• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.GAMBARAN UMUM KUA BANGKALAN MADURA JAWA TIMUR

Daerah penelitian yang dijadikan penulis sebagai obyek untuk penulisan skripsi ini adalah kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. Yaitu desa Bangkalan kabupaten Bangkalan propinsi Jawa Timur.

1. Visi Dan Misi Kantor Urusan Agamakecamatan Bangkalan Kab.

Bangkalan madura jawa timur

a) Visi

”prima dalam pelayanan nikah, rujuk dan bimbingan umat

islam berdasarkan profesionalisme dan akhlak mulia, dalam

memberikanpelayanan kepada pelanggan senantiasa

mengedepankan pelayanan yang cepat, tepat dan benar sehingga

kepuasan pelanggan benar benar dapat terpenuhi “.

b) Misi :

1) Meningkatkanpelayanandanpengelolaanadministrasinikahdanruj

uksesuaistandar.

2) Meningkatkanpengelolaanadministrasi zakat, wakafdan haji.

3) Meningkatkanpelayanantekniskependudukankeluargasakinah,

dankemitraanumatberagama.

4) Meningkatkanpemahamantentangpelayanan prima

kepadapegawai, penghulumaupunpembantupenghulu.

37

2. Standart waktu dan pelaksana tugas pelayanan kantor urusan agama

kecamatan bangkalan kab. Bangkalan

1) Proses akad nikah

a. Pendaftaran administrasi calon pengantin : 5 menit

Kepala / Penghulu

b. Pemeriksaan calon pengantin dan wali : 5 menit

Kepala / Penghulu

c. Penasehatan pra nikah : 7 menit

Kepala / Penghulu

d. Pelaksanaan akad nikah : 15 menit

Kepala / Penghulu

e. Penulisan kutipan akta nikah : 10 menit

Abd. Latif,S.Pd.I/Nurhayati,S.Ag

2) Legalisir :5 menit

Kurnia Fajrin,S.E/Istianah

3) Rekomendasi : 5 menit

Rizal Efendi,S.Pd/Kurnia Fajrin,S.E

4) Pembuatan surat keterangan : 5 menit

Nur Hayati,S.Ag/Kurnia Fajrin,S.E

5) Pembuatan duplikat kutipan akta nikah : 10 menit

38

6) Sidang BP-4 dan keluarga sakinah : 10 menit

Kepala / Penghulu

7) Pembuatan akta ikrar wakaf : 10 menit

Kepala / Nurhayati,S.Ag

8) Ikrar masuk islam dan penasehatan muallaf : 10 menit

Kepala / Abd. Latif,S.Pd.I

9) Surat mahrom haji : 5 menit

Abd. Latif,S.Pd.I

10)konsultasi perkawinan : 10 menit

Kepala / Penghulu

Pelayanan tersebut dapat terlaksana sesuai waktunyaapabila semua

persyaratan administrasinya lengkap.

3. KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN AGAMA

“ kami pegawai kementerian agama yang beriman dan bertaqwa

kepada tuhan yang maha esa “

a. Menjunjungtinggipersatuandankesatuan.

b. Mengutamakanpengabdiandanpelayanankepadamasyarakat

c. Bekerjadenganjujur, adildanamanah.

d. Melaksanakantugasdengandisiplin, professionaldaninovatif.

e. Setiakawandanbertanggungjawabataskesejahteraankorps.

4. PANCA PRASETYA KORPRI

Kami anggota korpri yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan

39

1) SetiadantaatkepadaNegarakesatuandanpemerintah Republik Indonesia

yang berdasarkanpancasiladanundangundangdasar 1945 2) MenjunjungtinggikehormatanbangsadanNegarasertamemegangteguhra hasiajabatandanrahasianegara; 3) MengutamakankepentinganNegaradanmasyarakatdiataskepentinganpri badidangolongan; 4) Bertekadmemeliharapersatuandankesatuanbangsasertakesetiakawanan korpri 5) Berjuangmenegakkankejujurandankeadilansertameningkatkankesejaht eraandanprofesionalisme.

5. Budaya kerja Kementerian Agama Republik Indonesia KUA Kec.

Bangkalan Kab. Bangkalan

a) Integritas

b) Profesionalitas

c) Inovasi

d) Tanggung jawab

e) Keteladanan

6. Maklumat pelayanan“ kami siap memberikan pelayanan sesuai dengan

standar pelayanan dan apabila kami tidak memberikan pelayanan sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan, kami siap menerima sanksi sesuai

40 Tabel 3.1

Struktur Organisasi KUA Kecamatan Bangkalan Tahun 2016

Prosedur Pendaftaran Pernikahan

1. Calonpengantindatingke KUA untukmengisiformulirpendaftarannikah

yang disediakanoleh KUA kecamatansetempat.

2. Waktupendaftaran minimal 10 harisebelummenikahjikakurangdari 10

hariharusadadispensasidaricamatsetempat.

3. Membawasuratketeranganuntuknikah model n.1 s/d n.7

darikantordesa/kelurahansetempat.

4. Membawabuktiimunisasi TT 1

41

5. Membawa :

a. Surat izin pengadilan apabila tidak ada izin dari orang tua/wali

(bagi yang belum berusia 21 tahun).

b. Dispensasi dari pengadilan bagi calon suami yang belum berumur

19 tahun dan bagi calon istri yang belum berumur 16 tahun.

c. Surat izin dari atasan/kesatuan jika calon pengantin adalah anggota

Tni/Polri.

d. Surat izin pengadilan bagi suami yang hendak beristri lebih dari

seorang.

e. Akta cerai atau kutipan buku pendaftaran talak/cerai bagi mereka

yang perceraiannya terjadi sebelum berlakunya undang-undang

nomor 7 tahun 1989.

f. Akta kematian atau surat keterangan kematian suami/istri yang

ditanda tangani oleh kepala desa/lurah atau pejabat berwenang

yang menjadi dasar pengisian model N6 bagi janda/duda yang akan

menikah, serta surat ganti nama bagi warga negara indonesia

keturunan.

g. Calon pengantin wajib mengikuti kursus calon pengantin(suscatin).

h. Pelaksanaan akad nikah diawasi langsung oleh pegawai pencatat

nikah/penghulu.

i. PPN/Penghulu menyerahkan buku kutipan akta nikah kepada calon

42

J. Membayar biaya nikah diluar kantor sebesar Rp. 600,000,- sesuai

dengan PMA no.46 th 2014 jo pp. No.48 th. 2014.

k. Bagi warga negara asing ( wna ) yang akan melakukan pernikahan

campuran di indonesia, maka yang bersangkutan harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut :

l. Photo copy paspor yang bersangkutan

m. Surat izin menikah/status dari negara atau perwakilan negara yang

bersangkutan dan telah diterjemahkan kedalam bahasa indonesia

oleh penerjemah resmi

n. Pas photo ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar

o. Kepastian kehadiran wali , atau menyerahkan wakalah wali bagi

WNA wanita

43

B.Hasil Wawancara dengan Kepala KUA Kecamatan Bangkalan

Penerapan terkait “Surat Edaran Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam (DITBINBAPERA) No. D.IV/E.D/17/1979” dan kasus penolakan

pernikahan Agung Widyanto bin Masdjudi dan Maftuhatin Nikmah binti Ahmad Habibillah oleh Kantor Urusan Agama Sidorejo Salatiga, Itu adalah kewenangan dan hak KUA setempat. Setelah Agung Widyanto bin Masdjudi yang statusnya masih dalam duda talak raj‟i melakukan konsultasi kepada pihak KUA Bangkalan terkait penolakan menikah di KUA sidorejo salatiga yang mengacu surat edaran tersebut karena masih terhalang masa Iddah mantan istrinya yaitu Rusmilah binti Abd. Salam, dalam akta cerai putusan talak raj‟i 20 April 2016 tentuya masa

Iddahnya habis 20 Juli 2016 sedangkan Agung Widyanto bin Masdjudi dan

Maftuhatin Nikmah binti Ahmad Habibillah berencana menikah di Kantor Urusan Agama Sidorejo Salatiga pada tanggal 14 Mei 2016, dari pihak KUA sidorejo salatiga mengambil kebijakan bisa menikah setelah masa Iddah Rusmilah binti Abd. Salam telah habis. Dalam mengambil kebijakan dan penerapan KUA Bangkalan menegaskan bahwa tidak ada masa Iddah laki-laki yang sudah mendapatkan putusan talak, tentunya tidak harus menunggu masa Iddah mantan istri habis untuk menikah dengan wanita lain, dalam hal ini tidak mengacu surat edaran tersebut dan juga sudah berbeda secara kelembagaan karena tidak memiliki akses hukum dan sifatnya hanya sebatas himbauan kepada Kantor Urusan Agama untuk berhati-hati dalam memutuskan dan melaksanakan suatu pernikahan yang sah. Dalam hal ini Kepala KUA Bangkalan memberikan suatu penjelasan bahwa jika melihat surat edaran tersebut agar tidak terjadi poligami harus mempunyai

44

landasan untuk berhati-hati dalam menikahkan seseorang tentunya dari syarat dan rukunnya menikah dan rujuk.

1. Prosedur Rujuk di KUA Proses pencatatan rujuk adalah sebagai berikut :

Orang yang akan rujuk, harus datang bersama istrinya ke Kantor Urusan Agama yang mewilayahi tempat tinggal istri, dengan membawa dan menyerahkan surat-surat sebagai berikut :

a. Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga (KK) masing-masing 1 (satu) lembar.

b. Surat Keterangan untuk rujuk dari Kepala Desa/Lurah tempat berdomisili (blanko model R1).

c. Akta Cerai asli beserta lampiran putusan dari Pengadilan Agama.

2. Sebelum rujuk dicatat akan diperiksa terlebih dahulu :

a. Apakah suami yang akan merujuk itu memenuhi syarat-syarat rujuk. b. Apakah rujuk yang akan dilakukan itu masih dalam masa iddah talak

raj‟i.

c. Apakah perempuan yang akan dirujuk itu bekas istrinya. Apakah ada persetujuan bekas istri.

45

C. GAMBARAN UMUM PENGADILAN AGAMA BANGKALAN MADURA JAWA TIMUR

Sekilas Tentang Pengadilan Agama Bangkalan Madura Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaaan Kehakiman menyebutkan bahwa tugas pokok Pengadilan (termasuk Pengadilan Agama Bangkalan) adalah menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Untuk dapat terselenggaranya tugas-tugas tersebut Pengadilan Agama Bangkalan menerapkanbeberapaKebijakanUmumPeradilan, antaralain:

1. Meningkatkanpelayananpenerimaanperkarakepadapencarikeadilansehin ggadapatmewujudkanpelayananprima.

2. Menyelenggarakanpersidanganperkarasecaracepat, sederhana dan biayaringan; 3. Melakukankoordinasidenganpihak-pihakterkait dan mengatasisegalahambatanuntukmelaksanakanputusan (eksekusi); 4. Menyelenggarakanadministrasikepaniteraansecaratertib 5. Menyelenggarakanurusanadministrasikesekretariatansecaratertib dan akurat; DalampenerapankebijakanumumperadilantersebutPengadilan Agama Bangkalan berpedomanpadaketentuanperaturanperundang-undangansebagaiberikut :

46

1. Staatsblad 1941 Nomor 44 tetang Reglemen Indonesia yang diperbaharui (RIB=HIR) jo. Undang-undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951.

2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura.

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974.

4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

5. Undang-Undang.Nomor.3 Tahun 2009 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang.No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung

6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama jo Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Jo Undang Undang No.50 Tahun 2009

7. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, jo. Peraturan Menteri Agama RI. Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977.

10. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil , jo. Peraturan Pemerintah Nomor

47

45 Tahun 1990 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 jo Surat Edaran Ketua Mahkamah agung R.I. Nomor 10 Tahun 1983.

11. Keputusan Ketua MARI No.KMA/032/SK/IV/06 tentang pemberlakuan buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan.

12. Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor : KMA/004/SK/II/1992 tanggal 24 Pebruari 1992 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama

13. Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor : KMA/006/SK/III/1994 tentang Pengawasan dan Evaluasi atas Hasil Pengawasan oleh Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama.

14. Peraturan MARI No.02 tahun 2009 tentang biaya proses penyelesaian perkara dan pengelolaannya pada MA dan Badan Peradilan yang berada di daerahnya.

15. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian jo. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian;

16. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;

48

18. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 19. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

20. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak;

21. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil;

22. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 41 Tahun 2002 tentang Kenaikan Pangkat dan Jabatan Hakim;

23. Keputusan Presiden R.I. Nomor 138 Tahun 2000 tentang Tunjangan Panitera;

24. Keputusan Presiden R.I. Nomor 89 Tahun 2001 tentang Tunjangan Hakim; 25. Keputusan Presiden R.I. Nomor 130 Tahun 2001 tentang Tunjangan

Jabatan Fungsional Jurusita dan Jurusita Pengganti;

26. Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor KMA/006/SK/III/1994 tentang Pengawasan dan Evaluasi atas Hasil Pengawasan oleh Pengadilan Tingkat Banding dan Pengadilan Tingkat Pertama;

27. Peraturan Presiden R.I. Nomor 19 Tahun 2008 tentang Tunjangan Khusus Kinerja Hakim dan Pegawai Negeri di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya;

28. Keputusan Ketua Mahkamah Agung R.I. Nomor 070/KMA/SK/V/2008 tentang Tunjangan Khusus Kinerja Pegawai Negeri di Lingkungan Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya;

49

29. Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 53 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya.

Kebijakaninidilakukandalamrangkamelaksanakantugas di Jl. Soekarno Hatta No. 19 Telp/Fax.(031) 3095582 Bangkalan Madura Jawa Timur 69116, wilayahhukumPengadilan Agama Bangkalan yang meliputi 18 Kecamatan yang terdiri dari 279 Desa/ Kelurahan.

a. VISI DAN MISI

Visi Pengadilan Agama Bangkalan mengacu pada visi Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagaiu puncak kekuasaan kehakiman di negara Indonesia yaitu "Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia yang

Agung‟‟.Untuk mencapai visi tersebut diatas ditetapkan misi-misi sebagai berikut:

1) Meningkatkan profesionalisme aparatur peradilan agama; 2) Mewujudkan manajemen Peradilan Agama yang modern;

3) Meningkatkan kualitas sistem pemberkasan perkara kasasi dan PK; 4) Meningkatkan Kajian syariah sebagai sumber hukum materi

peradilan Agama. b. RENCANA STRATEGIK

Dalam upaya mendukung dan merealisasikan Visi dan Misi tersebut diatas Pengadilan Agama Bangkalan mempunyai beberapa Rencana Strategik dalam menghadapi tahun 2012, antara lain:

50

a. Penyelesaian perkara tahun 2012 dan sisa perkara tahun 2011 b. Meningkatkan terciptanya pelayanan administrasi perkara sesuai

dengan pola Bindalmin 2. Bidang Kepaniteraan

a. Meningkatkan tertib administrasi perkara sesuai dengan pola Bindalmin

b. Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM PaniteraPengganti yang produktif

c. Meningkatkan penyampaian pemanggilan kepada para pihak yang mencari keadilan

d. Meningkatkan arsiparis secara dinamis.

3. Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi, guna meningkatkan kualitas kinerja bidang Kesekretariatan,khususnya pengelolaan data pegawai telah menggunakan Sistem Informasi Pegawai (SIMPEG).Pengelolaan BMN dengan menggunakan Aplikasi SIMAK-BMN,Pengelolaan belanja pegawai dengan aplikasi GPP serta pengelolaan informasi keuangan melalui aplikasi SAKPA.

51

D. Pendapat Pengadilan Agama Bangkalan Atas Surat Edaran Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam (DITBINBAPERA) No. DIV/E.D/17/1979

1. Pengadilan Agama Bangkalan oleh Umi Sangadah, S.H yang bertugas

sebagai Panitera Muda Gugatan memberikan penjelasan terkait “Surat

Edaran Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam (DITBINBAPERA) No. DIV/E.D/17/1979” Tidak mempunyai akses

hukum, karena surat edaran tersebut hanya sebatas himbauan kepada Kantor Urusan Agama (tidak atau boleh di terapkan). Tanggapan Pengadilan Agama Bangkalan terkait kasus penolakan pernikahan Agung Widyanto bin Masdjudi dan Maftuhatin Nikmah binti Ahmad Habibillah oleh Kantor Urusan Agama Sidorejo Salatiga, Hal tersebut adalah tidak tepat karena Kalau ikrar talak sudah diputuskan maka tidak ada ikatan lagi bagi mereka. oleh hal tersebut maka Laki-laki tidak harus menunggu masa iddah mantan istri habis untuk melangsungkan pernikan dengan wanita lain. Dalam Al-quran telah dijelaskan : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut‟ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik-baiknya (QS. Al-ahzab/33:49).

52

Dalam iddah wanita, laki-laki harus menafkahi atau memberikan uang tunggu seiklasnya (ngantarodhin) sama-sama ridho tidak menuntut nafkah lebih selama iddah wanita atau kurang lebih 100 Hari, dimulai saat putusan talak di tetapkan.

2. Dalam Prosedur Cerai Talak

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau Kuasanya :

a. 1. Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah (Pasal 118 HIR, 142 R.Bg. Jo. Pasal 66 Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006);

2. Pemohon dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah tentang tata cara membuat surat permohonan (Pasal 119 HIR, 143 R.Bg. Jo. Pasal 58 Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006);

3. Surat permohonan dapat ddirubah sepanjang tidak merubah posita dan petitum. Jika Termohon telah menjawab surat permohonan ternyata ada perubahan, maka perubahan tersebut harus atas persetujuan Termohon.

53

b. Permohonan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah :

1. Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Termohon (Pasal 66 ayat (2) Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006);

2. Bila Termohon meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama tanpa izin Pemohon, maka permohonan harus diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (2) Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No.3 tahun 2006); 3. Bila Termohon berkediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan

kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman Pemohon (Pasal 66 ayat (3) Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006);

4. Bila Pemohon dan Termohon bertempat kediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah yang daerah hukumnya meliputi tempat dilangsungkannya perkawinan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 66 ayat (4) Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006);

54 5. Permohonan tersebut memuat :

a. Nama, umur, pekerjaan, agama dan tempat kediaman Pemohon dan Termohon;

b. Posita (fakta kejadian dan fakta hukum);

c. Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita);

6. Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri dan harta bersama dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak atau sesudah ikrar talak diucapkan (Pasal 66 ayat (5) Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006).

7. Membayar biaya perkara (pasal 121 ayat (4) HIR, 145 ayat (4) R.Gb. Jo. Pasal 89 Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006), bagi yang tidak mampu dapat berperkara secara cuma-cuma (prodeo) (Pasal 237 HIR, 273 R.Bg.).

c. Proses Penyelesaian Perkara :

1. Pemohon mendaftarkan perkara permohonan cerai talak ke Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah.

2. Pemohon dan Termohon dipanggil oleh Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah untuk menghadiri persidangan.

55 3. a. Tahapan persidangan

1) Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan kedua belah pihak, dan suami istri harus datang secara pribadi (Pasal 82 Undang Undang No. 7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang Undang No. 3 tahun 2006);

2) Apabila tidak berhasil, maka hakim mewajibkan kedua belah pihak agar lebih dahulu menempuh mediasi (Pasal 3 ayat (1) PERMA No. 2 tahun 2003);

3) Apabila mediasi tidak berhasil, maka pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan, jawaban, jawab menjawab, pembuktian dan kesimpulan. Dalam tahap jawab menjawab (sebelum pembuktian) Tergugat dapat mengajukan gugatan rekonvensi (gugatan balik) (Pasal 132a HIR, 158 R.Bg.). b. Putusan Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah atas cerai gugat talak

sebagai berikut :

1) Gugatan dikabulkan. Apabila Tergugat tidak puas dapat mengajukan banding melalui Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah tersebut.

2) Gugatan ditolak. Penggugat dapat mengajukan banding melalui Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah tersebut.

3) Gugatan tidak diterima. Penggugat dapat mengajukan permohonan baru.

56

4. Setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap maka panitera Pengadilan Agama/Mahkamah Syari'ah memberikan Akta Cerai sebagai surat bukti cerai kepada kedua belah pihak selambat-lambatnya 7 (tujuh) harisetelah putusan tersebut diberitahukan kepada para pihak.

3. Status Perkawinan yang melanggar Surat Edaran Direktur Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam (DITBINBAPERA) No. D.IV/E.D/17/1979

Umi Sangadah, S.H menegaskan bahwa dalam suatu perceraian bagi suami atau calon duda yang sudah mendapat putusan talak itu sudah putus hubungan perkawinannya, karena dalam Al-Qur‟an ataupun hadist hanya

menerangkan masa Iddah bagi perempuan, Tidak ada masa Iddah bagi laki-laki.

57

BAB IV ANALISA

A.Analisa Landasan Surat Edaran Direktorat Pembinaan Badan Peradilan

Agama Islam (DITBINBAPERA) No. DIV/E.D/17/1979

Adapun talak raj‟i artinya perceraian yang masih dimungkinkan suami rujuk kembali kepada istrinya dengan syarat lima perkara. Seorang suami

merujuk istrinya kembali berkata: “Saya rujuk kepada istriku, “Saya kembali kepada istriku dengan nikahku”. Adapun wanita yang bisa dirujuk lagi tanpa

akad nikah baru adalah wanita merdeka yang di talak satu atau dua(Depag, 1982: 170).

Surat Edaran DITBINBAPERA No. DIV/Ed/17/1979 ayat 1 dan 2 disebutkan :

1. Bagi seorang suami yang telah menceraikan istrinya dengan talak raj‟i dan mau menikah lagi dengan wanita lain sebelum habis masa

Iddah bekas istrinya, maka dia harus mengajukan izin poligami ke

PA.

2. Sebagai pertimbangan hukumnya adalah penafsiran bahwa pada hakikatnya suami istri yang bercerai dengan talak raj‟i adalah masih dalam ikatan perkawinan selama belum habis masa Iddahnya. Karenanya jika suami tersebut akan menikah lagi dengan wanita lain, pada hakikatnya, dari segi kewajiban hukum dan inti hukum adalah beristri lebih dari seorang.

58

Dalam hal ini berarti pemohon harus menjamin keperluan hidup bekas istrinya selama dalam masa Iddah.Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 229 :

     

     

   

    

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.

Waktu tunggu atau Iddah ialah tenggang waktu di mana janda bersangkutan tidak boleh kawin, bahkan dilarang pula menerima pinangan/lamaran.Ketentuan waktu tunggu ini dimaksudkan antara lain untuk menentukan nasab dari kandungan janda itu bila ia hamil, dan juga sebagai masa berkabung bila suami yang bersangkutan meningal dunia, begitu pula untuk menentukan masa ruju‟ bagi suami, bila talak itu berupa talak raj‟i.

Seorang janda karena kematian suaminya, sedang ia tidak hamil maka

59

dari pada Iddah karena talak atau cerai; dalam Iddah kematian selain untuk menentukan apakah janda itu hamil atau tidak guna penentuan nasab sianak juga ia perlu berkabung kepada almarhum suaminya.

Jika perkawinan putus karena talak, sedang talak itu adalah talak raj‟i

yaitu talak kesatu atau kedua, maka Iddahnya ialah 3 kali suci atau 90 hari (pasal 39 ayat (1) huruf b PP.). Dalam hukum Islam, talak raj‟i itu mempunyai akibat-akibat hukum sebagai berikut :

4. Suami masih berkewajiban memberi nafkah, sandang dan pangan kepada istrinya yang ditalak.

5. Suami berhak meruju‟ (kembali kepada) istri selama masih dalam

Iddah.

6. Bila salah seorang dari suami istri meninggal dunia dalam masa Iddah, maka pihak yang masih hidup berhak mewarisi dari yang meninggal. Hal ini disebabkan karena pada hakikatnya perkawinan itu belum bubar, melainkan hanya berhenti sementara.Dan nasib perkawinan tersebut ditentukan dalam masa Iddah, apakah terjadi ruju‟ atau tidak.Bila sampai akhir masa

Iddah tiada terjadi ruju‟, maka perkawinan itu menjadi bubar. Adapun Iddah

dari talak ketiga (bain kubra), atau bain yang lain (bain sugra), maka suami tidak dapat meruju‟, begitu pula tidak ada hak saling mewaris antara keduanya. Sebab pada hakikatnya perkawinan itu sudah bubar.Dan Iddah di sini gunaya ialah untuk menentukan nasab sianak bila janda itu hamil (Depag, 1975: 70-71).

60

sebagaimana disebutkan dalam pasal 152 KHI yaitu : “Bekas istri berhak

mendapat nafkah Iddah dari bekas suaminya kecuali nusyuz”. Oleh karena itu,

perkawinan itu belum putus sepenuhnya, maka apabila bekas suami hendak menikah lagi dalam masa Iddah bekas istrinya, pada hakikatnya bekas suami

Dokumen terkait