GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN
REPRODUKSI SISWI KELAS XI DI SMK BATIK 2
SURAKARTA TAHUN 2012
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh : IRA DAMAYANTI
NIM : B09. 027
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN
REPRODUKSI SISWI KELAS XI DI SMK BATIK 2
SURAKARTA TAHUN 2012
Diajukan Oleh : IRA DAMAYANTI
NIM : B.09 027
Telah diperiksa dan disetujui Pada Tanggal Juli 2012
Pembimbing
(RAHAJENG PUTRININGRUM, S.ST) NIK. 201083059
iii
HALAMAN PENGESAHAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN
REPRODUKSI SISWI KELAS XI DI SMK BATIK 2
SURAKARTA TAHUN 2012
Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : IRA DAMAYANTI
NIM : B.09 027
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal Juli 2012 PENGUJI I
(ANIS NURHIDAYATI, S.ST, M.Kes) NIK. 200685025
PENGUJI II
(ENI RUMIYATI, S.ST) NIK. 200682019
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui, Ka. Prodi D III Kebidanan
(DHENY ROHMATIKA, S.SiT) NIK. 200582015
iv
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “ Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta Tahun 2012 “. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ketua Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Rahajeng Putriningrum, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 4. Drs. Yusuf, selaku Kepala SMK Batik 2 Surakarta yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian.
5. Siswi kelas XI SMK Batik 2 Surakarta yang telah bersedia menjadi responden. 6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
v
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2012
vi Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Ira Damayanti B09. 027
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI PADA KESEHATAN REPRODUKSI SISWI KELAS
XI DI SMK BATIK 2 SURAKARTA TAHUN 2012 xv + 49 halaman + 15 lampiran + 5 tabel + 2 gambar
ABSTRAK
Latar Belakang : Salah satu isu penting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan dunia sedunia “International Conference Population and Development” di Kairo membahas tentang seksual dan kesehatan reproduksi. Pernikahan dini menyebabkan komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain panggul sempit, perdarahan dan kematian bagi ibu dan bayi. Pernikahan dini juga berakibat stres pada remaja karena belum memiliki kesiapan secara mental.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi.
Metode Penelitian : Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, lokasi penelitian diambil di SMK Batik 2 Surakarta pada tanggal 31 Mei 2012. Jumlah responden sebanyak 60 siswi, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling. Alat pengumpulan data adalah kuesioner, sedangkan untuk analisa data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan program SPSS versi 16.
Hasil penelitian : Pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi sebanyak 16 responden (26,67%) berpengetahuan baik, 35 responden (58,33%) berpengetahuan cukup, serta 9 responden (15%) berpengetahuan kurang.
Kesimpulan : Dari penelitian didapatkan pengetahuan siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta mayoritas berpengetahuan cukup.
Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja Putri, Dampak Pernikahan Dini, Kesehatan Reproduksi
vii MOTTO
Keberhasilan adalah hak bagi siapapun yang mau bersusah-susah dahulu
dalam mengejar keberhasilannya. Orang-orang yang akan dapat
menikmati keberhasilan hanyalah orang yang menikmati keberhasilan
hanyalah orang yang memiliki cita-cita dan tekad yang kuat serta mau
merasakan kesusahan terlebih dahulu demi mencapai keberhasilan
tersebut.
Tetap semangat dan pantang menyerah, usaha adalah wajib sedangkan
hasil adalah keputusan Allah, setelah berusaha segala sesuatu yang
viii
Rasa syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, Karya Tulis Ilmiah ini ku
persembahkan dengan tulus hati dan rasa cinta kasih sayang yang
paling dalam kepada :
Orang tuaku tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi
motivasi terbesar dalam hidupku, semoga aku selalu bisa
membahagiakan kalian
Adikku tercinta yang selalu memberi dukungan dalam setiap langkahku
Teman-temanku semua yang selalu mendukung dan memberi motivasi
ix
CURICULUM VITAE
Nama : Ira Damayanti
Tempat/ Tanggal lahir : Ngawi/ 6 September 1990
Agama : Islam
Alamat : Jalan M. Duryat No. 10 RT 03/RW 02 Ngawi Riwayat pendidikan
1. SD Negeri Grudo 3, Ngawi Lulus tahun 2003 2. SMP Negeri 2 Ngawi Lulus tahun 2006
3. SMA Negeri 1 Ngawi Lulus tahun 2009
x
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRAK...vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...vii
CURICULUM VITAE...xi
DAFTAR ISI...x
DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR...xiii DAFTAR LAMPIRAN...xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Tujuan Penelitian 3 D. Manfaat Peneltian 4 E. Keaslian Penelitian 5 F. Sistematika Penulisan 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori 7
xi
2. Remaja 12
3. Pernikahan 21
4. Kesehatan Reproduksi 22
5. Dampak Perkawinan Dini Dilihat Dari Kesehatan Reproduksi...23
B. Kerangka teori 29 C. Kerangka Konsep 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian 31 B. Lokasi dan Waktu Penelitian 31 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel 31 D. Instrumen Penelitian 33 E. Teknik Pengumpulan Data 36 F. Variabel Penelitian 36 G. Definisi Operasional 37 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 37 I. Etika Penelitian 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum...42
B. Hasil Penelitian...42
C. Pembahasan...43
xii
A. Kesimpulan...48 B. Saran...48 DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Perubahan Fisik Remaja Putri...14
Tabel 3.1 Kisi – kisi kuesioner 35
Tabel 3.2 Definisi Operasional...37 Tabel 4.1 Nilai mean dan standar deviasi………..……….…...42 Tabel 4.2 Hasil Penelitian………..43
xiv
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori 29
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Ijin Validitas
Lampiran 5. Surat Balasan validitas Lampiran 6. Surat Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Balasan Dari Lahan Lampiran 8. Surat Permohonan Responden Lampiran 9. Informed Consent
Lampiran 10. Kuesioner
Lampiran 11. Kunci Jawaban Kuesioner Lampiran 12. Hasil Validitas dan Reliabilitas Lampiran 13. Tabel nilai r tabel
Lampiran 14. Tabulasi Data Kuesioner
1
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Salah satu isu penting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan kesehatan reproduksi. Isu ini diangkat sebagai salah satu pokok bahasan karena adanya berbagai masalah reproduksi yang dihadapi di masa kini.Saat ini kita sering dihadapkan dengan umur rata-rata remaja yang menikah dibawah usia antara 14-19 tahun (Widyastuti dkk, 2009).
Undang-undang perkawinan No.1 tahun 1974 memperbolehkan seorang perempuan usia 16 tahun dapat menikah, sedangkan Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009 memberikan batasan 20 tahun, karena hubungan seksual yang dilakukan pada usia di bawah 20 tahun beresiko terjadi kanker serviks serta penyakit menular seksual. Perkawinan usia muda menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan antara lain pada kehamilan dapat terjadi preeklampsia, resiko persalinan macet karena besar kepala anak tidak dapat menyesuaikan bentuk panggul yang belum berkembang sempurna. Pada persalinan dapat terjadi robekan yang meluas dari vagina menembus ke kandung kemih dan meluas ke anus. Pada bayi dapat terjadi berat badan lahir rendah atau berat badan bayi lahir besar. Resiko pada ibu yaitu dapat meninggal (Bunners, 2006).
2
Angka statistik pernikahan dengan pengantin wanita berusia di bawah 16 tahun secara keseluruhan mencapai lebih dari seperempat dari total pernikahan di Indonesia. Bahkan di beberapa tempat, angkanya jauh lebih besar, misalnya di Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36% dan Jawa Tengah 27,84% (Taufik, 2008).
Resiko kesehatan yang harus dihadapi perempuan saat persalinan antara lain dapat terjadi DisproporsiSefaloPelvikyang akan berdampak pada ibu, yaitu: Persalinan lebih lama, ketuban pecah dini, serta kepala tidak mau turun padahal ketuban sudah pecah maka bisa terjadi tali pusatmenumbung, sedangkan dampak yang terjadi pada bayi, yaitu : persalinan lama dapat meningkatkan kematian bayi, fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat (Mochtar, 2008).
Resiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi perempuan pada perkawinan dini antara lain aborsi, anemia, intrauterifetaldeath, premature, kekerasan seksual, atoniauteri, cancerservik, selain itu juga dapat beresiko pada ibu melahirkan, kurang siapnya mental dan psikologi juga dapat menimbulkan masalah peningkatan angka perceraian dan berdampak juga pada sosial ekonomi (Manuaba, 2008).
Usia remaja menimbulkan berbagai persoalan dari berbagai sisi seperti masa remaja yang selalu ingin coba-coba, pendidikan rendah, pengetahuan yang minim, pekerjaan semakin sulit didapat yang berpengaruh pada pendapatan ekonomi keluarga. Terlebih jika mereka menikah di usia muda karena keterlanjuran berhubungan seksual yang menyebabkan suatu kehamilan. Adanya penolakan keluarga yang terjadi akibat malu, hal ini dapat
menimbulkan stres berat. Ibu hamil usia muda memiliki resiko bunuh diri lebih tinggi (Manuaba, 2008).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMK Batik 2 Surakarta, wawancara dilakukan terhadap 10 siswi terdapat 7 siswi belum mengerti tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi dan 3 siswi sudah mengerti tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari bagian kesiswaan, setiap tahun terdapat siswa yang dikeluarkan karena hamil di luar nikah dan melakukan pernikahan di usia dini.
Berdasarkan kondisi di atas maka penulis dalam penelitian, ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengetahuan remaja tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi di SMK Batik 2 Surakarta.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin meneliti “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta Tahun 2012?”.
C. TujuanPenelitian 1. TujuanUmum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta.
4
2. TujuanKhusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi di SMK Batik 2 Surakarta dengan kategori baik.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi di SMK Batik 2 Surakarta dengan kategori cukup.
c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi di SMK Batik 2 Surakarta dengan kategori kurang.
D. ManfaatPenelitian 1. BagiPeneliti
Untuk melatih kemampuan peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat di intitusi pendidikan yaitu metodologi penelitian statistik sebagai wahana penelitian guna melatih ketrampilan berfikir secara kritis dan analis.
2. Bagi Profesi
Profesi kebidanan dituntut untuk melakukan tindakan aktif protektif dengan cara memberi penyuluhan pada remaja, sehingga dapat mencegah dan mengurangi presentase kehamilan dan pernikahan di usia muda.
3. BagiInstitusi
a. Dari penelitian ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi siswi SMK Batik 2 Surakarta agar dapat memahami pentingnya pengetahuan tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi.
b. Bagi sekolah diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih baik kepada siswa untuk menunda keinginan menikah dini.
c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pernikahan dini.
E. KeaslianPenelitian
1. Irene Astri (2011) dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernikahan Dini Pada Siswi Di SMK Grafika Surakarta”. Hasil penelitian ini mayoritas sebanyak 63,34% responden berusia 17 tahun, pengetahuan siswi SMK Grafika secara umum sebanyak 73,3% responden berpengetahuan cukup.
2. Tri Mulyani (2007) dengan judul ”Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernikahan Dini Pada Siswi Kelas XI Di SMK Negeri 1 Jenar, Kedawung Kabupaten Sragen”. Hasil penelitian ini mayoritas sebanyak 60% responden berusia 17 tahun, pengetahuan siswi SMK Negeri 1 Jenar, Kedawung, Sragen secara umum sebanyak 60% responden berpengetahuan baik.
6
F. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang diteliti, kerangka teori, dan kerangka konsep.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisis data, dan etika penelitian.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum, hasil penelitian, pembahasan, dan keterbatasan.
BAB V.PENUTUP
Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA
7
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2008).
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2008), ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:
1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode
8
trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya adalah benar.
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh pengetahuan.
4) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian (research methodology).
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Bobak (2006), umur mempengaruhi pengetahuan di mana umur 16 tahun merupakan tahap remaja madya di mana belajar menerima informasi tetapi belum mampu menerapkan informasi tersebut secara maksimal dan sering kali mencoba-coba tanpa memperhitungkan konsekuensiya, sedangkan umur 17-18 tahun merupakan remaja akhir di mana mulai memahami dirinya dan lebih mudah menerima informasi sehingga mempengaruhi pengetahuan mereka terutama tentang pernikahan dini. Selain berpengaruh pada umur, pengetahuan seseorang berpengaruh juga pada :
10
1) Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.
2) Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
3) Kepercayaan
Kepercayaan adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama.
d. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Menurut Notoadmojo (2008), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisis, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :
1) Tahu (Knowledge)
Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di himpun atau dikenali (recall of facts).
2) Memahami (Comprehension)
Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.
3) Menerapkan (Aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.
4) Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang
12
berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.
5) Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya (Notoatmodjo, 2008).
2. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja (Adolescence) yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik emosi dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10 – 19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti dkk, 2009).
Masa Remaja dibedakan dalam :
1) Masa remaja awal : 10 – 13 tahun 2) Masa remaja tengah : 14 – 16 tahun 3) Masa remaja akhir : 17 – 19 tahun
(Depkes RI, 2007).
Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescere yang berarti dewasa (Depkes RI, 2007).
Masa remaja juga merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini banyak terjadi perubahan baik dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat mengganggu batin remaja. Kondisi ini menyebabkan remaja dalam kondisi rawan dalam menjalani proses pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi ini juga diperberat dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan makin derasnya arus informasi. (Imelda, 2006).
b. Perubahan Fisik Pada Remaja
Bila pubertas terjadi sebelum usia 9 tahun, atau belum juga terjadi sampai usia 13 – 15 tahun, harus dikonsultasikan ke dokter untuk memastikan ada tidaknya kelainan (Manuaba, 2008).
14
Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula (Manuaba, 2008).
Pada tabel di bawah ini dapat dilihat perbedaan perubahan fisik pada remaja perempuan.
Tabel 2.1 Perubahan Fisik Remaja Putri PERUBAHAN FISIK REMAJA Pinggul melebar
Pertumbuhan rahim dan vagina Menstruasi awal
Pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak Payudara membesar
Pertumbuhan lemak dan keringat (jerawat) Pertambahan berat badan dan tinggi badan
Sumber : (Depkes RI, 2007)
Pada pertumbuhan fisik remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah kecepatan tumbuhnya (growth spurt). Pada saat ini pertumbuhan tinggi badan (linier) terjadi amat cepat. Perbedaan
pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan adalah pada pertumbuhan organ reproduksinya, di mana akan diproduksi hormon yang berbeda, penampilan yang berbeda, serta bentuk tubuh yang berbeda akibat berkembangnya tanda seks sekunder (Depkes RI, 2007).
Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun. Sedangkan pada laki-laki, 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik perempuan dan laki-laki tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu mempunyai emosi yang matang, sebaliknya yang bertubuh biasa saja mempunyai emosi yang lebih matang (Depkes RI, 2007).
Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi tiga faktor yaitu : genetik (faktor keturunan), gizi dan variasi individu. Secara genetik orang tua yang tubuhnya tinggi, punya anak remaja yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang. (Depkes RI, 2007).
Pertumbuhan pesat umumnya pada usia 10-11 tahun. Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas, di mana daerah puting susu dan sekitarnya mulai membesar, kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan rambut pubis
16
terjadi sebelum tumbuhnya payudara rambut ketiak dan badan mulai tumbuh pada usia (12 – 13) tahun. Tumbuhnya rambut badan bervariasi luas. Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 10 – 13 tahun. Keringat ketiak mulai diproduksi pada usia 12 – 13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Menstruasi terjadi pada usia 11 – 14 tahun. Pematangan seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun, sedang pada laki-laki pematangan seksual penuh terjadi pada usia 17 – 18 tahun (Manuaba, 2008).
c. Perkembangan Jiwa Pada Remaja
Pada usia 12-15 tahun, pencarian identitas diri masih berada pada tahap permulaan. Dimulai pada pengukuhan kemampuan yang sering diungkapkan dalam bentuk kemauan yang tidak dapat dikompromikan sehingga mungkin berlawanan dengan kemauan orang lain. Bila kemauan itu ditentang, mereka akan memaksa agar kemauannya dipenuhi.
Psikososial merupakan manifestasi perubahan faktor-faktor emosi, sosial dan intelektual. Depkes RI (2007) menyatakan, bahwa akibat perubahan tersebut, maka karakteristik psikososial remaja dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Remaja Awal (10-13 tahun)
a) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self consciousness)
b) Perubahan hormonal berdampak sebagai individu yang mudah berubah-ubah emosinya seperti mudah marah, mudah tersinggung atau menjadi agresif
c) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.
d) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.
e) Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebayanya.
f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya gang/kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebayanya.
g) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandangnya sendiri dengan membandingkan segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau baik/putih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi. 2) Remaja Pertengahan (14 – 16 tahun)
a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.
b) Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.
18
c) Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman berdampak baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah-ubah.
d) Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko berdampak mulai bereksperimen dengan merokok, alkohol, seks bebas dan mungkin NAPZA.
e) Tidak lagi terfokus pada diri sendiri berdampak lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu.
f) Membangun nilai, norma dan moralitas berdampak mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga. g) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas
berdampak ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.
h) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi tidak menjurus serius.
i) Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa berdampak mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.
3) Remaja Akhir (17 – 19 tahun)
a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama
b) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan di luar stress yang keluarga berdampak mulai belajar mengatasi dihadapi dansulit diajak berkumpul dengan keluarga.
c) Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun emosional berdampak kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri.
d) Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.
e) Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya.
f) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak mulai nampak ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.
Pergaulan dengan lawan jenisnya juga dapat menjadi sesuatu yang mengesankan bagi remaja. Bila mengalami hambatan, maka remaja akan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Akibat perkembangan kelenjar kelamin remaja, maka mulai timbul perhatian pada remaja terhadap lawan jenisnya, bahkan hal ini merupakan tanda yang khas bahwa masa remaja sudah dimulai. Depkes RI (2007) menyatakan, bahwa proses percintaan remaja dimulai dari :
20
(1) Crush
Ditandai dengan adanya saling membenci antara anak laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah memuja orang yang lebih tua dan sejenis. Bentuknya misalnya memuja pahlawan dalam cerita film.
(2) Hero-worshping
Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang dikagumi tidak juga dikenal.
(3) Boy Crazy dan Girl Crazy
Pada masa ini kasih sayang remaja ditujukan kepada teman-teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak laki-laki dengan anak perempuan.
(4) Puppy Love (Cinta Monyet)
Cinta remaja sudah mulai tertuju pada satu orang, tetapi sifatnya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-ganti pasangan.
(5) Romantic Love
Cinta remaja menemukan sasarannya dan percintaannya sudah stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan.
3. Pernikahan a. Pengertian
Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang didalamnya terdapat unsur keintiman, pertemuan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat seksual dan menjadi lebih matang. Pernikahan merupakan awal dari terbentuknya keluarga dengan penyatuan dua individu yang berlainan jenis serta lahirnya anak-anak (Nastiti, 2006).
Pernikahan menurut Dariyo (2008) adalah ikatan kudus antara pasangan dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa. Pernikahan dianggap sebagai ikatan kudus (holy relationship) karena hubungan pasangan antara laki-laki dan perempuan telah diakui secara sah dalam Negara atau agama.
Salah satu tujuan perkawinan adalah untuk mendapatkan keturunan. Keturunan diperoleh dari kehamilan dalam masa reproduksi yang sehat yaitu umur istri antara 20-30 tahun usia tersebut merupakan usia terbaik karena organ-organ reproduksi dalam tubuh perempuan telah tumbuh sempurna.
Pernikahan atau perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 adalah Ikatan lahir batin antara seseorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
22
b. Pernikahan Dini
Perkawinan dini adalah perkawinan yang telah terjadi pada seseorang wanita dengan status umur dibawah 20 tahun. Pada tipe orang usia di bawah 20 tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap pertumbuhan.
Masa ini disebut dengan istilah masa reproduksi muda artinya meskipun dapat hamil dan melahirkan akan tetapi sebenarnya tubuh belum siap untuk hamil (Manuaba, 2008).
4. Kesehatan Reproduksi a. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi (WHO, 2010).
Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
(Depkes RI, 2007).
b. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Siklus Kehidupan Secara luas , ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2) Pencegahan dan penanggulangan Infeksi Saluran Reproduksi ( ISR ) termasuk PMS, HIV/AIDS
4) Kesehatan Reproduksi Remaja
5) Pencegahan dan penanganan infertilitas 6) Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
7) Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi, fistula, dll.
(Depkes RI, 2007).
5. Dampak Pernikahan Dini Dilihat Dari Kesehatan Reproduksi
Perubahan perilaku remaja yang makin dapat menerima hubungan seksual pranikah sebagai cerminan fungsi rekreasi, ketika hubungan seksual telah menghasilkan janin dapat mempengaruhi psikologis dan fisik (Manuaba, 2008).
a. Dampak Psikologis
Pada usia pernikahan dini yang terjadi dibawah usia 20 tahun dalam keadaan belum matangnya mental seseorang remaja akan mempengaruhi penerimaan kehamilannya, dimana alat reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan, merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri, terkadang perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat (Sarwono, 2006).
Sejatinya, anak berusia di bawah umur belum paham benar mengenai hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya melakukan apa yang diharuskan pasangan terhadapnya tanpa memikirkan hal yang melatarbelakanginya melakukan itu. Jika sudah demikian, anak
24
akan merasakan penyesalan mendalam dalam hidupnya (Sarwono, 2006).
Akibatnya, remaja sering murung dan tidak bersemangat. Bahkan remaja akan merasa minder untuk bergaul dengan anak-anak seusianya mengingat statusnya sebagai istri. Hal ini biasa disebut depresi berat atau neoritis depresi akibat pernikahan dini. Dimana terdapat dua jenis depresi kepribadian yaitu pribadi introvert dan ekstrovert (Manuaba, 2008).
Pada pribadi introvert (tertutup) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizofrenia atau dalam bahasa awam yang dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert (terbuka) sejak kecil, remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya, seperti perang piring, anak dicekik dan sebagainya. Dengan kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya khususnya dalam kasus pernikahan dini tersebut (Manuaba, 2008).
Pada sisi lain, pernikahan dini juga berdampak negatif pada keharmonisan keluarga. Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. Pada usia yang belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga
sehingga banyak ditemukanya kasus perceraian yang merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah (Sarwono, 2006).
b. Dampak Fisik
Fisik atau dalam bahasa Inggris "Body" adalah sebuah kata yang berarti badan/benda dan dapat terlihat oleh mata juga terdefinisi oleh pikiran. Kata fisik biasanya digunakan untuk suatu benda / badan yang terlihat oleh mata.
Dampak fisik dalam pernikahan dini memang sangatlah besar baik dalam melakukan hubungan seksual ataupun dalam persalinan. Perkawinan Dini yang berlanjut menjadi kehamilan sangat berdampak negatif pada status kesehatan reproduksinya. Proses kehamilan yang dapat terjadi anemi yang berdampak berat badan bayi lahir rendah, intra uteri fetal death, premature, abortus berulang, perdarahan, untuk proses bersalin terkadang belum matangnya alat reproduksi membuat keadaan panggul masih sempit dan sebagainya untuk itu perlu pemantauan dan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap (Manuaba, 2008).
Pada remaja putra dampak dari pernikahan dini dipandang dari kesehatan reproduksi akan berpotensi terjadi impotensi, ejakulasi dini dan disfungsi ereksi, efek yang ditimbulkan dari pernikahan dini yang menganggu kesehatan reproduksi paling banyak terjadi pada perempuan (Iwan, 2006).
26
Selain itu dampak pernikahan dini apabila dilihat dari sisi fisik dan biologis, juga ditemukan berbagai efek negatif yang bisa dikatakan berbahaya seperti banyaknya seorang ibu yang menderita anemia selagi hamil dan melahirkan, sehingga menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi akibat pernikahan dini (Manuaba, 2008).
Secara medis usia bagus untuk hamil yaitu pada usia 21-35 tahun, maka bila usia kurang meski secara fisik telah menstruasi dan bisa dibuahi, namun bukan berarti siap untuk hamil dan melahirkan serta memiliki kematangan mental, yakni berpikir dan dapat menanggulangi resiko-resiko yang akan terjadi pada saat kehamilan dan persalinan. Seperti misalnya terlambat memutuskan mencari pertolongan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat persalinan karena minimnya informasi sehingga terlambat mendapat perawatan yang semestinya (Manuaba, 2008).
Menurut Manuaba (2008), dampak fisik dari pernikahan diusia muda dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
a. Dampak bagi ibu
1) Intra Uterin Fetal Death
Intra Uterin Fetal Death atau kematian janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Keadaan ini sering di jumpai pada kehamilan di bawah 20 minggu dan sesudah 20 minggu, yaitu ditandai
kematian janin bila ibu tidak merasakan gerakan janin, biasanya berakhir dengan abortus.
2) Premature
Persalinan prematur adalah suatu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu dari waktu perkiraan persalinan. Resiko terjadinya kehamilan premature, antara lain :
a) Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun b) Wanita dengan gizi yan g kurang atau anemia c) Lemahnya servik
3) Perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
4) Kematian ibu
Kematian ibu saat melahirkan disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dampak bagi bayi
1) Kemungkinan janin lahir belum cukup usia kehamilan atau kurang dari 37 minggu, pada umur kehamilan tersebut pertumbuhan janin belum sempurna.
28
2) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yaitu, bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Kebanyakan hal ini dipengaruhi oleh umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun dan ibu kurang gizi (Manuaba, 2008).
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan satu tujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dalam bentuk angka-angka mulai dari pengumpulan data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi
Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoadmojo, 2010). Penelitian ini dilakukan di kelas XI SMK Batik 2 Surakarta.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data studi kasus yang dilaksanakan (Budiarto, 2006). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29-31 Mei 2012.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).
32
Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta yang berjumlah 304 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau yang mewakili dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Apabila subjeknya besar, maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, dan besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Pada penelitian ini penulis akan mengambil sampel sebesar 20% dari jumlah populasi 304 siswi, yaitu sebanyak 60 siswi. Alasan pengambilan sampel kelas XI karena kelas XI berada dalam kategori remaja pertengahan yang libidonya masih tinggi sehingga dianggap masih labil dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Simple Random Sampling yaitu menentukan sampel secara acak sederhana
adalah bahwa setiap anggota atau jumlah populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Cara yang digunakan dengan cara mengundi anggota populasi (Notoatmodjo, 2006). Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau anggota populasi secara acak semua kelas XI (XI AK, XI AP, XI PJ, XI Multimedia). Teknik ini dipilih dikarenakan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi responden.
33
Pengambilan sampel sebanyak 60 siswi dari seluruh siswa kelas XI yang berjumlah 8 kelas akan diambil 7-8 siswi per kelasnya dengan cara diundi.
D. Instrumen Penelitian
Pengukuran pengetahuan adalah pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ukur atau kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya (Arikunto, 2006).
Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda – tanda tertentu (Nototmodjo, 2006).
Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dimana sudah terdapat jawabannya, sehingga mereka tinggal memilih jawaban. Jawaban benar untuk pernyataan positif mendapat skor 1 sedangkan untuk jawaban salah mendapat skor 0. Demikian juga untuk penyataan negatif, jawaban benar mendapat skor 0 sedangkan jawaban salah mendapat skor 1. Untuk Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang (√) pada jawaban yang dianggap benar.
Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di SMK Batik 1 Surakarta dengan jumlah sampel sebanyak 30 siswi.
34
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus
product moment. Instrumen dikatakan valid jika nilai rhitung > rtabel.
Rumus product moment adalah:
Keterangan:
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pertanyaan
y : Skor total
xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total
Uji validitas ini telah dilaksanakan di SMK Batik 1 Surakarta. Dari hasil uji validitas didapatkan hasil dari 34 pertanyaan, 25 pertanyaan dinyatakan valid dan 9 pernyataan dinyatakan tidak valid. Adapun nomor yang tidak valid yaitu nomor 1, 15, 16, 18, 22, 24, 25, 26, 32. Pernyataan dinyatakan valid bila rhitung > rtabel. Nilai rtabel
untuk jumlah responden 30 dengan taraf signifikan 5% adalah 0,361.
( )
X
}
{N
Y
-
( )
Y
}
X
{
Y
X.
-XY
.
N
2 2 2 2−
Σ
Σ
Σ
Σ
Σ
Σ
Σ
=
N
r
xy35
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006).
Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows versi 16.
Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:
−
Σ
−
=
t
b
k
k
r
2 2 111
1
σ
σ
Keterangan: r11 = Reliabilitas Instrumentk = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σt2 = Varians total
Dinyatakan reliabel bila nilai Alpha Cronbach’s > rkriteria (0,60)
(Ghozali, 2005). Setelah dilakukan uji reliabilitas di SMK Batik 1 Surakarta didapatkan nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,738, sehingga kuesioner dinyatakan reliabel.
36
3. Kisi – kisi kuisioner
Tabel. 3.1 . Kisi – kisi kuisioner
Variabel Indikator No. Soal Jumlah
Soal Positif Negatif Gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi Dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi ditinjau dari segi psikologis
1*, 2, 3, 6, 7, 8, 10, 21, 23, 31, 32* 4, 5, 9, 22*, 24*, 25* 17 Dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi ditinjau dari segi fisik
11, 12, 14, 15*, 17, 19, 20, 26*, 27, 29, 30, 33, 34 13, 16*, 18*, 28 17 Jumlah 34
Keterangan : * tidak valid.
E. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner atau angket siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden disuruh mengisi kuesioner dengan selesai dan kuesioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh terdiri dari jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang gambaran pengetahuan responden tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi.
37
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Nama Variabel
Pengertian Indikator Alat
ukur Skala Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini pada Kesehatan Reproduksi Kemampuan remaja putri menjawab dampak fisik dan dampak psikologi dari pernikahan dini Baik :
Bila nilai responden yang diperoleh ( x ) > mean + 1 SD Cukup :
Bila nilai responden yang diperoleh mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
Kurang :
Bila nilai responden yang diperoleh ( x ) < mean – 1 SD
38
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Arikunto (2006) adalah: a. Editing
Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.
c. Tabulating
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis univariat yaitu menganalisis terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase
39
dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2008). Menurut Riwidikdo (2009), untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri ditunjukkan dengan skala pengukuran sebagai berikut :
a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (
x
) > mean + 1 SD.b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – 1 SD ≤
x
≤mean + 1 SD
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (
x
) < mean – 1 SD.Sebelum menentukan tingkat pengetahuan remaja putri terlebih dahulu peneliti menghitung nilai mean dan Standard Deviation. Menurut Riwidikdo
(2009), rumus untuk menghitung nilai mean dan Standard Deviation
yaitu : a. Mean Keterangan : n : jumlah responden xi : nilai responden b. Standard Deviation
40
Keterangan :
SD : Standard Deviation xi : nilai responden n : jumlah responden
Setelah didapatkan hasil nilai mean dan Standard Deviation dari semua responden kemudian hasil tersebut dimasukkan dalam skala pengetahuan yang sudah tercantum di atas.
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis mendapat ijin dari Kepala SMK Batik 2 Surakarta dan dari responden sendiri melalui inform consent. Menurut Hidayat (2007), etika yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian adalah :
a. Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan tujuan agar
41
b. Anonimity (Tanpa Nama)
Anonimity memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
42 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
SMK Batik 2 Surakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Surakarta yang beralamatkan di Desa Tunggulsari, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jalan Slamet Riyadi, Kleco, Surakarta. Secara umum keadaan SMK ini terletak di jantung kota Solo yang tidak jauh dari jalan Slamet Riyadi. SMK Batik 2 Surakarta berdiri tahun 1989. SMK ini mempunyai 3 jurusan, yaitu Jurusan Akuntansi, Jurusan Administrasi Perkantoran, dan Jurusan Penjualan.
B. Hasil Penelitian
Gambaran pengetahuan responden
Tabel 4.1 Nilai Mean dan Standar Deviasi
Variabel Mean Standar Deviasi
Pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi
18,73 3,866
Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD. Jadi pengetahuan baik jika nilai responden x > 22,596
Cukup : Bila nilai responden yang diperoleh mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD. Jadi pengetahuan cukup jika nilai responden 14,864 ≤ x ≤ 22,596
Kurang : Bila nilai responden (x) < mean – 1 SD. Jadi pengetahuan kurang jika nilai responden x < 14,864
Tabel 4.2 Pengetahuan Remaja Putri tentang Dampak Pernikahan Dini pada Kesehatan Reproduksi Siswi Kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta
No. Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)
1 Baik 16 26,67
2 Cukup 35 58,33
3 Kurang 9 15
4 Total 60 100
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi sebanyak 16 responden (26,67%) berpengetahuan baik, 35 responden (58,33%) berpengetahuan cukup, serta 9 responden (15%) berpengetahuan kurang.
C. Pembahasan
Penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta ini dilakukan terhadap 60 responden. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta sebanyak 16 responden (26,67%) berpengetahuan baik, 35 responden (58,33%) berpengetahuan cukup, serta 9 responden (15%) berpengetahuan kurang.
Responden dengan pengetahuan baik memiliki pengetahuan yang luas tentang dampak pernikahan dini, hal ini bisa dikarenakan akses yang mudah dalam memperoleh informasi tersebut baik yang berasal dari media cetak,
44
televisi, maupun ekstrakurikuler Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang didakan oleh sekolah. Sedangkan responden dengan pengetahuan cukup bisa dikarenakan remaja putri belum sepenuhnya mengerti tentang pernikahan dini, demikian juga dengan responden dengan pengetahuan kurang, hal ini bisa dikarenakan kurangnya informasi mengenai pernikahan dini serta kurangnya pendidikan seksual yang diperoleh dari keluarga, teman maupun sekolah.
Menurut Bobak (2006), umur mempengaruhi pengetahuan di mana umur 16 tahun merupakan tahap remaja madya di mana belajar menerima informasi tetapi belum mampu menerapkan informasi tersebut secara maksimal dan sering kali mencoba-coba tanpa memperhitungkan konsekuensiya, sedangkan umur 17-18 tahun merupakan remaja akhir di mana mulai memahami dirinya dan lebih mudah menerima informasi sehingga mempengaruhi pengetahuan mereka terutama tentang pernikahan dini.
Selain berpengaruh pada umur, pengetahuan seseorang dipengaruhi juga oleh :
1) Pengalaman, yaitu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan mengulangi cara itu.
2 ) Pendidikan, yaitu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan. (Notoatmodjo 2005).
Usia remaja sering kali menimbulkan berbagai persoalan dari berbagai sisi, karena pada masa ini remaja selalu ingin mencoba-coba apa yang diketahuinya. Salah satu diantaranya adalah seperti menikah di usia muda karena keterlanjuran berhubungan seks yang menyebabkan suatu kehamilan. Padahal, dampak pernikahan dini sangatlah berbahaya bagi remaja itu sendiri baik secara psikis ataupun secara fisik.
Pada usia di bawah 20 tahun keadaan organ reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam tahap pertumbuhan. Masa ini disebut dengan istilah masa reproduksi muda artinya meskipun dapat hamil dan melahirkan akan tetapi sebenarnya tubuh belum siap untuk hamil (Manuaba, 2008).
Resiko kesehatan yang harus dihadapi perempuan saat persalinan antara lain dapat terjadi Disproporsi Sefalo pelvik yang akan berdampak pada ibu, yaitu: Persalinan lebih lama, ketuban pecah dini, serta kepala tidak mau turun padahal ketuban sudah pecah maka bisa terjadi tali pusat menumbung, sedangkan dampak yang terjadi pada bayi, yaitu : persalinan lama dapat meningkatkan kematian bayi, fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat. (Mochtar 2008).
Selain itu resiko kesehatan yang harus dihadapi perempuan adalah aborsi, anemia, intra uteri fetal death, premature, kekerasan seksual, atonia
46
uteri, cancer servik (Manuaba 2008). Selain ketidaksiapan fisik seperti di atas, remaja juga belum siap secara psikis untuk menikah, karena pada usia remaja emosi masih labil, remaja masih kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga sehingga banyak ditemukanya kasus perceraian yang merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah. Hal inilah yang menyebabkan berbagai dampak negatif akibat adanya pernikahan dini.
Berbagai dampak pernikahan dini baik secara fisik ataupun secara psikis, masyarakat pada umumnya tidak menghendaki remaja mereka melakukan kegiatan seksual sebelum menikah. Oleh sebab itu, mereka sering menabuhkan berbicara masalah seks dengan para remaja. Sedangkan dari segi psikologisnya pembicaraan mengenai seks dalam keluarga itu tabu karena pembicaraan itu dianggap sebagai dorongan naluri seksual yang bertentangan dengan dorongan “moral” yang ada dalam “super ego” sehingga harus ditekan, tidak boleh dimunculkan pada orang lain dalam bentuk tingkah laku terbuka. (Sarwono, 2006)
D. Keterbatasan
Penulis menyadari terdapat keterbatasan dalam membuat karya tulis ilmiah ini mengingat variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan saja. Selain itu kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup di mana sudah tersedia pertanyaan yang dibuat oleh penulis dan responden cukup menjawab
benar atau salah sehingga belum dapat mengukur pengetahuan responden secara mendalam.
48 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 29-31 Mei 2012, maka penulis menyimpulkan bahwa gambaran pengetahuan remaja putri tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi siswi kelas XI di SMK Batik 2 Surakarta yaitu sebanyak 16 responden (26,67%) berpengetahuan baik, 35 responden (58, 33%) berpengetahuan cukup, serta 9 responden (15%) berpengetahuan kurang.
B. Saran
1. Bagi institusi terkait
Diharapkan Guru Bimbingan Konseling memberikan bimbingan yang intensif, khususnya mengenai sex education yang bekerja sama dengan petugas kesehatan, sehingga dari bimbingan tersebut para siswa diharapkan mampu mengerti mengenai berbagai pengetahuan tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi.
2. Bagi Responden
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para siswi mampu memahami tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi serta mencari informasi tentang dampak pernikahan dini pada kesehatan reproduksi. Selain itu responden dapat mengikuti Ekstrakurikuler KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang diadakan sekolah sehingga dapat menambah
pengalaman dan wawasan tentang kesehatan reproduksi dan diharapkan para siswa mampu merencanakan pernikahannya kelak dengan baik. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan lagi lebih lanjut mengenai topik ini. Seperti mempertajam aspek dampak fisik maupun psikologisnya.