• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Dalam dokumen LAPORAN HASIL PENELITIAN (Halaman 90-107)

BAB VI PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Univariat a. Usia responden

Dari hasil penelitian terhadap 35 responden pasien post TURP di RS Islam Jakarta Cempaka Putih 2014 didapatkan rata-rata usia responden adalah 65,71 tahun (95% CI : 64,15 – 67,27), dengan median 66 tahun dan standar

deviasi 4,541 tahun. Usia termuda 58 tahun dan usia tertua 75 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia responden adalah diantara 64,15 – 67,27 tahun.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian (Hasbullah, 2009) yaitu, prevalensi BPH pada usia dekade keenam sebesar 43%, sedangkan secara mikroskopis prevalensi BPH dimulai pada usia 25-30 tahun walaupun prevalensinya sangat rendah. Setelah usia 40 tahun prevalensinya meningkat secara cepat yaitu pada usia 41-50 tahun sebesar 20%, usia 51-60 tahun sebesar 50%, lebih dari 85 tahun prevalensinya lebih dari 90% sedangkan yang mengalami keluhan Low Urinary Tract Syndrome sekitar 50% nya memerlukan pertolongan dokter termasuk tindakan pembedahan.

Menurut Potter & Perry, 2011 Keluhan kesulitan tidur meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Lebih dari 50% lansia yang berusia 65 tahun atau lebih melaporkan mempunyai masalah dengan tidur. Episode tidur REM cenderung meningkat. Ada penurunan progresif dalam tahap 3 dan 4 NREM. Beberapa lansia hampir tidak memiliki tidur tahap 4 atau tidur nyenyak. Seorang lansia terbangun lebih sering pada malam hari, dan memerlukan lebih banyak waktu untuk mereka agar dapat tidur kembali. Kecenderungan untuk tidur siang tampaknya semakin meningkat seiring bertambahnya usia karena sering terjaga pada malam hari (Potter & Perry, 2011).

b. Pendidikan

Dari hasil penelitian terhadap 35 responden pasien post TURP di RS Islam Jakarta Cempaka Putih 2014 di dapatkan bahwa kelompok pendidikan responden terbanyak adalah SMU yaitu ada 16 orang (45,7%). Sedangkan pendidikan akademi/PT ada 15 orang (42,9%). Jadi antara pendidikan SMU dan Akademi/PT hanya selisih sedikit. Sampai saat ini peneliti belum mendapatkan konsep dan teori yang memiliki keterkaitan antara pendidikan dan pembedahan.

c. Pekerjaan

Dari hasil penelitian terhadap 35 responden pasien post TURP di RS Islam Jakarta Cempaka Putih 2014 di dapatkan bahwa kelompok pekerjaan responden terbanyak adalah pensiunan yaitu ada 19 orang (54,3%). Karena keterbatasan, maka sampai saat ini belum didapatkan konsep teori atau penelitian yang memiliki keterkaitan antara pekerjaan dan pembedahan.

2. Hasil Analisa Bivariat

a. Hubungan Nyeri Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien TURP

Hasil analisis pasien yang merasakan nyeri biasa mempunyai kualitas tidur baik lebih tinggi (80%) dibandingkan pasien yang nyeri sekali (16%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,001(α <0,05), menunjukkan hubungan yang bermakna atau ada hubungan antara nyeri dengan kualitas tidur.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di kemukakan Potter & Perry (2011) Nyeri adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, bersifat subyektif dan berhubungan dengan pancaindera, serta merupakan suatu pengalaman emosional yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial, atau digambarkan sebagai suatu kerusakan/cedera. Factor nyeri dapat menimbulkan gangguan tidur apalagi pada pasien pasca operasi. Hal ini mungkin disebabkan terganggunya mekanisme serebral dalam pengaturan dan control tidur yaitu Reticular Activating System (RAS). Pada pasca operasi akan terjadi gangguan tidur akibat nyeri. Hal ini disebabkan karena adanya impuls nyeri yang ditransmisikan dan menjalar secara sentral sehingga aktivitas simpatis meningkat.

Menurut penelitian Suryati (2007) dalam Jurnal Kedokteran dan Kesehatan dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Insomnia Pada

Pasien Pasca Operasi di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta Tahun 2006. Di

dapat bahwa antara nyeri dengan terjadinya insomnia diperoleh bahwa ada sebanyak 16 dari 20 (80%) responden dengan nyeri dan terjadi insomnia pada pasca operasi. Sedangkan diantara responden yang tidak nyeri ada 2 dari 10 (20%) yang terjadi insomnia. Hasil analisa nilai OR = 16 artinya pasien pasca operasi dengan nyeri mempunyai peluang sebesar 16 kali untuk terjadi insomnia dibandingkan dengan pasien pasca operasi yang tidak nyeri. Hasil uji statistic di peroleh nilai P = 0.004, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara nyeri dengan terjadinya insomnia pada pasien paska operasi.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti dan penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa nyeri masih menjadi penyebab gangguan pola tidur, terjadinya insomnia yang akhirnya mengganggu kualitas tidur pasien.

b. Hubungan Cemas Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien TURP

Hasil analisis pasien yang cemas ringan mengalami kualitas tidur yang baik lebih tinggi (85,7%) dibandingkan pasien yang cemas sedang-berat (21,4%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,003 (α < 0,05), menunjukkan hubungan yang bermakna atau ada hubungan antara cemas dengan kualitas tidur

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori Potter & Perry yang menjelaskan bahwa salah satu penyebab cemas adalah adanya ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Pada klien yang baru saja menjalani operasi, klien akan mengalami gangguan tidur. Klien biasanya sering terbangun pada malam pertama setelah operasi dan mendapatkan sedikit tidur REM/tidur dalam. Tergantung pada jenis operasi, dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk mengembalikan siklus tidur normal.

Menurut penelitian Bukit (2005) Pada klien yang mengalami cemas, mengalami kualitas buruk, dan klien yang teridentifikasi depresi mengalami kualitas tidur buruk. Ini menunjukkan perawatan dirumah sakit menimbulkan cemas dan depresi klien akibat dari rasa khawatir karena kondisi penyakit,

biaya pengobatan, dan prosedur tindakan medik. Cemas dan depresi dapat membangunkan klien dari tidurnya, sulit tertidur kembali dan bangun lebih pagi.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti, penelitian sebelumnya dan teori dari para ahli dapat disimpulkan bahwa cemas masih merupakan penyebab kualitas tidur yang tidak baik. Pada pasien yang cemas dikarenakan, nyeri, kondisi saat itu, observasi ketat pasca operasi, ketakutan akan menderita sakit yang lebih parah, terpasangnya alat-alat invasive (cateter dan infus), menyebabkan perasaan cemas itu sulit untuk dihilangkan dalam diri pasien. Sehingga perasaan cemas akan menyebabkan pola tidur terganggu, terjadinya insomnia yang akan berpengaruh pada kualitas tidur.

c. Hubungan Tindakan Perawatan Dengan Kualitas Tidur Pada Pasien TURP Hasil analisis tindakan perawatan yang tidak mengganggu mempunyai kualitas tidur baik lebih tinggi (42,9%) dibandingkan tindakan perawatan yang dianggap mengganggu (28,6%). Hasil uji statistik diperoleh nilai P

value = 0,477(α > 0,05), menunjukkan hubungan yang tidak bermakna atau

tidak ada hubungan antara tindakan keperawatan dengan kualitas tidur.

Menurut Bukit (2005) dalam penelitiannya tentang Kualitas Tidur dan Faktor-faktor Gangguan Tidur Klien Lanjut Usia yang Dirawat Inap di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit, Medan. Menjelaskan bahwa tindakan perawat, seperti pemberian obat, pengukuran tanda vital mengganggu tidur

klien hanya pada tingkat ringan saja. Ini beralasan karena klien menerima tindakan perawat tersebut sebagai upaya pertolongan untuk mengeliminasi gejala penyakit yang mengganggu tidur.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti dan penelitian sebelumnya yang di dapatkan bahwa tidak ada hubungan antara tindakan perawatan dan kualitas tidur dapat di mengerti. Klien merasa di perhatikan ketika perawat lebih sering mengobservasi mereka. Klien merasa berkurang rasa cemas karena merasa aman dengan tindakan perawat yang mengobservasi mereka. Klien mengharapkan bahwa dengan observasi perawat kondisi saat itu akan cepat membaik dan proses penyembuhan akan lebih cepat. Klien tidak mempermasalahkan seberapa sering perawat melakukan tindakan terhadap mereka, karena dengan adanya tindakan perawatan yang dilakukan kepada klien, menunjukan besarnya pehatian dan kepedulian perawat kepada klien untuk kesembuhan mereka.

81

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

a. Rata-rata usia responden adalah 65,71 tahun, pendidikan terbanyak SMU, pekerjaan pensiunan. Sedangkan responden yang mengalami nyeri terbanyak yaitu nyeri sekali, responden terbanyak mengalami cemas sedang – berat, tindakan keperawatan terbanyak tindakan dianggap mengganggu, kualitas tidur terbanyak kualitas tidur tidak baik.

b. Ada hubungan antara nyeri yang dirasakan pasien post TURP dengan kualitas tidur (P value sebesar 0,001).

c. Ada hubungan antara cemas yang dirasakan pasien post TURP dengan kualitas tidur (P value sebesar 0,003).

d. Tidak ada hubungan antara tindakan perawatan yang dilakukan oleh perawat, yang dirasakan pasien post TURP dengan kualitas tidur (P value sebesar 0,477).

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi referensi keilmuan keperawatan medical bedah dan sebagai bahan masukan pada materi pengajaran khususnya kualitas tidur pada pasien post TURP.

2. Bagi Institusi Pelayanan

Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi perawat diruang rawat inap untuk menurunkan atau menghilangkan iritasi/nyeri dan ketidaknyamanan. Karena adanya nyeri dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas tidur. Dengan demikian perawat perlu mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi, guided

imagery, serta melibatkan keluarga untuk melakukan massage menjelang tidur.

Sehingga jika nyeri berkurang atau tidak ada nyeri maka diharapkan tingkat kecemasan akan berkurang dan kualitas tidur pasien akan baik.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Setelah dilakukan penelitian tentang factor-faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien Post TURP, yang mencakup nyeri, cemas, dan tindakan perawatan, diharapkan penelitian selanjutnya berupaya untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang factor lain yang berhubungan dengan kualitas tidur pada pasien Post TURP. Seperti penyakit penyerta yang memperpanjang hari rawat inap, suport keluarga, obat-obatan.

Boedi-Darmojo, R., & Martono, H. (2011). Buku ajar Geriatri : Ilmu kesehatan usia

lanjut. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Brunner &Suddarth (2010) : Text book of medical surgical nursing. (Eleventh

Ed.)Philadelphia : Lippincott

Doenges, M.E. (2010), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, alih bahasa, Jakarta.EGC

Hastono, Sutanto P. (2007). Analisis data kesehatan. FKM UI

Hastono. S.P & Sabri. L (2011). Statistik Kesehatan. Cetakan ke-6. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Potter, P.A., & Perry, A. G (2009). Fundamental keperawatan; alih bahasa Diah Nur

Fitriani, Onny Tampubolon, Farah Diba. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Sabiston, David C. (2010). Buku ajar bedah : (Sabiston’s essentials surgery) / David C.

Sabiston ; alih bahasa Petrus Andrianto ; editor edisi bahasa Indonesia. Devi H. Ronardy. Jakarta : EGC

Samsuhidajat, R. et al. (2013). Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC

Stuart, Gail W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa/ Gail W. Stuart; alih bahasa,

Ramona P. Kapoh, Egi Komara Yudha; editor edisi bahasa indonesia, pamilih Eko Karyuni. Edisi 5. Jakarta : EGC

Azzam. R (2006) Gambaran Pola Tidur Klien Rawat Inap Pertama Kali di Rumah sakit

Islam Jakarta Pusat. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan volume 2. No 2.

Universitas Muhammmadiyah Jakarta.

Bukit. E. K (2005). Kualitas Tidur dan faktor-Faktor Gangguan Klien Lanjut usia yang

Dirawat Inap di Ruang penyakit Dalam Rumah sakit Medan 2003 volume 9. No

2, September 2005 Jurnal Keperawatan Indonesia

Charalampos et al (2011). The modified Clavien Classification system : a standardized

platform for reporting complication in Transurethral resection of the prostate.

Volume 1. No 1, Jurnal Biomedika.

Khomeini (2013). Hubungan Kadar Natrium Terhadap gangguan Pola Tidur Pasca

TURP (Transurethral resection Of The prostat). Bagian Bedah Urologi Fakultas

Kedokteran Unand, Jurnal Kesehatan Andalas

Suryati. A (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan insomnia pada Pasien

Pasca Operasi di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jurnal Kedokteran dan

Kepada Yth

Bapak/Ibu Calon Responden

Di Jakarta Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FIK UMJ)

Nama : BERNIATI NPM : 2012727008

Akan melakukan penelitian dengan judul : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kualitas

Tidur pada Pasien Post TURP di Ruang Rawat Inap RS Islam Jakarta Tahun 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas Tidur pada Pasien Post TURP di Rawat Inap RS Islam Jakarta 2014. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif terhadap pasien. Peneliti sangat menghargai privasi Bapak/Ibu Sdr dengan cara menjamin kerahasiaan identitas Bapak/Ibu Sdr dan informasi yang di berikan akan di jaga dan hanya di gunakan untuk keperluan penelitian. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu Sdr dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama (Inisial) :

Umur : Ruang/Pavilliun :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian dengan judul Faktor-faktor

yang Berhubungan dengan Kualitas Tidur pada Pasien Post TURP di Ruang Rawat Inap RS Islam Jakarta Tahun 2014.

Saya sudah mengerti penjelasan yang sudah di berikan oleh peneliti dan memahami semua informasi yang diberikan peneliti. Saya merasa penelitian ini tidak merugukan saya, untuk itu saya bersedia menjadi responden.

Demikian penjelasan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan dari pihak manapun. Jakarta,

Responden

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN POST TURP DI RS ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH 2014

PETUNJUK PENGISIAN

1. Bacalah pernyataan yang ada dengan baik

2. Berikan tanda ceklist (V) pada kotak yang telah tersedia untuk setiap jawaban

3. Jika ingin memperbaiki jawaban yang salah, beri tanda silang (X) di kolom yang salah, kemudian beri tanda ceklist (V) pada kolom yang benar

4. Tanyakan langsung pada peneliti bila ada kesulitan dalam menjawab pertanyaan 5. Mohon kuesioner ini di kembalikan pada kami setelah diisi

A. DATA DEMOGRAFI

1. Usia saudara sekarang

( ) 1. 50 – 60 ( ) 2. 61 – 70 ( ) 3. > 70

2. Pekerjaaan

( ) 1. Tidak Bekerja ( ) 2. Pensiunan ( ) 3. Wiraswasta ( ) 4. Karyawan Swasta ( ) 5. Lain-lain

3. Pendidikan Terakhir

( ) 1. Tidak Sekolah ( ) 2. SD ( ) 3. SLTP ( ) 4. SMU sederajat ( ) 5. Akademi/Perguruan Tinggi

sesuai yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5 ,6, 7, 8, 9, atau 10 pada skala nyeri di bawah ini.

Skala intensitas nyeri

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tidak nyeri Nyeri hebat Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri yang Nyeri ringan sedang hebat tak tertahankan

Keterangan :

0 = Nyeri Sekali (Skala 5 - 10) 1 = Nyeri (Skala 1 - 4)

Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan anda dan beri checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.

Pernyataan Ya Sering

Kadang-kadang

Tidak

1 Saya merasa takut ketika dokter/perawat melakukan tindakan terhadap saya

2 Saya merasa takut dengan kondisi saat ini

3 Saya merasa tidak bisa istirahat dengan tenang karena mengalami gangguan tidur 4 Saya merasa mudah

tersinggung

5 Saya merasa sulit untuk menyelesaikan masalah pada kondisi saat ini

6 Pada kondisi saat ini saya merasa khawatir pada penyakit-penyakit lain yang akan menyerang

7 Saya merasa tidak suka dengan keadaan saya saat ini (terbaring, terpasang infus, terpasang kateter, sulit untuk bergerak)

8 Kurangnya pengetahuan tentang Post TURP membuat saya merasa tidak nyaman 9 Pada kondisi saat ini (setelah

operasi TURP) saya selalu ingin di dampingi keluarga 10 Saat ini saya khawatir kateter

akan macet

11 Saat ini saya takut dilakukan tindakan yang menyakitkan?

Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan anda dan beri checklist (√) pada kolom yang telah disediakan.

No Tindakan Perawatan Tidak

dilakukan

Kadang- kadang

Sering Selalu

1 Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada saya : mengganti cairan irigasi per 1-2 jam ketika saya sedang tidur.

2 Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada saya : mengambil sample darah untuk pemeriksaan labolatorium setiap hari, ketika saya sedang tidur.

3 Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada saya : mengukur tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu setiap shift, ketika saya sedang tidur.

4 Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada saya : memberi obat Oral dan injeksi sesuai dosis (3-4 kali/hari), ketika saya sedang tidur.

5 Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada saya : mencatat jumlah makan dan minum, keluaran urin, jumlah irigasi per shift, ketika saya sedang tidur.

6 Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada saya : Memeriksa kelancaran aliran kateter 2-3x/shift, ketika saya sedang tidur. 7 Perawat melakukan tindakan keperawatan

kepada saya : Menanyakan keluhan, ketika saya sedang tidur.

8 Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada saya : Memberikan penkes sesuai kebutuhan saya, ketika saya sedang tidur. 9 Perawat melakukan tindakan keperawatan

kepada saya : Pemenuhan kebutuhan sehari-hari, makan, minum, personal hygene (Mandi, Bab dan Bak) sesuai kemampuan saya, ketika saya sedang tidur.

Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan anda dan beri tanda (√) pada kolom yang telah disediakan.

No Pernyataan Tidak

Kadang-kadang

Sering Selalu

1 Saya tidur pada malam hari 7 – 8 jam

2 Saya memulai tidur kurang dari 15 menit

3 Saya tidak terbangun pada malam hari

4 Saya merasa segar dan bersemangat pada pagi hari 5 Saya tidur sangat nyenyak

pada malam hari

6 Saya merasa puas dengan tidur saya setiap malam 7 Saya tidak mengantuk di

Dalam dokumen LAPORAN HASIL PENELITIAN (Halaman 90-107)

Dokumen terkait