bupati dan

Meregistrasi di dalam buku besar. Sebagai badan hokum P3A waib memiliki

AD/ART serta syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Bupati kepala daerah

tingakt II. Dalam instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1984

tentang pedoman pelaksaan pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

adalah wadah perkumpulan dari petani atau kelompok tani yang mengelola air

irigasi dalam suatu petak tersier atau daerah irigasi pedesaan (Ambler, 1992).

Produksi Padi

Dalam peningkatan produksi pertanian khususnya teknologi memegang

peranan penting melalui peningkatan teknologi pertanian memungkinkan

peningkatan produksi dari jumlah masukan tetap atau penurunan jumlah masukan

untuk memperoleh hasil yang tetap. Dengan demikian pengembangan teknologi

pertanian merupakan suatu langkah yang strategis untuk meningkatkan

produktivitas pertanian, bahwa manfaat dari perubahan teknologi dapat terjadi

secara langsung berupa peningkatan produktivitas dapat juga secara tidak

langsung melalui penyesuaian harga faktor produksi (Tohir, K. A, 1993).

Produksi padi merupakan hasil dari usahatani padi yang diperoleh per tahun

(31)

usahatani padi tersebut. Usaha peningkatan produksi padi perlu dilakukan oleh

petani. Sehingga hasil yang diperoleh mencapai optimal.

Penerimaan

Penerimaan adalah semua hasil yang diperoleh petani dalam melakukan

usahatani dalam bentuk rupiah. Penerimaan usahatani diperoleh dengan

mengalikan total produksi dengan harga jual petani. Penerimaan petani sangat

dipengaruhi oleh besar dari hasil produksi dan produktifitas. Semakin tinggi

produksi dan produktifitas maka pendapatan petani juga akan semakin tinggi.

Penerimaan petani juga ditentukan oleh harga dari hasil produksi usahatani di

pasar. Harga yang tinggi akan meningkatkan penerimaan dari suatu usahatani ,

begitu juga sebaliknya harga yang rendah dari suatu hasil usahatani akan

menurunkan penerimaan dari suatu usahatani.

Pendapatan

Pendapatan keluarga petani adalah merupakan pendapatan ataupun

penerimaan yang diperoleh keluarga baik dari ayah, ibu maupun anak-anak yang

merupakan hasil dari usahatani dan juga usah-usaha lain seperti industri,

perdagangan, dan juga jasa (Wasistino dan Tahir,2006).

Pendapatan berupa uang adalah penghasilan berupa uang yang sifatnya

reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi.

Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa

dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas,

pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil

investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial, serta

(32)

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan luar usahatani.

Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya

mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap

semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya,

keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani. Akibatnya efektifitas dan efisiensi

usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktifitas serta harga yang

diharapkan jatuh diluar harapan yang dikhayalkan. (Fedoli, 1998).

Landasan Teori

P3A merupakan organisasi mandiri yang tidak dibawah pemerintahan

desa. Organisasi ini boleh berkembang menjadi oganisasi yang tidak hanya

mengurusi masalah air, tetapi dapat juga berkembang menjadi usaha ekonomi jika

hal itu dikehendaki para anggotanya (Depdagri, 2000).

Berbeda dengan organisasi pemakai air sebelumnya yang bersifat

tradisional, P3A adalah formal sifatnya, memakai Anggaran Dasar (AD) dan

Anggaran Rumah Tangga (ART) dan terstruktur sebagaimana layaknya sebuah

organisasi modern (Siskel dan Hutapea, 1995).

Penerimaan suatu petani merupakan hasil produksi usahatani dari petani

itu sendiri. Hasil produksi ini biasanya dihitung dalam bentuk rupiah. Penerimaan

dari petani dapat dituliskan dalam sebuah persamaan yaitu sebagai berikut :

TR = Y. Py

Keterangan:

TR = Total penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani

(33)

Dalam melaksanakan suatu usahatani diperlukan biaya-biaya produksi.

Biaya produksi pada usahatani padi sawah ini terdiri dari biaya produksi tetap dan

biaya produksi variabel. Biaya produksi merupakan hasil penjumlahan antara

biaya tetap dan biaya variabel. Dapat dituliskan dalam sebuah persamaan yaitu :

TC = FC + VC

Dimana : TC : Total Cost (biaya total)

FC : Fix Cost (biaya tetap)

VC: Variable Cost (biaya variabel)

Pendapatan adalah penghasilan petani setelah dikurangi dengan

biaya-biaya produksi dalam melakukan suatu usahatani padi sawah. Pendapatan petani

dapat ditulis dalam sebuah persamaan sebagai berikut :

P = TR-TC

Dimana : P : Pendapatan

TR : Total Revenue (penerimaan total)

TC : Total Cost (biaya total)

(Soekartawi, 1995).

Keuntungan sistem tanam legowo secara prinsip memberikan pengaruh

tanaman pinggir, yaitu semakin luasnya jelajah perakaran tanaman sehingga

memungkinkan tanaman menjadi lebih sehat dan bernas yang pada akhirnya

memberikan hasil lebih tinggi.

Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat bergantung pada faktor

ekstrern dan intern. Faktor intern itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi

petani. Faktor sosial diantaranya: umur, tingkat pendidikan dan pengalaman

(34)

tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usaha tani yang

dimiliki petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup

penting dalam pengelolaan usahatani. Input-input produksi seperti bibit, pupuk,

penggunaan pestisida dan lain sebagainya juga memberikan pengaruh terhadap

hasil produksi. Dimana pendapatan menjadi pengaruhnya dengan metode regresi

sederhana dianalisis dengan rumus, yaitu:

Y = a + bX

Dimana :

Y = Pendapatan

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X = Tingkat penerapan teknologi dalam sistem tanam legowo

(Soekartawi, 1991).

Kerangka Pemikiran

Untuk meningkatkan produksi pangan dan usaha pemenuhan kebutuhan

pangan membutuhkan adanya pembaharuan-pembaharuan teknologi pertanian

berupa perkembangan teknologi. Pembaharuan-pembaharuan teknologi tersebut

bertujuan untuk memberikan kemudahan di dalam proses pertanian.

Produktivitas pertanian merupakan sumber bagi pertumbuhan di sektor

pertanian. Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai dengan peningkatan

teknologi pertanian. Pengembangan teknologi pertanian merupakan suatu langkah

bagi peningkatan produktivitas pertanian. Penerapan sistem tanam legowo ini juga

(35)

produktivitas yang terjadi antara lain peningkatan produktivitas lahan dan tenaga

kerja.

Kegiatan penerapan sistem tanam legowo ini juga memberikan dampak

kepada petani. Adapun dampak tersebut antara lain pada curahan tenaga kerja,

biaya produksi dan pendapatan petani di daerah penelitian.

Pengelolaan air irigasi di tingkat usahatani padi sawah yang

berpengairannya bersumber dari air irigasi desa, sering pengelolaannya tidak

teratur, ada yang kelebihan bahkan ada yang kekurangan atau tidak mencukupi.

Untuk perlu dibentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sebagai wadah

dalam pengelolaan air secara efesien dan efektif.

Dalam pelaksanaan proses produksi, petani adalah pengambil keputusan

yang cermat dan rasional, karena mereka merupakan pengelola atau usahawan

kecil, yang sering disebut pula sebagai wiraswasta. Baik tidaknya seorang petani

menerapkan teknologi dalam usahataninya adalah tergantung pada

kemampuannya dalam berwiraswsata yaitu seorang petani harus memiliki

pendidikan, keterampilan dan juga sarana untuk mengembangkannya. Sehingga

hasil akhir yaitu produktivitas usahataninya berbeda dengan yang lainnya,

tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam berwiraswasta.

Untuk meningkatkan produksi pangan dan usaha pemenuhan kebutuhan

pangan membutuhkan adanya pembaharuan-pembaharuan teknologi pertanian

berupa perkembangn teknologi. Pembaharuan-pembaharuan teknologi tersebut

bertujuan untuk memberikan kemudahan didalam proses pertanian.

P3A merupakan organisasi formal yang diharapkan dapat membina para

(36)

karakteristik sosial ekonomi petani yang ada di daerah penelitian. Karakteristik

sosial petani tersebut antara lain: umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan,

status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan dan

total pendapatan usahatani.

Bagaimana karakteristik sosial ekonomi tersebut mempengaruhi seseorang

petani dalam mengambil keputusan untuk membentuk P3A tersebut.

Pembentukan P3A ini petani sebagai peserta memberikan pengaruh dalam proses

produksinya. Baik tidaknya petani tersebut mengelola petak sawahnya sangat

tergantung pada cara dia menerima teknologi untuk diterapkan dalam

usahataninya. Apabila terdapat kemunduran dalam proses produksinya, pengurus

P3A akan memberikan pengharapan yang baik guna peningkatan produksinya.

Hal ini berhubungan dengan karakteristik antara petani yakni: pergiliran gotong

royong, pembagian air secara efesien antara sesama anggotanya. Penentuan kerja

sama dalam pengelolaan saluran irigasi ini tertuang dalam anggaran rumah tangga

organisasi dan setiap anggota wajib mematuhinya.

Di dalam penerapan sistem tanam legowo ini dapat juga ditemukan

masalah-masalah yang dihadapi petani antara lain: kurangnya modal, terbatasnya

ALSINTAN yang ada di daerah penelitian, terbatasnya luas lahan petani,

kurangnya tenaga ahli atau terampil untuk sistem tanam legowo 4:1. hal ini

disebabkan karena sebelum diterapkannya teknologi sistem tanam legowo ini

mereka menggunakan sistem tegalan. Untuk mengatasi masalah-masalah yang

(37)

Peningkatan pendapatan dapat diperoleh dengan produktivitas yang baik.

Dengan meningkatkan pendapatan maka pola konsumsi yang terjadi dalam

keluarga petani akan meningkat pula, begitu pula sebaliknya.

Penerapan teknologi berupa anjuran-anjuran yang disampaikan oleh

penyuluh seperti anjuran mengenai pemakaian bibit padi unggul seperti IR 64,

anjuran mengenai sistem tanam legowo 4:1 dengan kenaikan perubahan sistem

60% dari sistem tanam yang biasa, anjuran penyuluh untuk menekan biaya

pendapatan dan anjuran penyuluh untuk memberantas hama, penyakit dan gulma

(38)

P3A

Skema Kerangka Berpikir

Gambar 2. Skema Kerangka Bepikir Pengaruh Penerapan Teknologi SistemTanam Legowo Terhadap Pendapatan

Petani Padi Sawah

Penerapan Teknologi (Sistem Tanam Legowo)

Usaha Tani

Masalah

Upaya Produksi

(39)

METODE PENELITIAN

Metode Penetuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan

sengaja, yaitu di desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang

Bedagai. Desa Lubuk Bayas dipilih menjadi daerah penelitian karena pada

umumnya petani di desa Lubuk Bayas mengusahakan pertanian padi sawah lahan

irigasi yang bergabung dalam suatu perkumpulan yaitu P3A dan semua anggota

P3A di daerah ini sudah menerapkan teknologi sistem tanam legowo.

Metode Penentuan Sampel

Jumlah penduduk di desa Lubuk Bayas 3264 jiwa dengan 800 KK,

dimana 96, 15% penduduk bermata pencaharian petani padi sawah dan peternak

sapi. Sekitar 70 % dari total populasi adalah anggota P3A. Penentuan petani

sampel dilakukan secara stratified random sampling. Di mana terdapat range luas

lahan terendah 0,12 Ha serta tertinggi adalah 2,5 Ha, sehingga dibuat

pengelompokkannya.

Penentuan sampel secara proposional dengan pembagian strata atas 3

kelompok yaitu:

Strata I : luas lahan < 0,5 Ha

Strata II : luas lahan 0,5-1 Ha

(40)

Tabel. 2: Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan di Desa Lubuk Bayas (Mei 2008)

Strata Luas Lahan Populasi (KK) Sampel

I <0,5 Ha 431 23

II 0,5-1 Ha 327 6

III >2 Ha 42 1

Jumlah 800 30

Sumber: Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani

responden dengan mengunakan daftar kuisioner. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pertanian Serdang Bedagai, BPS,

Kantor Kepala Desa Lubuk Bayas dan dari buku-buku literatur pendukung

lainnya.

Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1 dianalisis dengan metode deskritif dengan

mengumpulkan data tentang penerapan teknologi sistem tanam legowo yang

petaninya anggota P3A di daerah penelitian.

Untuk menguji hipotesis 2 dianalisis dengan metode regresi sederhana

dianalisis dengan rumus, yaitu:

Y = a + bX

Dimana :

Y = Pendapatan

a = Konstanta

b = koefisien regresi

(41)

Untuk menguji hipotesis 3 digunakan metode deskriptif dengan

mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh petaninya yang anggota P3A

dalam menerapkan sistem tanam legowo.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran maka dibuat

beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Sistem tanam Legowo 4:1 artinya penanaman dengan sistem di mana jarak

antar barisan tanaman sekitar 20 cm dan jarak antar tanaman padi dengan

lainnya hanya berkisar 10 cm.

2. Penerimaan adalah perkalian antara produksi padi sawah dengan sistem

tanam legowo yang diperoleh dengan harga jual.

3. Pendapatan adalah penerimaan dikurangi biaya produksi dari usaha tani

padi sawah dengan sistem tanam legowo.

4. Penerapan teknologi adalah tingkat penerapan teknologi dengan sistem

tanam legowo yang dinilai dalam bentuk score.

5. Perkumpulan Petani Pemakai Air adalah organisasi yang dibentuk oleh

petani untuk menggunakan air irigasi bagi persawahan anggotanya.

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah desa Lubuk bayas, Kecamatan Perbaungan,

Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2009.

(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Topografi Desa

Desa Lubuk Bayas berada di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang

Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Desa Lubuk Bayas memiliki luas wilayah 820

ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 620 KK.

Desa Lubuk Bayas berjarak 12 km dari ibukota Kecamatan, 30 km dari

ibukota Kabupaten dan 60 km dari ibulota Provinsi. Desa Lubuk Bayas memiliki

jenis tanah alluvial dengan tekstur lempung berpasir, dengan curah hujan 217

mm/bulan, suhu udara 26,70-27,40C, dan kelembaban udara 83 %.

Desa Lubuk Bayas memiliki tiga tipe lahan yaitu terdiri dari lahan sawah,

lahan kering dan lahan perkebunan. Adapun batas-batas wilayah Desa Lubuk

Bayas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Desa Sei Buluh

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Desa Tanah Merah

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Desa Sei Naga Lawan

Keadaan Penduduk

Desa Lubuk Bayas memiliki penduduk sebanyak 3264 jiwa dengan

jumlah 800 KK (Kepala Keluarga). Jumlah penduduk di Desa Lubuk Bayas

(43)

Tabel 3. Distirbusi Penduduk Desa Lubuk Bayas Menurut Jenis Kelamin No

.

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 1.644 50,36 2 Perempuan 1.620 49,63

Total 3264 100,00

Sumber : Monografi Desa Lubuk Bayas, 2009

Berdasarkan pada Tabel 4 diketahui bahwa jumlah penduduk yang

dominan di Desa Lubuk Bayas adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.644

jiwa atau sebesar 50,65 % dari keseluruhan jumlah penduduk.

Tabel 4. Distirbusi Penduduk Desa Lubuk Bayas Menurut Golongan Umur No

.

Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0-4 417 12,77

Sumber : Monografi Desa Lubuk Bayas, 2009

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jumlah penduduk yang masih

produktif (22-59 tahun) sebanyak 1.554 jiwa atau sebesar 47,61 %, artinya

sebagian besar penduduk Desa Lubuk Bayas masih berusia produktif. Dengan

melihat banyaknya usia produktif dapat memudahkan masuknya teknologi di Desa

Lubuk Bayas.

Sebagai daerah pertanian, penduduk di Desa Lubuk Bayas pada umumnya

memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat

(44)

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Lubuk Bayas

No .

Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 2430 74,44

Sumber : Monografi Desa Lubuk Bayas, 2009

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa mata pencaharian yang dominan

adalah sebagai petani yaitu sebesar 2430 jiwa atau sekitar 74,44% dari jumlah

penduduk di Desa Lubuk Bayas. Sedangkan penduduk yang paling sedikit adalah

bermata pencaharian sebagai ABRI yaitu 10 jiwa atau sekitar 0,30 % dari jumlah

penduduk.

Keadaan penduduk Desa Lubuk Bayas dapat dilihat berdasarkan tingkat

pendidikan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Lubuk Bayas

No .

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Tamat SD 1918 58,76

2 Tamat SLTP 905 27,72

3 Tamat SMA 404 12,37

4 Perguruan Tinggi 37 1,13

Total 3264 100,00

Sumber : Monografi Desa Lubuk Bayas, 2009

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa distribusi penduduk menurut

tingkat pendidikan di Desa Lubuk Bayas yang tertinggi adalah tamat SD sebanyak

1918 jiwa atau sekitar 58,76 % dari jumlah keseluruhan. Sedangkan distribusi

(45)

lulusan perguruan tinggi sebanyak 37 jiwa atau sekitar 1,13 % dari jumlah

keseluruhan

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung maka akan

mempercepat laju perkembangan dari suatu desa. Lebih jelasnya sarana dan

prasarana Desa Lubuk Bayas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Desa Lubuk Bayas No

.

Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Puskesmas/Polindes 1

2 Mesjid 3

Sumber : Monografi Desa Lubuk Bayas, 2009

Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Lubuk

Bayas dapat diasumsikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Lubuk Bayas dianggap akan semakin

mampu meningkatkan sumber daya yang ada. Sehingga dapat berkembang

menjadi desa yang berpotensi.

Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel yang dimaksud adalah karakteristik sosial

ekonomi petani sampel, dimana karakteristik sosial yang dimaksud adalah umur,

(46)

yang dimaksud adalah luas lahan petani sampel, jumlah tanggungan orang tua dan

pendapatan keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel di Desa Lubuk Bayas No Karakteristik Sosial

Ekonomi

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 3

Dari tabel 9 di atas diketahui luas lahan yang dimiliki petani sampel antara

0.12-2.4 Ha dengan rataan sebesar 0.48 Ha. Dari rataan tersebut dapat diketahui

bahwa luas lahan yang dimiliki petani sampel mayoritas masih sempit yaitu 0.48

Ha. Hal ini menyebabkan produksi padi sedikit sehingga mempengaruhi

penghasilan petani yang rendah.

Umur petani sampel berkisar antara 30-75 tahun dengan rataan sebesar

47.57 tahun. Dari rataan tersebut dapat disimpulkan bahwa petani sampel masih

berada dalam kategori usia produktif sehingga masih besar potensi yang dimiliki

oleh petani tersebut untuk mengelola dan mengembangkan usaha taninya dimasa

yang akan datang dengan mencoba dan menerapkan teknologi-teknologi baru

yang dapat menunjang kemajuan usaha tani mereka.

Lama pendidikan formal petni sampel berkisar 6-12 tahun dengan rataan

8.3 tahun. Dari rataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang

dimiliki petani sampel rata-rata tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal ini

menyebabkan wawasan dan cara berpikir mereka masih sangat sederhana dan sulit

(47)

mereka tetapi harus melewati proses-proses dan butuh kesabaran untuk mengajak

mereka melakukan perubahan tersebut.

Pengalaman bertani petani samapel berkisar antara 10-50 tahun dengan

rataan 26.3 tahun. Dari rataan tersebut dapat diketahui bahwa pengalaman bertani

petani sampel termasuk sudah cukup lama, hal ini mendukung keterampilan yang

mereka miliki dalam masalah bertani padi sawah. Banyaknya pengalaman yang

mereka miliki juga telah memberikan mereka banyak pengetahuan tentang cara

bertani padi sawah.

Jumlah tanggungan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 2-8 orang

dengan rataan 4.3 orang. Dari rataan tersebut dapat diketahui bahwa jumlah

tanggungan keluarga petani sampel tidak terlalu banyak yaitu rata-rata 4 orang.

Hal ini tidak begitu menjadi kendala bagi petani untuk mengembangkan usaha

taninya.

Pendapatan usahatani dari hasil bertani padi sawah untuk satu tahun

(2008) berkisar antara Rp 4717500 – Rp 85178400 dengan rataan pendapatan

Rp.1842375 per tahun.

Usaha sampingan yang dimiiki petani sampel padi sawah di desa Lubuk

Bayas ini cukup bervariasi, yaitu beternak lembu dan itik, berdagang ikan, kedai

sampah dan buruh harian lepas. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan usaha

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan terhadap petani yang mengikuti perkembangan

teknologi budi daya padi sawah yaitu penerapan teknologi sistem tanam legowo

4:1 terhadap pendapatan petani selama satu tahun terakhir dengan dua kali musim

tanam. Pada penelitian ini ditetapkan 30 orang petani dari 366 orang populasi

petani dan penelitian untuk melihat pengaruh penerapan teknologi sistem tanam

legowo terhadap pendapatan petani di Desa Lubuk Bayas.

Bangsa Indonesia dan bahkan sebagian besar penduduk di muka bumi ini

menggunakan beras sebagai bahan pokoknya. Karena itu ahli-ahli penelitian padi

bersama Dinas Pertanian terus melakukan usaha-usaha dan penemuan-penemuan

yang diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembudidayaan padi sawah. Salah

satu teknologi tersebut adalah sistem tanam legowo 4:1.

Program pengelolaan sistem tanam legowo mulai diterapkan pada tahun

2004. Desa Lubuk Bayas merupakan salah satu desa percontohan. Tujuan utama

pengembangan penerapan sistem tanam legowo adalah :

- Meningkatkan produksi dan produktifitas

- Meningkatkan keuntungan usahatani melalui efisiensi input produksi

- Melestarikan sumber daya untuk keberlanjutan sistem produksi sawah

Adapun perkembangan secara teknis yang dapat dilihat pada dua musim

tanam yang menerapkan sistem tanam legowo 4:1 yaitu peningkatan jumlah

petani sampel yang menerapkan cara dan teknik bercocok tanam sesuai dengan

(49)

Gambaran umum mengenai penerapan teknologi sistem tanam legowo

Gambaran umum mengenai penerapan teknologi sistem tanam legowo dapat

dilihat dari penerapan unsur-unsur sistem tanam legowo yang digunakan oleh

petani terhadap usaha tani padi sawah Program sistem tanam legowo memiliki

unsur yang harus dipenuhi yaitu : penggunaan varietas unggul, penggunaan benih

bermutu, persemaian basah, umur bibit 10-15 hari, jumlah bibit per lubang 1-3,

jumlah benih 10-15 kg/ha, efesiensi pemupukan, pengelolaan air berselang,

penggunaan bahan organik 1-2 ton/ Ha, panen dan pasca panen dengan

menggunakan power therser.

Tabel 9. Penerapan Unsur-Unsur Teknologi Sistem Tanam Legowo 4:1 Pada Tahun 2008

No. Unsur-Unsur Teknologi Sistem Tanam Legowo 6 Jumlah Bibit/Rumpun 1-3 Batang 53.3 7 Sistem Tanam Legowo 4:1 100 8 Efesiensi Pemupukan 60 9 Pengelolaan Air Berselang 100 10 Bahan Organik 1-2 Ton/Ha 100 11 Panen dan Pasca Panen dengan

Power Therser

Rataan

100

63.3 % Sumber: Diolah dari Lampiran 4

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan adalah:

1. rataan unsur teknologi sistem tanam legowo belum semua diterapkan

2. ada unsur yang diterapkan 100 % yaitu sistem tanam legowo, pengelolaan

air berselang, penggunaan bahan organik 1-2 ton/ha, serta panen dan pasca

(50)

3. telah diterapkan sekitar 43.3-53.3 % yaitu penggunaan varietas unggul,

pengunaan jumlah benih 10-15 kg/ha dan penggunaan jumlah bibit/

rumpun 1-3 batang.

4. sedangkan untuk penerapan umur bibit 10-15 hari belum sama sekali di

terapkan oleh petani sampel di daerah penelitian

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa unsur-unsur teknologi sistem

tanam legowo belum semua diterapkan oleh petani.

Penerapan teknologi sistem tanam legowo 4:1 dapat di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-Rata Produksi, Produktivitas, Biaya Produksi, Penerimaan

dan Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah di Desa Lubuk Bayas

No. Uraian Satuan MT I MT II Perubahan

1 Produksi Ton 3.5693333 3.6196667 0.15

2 Produktivitas Ton / Ha 7.373333 7.441667 0.13

3 Biaya Produksi Rp 1353041.667 1489247.333 1.26

4 Penerimaan Rp 4997066.667 5071266.667 1.10

5 Pendapatan Ha / Rp 7197259.191 7362510.622 2.24

Dari Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa peningkatan terjadi pada musim tanam

kedua rata-rata produksi pada musim tanam pertama adalah 3.5693333 ton dan

meningkat produksi pada musim tanam kedua yaitu 3.6196667 ton perubahan

yang terjadi sekitar 0.15. Produktivitas pada musim tanam pertama 7.373333 ton/

ha dan meningkat pada musim tanam kedua 7.441667 ton/ ha dengan perubahan

sekitar 0.13. Biaya produksi juga begitu dari Rp. 1353041.667 pada musim tanam

(51)

sekitar1.26. Untuk penerimaan Rp. 4997066.667 pada musim tanam pertama

menjadi Rp. 5071266.667 pada musim tanam kedua dan mengalami perubahan

sekitar 1.10. Dan untuk pendapatan per hektar pada usahatani padi sawah ini juga

begitu dari Rp. 7197259. 191 pada musim tanam pertama meningkat menjadi

Rp. 7362510.622 pada musim tanam kedua terjadi peningkatan sekitar 2.24.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pada teknologi sistem tanam

legowo 4:1 dapat meningkatan produktivitas dan terus meningkatan pada musim

tanam kedua. Sehingga pendapatan yang di dapat lebih tinggi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Usahatani Legowo

Terhadap Pendapatan

Karakteristik sosial ekonomi petani meliputi bibit, pupuk, pestisida, iuran P3A,

iuran PBB, tenaga kerja, penyusutan. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan

pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani P3A terhadap pendapatan usaha tani

sistem tanam legowo maka dapat diuji dengan alat analisis regresi linear berganda

(Multiple Regression).

Dalam analisis linear berganda, yang menjadi variabel independen

(variabel bebas) adalah:

X1 : Bibit (Kg)

X2 : Pupuk (Kg)

X3 : Pestisida (Kg)

X4 : Iuran P3A (Rp)

X5 : Iuran PBB (Rp)

X6 : Tenaga Kerja (Rp)

(52)

Sedangkan untuk variabel dependen (variabel terikat) adalah pendapatan usaha

tani padi sawah sistem tanam legowo (Y). Kemudian variabel bebas dan variabel

terikat tersebut di regresikan dengan menggunakan software komputer SPSS versi

14.0. Adapun hasil regresi yang diperoleh dapat ditulis persamaan regresi dari

kedua masa tanam petani (MT I dan MT II) yaitu:

MT I

Y1 = 7326647.76 + 7,76X1 + 0,28X2 –7,27X3 + 28,48X4 – 8,88X5 – 0,73X6 –

10,55X7

Berdasarkan persamaan dan hasil olah data (lampiran 24) dapat diinterpretasikan

sebagai berikut:

1. Multiple R (R2) yang diperoleh 0,930 artinya bahwa variabel karakteristik

sosial ekonomi petani (X) dapat menjelaskan variabel terikat (Y) sebesar

93 % sedangkan sisanya sebesar 7 % diterangkan variabel lain.

2. Secara serempak F hitung = 0,94 < F tabel (1-) ; (k) ; (n-k-1) = 2,53. hal

ini menunjukkan bahwa secara serempak ke-enam variabel karakteristik

sosial ekonomi petani P3A tidak berpengaruh nyata dengan pendapatan

usaha tani sistem tanam legowo.

3. Secara parsial, masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Variabel X1 yaitu bibit (Kg) diperoleh t-hitung = 0,62< t-tabel (α;0,05) =

2,048. Hal ini berarti bahwa bibit tidak berpengaruh nyata dengan

pendapatan usaha tani sistem tanam legowo.

b. Variabel X2 yaitu pupuk (Kg) diperoleh nilai t-hitung = 0,06 < t-tabel

(α;0,05) = 2,048. Hal ini berarti bahwa pupuk tidak berpengaruh nyata

(53)

c. Variabel X3 yaitu pestisida (Kg) diperoleh nilai t-hitung = -1,19< t-tabel

(α;0,05) = 2,048. Hal ini berarti bahwa pestisida tidak berpengaruh nyata

dengan pendapatan usaha tani sistem tanam legowo.

d. Variabel X4 yaitu iuran P3A (Rp) diperoleh nilai t-hitung = 0,96 < t-tabel

(α;0,05) = 2,048. Hal ini berarti bahwa iuran P3A tidak berpengaruh nyata

dengan pendapatan usaha tani sistem tanam legowo.

e. Variabel X5 yaitu iuran PBB (Rp) diperoleh nilai t-hitung = -0,08 < t-tabel

(α;0,05) = 2,048. Hal ini berarti bahwa iuran PBB tidak berpengaruh nyata

dengan pendapatan usaha tani sistem tanam legowo.

f. Variabel X6 yaitu tenaga kerja (Rp) diperoleh nilai hitung = -0,74 <

t-tabel (α;0,05) = 2,048. Hal ini berarti bahwa tenaga kerja tidak

berpengaruh nyata dengan pendapatan usaha tani sistem tanam legowo.

g. Variabel X7 yaitu penyusutan (Rp) diperoleh nilai hitung = -1,39 <

t-tabel (α;0,05) = 2,048. Hal ini berarti bahwa penyusutan tidak berpengaruh

nyata dengan pendapatan usaha tani sistem tanam legowo.

Hubungan karakteristik sosial ekonomi petani terhadap penerapan

teknologi sistem tanam legowo

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik sosial ekonomi

petani meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman, luas lahan, jumlah

tanggungan dan total pendapatan.

Hubungan Antara Umur dengan Tingkat Adopsi Terhadap Teknologi Anjuran.

Dalam penelitian ini diduga ada hubungan umur dengan tingkat adopsi

(54)

teknologi bahkan tidak mau menerapkan teknologi baru tersebut, karena petani

sudah biasa dengan usaha tani yang dilakukannya secara turun temurun, di

samping kesehatan dan kekuatannya yang semakin menurun.

Umur dalam penelitian ini adalah umur petani pada saat penelitian

dilaksanakan. Gambaran hubungan umur dengan tingkat adopsi terhadap

teknologi anjuran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 16. Hubungan Umur Dengan Tingkat Adopsi Terhadap Teknologi Anjuran

Umur (tahun)

Tingkat Adopsi Jumlah (%)

Sumber : Diolah dari lampiran 21 dan 22

Berdasarkan tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa pada range umur 30-52

tahun jumlah petani dengan tingkat adopsi sedang adalah 12 orang petani

(32,43%) dan tingkat adopsi tinggi sebanyak 16 orang petani (43,24%).

Sedangkan pada range umur 53-75 tahun jumlah petani dengan tingkat adopsi

sedang sebanyak 5 orang petani (13,51%) dan tingkat adopsi tinggi sebanyak 4

orang (10,18%).

Berdasarkan hasil analisis statistika metode korelasi Rank Spearman

diperoleh nilai rs = 0,035 dan nilai hitung 0,207, berarti lebih kecil dari nilai

t-tabel (α = 0,05) yaitu 1,687 (Ho diterima, H1 ditolak). Ini berarti bahwa hipotesis

yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat

adopsi terhadap teknologi anjuran ditolak. Hal ini terjadi disebabkan karena, baik

Gambar

Gambar 1. Sistem Tanam Legowo 4:1
Tabel 1.   Cara dan Teknik Bercocok Tanam yang dianjurkan dalam        Penerapan Teknologi Sistem Tanam Legowo
Gambar 2. Skema Kerangka Bepikir Pengaruh Penerapan Teknologi SistemTanam Legowo Terhadap Pendapatan
Tabel. 2: Populasi dan Sampel Petani Padi Sawah Berdasarkan Luas Lahan di Desa Lubuk Bayas (Mei 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa peningkatan produksi padi tahun 2016 difokuskan pada peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam (PAT), melalui penerapan jajar legowo. Bahwa pelaksanaan

Untuk menganalisistingkat adopsi petani mengenai teknologi sistem tanam padi jajar legowo di daerah penelitian?. Untuk menganalisiperbedaan hasil sebelum dan sesudah diterapkannya

mengemukakan bahwa kelayakan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan rumus R/C Ratio. Hasil analisis kelayakan usaha padi sawah yang menerapkan sistem tanam

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi petani dalam penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1 (Studi kasus : Desa Lubuk Rotan dan Melati II Kec.Perbaungan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat adopsi teknologi petani dalam penerapan sistem tanam jajaran legowo 2:1 dan untuk menganalisisfaktor-faktor

53 Penerapan sistem tanam jajar legowo yang berada dalam kategori tinggi misalnya seperti, Pengetahuan petani tentang teknologi sistem tanam jajar legowo, sistem tanam

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah sistem tanam jajar legowo mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani di daerah penelitian,

Sistem tanam jajar legowo 2:1 dapat dijadikan sebagai sistem tanam dalam melakukan usaha tani padi karena dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani karena jumlah populasi yang