• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

Gambaran pengetahuan responden

Tabel 4.1 Nilai Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi

Pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi

18,73 3,866

Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD. Jadi pengetahuan baik jika nilai responden x > 22,596

Cukup : Bila nilai responden yang diperoleh mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD. Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 14,864 ≤ x ≤ 22,596

Kurang : Bila nilai responden (x) < mean – 1 SD. Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden x < 14,864

Tabel 4.2 Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta

No. Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)

1 Baik 16 26,67

2 Cukup 35 58,33

3 Kurang 9 15

4 Total 60 100

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi sebanyak 16 responden (26,67%) berpengetahuan baik, 35 responden (58,33%) berpengetahuan cukup, serta 9 responden (15%) berpengetahuan kurang.

C. Pembahasan

Penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta ini dilakukan terhadap 60 responden. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta sebanyak 16 responden (26,67%) berpengetahuan baik, 35 responden (58,33%) berpengetahuan cukup, serta 9 responden (15%) berpengetahuan kurang.

Responden dengan pengetahuan baik memiliki pengetahuan yang luas tentang dampak pernikahan dini, hal ini bisa dikarenakan akses yang mudah dalam memperoleh informasi tersebut baik yang berasal dari media cetak,

44

televisi, maupun ekstrakurikuler Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang didakan oleh sekolah. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup bisa dikarenakan remaja putri belum sepenuhnya mengerti tentang pernikahan dini, demikian juga dengan responden dengan pengetahuan kurang, hal ini bisa dikarenakan kurangnya informasi mengenai pernikahan dini serta kurangnya pendidikan seksual yang diperoleh dari keluarga, teman maupun sekolah.

Menurut Bobak (2006), umur mempengaruhi pengetahuan di mana umur 16 tahun merupakan tahap remaja madya di mana belajar menerima informasi tetapi belum mampu menerapkan informasi tersebut secara maksimal dan sering kali mencoba-coba tanpa memperhitungkan konsekuensiya, sedangkan umur 17-18 tahun merupakan remaja akhir di mana mulai memahami dirinya dan lebih mudah menerima informasi sehingga mempengaruhi pengetahuan mereka terutama tentang pernikahan dini.

Selain berpengaruh pada umur, pengetahuan seseorang dipengaruhi juga oleh :

1) Pengalaman, yaitu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.

2 ) Pendidikan, yaitu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. (Notoatmodjo 2005).

Usia remaja sering kali menimbulkan berbagai persoalan dari berbagai sisi, karena pada masa ini remaja selalu ingin mencoba-coba apa yang diketahuinya. Salah satu diantaranya adalah seperti menikah di usia muda karena keterlanjuran berhubungan seks yang menyebabkan suatu kehamilan. Padahal, dampak pernikahan dini sangatlah berbahaya bagi remaja itu sendiri baik secara psikis ataupun secara fisik.

Pada usia di bawah 20 tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap pertumbuhan. Masa ini disebut dengan istilah masa reproduksi muda artinya meskipun dapat hamil dan melahirkan akan tetapi sebenarnya tubuh belum siap untuk hamil (Manuaba, 2008).

Resiko kesehatan yang harus dihadapi perempuan saat persalinan antara lain dapat terjadi Disproporsi Sefalo pelvik yang akan berdampak pada ibu, yaitu: Persalinan lebih lama, ketuban pecah dini, serta kepala tidak mau turun padahal ketuban sudah pecah maka bisa terjadi tali pusat menumbung, sedangkan dampak yang terjadi pada bayi, yaitu : persalinan lama dapat meningkatkan kematian bayi, fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat. (Mochtar 2008).

Selain itu resiko kesehatan yang harus dihadapi perempuan adalah aborsi, anemia, intra uteri fetal death, premature, kekerasan seksual, atonia

46

uteri, cancer servik (Manuaba 2008). Selain ketidaksiapan fisik seperti di atas, remaja juga belum siap secara psikis untuk menikah, karena pada usia remaja emosi masih labil, remaja masih kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga sehingga banyak ditemukanya kasus perceraian yang merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah. Hal inilah yang menyebabkan berbagai dampak negatif akibat adanya pernikahan dini.

Berbagai dampak pernikahan dini baik secara fisik ataupun secara psikis, masyarakat pada umumnya tidak menghendaki remaja mereka melakukan kegiatan seksual sebelum menikah. Oleh sebab itu, mereka sering menabuhkan berbicara masalah seks dengan para remaja. Sedangkan dari segi psikologisnya pembicaraan mengenai seks dalam keluarga itu tabu karena pembicaraan itu dianggap sebagai dorongan naluri seksual yang bertentangan dengan dorongan “moral” yang ada dalam “super ego” sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk tingkah laku terbuka. (Sarwono, 2006)

D. Keterbatasan

Penulis menyadari terdapat keterbatasan dalam membuat karya tulis ilmiah ini mengingat variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja. Selain itu kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup di mana sudah tersedia pertanyaan yang dibuat oleh penulis dan responden cukup menjawab

benar atau salah sehingga belum dapat mengukur pengetahuan responden secara mendalam.

48 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 29-31 Mei 2012, maka penulis menyimpulkan bahwa gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta yaitu sebanyak 16 responden (26,67%) berpengetahuan baik, 35 responden (58, 33%) berpengetahuan cukup, serta 9 responden (15%) berpengetahuan kurang.

B. Saran

1. Bagi institusi terkait

Diharapkan Guru Bimbingan Konseling memberikan bimbingan yang intensif, khususnya mengenai sex education yang bekerja sama dengan petugas kesehatan, sehingga dari bimbingan tersebut para siswa diharapkan mampu mengerti mengenai berbagai pengetahuan tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi.

2. Bagi Responden

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para siswi mampu memahami tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi serta mencari informasi tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Selain itu responden dapat mengikuti Ekstrakurikuler KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang diadakan sekolah sehingga dapat menambah

pengalaman dan wawasan tentang kesehatan reproduksi dan diharapkan para siswa mampu merencanakan pernikahannya kelak dengan baik. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lagi lebih lanjut mengenai topik ini. Seperti mempertajam aspek dampak fisik maupun psikologisnya.

Dokumen terkait