• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum responden penelitian, uji persyaratan, kategorisasi, dan pengujian hipotesis.

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

Gambaran umum tentang responden penelitian akan diuraikan secara rinci yang berupa gambaran umum frekuensi dan persentase dari jenis kelamin dan usia. Pada penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 90 orang.

4.1.1 Gambaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin

Happiness Jenis Kelamin Frekuensi Persentase µ t- test Laki-laki 40 44,44% 1,1580 Perempuan 50 55,56% 1,1636 0,700 Total 90 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja perempuan yaitu 50 orang dengan persentase 55,56%, sedangkan responden remaja laki-laki berjumlah 40 orang dengan persentase 44,44%.

Untuk nilai rata-rata Happiness pada laki-laki (1,1580) lebih kecil daripada perempuan (1,1636) dengan perbedaan nilai sebesar 0,0056. Dapat dilihat di tabel 4.1 untuk signifikansi t-test 0,700> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja laki-laki dan perempuan.

4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2

Gambaran umum responden berdasarkan Usia

Happiness

Usia Frekuensi Persentase

µ t- test 13-15 tahun 41 45,56% 1,1622 16-18 tahun 49 54,44% 1,1602 0,888 Total 90 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja usia 13-15 tahun yaitu 41 orang dengan persentase 45,56%, sedangkan responden remaja usia 16-18 tahun berjumlah 49 orang dengan persentase 54,44%.

Berdasarkan usia, subyek dalam penelitian ini berada dalam masa remaja awal yaitu dalam rentang usia 13 - 16 tahun sedangkan Masa remaja akhir yaitu dalam rentang usia 16 – 18 tahun. Untuk nilai rata-rata Happiness pada usia 13-15 tahun (1,1622) lebih besar

tabel 4.2 untuk signifikansi t-test 0,888> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja usia 13-15 sampai usia 16-18 tahun.

4.1.3 Gambaran Umum Berdasarkan Agama Tabel 4.3

Gambaran umum responden berdasarkan Agama

Happiness

Agama Frekuensi Persentase

µ t- test Islam 50 55,56% 1,1588 Kristen 40 44,44% 1,1640 0,720 Total 90 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja islam yaitu 50 orang dengan persentase 55,56%, sedangkan responden remaja kristen berjumlah 40 orang dengan persentase 44,44%.

Untuk nilai rata-rata Happiness pada remaja islam (1,1588) lebih kecil daripada remaja kristen (1,1640) dengan perbedaan nilai sebesar 0,0052. Dapat dilihat di tabel 4.1 untuk signifikansi t-test 0,720> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja islam dan kristen.

4.2 Presentasi Data

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Karena pengujian dengan Shapiro-Wilk digunakan apabila responden pengujian kurang dari 100 (Kuncono, 2004). Dalam hal ini digunakan untuk menentukan apakah distribusi frekuensi pengamatan dari suatu variabel secara signifikan berbeda dari yang diharapkan atau distribusi frekuensi teoritis. Sehingga hipotesis statistiknya adalah distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis) (Sevilla, 1993). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Hasil uji normalitas skala Religiusitas Tests of Normality religiusitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

VAR0000 1

.133 90 .000 .948 90 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 16.00 untuk skala religiusitas didapat Sig. Shapiro-wilk 0,01 lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skala religiusitas tidak normal. Dan berikut ini adalah gambar diagram Scatterplot hasil SPSS 16.00 for windows. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa sebaran data variabel Religiusitas pada remaja panti asuhan tidak normal yang ditandai dengan penyebaran data sebagian besar tidak berada di garis normal. Ada beberapa item berada pada garis normal, namun sebagian besar item tidak berada pada garis normal. Jadi data Religiusitas pada remaja panti asuhan dapat dikatakan tidak normal.

Tabel 4.5

Uji normalitas Happiness

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

VAR0000 1

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

VAR0000

.192 .098 90 .033 .980 90

1

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel nilai uji normalitas di atas, dapat diketahui bahwa happiness pada remaja panti asuhan memiliki probabilitas dengan nilai signifikansi 0,192 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan dari skala tersebut bahwa Ho diterima yang berarti data berdistribusi normal.

Normalitas data berdasarkan skala happiness pada remaja panti asuhan dapat dilihat berdasarkan gambar diagram Q-Q plot keluaran SPSS 16 berikut ini :

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa sebaran data happiness pada remaja panti asuhan disekitar garis diagonal, dan penyebaran titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data happiness pada remaja panti asuhan dapat dikatakan normal.

4.3 Kategorisasi Penyebaran Skor Responden

4.3.1 Kategorisasi Religiusitas

Atribut yang diukur dalam penelitian ini adalah :

Nilai skala 1 – 4

Nilai terendah 51x 1 = 51

Nilai tertinggi 51x 4 = 204

Standar Deviasi (SD) 162,8

Mean (µ) 10,30

Untuk mengetahui religiusitas pada responden, peneliti menggunakan kategorisasi rentang untuk setiap responden. Rentang dibagi menjadi tiga interval dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun tingkat religiusitas pada responden, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Kategori Religiusitas

Kategori Angka Frekuensi %

Sedang 154-172 61 68% Rendah ≤ 153 12 13%

Jumlah 90 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 61 orang (68%) memiliki nilai dengan ketegori sedang, 17 orang (19%) memiliki nilai dengan kategori tinggi, dan sisanya 12 orang (13%) memiliki nilai dengan kategori rendah.

4.3.2 Kategorisasi Happiness

Atribut yang diukur dalam penelitian ini adalah :

Nilai skala 1-4

Nilai terendah 29 x 1 = 29

Nilai tertinggi 29x 4 = 116

Standar Deviasi (SD) 96,48

Mean (µ) 6,64

Untuk mengetahui happiness pada responden, peneliti menggunakan kategorisasi rentang untuk setiap responden. Rentang dibagi menjadi tiga interval dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun tingkat happiness, dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.9 Kategori Happiness

Tinggi ≥ 103 13 14% Sedang 91-102 62 69%

Rendah ≤ 90 15 17%

Jumlah 90 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 62 orang (69%) memiliki nilai dengan ketegori sedang, 15 orang (17%) memiliki nilai dengan kategori rendah, dan sisanya 13 orang (14%) memiliki nilai dengan kategori tinggi.

4.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi dari Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor variabel religiusitas dengan happiness. Rumus korelasi Spearman ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua variabel. Rumus ini digunakan karena data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan statistik non parametrik. Berdasarkan hasil uji hipotesa yang menggunakan program SPSS versi 16 dengan teknik Korelasi Spearman, diperoleh hasil sebagai berikut :

Correlations VAR0000 1 VAR0000 2 Correlation Coefficient 1.000 .515** Sig. (2-tailed) . .000 VAR0000 1 N 90 90 Correlation Coefficient .515** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . Spearman's rho VAR0000 2 N 90 90

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai korelasi (rhitung) antara

religiusitas dengan happiness menunjukkan angka sebesar 0.515. Dengan demikian nilai (rhitung) > (rtabel) pada taraf signifikansi 5% (0,207). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan

happiness pada remaja panti asuhan.

4.5 Uji Regresi

Selain menggunakan uji korelasi, peneliti juga melakukan uji analisis regresi untuk mengetahui besarnya sumbangan tiap variabel.

Pada penelitian ini, uji analisis regresi dilakukan untuk mengetahui sumbangan variabel religiusitas terhadap variabel happiness. Uji analisis regresi ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0.

Tabel 4.11 ANOVA

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 634.604 1 634.604 16.965 .000a Residual 3291.851 88 37.407

1

Total 3926.456 89

Tabel di atas menunjukkan Fhitung sebesar 16.965 dengan Ftabel sebesar 3.96. Dengan

demikian nilai Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan ada sumbangan variabel religiusitas

terhadap variabel happiness.

Untuk mengetahui besarnya sumbangan religiusitas terhadap happiness dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .402a

Std. Error of the Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .402a

.162 .152 6.11616

Predictors: (Constant), VAR00001

Berdasarkan tabel di atas diketahui R square sebesar 0.162, ini berarti bahwa religiusitas memiliki peranan sebesar 16.2 % terhadap happiness. Selebihnya, yakni sebesar 83.8 % adalah kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap perubahan

happiness.

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

Pada bab terakhir ini peneliti mencoba menyimpulkan dari semua hasil penelitian serta mendiskusikan hasil penelitian ini yang berkaitan dan juga dengan saran untuk penelitian yang sejenis dengan apa yang penulis teliti agar lebih berkembang dan tentu saja lebih baik dari penelitian yang sudah ada.

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diuraikan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

a. Dari 90 responden pada penelitian ini diketahui bahwa responden dengan religiusitas dalam kategori sedang adalah yang paling banyak, yakni sebanyak 61 orang (68 %) remaja.

b. Berdasarkan kategorisasi happiness, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden yakni 62 orang (69 %) remaja memiliki happiness dengan kategori sedang.

c. Hasil uji hipotesis dengan melakukan uji korelasi Spearman menggunakan program SPSS 16.0 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan

happiness pada remaja panti asuhan dengan koefisien sebesar 0.515 . Arah hubungan kedua variabel itu positif. Semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin tinggi pula happinessnya, sebaliknya semakin rendah religiusitas seseorang maka semakin rendah pula happinessnya. Dengan besar sumbangan religiusitas terhadap happiness sebesar 16,2%.

5.2. Diskusi

Religiusitas yang merupakan sistem berdimensi yang berpusat pada persoalan- persoalan yang dihayati seseorang sebagai suatu hal yang paling maknawi ternyata mempengaruhi dan berhubungan dengan happiness yaitu perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Seligman (2002) yang menyatakan bahwa individu yang religius merasa lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupannya dibandingkan dengan individu yang tidak religius. Sejalan pula dengan hasil penelitian Dafit dan Fuad (2007), yaitu terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UII. Sejalan pula dengan hasil penelitian Aghili dan Kumar (2008), yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara sikap religiusitas dengan kebahagiaan pada pekerja Profesional.

Dari hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan happiness antara remaja laki-laki dan remaja perempuan wlaupun secara rata–rata nilai happiness remaja putri lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Seligman (2002) bahwa tingkat emosi rata-rata laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda yang membedakan adalah perempuan cenderung lebih bahagia daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan anak perempuan memperoleh kepuasan yang lebih tinggi dari hubungan interpersonal. Sedangkan anak laki-laki kepuasan tertinggi diperoleh dari prestasi.

Walaupun tidak berbeda secara signifikan, hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata

happiness remaja usia 13-15 tahun lebih bahagia dibandingkan remaja usai !6 – 18 tahun. Hal ini disebabkan remaja usia 16 – 18 tahun sudah mulai beranjak dewasa dengan permasalahan yang lebih banyak, tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan remaja usia 13 – 15 tahun yang masih lebih senang dengan teman sebayanya. Hasil ini bertolak belakang dengan Hurlock (1980) yang menyatakan bahwa remaja yang penyesuaian dirinya buruk, cenderung paling tidak berbahagia sepanjang awal masa remaja.

Nilai rata-rata happiness remaja Islam dan remaja Kristen pada penelitian ini menunjukkan remaja Kristen lebih bahagia dibandingkan remaja Islam, walaupun perbedaannya tidak

signifikan. Hasil ini disebabkan karena kewajiban dan tanggung jawab remaja muslim dalam menjalani perintah agama dan menjauhi larangan agama. Remaja adalah masa transisi, masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas , usia yang menakutkan serta masa tidak realistik dan ambang dewasa (Hurlock, 1980). Di dalam Islam, Apabila anak telah menginjak usia baligh, secara syar’i dirinya sudah dianggap sebagai seorang mukallaf. Dimana anak sudah bertanggung jawab sendiri terhadap apa yang diperbuatnya sebagaimana yang disyariatkan agama. Rasulullah SAW bersabda : “Suruhlah anak-anak kalian berlatih shalat sejak mereka berusia 7 tahun dan pukullah mereka jika meninggalkan shalat pada

usia 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Dawud). (www.muslimah.or.id)

Jumlah responden yang memiliki tingkat religiusitas tinggi sebanyak 17 orang ( 19%%), jumlah responden yang memilki tingkat religiusitas sedang sebanyak 61 orang ( 68%% ) dan tingkat religiusitas rendah sebanyak 12 orang (13%). Sedangkan responden yang memiliki tingkat happiness tinggi sebanyak 13 orang ( 14%%) yang memilki tingkat happiness sedang sebanyak 62 orang (69%) dan yang memilki tingkat happiness rendah sebanyak 15 orang (17%). Jadi, dalam kategorisasi religiusitas dan happiness pada sebagian responden, tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah.

Salah satu Faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah agama. Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai kejadian hidupnya secara positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna, terhindar dari stres dan depresi. Orang Amerika yang religius lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat penyalahgunaan obat- obatanan, melakukan kejahatan, bercerai, dan bunuh diri (Selligman, 2005).

Agama merupakan salah satu kebutuhan manusia yang merupakan makhluk religius, yang akan bertingkah laku sesuai dengan agamanya. Individu beragama yang memiliki suatu penghayatan subjektif serta bertingkah laku sesuai ajaran agamanya ternyata berhubungan positif dengan happiness seseorang dalam menghadapi kesulitan serta permasalahan- permasalahan yang ada di panti asuhan.

Kebahagiaan tidak hanya dibutuhkan bagi orang dewasa, namun juga bagi remaja yang masih mencari jati diri. Secara psikologis, emosi remaja sudah mulai stabil dan pemikirannya mulai matang. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya. (Yusuf, 2004).

Kegiatan keagamaan yang ada dipanti asuhan dibuat melalui jadwal harian. Pembimbing menyampaikan materi keagamaan kepada anak asuh, juga diberikan dalam bentuk penanaman pelaksanaan ibadah-ibadah lain yang harus dilakukan anak asuh setiap hari. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibuat memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk mendekatkan diri anak kepada Tuhannya, melatih anak secara dini untuk mengamalkan ilmu agama, serta untuk menghindari dari kegiatan atau hal-hal yang tidak bermanfaat serta masalah-masalah yang membuat anak sedih baik di masa lalu maupun yang sedang dijalaninya. Menurut Seligman (2002), kebahagiaan adalah keadaan dimana seseorang lebih banyak mengenang peristiwa-peristiwa yang menyenangkan daripada yang sebenarnya terjadi. Khavari (2006) mengatakan bahwa kebahagiaan seseorang bergantung pada empat hal, yaitu material, intelektual, emosional dan spiritual.

5.3 Saran

Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya dikarenakan adanya beberapa hambatan dan rintangan yang dialami. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa saran yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian berikutnya, antara lain adalah :

1. Untuk penelitian selanjutnya yang tertarik ingin meneliti masalah happiness

diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang belum terungkap dalam penelitian ini seperti: faktor kehidupan sosial, faktor perkawinan, faktor kesehatan, faktor pekerjaan, serta faktor-faktor lain yang bersifat positif, menyenangkan dan memberikan kepuasan.

2. Pada penelitian lanjutan, diharapkan dapat mengadaptasi dengan lebih baik lagi dari skala religiusitas dan happiness, sehingga dapat meneliti secara mendalam dimensi dari masing-masing variabel.

5.3.2 Saran Praktis

1. Diharapkan bagi pengasuh anak-anak di panti hendaknya memperhatikan aspek-aspek yang dibutuhkan oleh seorang anak tidak hanya kebutuhan materi, namun juga kebutuhan emosional anak yaitu dengan mendekatkan diri dengan anak sebagai pengganti peran orang tua. Agar anak tidak merasa kesepian, sehingga anak berfikir bahwa masih banyak orang-orang yang peduli dan menyayangi mereka.

2. Agar tingkat religiusitas dan happiness pada remaja panti asuhan menjadi lebih besar, maka yang harus lebih ditekankan adalah pelayanan serta kegiatan keagamaan atau kegiatan-kegiatan positif lainnya di lingkungan dipanti serta menerapkan nilai-nilai

dari ajaran-ajaran agama. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, akan meminimalisir remaja untuk merasa sedih terhadap permasalahan atau kesulitan dalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Alamsyah N, Arief. 2008. The way to happiness. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Al-Qarni, Aidh (2007). La Tahzan: Jangan Bersedih, terj. Samson Rahman, Jakarta; Qisthi Press

Ancok, Djamaludin (2004). Psikologi islam. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Agustiani, Hendrianti. Dr. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya denga Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

Carr, Alan.(2004) Positive psychology. Brunner-Routledge

Daradjat, Zakiyah. (2005). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang

Depsos RI. (2008). Seseorang yang berguna , kualitas pengasuhan di panti sosial asuhan anak di indonesia. Jakarta

Depsos RI. (2005). Pedoman pelayanan sosial anak terlantar melalui panti sosial asuhan anak. Jakarta

Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga Hasan, Iqbal M (2002). Metodologi Penelitian Jakarta : Ghalia Indonesia.

J. Lopes, Shane & Synder, C. R. (2007). Positive Psychology: The Scientific and Practical Exploration of Human Strengths, New Delhi: SAGE Publication

Kuncono (2004). Aplikasi komputer psikologi.

Manz, Charles C. (2003). Emotional Disipline: The Power To Choose How You Feel, Berrett- Koehler Publisher, Inc. San Francisco

Matthews, Andrew. (2004). Being happy: Kiat hidup tenteram dan bahagia. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Peraturan pemerintah pengangkatan anak. (2008) PP RI nomor 54 tahun 2007. Jakarta: Asa mandiri .

Rakhmat, Jalaluddin (2003). Psikologi Agama sebuah pengantar. Bandung: Mizan Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Seligman, Martin (2005). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif . Bandung: Mizan

Stark, Rodney and Glock, Charles Y. American Piety: The nature of religious commitment. Barkeley, Los Angeles, London. University Of California Press

Sevilla, C.G, (et.al). (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia. Sugiyono (2008) metode Penelitian kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta Santrock, John W (2003) adolescence :perkembangan remaja. Jakarta. Erlangga

Thouless Robert H (1995) Pengantar Psikologi Agama. Jakarta : RajaGrafindo Persada Yusuf, Syamsu LN, M.Pd. (2004). Psikologi Belajar Agama. Pustaka bani quraisy. .

Sumber Jurnal

Aghili, Mojtaba and Kumar, G. Venkatesh. 2008. Relationship between religion attitude and happiness among professional employees. Journal of the Indian academy of applied psychology, Vol 34, Special issue, 66-69.

Ryff, C. D. (1989). Happiness is Everything, or is it? Explorations on The Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Sosial Psychology, Vol 57, No. 6, Hal 1069-1081

Sing and Jha (2008). Positive and negative affect, and grit as predictors of happiness and life satisfaction. Indian institute of technology, Delhi.

Trimulyaningsih, Nita dan Syifa’a Rachmahana, Ratna. Positif Religious Coping style dan Penerimaan Diri pada Survivor Gempa Jogyakarta. Jurnal Psikologi Volume 1, Nomor 1, juni 2008 / ISSN : 1978-5720

Muhammad Muslim, Dafit dan Nashori, Fuad. Yogyakarta. Hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik (Authentic Happiness) pada mahasiswa.

Sumber pustaka online www.muslimah.or.id

Dokumen terkait