• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan

Berdasarkan hasil uji t hitung -1.042<1.9815 dan nilai Sig untuk pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan sebesar 0.300>0.05 serta menunjukan arah koefisien negative maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H1 yaitu tax avoidance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Enggar dan Imam (2017) yang menyimpulkan bahwa tax avoidance yang diukur dengan ETR_D tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini, penelitian Ningtias (2015:64) dalam penelitian dewi dan Juliani (2018:51) menunjukan bahwa tax avoidance memiliki pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Artinya bahwa pasar bereaksi negatif terhadap aktivitas tax avoidance yang dilakukan perusahaan, dikarenakan manager melakukan tindakan opportunistik. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian dari Chen et. al., (2013) dalam Lina dan Putu (2018) yang menemukan bahwa tax avoidance berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan karena dapat menimbulkan biaya keagenan. Pengaruh negatif tersebut diperlemah dengan adanya transparansi.

Sebelumnya peneliti berpendapat bahwa perusahaan melakukan penghindaran pajak dengan memanfaatkan koreksi fiskal dengan cara memanfaatkan celah-celah perpajakan seperti membuat pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan (Non-Deductible Expenses) menjadi biaya yang dapat dikurangkan (Deductible Expenses) sehingga pajak penghasilan badan dapat diminimalisir dengan memaksimalkan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Penghematan ini dapat menaikan laba bersih perusahaan sehingga investor dapat mengharapkan seberapa besar tingkat kembalian yang akan diterima , hal tersebut dapat menarik investor untuk berinvestasi dan dapat menaikan nilai perusahaan tersebut yang tercemin dari harga saham perusahaan.

Namun didalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa penghindaran pajak tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Di dalam penelitian ini Tobin q rasio digunakan sebagai alat ukur dalam mengindikasi nilai perusahaan dimana didalammya ada elemen ekuitas yang merupakan

cerminan dari besarnya nilai yang dimiliki oleh pemegang saham jika semua aset dilikuidasi dan dikurangi dengan kewajiban perusahaan. Investor memiliki kecenderungan melihat kinerja perusahan yang tercermin dari nilai ekuitas dan liabilitas dari perusahaan tersebut dimana nilai tersebut dapat mengambarkan tingkat pengembalian atas total aset dan dapat membantu invetor untuk menilai bagaimana keberhasilan perusahaan dalam melakukan managemen aset dan pemanfaatan sumber daya perusahaan serta kekuatan keuangannya yang beriringan dengan meningkatnya harga saham perusahaan.

Laba bersih memang menjadi salah satu indikator pertimbangan investor untuk berinvestasi sehingga agen berusaha meningkatkan laba dengan cara melakukan penghindaran pajak namun sebenarnya laba bersih dapat dipengaruhi juga oleh aktivitas arus kas khususnya dari aktivitas oprasi yang dapat mengambarkan hasil dari oprasional bisnis, dimana perusahaan dikatakan sehat apabila dapat menghasilkan pendapatan dan membiayai kegiatan oprasional. Perusahaan yang memiliki arus kas yang sehat akan menjadi pertimbangan investor untuk berinvestasi sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan dan harga saham perusahaan dapat mencerminkan nilai perusahaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa managemen yang meningkatkan laba bersih dengan memangkas beban pajak tidak mempengaruhi pertimbangan investor dalam putusan investasi mereka. Namun investor cenderung memperhatikan bagaiman manajemen mengelola investasi dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif untuk menciptakan laba bersih bersih tersebut.

Sementara itu teori agensi dapat menjelaskan bahwa informasi laba bersih dari aktivitas penghindaran pajak dapat memberikan respon negatif dari pemegang saham karena penghindaran pajak merupakan tindakan opportunistik yang selain memiliki resiko dimasa yang akan datang namun juga dapat menimbulkan biaya seperti biaya dalam perencanaan, biaya pemeriksaan dan biaya denda yang akan ditanggung perusahaan.

5.2 Pengaruh tax avoidance terhadap agency cost

Hasil dari pengujian yang dilakukan menunjukan bahwa nilai signifikansi sebesar 0.297>0.05 dan nilai t hitung -1.049<1.9813 dengan arah koefisien negatif. Sehingga dapat disimpulkan hipotesis H2 ditolak yang berarti Cash ETR yang merupakan proksi penghindaran pajak tidak berpengaruh terhadap biaya agensi. Dengan kata lain temuan ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Ghozim dan Didik (2015) yaitu tax avoidance tidak berpengaruh signifikan terhadap agency cost didalam penelitiannya mereka memberikan penjelasan bahwa perusahaan yang melakukan tindakan penghindaran pajak tidak mengalami peningkatan biaya agensi.

Sebelumnya peneliti berasumsi bahwa penghindaran pajak berpengaruh terhadap biaya agensi karena penghindaran pajak merupakan tindakan opportunistic agen yang dapat beresiko merugikan perusahaan sehingga dibutukan biaya agensi untuk mengawasi agen dimana didalam biaya agensi terdapat biaya monitoring atau pengawasan seperti pengunaan tenaga ahli dan penggunaan pihak

eksternal untuk mengawasi agen agar dalam proses praktik penghindaran pajak dapat berjalan lebih efektif sehingga biaya yang dikeluarakan tidak lebih besar dari manfaat yang didapatkan.

Namun hasil dari penelitian ini menyimpulakan bahwa tax avoidance tidak berpegaruh terhadap agency cost. Hal ini disebabkan karena perarturan perpajakan Indonesia dinilai sudah cukup ketat sehingga sulit bagi perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Sistem perpajakan yang kuat akan membantu prinsipal untuk tidak mengeluarkan biaya agensi yang tinggi hanya untuk memastikan agen tidak melakukan penyimpangan karena bagi prinsipal dalam teori keagenan pengindaran pajak adalah tindakan opportunistik agen yang dapat merugikan perusahaan dimasa yang akan datang. Selain itu dibutuhkan biaya dalam melakukan perencanaan pajak seperti penggunaan tenaga konsultan pajak, biaya implementasi dan biaya pemeriksaan serta setelah biaya-biaya yang sudah dikeluarkan tidak begitu saja membuat perusahaan lepas dari resiko yang akan ditanggung dimasa depan, sehingga perinsipal menilai bahwa biaya yang dikeluarkan untuk tindakan pernghindaran pajak akan menjadi tidak efektif dan efesien.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan dibangunya sistem perpajakan yang ketat dapat membantu prinsipal untuk tidak perlu lagi mengeluarkan biaya berlebih untuk memonitoring agen karena sistem perpajakan yang dibangun dapat dianggap sebagai mekanisme tata kelola pengawasan dari pihak eksternal perusahaan sehingga dapat dikatakan tax avoidance tidak akan mempengaruhi agency cost.

5.3 Pengaruh agency cost terhadap nilai perusahaan

Hasil pengujian menunjukan nilai Sig untuk pengaruh agency cost terhadap nilai perusahaan sebesar 0.000<0.05 dan nilai t hitung 5.599 > 1.9815 Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H3

diterima yang berarti terdapat pengaruh agency cost terhadap nilai perusahaan dengan arah positif.

Arah positif menunjukan bahwa semakin meningkatnya agency cost maka akan semakin meningkatnya nilai perusahaan.

Penelitian ini sejalan dengan hasil temuan yang dilakukan oleh Enggar dan imam (2017) bahwa dalam teori agensi adanya konflik kepentingan antara agen dan prinsipal akan menimbulkan biaya berlebih yang diharapkan prinsipal dapat memonitor prilaku agen dan mengurangi tidakan agen yang dapat merugikan prinsipal. Hasil ini juga didukung oleh penelitian oleh Chen (2014) yang menemukan bahwa dengan adanya biaya agensi maka, pemegang saham dapat mengendalikan manajemen sehingga nilai perusahaan dapat meningkat sejalan dengan meningkatnya biaya agensi yang dikeluarkan oleh pemegang saham. Dengan insentif yang diberikan, maka manajeman dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan tata kelola yang baik.

Pernyataan peneliti sebelumnya bahwa agency cost berpengaruh positif terrhadap nilai perusahaan terbukti dari hasil dari penelitian ini. Dimana peran biaya agensi dapat memecahkan masalah keagenan yang seringkali dialami antara agen dan prinsipal. Biaya yang muncul akibat dari konflik kepentingan ini adalah biaya monitoring. Prinsipal tidak dapat memonitor secara langsung

aktifitas agen karena principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kondisi perusahaan sesungguhnya hal ini sering disebut sebagai kesenjangan informasi. Agen memiliki akses atas informasi keuangan perusahaan sehingga agen akan lebih leluasa untuk memanfaatkan nya untuk kepentingan pribadi yang cenderung memiliki resiko penyimpagan sehingga prinsipal akan mengelurkan biaya keagenan berupa biaya monitoring untuk mengatasi peluang ketidakpatuan agen yaitu berupa biaya audit, penggunaan tenaga ahli maupun pengawasan dari pihak eksternal. Biaya monitoring yang ditanggung oleh prinsipal dapat meminimalisir tindakan opportunistic agen serta menciptakan tranparansi dan tata kelola perusahaan yang baik selain itu biaya keagenan bisa juga berupa kompensasi manajer yang diberikan yaitu berupa insetif dan bonus serta saham perusahaan yang dapat memotivasi managemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa perusahaan yang memiliki biaya agensi tinggi dapat mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan karena biaya agensi menunjukan bahwa perusahaan tersebut dibawah pengawasan dan kendali prinsipal dengan sistem tata kelola perusahaan yang baik sehingga agen akan bertindak untuk mensejahterakan perusahaan serta kompensasi menajer yang diberikan dapat memotivasi managemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Perusahaan yang memiliki transparansi, tata kelola dan kinerja yang baik akan menarik investor dan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan

5.4 Pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh agency cost

Berdasarkan hasil perhitungan rumus sobel menunjukan bahwa untuk pengaruh tidak langsung variabel tax avoidance terhadap nilai perusahaan dengan agency cost sebagai variabel mediasi menghasilkan nilai thitung -0.046< 1,98 dengan tingkat signifikansi 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H4 yaitu pengaruh tax avoidance terhadap nilai perusahaan yang dimediasi oleh agency cost ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghozim dan Didik (2015) yang memberikan kesimpulan bahwa agency cost tidak dapat menjadi variabel intervening hubungan antara tax avoidance dan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena tax avoidance yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap biaya agensi sehingga nilai perusahaan tidak terpengaruh oleh aktivitas penghindaran pajak.

Aktivitas penghindaran pajak yang dilakukan tidak membuat investor tertarik untuk membeli perusahaan tesebut karena investor cenderung melihat kinerja dan kesehatan perusahaan untuk keputusan investasi meskipun didalam penelitian ini dimasukan variabel mediasi yaitu agency cost untuk melihat pengaruh tidak langsung penghindaran pajak terhadap nilai perusahan namun hasil penelitian tetap menunjukan bahwa penghindaran pajak tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui agency cost. Hal ini disebabkan oleh peraturan perpajakan di Indonesia yang tergolong cukup ketat sehingga agen sulit untuk mengindari pajak karena membutuhkan pengetahuan yang cukup banyak mengenai perpajakan sehingga agen harus mengeluarkan biaya untuk tenaga konsultasi pajak dalam perencanaanya, biaya implementasi dan biaya pemeriksaan serta biaya denda yang mungkin akan

ditanggung. Melihat hal itu maka penghindaran pajak menjadi tidak efisien dan cenderung lebih besar biaya yang dikeluarkan dari manfaat yang akan diterima apalagi penghindaran pajak memiliki resiko pelanggaran hukum serta tindakan memanipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh agen dapat menyesatkan prinsipal saat melakuakan evaluasi maupun pengambilan keputusan bagi kepentingan perusahaan sehingga prinsipal cenderung merespon negatif praktik penghindaran pajak yang dilakuakan oleh agen. Dengan regulasi perpajakan yang kuat dapat membantu prinsipal untuk memberikan pengawasan tehadap prilaku agen tanpa harus mengeluarkan biaya berlebih hanya untuk memastikan agen tidak menyimpang sehingga aktivitas pajak tidak terpngaruh terhadap agency cost karena diangagap sebagai penegndalian dan pengawasa dari pihak eksternal. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas penghindaran pajak tidak mempengaruhi biaya agensi sehingga biaya agensi tidak dapat menjembatani pengaruh biaya agensi terhadap nilai perusahaan.

6. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Pengaruh langsung tax avoidance yang diukur menggunakan Cash_ETR terhadap nilai perusahaan yang diukur menggunakan Tobins’ Q menunjukan hasil uji thit<ttab (-1.041<1.9815) dengan arah koefisien negatif dan nilai signifikansi 0.300>0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa tax avoidance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini juga menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan maupun penurunan tax avoidance tidak akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebakan karena managemen yang meningkatkan laba bersih dengan memangkas beban pajak tidak mempengaruhi pertimbangan investor dalam putusan investasi mereka. Namun investor cenderung memperhatikan bagaiman manegemen mengelola investasi dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif untuk menciptakan laba bersih bersih tersebut.

2. Pengaruh langsung tax avoidance terhadap agency cost menunjukan arah koefisien negatif dengan hasil thit< ttab (-1.049<1.9813) serta nilai signifikansi sebesar 0.297 lebih besar dari 0.05 maka berdasarkan hasil uji t dan nilai signifikansi menunjukan tax avoidance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agency cost. Hal ini juga menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan maupun penurunan tax avoidance tidak akan berpengaruh terhadap agency cost .Sistem perpajakan Indonesia yang ketat dapat membantu prinsipal untuk tidak perlu lagi mengeluarkan biaya berlebih untuk memonitoring agen karena sistem perpajakan yang dibangun dapat dianggap sebagai mekanisme tata kelola pengawasan dari pihak eksternal perusahaan.

3. Agenct cost yang diukur menggunakan OETS menunjukan hasil uji t memiliki koefisien positif sebesar thit (5.599) > ttab (1.9815) dan berdasarkan hasil nilai signifikansi sebesar 0.000<0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh secara langsung agency cost terhadap nilai perusahaan dan setiap adanya peningkatan agency cost akan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki biaya agensi tinggi dapat mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan karena biaya agensi menunjukan bahwa perusahaan tersebut dibawah pengawasan dan control prinsipal dengan sistem tata kelola perusahaan yang baik dan kompensasi manajer berupa insentif dan bonus serta saham perusahaan dapat memotivasi agen untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan. Perusahaan yang memiliki tata kelola dan kinerja yang baik akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan.

4. Berdasarkan uji sobel menujukan hasil thitung (-0.047) < 1.98 sehingga dapat disimpulkan agency cost tidak dapat memediasi hubungan antara tax avoidance terhadap nilai perusahaan.Hal ini disebabkan karena tax avoidance yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap biaya agensi sehingga penghindaran pajak tidak dapat mempengaruhi nilai perusahaan melalui biaya agensi. Peraturan perpajakan yang kuat di Indonesia sebagai mekanisme pengawasan dari pihak eksternal yang dapat membantu prinsipal untuk memberikan pengawasan tehadap prilaku agen tanpa harus mengeluarkan biaya berlebih hanya untuk memastikan agen tidak menyimpang.

Dokumen terkait