• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Situasional dari Lokasi Penelitian

Lanskap jalur kereta rel listrik (KRL) BogorJakarta Kota sepanjang 60 km dengan lebar 1 km memiliki potensi sebagai koridor pergerakan burung, baik burung migran maupun burung yang menyebar secara dispersal. Lanskap jalur KRL tersebut melintasi beberapa kabupaten dan kota. Diantaranya Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Kota DKI Jakarta. Masing-masing kota dan kabupaten memiliki karakteristik yang berbeda. Secara spesifik kondisi umum dari masing-masing kota dan kabupaten tersebut adalah:

1. Kota Bogor

Kota Bogor terletak di antara 106°43’30”–106°51’00” BT dan

30’30”–6°41’00” LS. Kota Bogor dengan luas 11 850 Ha ini dihuni lebih

dari 820 707 jiwa. Curah hujan rata-rata 4 000 mm/tahun. Bentang alam Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi antara 190 s/d 350 m diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0–2 % (datar) seluas 1 763.94 Ha, 2– 15 % (landai) seluas 8 091.27 Ha, 15–25 % (agak curam) seluas 1 109.89 Ha, 25–40 % (curam) seluas 764.96 Ha, dan >40 % (sangat curam) seluas 119.94 Ha. Temperatur rata-rata tahunan kota Bogor berada pada 23 °C– 30 °C dengan kelembaban rata-rata tahunan 84.92 %.

2. Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor memiliki bentang alam yang cukup signifikan, yaitu ditandai dengan kelas kelerengan yang berada pada kisaran 0 % – lebih dari 40% dan berada pada ketinggian dominan pada 0–300 m diatas permukaan laut. Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor secara keseluruhan didominasi oleh permukiman.

3. Kota Depok

Kota Depok terletak pada koordinat 6°19’00”–6°28’00” LS dan 106°43’00”–106°55’30” BT. Bentang alam kota depok dari selatan ke utara merupakan daerah dataran rendah dan bergelombang dengan elevasi antara 50–140 m diatas permukaan laut serta memiliki kemiringan lereng kurang dari 15 % (relatif datar sampai agak curam). Temperatur umum kota Depok berkisar antara 24.3 °C–33 °C dengan kelembaban rata-rata 49.8 %. Curah hujan kota Depok sebesar 2 684 mm/tahun.

4. Kota DKI Jakarta

Kota DKI Jakarta terletak pada koordinat 5°19’12”–6°23’54” LS

dan 106°22’42”–106°58’18” BT. Temperatur rata-rata tahunan kota DKI

Jakarta berada pada 28,6°C dengan kelembaban rata-rata tahunan 74,9 %. Curah hujan kota DKI Jakarta sebesar 1 614.1 mm/tahun. DKI Jakarta sebagian besar memiliki topografi yang relatif datar, dengan ketinggian rata-rata 0–50 m diatas permukaan laut dan sebagian besar wilayahnya memiliki kemiringan rata-rata sebesar 0–3 % dan beberapa bagian lainnya memiliki kemiringan diatas 3%.

13 Distribusi Koridor berdasarkan Tipe Linear Corridor dan Stepping Stone

Distribusi koridor berdasarkan tipe linear corridor dan stepping stone

secara spasial disajikan pada Gambar 5. Terdapat 63 koridor linear yang teridentifikasi dengan total luas 557.536,5 m2 dengan luas maksimum 11.841 m2, dan luas minimum 6.152,15 m2 dan luas rata-rata 8.996,6 m2. Sementara pada

stepping stone yang teridentifikasi berjumlah 888 dengan total luas 853.993,6 m2 dengan luas maksimum 977,5 m2 dan luas minimum adalah 251,9 m2 dengan luas rata-rata 614,7 m2. Distribusi jumlah, luas total, luas maksimum, luas minimum, luas rata-rata dari tipe linear corridor dan stepping stone yang teridentifikasi disajikan pada Gambar 6 – 10.

14

Gambar 6. Distribusi jumlah koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen

Gambar 7. Distribusi luas total koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

15

Gambar 8. Distribusi luas maksimum koridor berdasarkan tipe linear corridor

dan stepping stone pada tiap segmen

Gambar 9. Distribusi luas minimum koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

16

Gambar 10. Distribusi luas rata-rata koridor berdasarkan tipe linear corridor dan

stepping stone pada tiap segmen

Setelah didapat peta distribusi tipe koridor lanskap, maka lanskap jalur kereta tersebut dibagi menjadi lima segmen untuk memudahkan dalam penyampaian informasi. Pembagian segmen tersebut dilakukan secara visual menggunakan bantuan Google Earth dan groundcheck dengan kriteria kemiripan karakter dan proporsi antar RTH dan ruang terbangun dalam tiap segmen.

Secara spesifik pembagian kelima segmen tersebut adalah : 1. Segmen I (AA’-BB’)

Segmen I diawali dari Stasiun Bogor hingga area RTH dekat jalan Kemang Raya Baru (Kecamatan Cibinong) yang terlihat pada Gambar 11. Secara keseluruhan kondisi fisik Segmen I masih didominasi oleh ruang terbuka hijau baik yang berada di tepian jalur jalan, sungai maupun jalur kereta. Permukiman penduduk tidak banyak ditemukan namun terdapat beberapa permukiman liar yang berada di tepian sungai Ciliwung yang berada di sekitar jembatan Merah. Permukiman liar ini dapat menyebabkan aliran air sungai Ciliwung terhambat terutama saat debit air dari Bendung Katulampa sedang tinggi yang akan menimbulkan banjir di sekitar permukiman tersebut. Hal ini disebabkan oleh bahu sungai tempat seharusnya pasang surut air terjadi dipenuhi oleh bangunan rumah semi permanen bahkan permanen dan diperparah dengan perilaku masyarakat permukiman tersebut yang membuang sampah rumah tangganya ke sungai.

Di segmen ini terdapat beberapa jalur jalan yang ternaungi secara sempurna oleh jajaran pepohonan yang membentuk koridor yang solid seperti di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sudirman. Tajuk pohon yang saling – silang merupakan habitat yang sangat cocok untuk pergerakan burung sehingga pada jalan tersebut terlihat beberapa jenis burung yang melintas. Pada segmen ini area GOR Padjajaran yang dijadikan sebagai titik sampel untuk linear corridor

berukuran besar yang selanjutnya dilakukan analisis vegetasi dengan metode transek (Linear B I). Sedangkan untuk titik sampel linear corridor yang berukuran kecil, dipilih lapangan dekat SMA 5 Bogor (Linear K I).

17

RTH jalur jalan menuju jalan Pemuda dipilih untuk menjadi titik sampel stepping stone yang berukuran kecil (Stepping stone K I) dan RTH sempadan sungai dekat jalan Kemang Raya Baru dipilih sebagai titik sampel stepping stone

yang berukuran besar (Stepping stone B I). Area GOR Padjajaran dan lapangan dekat SMA 5 Bogor dipilih karena pada area tersebut keragaman jenis vegetasi yang tumbuh cukup tinggi mulai dari rumput, semak, perdu hingga pohon. Selain itu kondisi lahannya cukup landai dan luas sehingga memudahkan saat pengamatan. Sedangkan RTH jalur jalan menuju jalan Pemuda dan RTH sungai

18

dekat jalan Kemang Raya Baru dipilih karena akses menuju lokasi pengamatan yang mudah dan kondisi lahannya yang landai memudahkan saat pengamatan.

2. Segmen II (BB’-CC’)

Segmen II merupakan jalur terpanjang yang berawal dari jalan Kemang Raya Baru, kecamatan Cibinong hingga Stasiun Depok yang terlihat pada Gambar 12. Karakteristik segmen ini dipenuhi oleh permukiman yang tersebar dari Stasiun Cilebut hingga Stasiun Bojong Gede di kanan dan kiri jalur kereta baik yang terencana maupun permukiman liar. Permukiman liar ditemukan di sepanjang bantaran sungai ciliwung yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi yaitu lebih dari 40%. Masyarakat tetap membangun permukiman liar tersebut meskipun telah ada Peraturan Daerah Kota Bogor No 8 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011–2031 yang melarang kegiatan permukiman pada lahan dengan kemiringan lebih dari 40% dan tikugan sungai yang menyebabkan area tersebut rawan longsor. Sedangkan permukiman yang terencana merupakan hunian alternatif bagi masyarakat yang kesehariannya bekerja di Jakarta, Depok dan Bogor.

Selain permukiman, di segmen ini juga masih ditemukan pertanian lahan kering seperti kebun buah dan sayur. Jika dianalisis secara visual melalui peta Google Earth, kedua penutupan lahan ini merupakan jenis penutupan lahan yang dominan. Pada segmen ini area kebun jambu dekat Stasiun Bojong Gede merupakan titik sampel linear corridor yang berukuran kecil (Linear K II). Pada titik sampel untuk linear corridor berukuran besar dipilih lokasi RTH dekat Jalan Kemang Raya Baru (Linear B II).

RTH jalur jalan menuju Stasiun Bojong Gede dipilih untuk menjadi titik sampel stepping stone yang berukuran besar (Stepping stone B II) dan RTH dekat jalur KRL di jalan Cilebut Raya dipilih sebagai titik sampel stepping stone

yang berukuran kecil (Stepping stone K II). Area Kebun Jambu Biji dan RTH dekat jalur KRL di jalan Kemang Raya Baru dipilih karena letaknya yang tepat bersebelahan dengan jalur rel KRL, lahannya yang cukup luas dan lokasinya mudah untuk diakses.

19

20

3. Segmen III (CC’-DD’)

Segmen III dimulai dari Stasiun Depok hingga Stasiun Tanjung Barat yang terlihat pada Gambar 13. Pada segmen ini terdapat beberapa Universitas yang masih memiliki ruang terbuka hijau yang cukup luas. Diantaranya adalah Universitas Indonesia, Universitas Pancasila dan Universitas Gunadarma. Hal ini turut menyumbang keberadaan koridor habitat burung pada segmen III. Selain itu di sepanjang tepi jalur kereta masih ditumbuhi oleh berbagai jenis pepohonan seperti Glodogan bulat (Polyalthia fragrans, Glodogan tiang (Polyalthia longifolia), Kasia (Cassia surattensis), Mahoni (Swietenia mahogani), Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan Tabebuia (Tabebuia chrysotricha) yang membentuk linear corridor meskipun lebar dari koridor ini tidak terlalu besar.

21 Selain untuk meredam angin dan suara dari kereta yang melintas, keberadaan jajaran pepohonan tersebut juga dapat menambah keteduhan di sekitar jalur kereta yang berebelahan dengan jalur Jalan Lenteng Agung dan Jalan Raya Tanjung Barat. Titik sampel stepping stone berukuran besar yang digunakan pada segmen ini terletak di taman kota Depok dekat Universitas Indonesia (Stepping stone B III). Sedangkan untuk titik sampel stepping stone

berukuran kecil dipilih parkiran Stasiun Depok Baru (Stepping stone K III). Hutan UI dipilih sebagai titik sampel untuk linear corridor yang berukuran besar (Linear B III) dan RTH sekitar Setu Depok dipilih sebagai titik sampel linear corridor yang berukuran kecil (Linear K III). Lokasi tersebut dipilih karena aksesnya yang mudah dijangkau, kondisi keragaman vegetasinya cukup tinggi.

4. Segmen IV (DD’-EE’)

Segmen IV merupakan lanjutan dari segmen III yaitu dari Stasiun Tanjung Barat hingga Stasiun Cawang yang terlihat pada Gambar 14. Perubahan suasana mulai terasa saat memasuki segmen ini karena area ini didominasi oleh area perdagangan, permukiman dan perkantoran, namun di beberapa titik masih ditemukan RTH, seperti RTH Taman Makam Pahlawan dan hutan kota Tebet. Area perdagangan dan perkantoran tersebut menimbulkan dampak pada tingginya temperatur udara dan polusi sehingga menimbulkan rasa kurang nyaman saat melintasi segmen ini. Keberadaan beberapa titik RTH pada segmen IV turut menyumbang lokasi yang berpotensi sebagai habitat koridor pergerakan burung.

Lapangan dekat Stasiun Cawang yang dijadikan sebagai titik sampel untuk stepping stone berukuran besar (Stepping stone B IV). Sedangkan titik sampel stepping stone berukuran kecil, parkiran Stasiun Tanjung Barat adalah lokasi yang dipilih (Stepping stone K IV). Taman Kota Pasar Minggu dipilih sebagai titik sampel untuk linear corridor berukuran kecil (Linear K IV) dan Taman Tebet dipilih sebagai titik sampel linear corridor berukuran besar (Linear B IV). Titik sampel tersebut dipilih dengan tujuan mendapatkan keragaman lokasi titik sampel. Selain itu di lokasi tersebut keragaman vegetasi yang akan diidentifikasinya cukup tinggi dan kemiringan lahannya pun cukup landai.

22

5. Segmen V (EE’-FF’)

Segmen V berakhir sampai Stasiun Jakarta Kota yang terlihat pada Gambar 15. Pada segmen ini karakteristik permukiman dan perkantoran pusat kota sangat terasa. Namun terdapat beberapa taman kota yang mengidentifikasi adanya koridor pergerakan burung. Koridor habitat burung yang terbentuk di segmen ini didominasi oleh koridor dengan lebar yang kecil dan memanjang karena hanya terdiri dari jajaran pepohonan seperti Glodogan bulat (Polyalthia

23

fragrans), Glodogan tiang (Polyalthia longifolia), Mahoni (Swietenia mahogani),

Ki Hujan (Samanea saman) dan Angsana (Pterocarpus indicus) yang tumbuh di tepi jalan raya yang berdekatan dengan jalur rel KRL.

Beberapa RTH yang turut membentuk koridor habitat burung tersebut contohnya Taman Monas, Taman Menteng dan Taman Suropati. Beberapa taman tersebut memang sengaja dibuat untuk menghadirkan burung di kawasan pusat kota sehingga dapat pula berfungsi sebagai pelepas penat bagi warga kota yang dinamis. Pengelolaan taman- taman kota tersebut dapat dikatakan cukup baik, karena berada di bawah pengawasan Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta yang memiliki anggaran cukup tinggi untuk pengelolaannya.

24

Pada segmen ini, area Taman Suropati yang dijadikan sebagai titik sampel linear corridor berukuran kecil (Linear K V). Sedangkan area Taman Monas dipilih sebagai titik sampel linear corridor berukuran besar ( Linear B V). RTH Masjid Istiqlal dipilih sebagai titik sampel stepping stone berukuran kecil (Stepping stone K V) dan Lapangan Banteng dijadikan sebagai titik sampel stepping stone berukuran besar (Stepping stone B V). Area tersebut dipilih karena lokasinya yang strategis dan memiliki beragam jenis vegetasi mulai dari rumput, semak, perdu hingga pohon tinggi.

Keanekaragaman Vegetasi pada Kedua Tipe Koridor

Keanekaragaman pada lima titik sampel di masing-masing segmen bervariasi. Mulai dari tingkat keragaman rendah hingga sedang. Nilai Indeks Shannon tertinggi tercatat pada lokasi pengamatan stepping stone berukuran kecil Segmen I. Sedangkan keanekaragaman terendah terdapat pada titik pegamatan linear corridor berukuran kecil Segmen V (Tabel 2). Berdasarkan Indeks Nilai Pentingnya, linear corridor didominasi oleh Teh-tehan, Lamtoro Angsana dan Mahoni. Sedangkan stepping stone didominasi oleh Rumput gajah, Mahoni dan Lamtoro (Tabel 3).

Tabel 2. Distribusi keanekaragaman vegetasi (Indeks Shannon) Segmen Linear Corridor Stepping stone

Kecil Besar Kecil Besar

Segmen I 1.30 0.98 1.91 0.66

Segmen II 1.14 0.60 0.90 1.20

Segmen III 1.15 1.49 0.98 0.71

Segmen IV 1.28 1.20 0.61 0.92

Segmen V 0.28 1.18 1.30 1.40

Tabel 3. Distribusi dominansi jenis berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) Tingkat

Pertumbuhan

Linear Corridor Stepping Stone

spesies (INP) spesies (INP) Semai Teh-tehan (194) Rumput gajah (230)

Lili paris (130) Ilalang (200) Seruni rambat (130) Kersen (175.65) Pancang Lamtoro (228.82) Mahoni (254.19)

Pucuk merah (200) Mangga (206.52)

Meranti (198.04) Pangkas kuning (180.48)

Tiang Talas (300) Mahoni (199.45)

Angsana (300) Jambu biji (199.84) Lamtoro (241.94) Beringin (195.71)

Pohon Mahoni (201.96) Lamtoro (226)

Tanjung (200) Asam kranji (178) Lamtoro (161) Dadap merah (143.94)

25 Secara spesifik hasil analisis vegetasi pada kelima lokasi pengamatan masing-masing segmen adalah :

1. Segmen I (AA’-BB’)

Terdapat 41 jenis tanaman yang tercatat pada lokasi pengamatan di segmen I yang tersebar dari tingkat pertumbuhan semai hingga pohon. Pada segmen I terdapat empat lokasi pengamatan, yaitu area GOR Padjajaran (linear corridor berukuran besar), lapangan dekat SMA 5 Bogor (linear corridor yang berukuran kecil), RTH jalur jalan menuju jalan Pemuda (stepping stone yang berukuran kecil) dan RTH sempadan sungai dekat jalan Kemang Raya Baru (stepping stone yang berukuran besar).

Vegetasi pada lokasi linear corridor berukuran besar didominasi oleh Lamtoro (Laucaena glauca), Pisang (Musa sp.) dan Mengkudu (Morinda citrifolia). Secara keseluruhan area linear corridor berukuran besar memiliki keragaman sebesar 0,98 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah (Tabel 4). Sedangkan untuk vegetasi pada lokasi linear corridor berukuran kecil didominasi oleh Pisang (Musa sp.) dan Mangga (Mangifera indica). Secara keseluruhan area linear corridor berukuran kecil memiliki keragaman sebesar 1,30 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang yang terlihat pada Tabel 5.

Sementara itu vegetasi yang teridentifikasi pada lokasi stepping stone

berukuran besar didominasi oleh Lamtoro (Laucaena glauca), Ilalang (Imperata cylindrica) dan Bungur (Largerstroemia speciosa). Secara keseluruhan area stepping stone berukuran besar memiliki keragaman sebesar 0,66 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 6. Lain halnya dengan vegetasi pada lokasi stepping stone berukuran kecil yang didominasi oleh Jambu Biji (Psidium guajava), Kersen (Muntingia calabura) dan Mangga

(Mangivera indica). Secara keseluruhan area stepping stone berukuran kecil memiliki keragaman sebesar 1,91 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang yang terlihat pada Tabel 7.

Tabel 4. Vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen I

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon

1 Pohon Laucaena glauca 161.00 0.70

Morinda citrifolia 139.00 2 Tiang Musa sp. 142.41 0.52 Samanea saman 30.98 Eugenia caryophyllata 36.96 3 Pancang Musa sp. 183.33 0.64 Carica papaya 116.67

4 Semai Pennisetum purpureum 62.82 2.06

Neprholepis excalta 34.77 Imperata cylindrica 41.61 Caladium sp. 23.77 Cordyline sp. 26.68 Musa sp. 22.50 Piper betle 13.56 Fatsia japonica 28.13 Acalypha macrophylla 28.13 Codieaum variegtum 18.03

26

Tabel 5. Vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen I

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon

1 Pohon Swietenia mahogani 117.00 0.90

Canarium commune 108.00 Acacia auriculiformis 75.00

2 Tiang Cerbera mangas 79.29 1.47

Musa sp. 70.54 Swietenia mahogani 65.76 Mangifera indica 32.51 Arthocarpus communis 29.39 Artocarpus heterophyllus 22.51 3 Pancang Musa sp. 156.67 0.64 Mangivera indica 143.33

4 Semai Pennisetum purpureum 47.91 2.16 Imperata cylindrica 41.77 Echinochloa colona 41.77 Manihot utilissima 40.42 Ptychosperma macarthurii 30.56 Caladium sp. 24.32 Cordyline sp. 20.28 Musa sp. 20.14 Fatsia japonica 17.77 Ficus benjamina 15.07

Rata-Rata Indeks Shannon 1.30

Tabel 6. Vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen I

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon

1 Pohon Laucaena glauca 226.00 0.50

Muntingia calabura 74.00

2 Tiang Laucaena glauca 170.53 0.65

Fatsia japonica 129.47

3 Pancang Largerstroemia speciosa 163.73 0.64 Gigantochloa verticillata 136.27

4 Semai Imperata cylindrica 187.64 0.87

Solanum nigrum L. 56.19

Carica papaya 56.17

27 Tabel 7. Vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen I

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon

1 Tiang Psidium guajava 73.98 2.12

Manihot utilissima 33.36 Canarium commune 26.00 Artocarpus heterophyllus 26.00 Nephellium lappaceum 26.00 Laucaena glauca 26.00 Muntingia calabura 26.00 Syzygium malaccense 22.64 Ptychosperma macarthurii 20.02 Carica papaya 20.02

2 Pancang Mangivera indica 80.98 1.52

Citrus sp. 74.26

Ptychosperma macarthurii 56.18

Carica papaya 50.49

Cordyline sp. 38.09

3 Semai Muntingia calabura 175.65 2.09

Adiantum capillusveneris 99.02 Pedilanthus pringlei 47.86 Caladium sp. 43.08 Manihot utilissima 36.09 Capsicum ftutescens 36.09 Alpina purpurata 36.09 Cordyline sp. 36.09 Canna sp. 33.52

Rata-Rata Indeks Shannon 1.91

Indeks Shannon pada linear corridor berukuran besar lebih rendah nilainya jika dibandingkan dengan Indeks Shannon pada linear corridor

berukuran kecil. Hal ini menunjukkan titik sampel pada linear corridor

berukuran kecil memiliki jumlah jenis vegetasi yang lebih beragam meskipun berbanding terbalik dengan luas areanya. Hal serupa terjadi pula pada stepping stone berukuran besar yang memiliki Indeks Shannon lebih kecil dari stepping stone berukuran kecil.

2. Segmen II (BB’-CC’)

Segmen II memiliki empat lokasi pengamatan, yaitu area kebun jambu dekat Stasiun Cilebut (linear corridor yang berukuran kecil), RTH dekat Jalan Kemang Raya Baru (linear corridor berukuran besar), RTH dekat jalur KRL jln Cilebut raya (stepping stone yang berukuran kecil) dan Kebun jambu dekat stasiun Bojong Gede (stepping stone yang berukuran besar).

Area kebun jambu dekat Stasiun Bojong Gede (linear corridor yang berukuran kecil) didominasi oleh jenis Jambu Biji (Psidium guajava) dan Angsana (Pterocarpus indicus). Terdapat 14 jenis tanaman yang tercatat pada lokasi tersebut. Pada tingkat pertumbuhan pohon jenis vegetasi tidak ditemukan di lokasi pengamatan. Secara keseluruhan linear corridor Berukuran Kecil

28

memiliki keragaman sebesar 1.14 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang yang terlihat pada Tabel 8. Sedangkan RTH dekat Jalan Kemang Raya Baru (linear corridor berukuran besar) didominasi oleh Tanjung (Mimusoph elengi)

dan Lamtoro (Laucaena glauca). Secara keseluruhan area linear corridor

berukuran besar memiliki keragaman sebesar 0.60 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 9.

Tabel 8. Vegetasi pada linear corridor berukuran kecil di segmen II

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon

1 Tiang Pterocarpus indicus 300.00 0.00

2 Pancang Psidium guajava 104.35 1.25

Musa sp. 98.73

Cordyline sp. 57.79

Hibiscus sp. 35.58

3 Semai Pennisetum purpureum 43.00 2.17

Imperata cylindrica 39.58 Dissotis rotundifolia 38.00 Echinochloa colona 38.00

Eleusin indica 38.00

Heliconia American dwarf 37.61 Neprholepis excalta 26.60

Mimosa pudica 23.66

Mikania micrantha 17.21

Rata-Rata Indeks Shannon 1.14

Tabel 9. Vegetasi pada linear corridor berukuran besar di segmen II

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon

1 Pohon Mimusoph elengi 200.00 0.60

Spatodea champanulata 100.00

2 Tiang Laucaena glauca 241.94 0.53

Musa sp. 58.06

3 Pancang Laucaena glauca 93.10 0.41

Mimusoph elengi 6.90

4 Semai Ruelia malacosperma 99.18 1.32

Imperata cylindrica 59.18 Xanthosoma roseum 55.40 Manihot utilissima 34.43 Codieaum variegtum 26.26 Psidium guajava 25.55

Rata-Rata Indeks Shannon 0.60

Vegetasi pada lokasi stepping stone berukuran besar didominasi oleh Jambu Biji (Psidium guajava) dan Ilalang (Imperata cylindrica). Secara keseluruhan area stepping stone berukuran besar memiliki keragaman sebesar

29 1.20 yang menunjukkan tingkat keragaman sedang (Tabel 10). Sedangkan vegetasi pada lokasi stepping stone berukuran kecil (RTH dekat jalur KRL jalan Cilebut raya) didominasi oleh Asam Kranji (Pithecellobium dulce), Jabon

(Arthocephallus indicus). Secara keseluruhan area stepping stone berukuran kecil memiliki keragaman sebesar 0.90 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah (Tabel 11).

Tabel 10. Vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen II

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon

1 Tiang Psidium guajava 199.84 0.65

Musa sp. 58.45

Carica papaya 41.71

2 Pancang Manihot utilissima 78.14 1.57

Cordyline sp. 62.89 Musa sp. 51.11 Psidium guajava 46.80 Carica papaya 22.02 Laucaena glauca 20.66 Hibiscus sp. 18.38

3 Semai Imperata cylindrica 116.56 1.23

Xanthosoma roseum 83.38

Hibiscus sp. 68.81

Fatsia japonica 35.95

Rata-Rata Indeks Shannon 1.20

Tabel 11. Vegetasi pada stepping stone berukuran kecil di segmen II

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon 1 Pohon Pithecellobium dulce 178.00 0.90

Bambusa multiplex 74.00 Crescentia cujete 48.00

2 Tiang Arthocephallus indicus 191.59 0,64 Swietenia mahogani 60.72

Carica papaya 47.68

3 Pancang Psidium guajava 153.41 1.29

Musa sp. 43.57

Swietenia mahogani 39.86 Arundinaria pumila 33.04

Cordyline sp. 30.12

4 Semai Xanthosoma roseum 142.94 0.88

Psidium guajava 101.83

Musa sp. 55.23

30

Indeks Shannon pada linear corridor berukuran besar lebih rendah nilainya jika dibandingkan dengan Indeks Shannon pada linear corridor

berukuran kecil. Hal ini menunjukkan lokasi sampel pada linear corridor

berukuran kecil memiliki jumlah jenis vegetasi yang lebih beragam meskipun berbanding terbalik dengan luas areanya. Lain halnya pada stepping stone

berukuran besar memiliki Indeks Shannon lebih kecil dari stepping stone

berukuran kecil.

3. Segmen III (CC’-DD’)

Titik Pengamatan di Segmen III dilakukan pada empat lokasi pengamatan, yaitu taman kota Depok dekat Universitas Indonesia (stepping stone berukuran besar), parkiran Stasiun Depok Baru (stepping stone berukuran kecil), Hutan UI (linear corridor yang berukuran besar) dan RTH sekitar Setu Depok (linear corridor yang berukuran kecil). Taman kota Depok dekat Universitas Indonesia (stepping stone berukuran besar) memiliki 14 jenis tanaman yang tersebar dari tingkat pertumbuhan semai hingga pohon.

Pada lokasi Taman kota Depok dekat Universitas Indonesia didominasi oleh Pangkas Kuning (Duranta sp.) dan Mahoni (Swietenia mahogani). Secara keseluruhan taman kota Depok dekat Universitas Indonesia memiliki keragaman sebesar 0.71 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 12. Sedangkan vegetasi pada lokasi parkiran Stasiun Depok Baru (stepping stone berukuran kecil) didominasi oleh Beringin (Ficus benjamina)

dan Dadap Merah (Erythrina cristagali). Secara keseluruhan area stepping stone

berukuran kecil memiliki keragaman sebesar 0.98 yang menunjukkan tingkat keragaman rendah yang terlihat pada Tabel 13.

Tabel 12. Vegetasi pada stepping stone berukuran besar di segmen III

No Tingkat

Pertumbuhan Jenis Vegetasi INP

Indeks Shannon 1 Pohon Polyalthia longifolia 106.40 1.09

Roystonea regia 59.08 Erythrina cristagali 56.18 Swietenia mahogani 56.13 Bauhinia purpurea 35.38 Mimusoph elengi 32.79 Polyalthia fragran 29.04

2 Tiang Swietenia mahogani 199.45 0.68

Polyalthia longifolia 100.55

3 Pancang Duranta sp. 180.48 0.66

Manilkara kauki 119.52

4 Semai Acalypha macrophylla 60.39 0.40

Neprholepis excalta 51.84 Echinochloa colona 37.53

Rata-Rata Indeks Shannon 0.71

Vegetasi yang teramati pada lokasi linear corridor berukuran kecil didominasi oleh Pucuk Merah (Syzygium oleana). Secara keseluruhan area

Dokumen terkait