• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Uji Deskriptif

a. Variabel Self-Regulated Learning

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh pada skala self-regulated learning paling rendah adalah 40 dan skor paling tinggi adalah 135, rata-ratanya adalah 98,61 dengan standar deviasi 16,829.

Norma Kategorisasi hasil pengukuran Skala self-regulated learning dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Kategorisasi Pengukuran Skala Self-Regulated Learning

Keterangan: x = self-regulated learning

Dapat dilihat bahwa 3 mahasiswa memiliki skor self-regulated learning yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 4,29%, 34 mahasiswa memiliki skor self-regulated learning yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 48,57%, 28

mahasiswa memiliki skor self-regulated learning yang berada pada kategori sedang dengan persentase 40%, 4 mahasiswa memiliki skor self-regulated learning yang berada

No Interval Kategori Mean N Persentase

18

pada kategori rendah dengan persentase 5,71%, dan 1 mahasiswa yang memiliki skor self-regulated learning yang sangat rendah dengan persentase 1,43%.Berdasarkan

rata-rata sebesar 98,61 dapat dikatakan bahwa rata-rata-rata-rata self-regulated learning mahasiswa berada pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 40 sampai dengan skor maksimum sebesar 135 dengan standard deviasi 16,829.

b. Variabel Kecurangan Akademik

Pada variabel Kecurangan Akademik diperoleh skor paling rendah adalah 39 dan skor paling tinggi adalah 165, rata-ratanya adalah 85,81 dengan standar deviasi 26,706.

Norma Kategorisasi hasil pengukuran Skala kecurangan akademik dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.2 Kategorisasi Pengukuran Skala Kecurangan akademik

Keterangan: x = Kecurangan akademik

Dapat dilihat bahwa tidak ada mahasiswa yang memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 0%, 2 mahasiswa memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 2,86%, 21 mahasiswa memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori sedang dengan persentase 30%,32 mahasiswa memiliki skor kecurangan akademik yang berada pada kategori rendah dengan persentase 45,71%, dan 15 mahasiswa memiliki skor

19

kecurangan akademik yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 21,43%. Berdasarkan rata-rata sebesar 85,81, dapat dikatakan bahwa rata-rata kecurangan akademik berada pada kategori rendah. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 39 sampai dengan skor maksimum sebesar 165 dengan standard deviasi 26,706.

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.3 Uji Normalitas

Normal Parametersa Mean 98.61 85.81

Std. Deviation 16.829 26.706

Most Extreme Differences Absolute .078 .068

Positive .059 .068

Negative -.078 -.044

Kolmogorov-Smirnov Z .656 .568

Asymp. Sig. (2-tailed) .783 .904

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada di atas, kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel self-regulated learning memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,656 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,783 (p>0.05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data self-regulated learning berdistribusi normal.

Hal ini juga terjadi pada variabel kecurangan akademik yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,568 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,904. Dengan demikian data kecurangan akademik juga berdistribusi normal.

20

Sementara dari hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.4 Uji Linearitas

ANOVA Table

Hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,662 dengan sig.= 0,886 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-regulated learning dengan kecurangan akademik adalah linear.

Uji Korelasi

Dari perhitungan uji korelasi antara variable bebas dan terikat, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.5 Hasil Uji Korelasi antara Self-regulated learning dengan Kecurangan akademik Self-regulated learning Pearson Correlation 1 -.137

Sig. (1-tailed) .129

N 70 70

Kecurangan akademik Pearson Correlation -.137 1

Sig. (1-tailed) .129

Within Groups 23335.883 26 897.534

Total 49210.586 69

21

Hasil yang menunjukkan koefisien korelasi antara self-regulated learning dengan kecurangan akademik, sebesar -0,137 dengan signifikansi = 0,129 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif signifikan antara self-regulated learning dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Fakultas Teknik Informatika

UKSW Salatiga.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara self-regulated learning dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Fakultas Teknik Informatika angkatan 2012 UKSW Salatiga, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan negatif signifikan antara self-regulated learning dengan kecurangan akademik pada mahasiswa Fakultas Teknik

Informatika angkatan 2012 UKSW Salatiga. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar -0,137 dengan signifikansi sebesar 0,129 (p < 0.05) yang berarti kedua variabel yaitu self-regulated learning dengan kecurangan akademik memiliki arah hubungan yang negatif, namun tidak signifikan. Dari hasil penelitian ini seseorang yang mempunyai self-regulated learning yang baik dalam mengontrol dan mengatur diri mereka pada kesiapan belajar, tidak selalu menunjukkam perilaku kecurangan akademik maupun seseorang yang mempunyai self-regulated learning buruk mereka bisa saja melakukan kecurangan akademik dan sebaliknya mereka tidak melakukan kecurangan akademik. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian menurut Moch & Sunawan (2007) yang menyatakan bahwa regulasi diri berkorelasi negatif signifikan dengan perilak meyontek.

Tidak adanya korelasi antara self-regulated learning dengan kecurangan akademik, hasil ini mungkin dipengaruhi oleh aspek yang dimasukan dalam angket untuk pengukuran yaitu aspek memberikan jawaban sehingga, kecurangan akademik yang

22

dilakukan pada mahasiswa teknik informatika ini bukan hanya menyontek tetapi juga dalam memberikan jawaban kepada teman lain. Dalam angket penelitian terdapat item yang menyebutkan bahwa kecurangan akademik bukan hanya menyontek tetapi memberikan jawaban. Mahasiswa yang memiliki self-regulated learning yang tinggi biasanya memiliki persiapan yang baik sebelum mengikuti ujian, tetapi dia memberikan jawaban kepada teman lain itu termasuk juga dalam perilaku kecurangan akademik yang dikemukakan oleh Lambert (2003). Mahasiswa yang memiliki self-regulated learning yang baik ini dapat memberikan jawaban kepada teman lain karena faktor

teman sebaya ataupun sikap yang ingin membantu teman serta merasa kasihan kepada teman lain. Dalam hal ini mahasiswa dengan self-regulated learning tinggi pun dapat dikategorikan melakukan kecurangan dengan angket yang digunakan peneliti tersebut.

Selain hal diatas Thormburg (dalam Sujana, 1994) mengatakan bahwa ketakutan akan kegagalan dan kemalasan merupakan alasan utama bagi siswa untuk melakukan perilaku kecurangan. Ketika seorang mahasiswa yang menyiapkan diri dengan baik dalam menghadapi ujian, tentu mereka memiliki self-regulated learning yang baik tetapi juga dapat melakukan kecurangan akademik karena takut mengalami kegagalan.

Dengan demikian, Seseorang yang memiliki self-regulated learning yang tinggi ataupun rendah mereka juga berpotensi untuk melakukan kecurangan akademik, kerena salah satu alasanya adalah kegagalan. Dan beberapa alasan lainnya yang membuat mereka memutuskan melakukan kecurangan akademik seperti memiliki kesempatan untuk menyontek dan takut dikatakan sombong.

Sujana (1994) mengatakan bahwa siswa yang memiliki intelegensi tinggi namun memiliki intensi menyontek yang bersumber pada harapan berlebihan untuk dapat meraih nilai tinggi atau berhasil dalam tes, terutama pada siswa yang mempunyai

23

prestasi yang tinggi pula tekanan ini menyebabkan siswa merasa khawatir tidak dapat memenuhi harapan tersebut. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Gibson (dalam Sujana, 1994) bahwa sisi menarik dari tindakan menyontek adalah bahwa tindakan tersebut tidak hanya dilakukan oleh siswa yang secara aktual memang mengalami kegagalan, tetapi juga dilakukan oleh siswa yang takut bila berprestasi lebih rendah atau lebih buruk dari harapannya maupun harapan orang-orang disekitar. Dapat dilihat bahwa kecurangan akademik bisa terjadi oleh siswa yang mempunyai prestasi yang baik karena takut mengalami kegagalan atau tidak dapat mempertahankan prestasi yang dimilikinya.

Tidak adanya korelasi antara self-regulated learning dan kecurangan akademik mungkin juga disebabkan karena kecurangan akademik sudah dianggap menjadi suatu kebiasaan oleh sebagian mahasiswa, sehingga baik yang memiliki self-regulated learning tinggi maupun rendah tetap melakukan kecurangan akademik. Sebagaimana

hasil wawancara singkat dari salah satu mahasiswa yang peneliti jumpai. “IL”

mengatakan bahwa dia sering melakukan perilaku menyontek karena dia tidak tahu bahwa besok akan diadakan kuis. Perilaku ini dapat dilakukan juga karena sikap dosen yang tidak mengawas dengan baik sehingga memberikan peluang bagi mahasiswa untuk menyontek. Di tambahkan oleh Davis, dkk (2009) menyatakan bahwa ketika siswa duduk berdekatan dan memungkinkan tiap peserta ujian saling melihat jawaban rekan lainnya maka perilaku kecurangan akademik dapat terjadi. Selain kesesakan dalam pelaksanaan ujian, soal berjenis pilihan ganda juga memungkinkan terjadi perilaku kecurangan akademik.

24

Dokumen terkait