SKRIPSI
PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN
(Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)
DWI RETNOSARI
13.321.0082
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK
HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN
(Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
DWI RETNOSARI
13.321.0082
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Tuban 12 Mei 1995, peneliti merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sudarto dan Ibu Kaseh.
Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN Mulyoagung 1, pada tahun 2010
peneliti lulus dari SMPN 1 Singgahan Tuban, pada tahun 2013 peneliti lulus dari
SMAN 1 Singgahan Tuban,Dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi masuk
STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur tes tulis. Peneliti
memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada
di STIKes “ICMe” Jombang.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.
Jombang, 2017
Dwi Retnosari
“MOTTO”
Kegagalan Akan Terjadi Bila Kita Menyerah
(Cherterfield)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, ku persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi :
1. Kedua orang tuaku Bapak Sudarto dan Ibu Kaseh tercinta, motivator
terbesar dalam hidupku yang tak pernah jenu mendo'akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta Bapak dan Ibu padaku. You are my inspiration and my spirit.
2. Untuk Kakak dan Adikku tersayang Eko Sulistyono dan Tri Mei Lindasari
yang senantiasa Memberikan dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi.
3. Kedua pembimbing Skripsi Bapak Marxis Udaya S.Kep.,Ns.MM dan Ibu
Iva Milia Hani R.S.Kep.,Ns.,M.Kep terima kasih atas bimbingan yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
4. Seluruh Dosen dan Staf Prodi S1 keperawatan terimakasih atas semua
ilmu,nasehat,motivasi yang telah diberikan semoga bermanfaat.
5. Terimakasih kepada Bpk Kepala Desa Ngudirejo,Bu Kasun,dan Bidan
Desa yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian dan membantu dalam penelitian.
6. Himpunan Mahasiswa (HIMA) S1 Keperawatan yang telah memberikan
banyak pengalaman dan pembelajaran dalam keorganisasian serta dalam membentuk pribadi yang lebih baik dan professional.
7. Saudara kost GRAHA DJAYADI yang biasa disebut (KOREA)
terimakasih untuk segala semangat dan motivasi.
8. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang dan semua teman-temanku yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Peran Ibu Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Balita Usia 1-5 Tahun Di dusun Gedangan Desa
Ngudirejo kecamatan Diwek kabupaten jombang” ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada H. Bambang Tutuko, SH.,S.Kep.Ns.,MH., selaku ketua STIKes
ICMe Jombang yang memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir
program studi S1 Keperawatan, Inayatur Rosyidah, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku
kaprodi S1 Keperawatan, Marxis Udaya.S.Kep.,Ns.MM selaku pembimbing
utama yang memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan
proposal, Iva Milia Hani R.S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing anggota yang
memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis, Kepala
STIKES ICME Jombang beserta Bapak Ibu dosen dan teman-teman yang ikut
serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca demi penyempurnaan skripsi dan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca bagi umumnya, Amin.
Jombang, 2017
Penulis
ABSTRACT
THE EFFECT OF MOTHER’S ROLE ON FINE MOTORIC
DEVELOPMENT OF TODDLER AGE 1-5 YEARS
(in the hamlet of Gedangan village of Ngudirejo sub-district of Diwek Jombang regency)
By :
DWI RETNOSARI
Children who are less affectionate and less stimulus will experience obstacles in growth and development, especially the development of fine motor and difficulties in interacting with others. The purpose of this reseach was to analyzed the effect of mother’s role on fine motoric development of toodler age1-5 years old in the hamlet of Gedangan village of Ngudirejo sub-district of Diwek Jombang
Independent variable was mother’s role and dependents variables fine motoric
development of toddlers age 1-5 years old. The research instrument used was a questionnaire sheet and observation with data collecting by editing, coding, scoring, tabulating and statistical test used chi square
The research result were most of respondents that’s 14 people, mother’s role
was were good (53,8%), most of respondents that’s 16 people, fine motoric development were normal (61,5%). The test of chi square showed that’s value of p = 0,000 < (0,05), so H1 is accepted.
This research could be concluded that’s the effect of mother’s role on fine motoric
development of toddler age 1-5 years old in the hamlet of Gedangan village of Ngudirejo sub-district of Diwek Jombang regency.
Keywords: role, development, fine motoric, toddler
ABSTRAK
PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN
(Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)
Oleh:
DWI RETNOSARI
Anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulus akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya terutama perkembangan motorik halus serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Desain penelitian ini adalah Analitik cross sectional. Populasinya Semua
anak balita balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 87 orang . Tehnik sampling menggunakan Simple random sampling dengan sampelnya sejumlah 26 orang. Variabel independen peran ibu dan dependent perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner dan observasi dengan
pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dan uji statistik menggunakan
chi square
Hasil penelitian sebagian besar responden yaitu 14 orang peran ibu adalah baik (53,8%), sebagian besar dari responden yaitu 16 orang perkembangan
motorik halus anak normal (61,5%). Uji chi square menunjukkan bahwa nilai p =
0,000 < (0,05), sehingga H1 diterima.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Kata Kunci : peran, perkembangan, motorik halus, balita,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN JUDUL DALAM ... ii
SURAT PERNYARAAN KEASLIAN ...iii
SURAT BEBAS PLAGIASI ...iv
SURAT PERNYATAAN ... v
LEMBAR PERSETUJUAN ...vi
PENGESAHAN PENGUJI ... vii
RIWAYAT HIDUP ... viii
MOTTO...ix
PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ...xi
ABSTRAK... xii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
2.6 Pengaruh Peran Ibu Terhadap Perkembangan Motorik Halus Balita
Usia 1-5 Tahun 36
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 38
3.1 Kerangka Konseptual ... 38
4.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 44
4.6 Instrumen Penelitian... 46
4.7 Teknik Pengumpulan Data... 48
4.8 Pengolahan dan Analisa Data ... 48
4.9 Etika Penelitian ... 54
4.10 Keterbatasan Penelitian ... 55
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
DAFTAR TABEL
4.5. Definisi operasional ... 45
5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan umur ibu ... 57
5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur anak ... 57
5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan ibu ... 58
5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu ... 58
5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan informasi ibu ... 58
5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan sumber informasi ... 59
5.7 Distribusi Frekuensi berdasarkan peran ibu ... 59
5.8 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan perkembangan motorik halus ... 60
5.9 Tabulasi silang pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun ... 60
DAFTAR GAMBAR
3.1 Kerangka konseptual... 38
4.4 Kerangka kerja ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden... 73
Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden ... 74
Lampiran 3 Kuesioner ... 75
Lampiran 4 Uji validitas ... 84
Lampiran 5 Jadwal Kegiatan Skripsi ... 99
Lampiran 6 Lembar Pernyataan Dari Perpustakaan ... 100
Lampiran 7 Lembar Surat Studi Pendahuluan dari BAK ... 101
Lampiran 8 Nota Dinas ... 102
Lampiran 9 Lembar surat ijin Penelitian dari BAK ... 103
Lempiran 10 Lembar surat ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan ... 104
Lampiran 11 Lembar surat ijin Penelitian dari Puskesmas ... 105
Lampiran 12 Lembar surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 106
Lampiran 13 Hasil Uji Statistik Kuesioner ... 107
Lampiran 14 Lembar Konsultasi... 114
Lampiran 15 Pernyataan bebas plagiasi ... 116
DAFTAR LAMBANG
1. Ho : hipotesis nol
2. H1/Ha : hipotesis alternatif
3. % : prosentase
4. : alfa (tingkat signifikansi)
5. <: Lebih kecil
6. >: Lebih Besar
7. α : nilai Alfa
8. ρ : nilai signifikan
DAFTAR SINGKATAN
: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
: Insan Cendekia Medika
: Dinas Kesehatan
: Jawa Timur
: Deteksi Dini Tumbuh Kembang
: Departemant Kesehatan
: Republik Indonesia
: Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
: Denver Development Screening Test
: Taman Kanak-kanak
: Pendidikan Anak Usia Dini
: Bina Keluarga Balita
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang
banyak dijumpai di masyarakat (Chamidah, 2009). Motorik halus pada balita
mempunyai perkembangan yang berbeda–beda, pada gerakan otot indah
dalam bentuk kordinasi, ketangkasan, kecekatan menggunakan tangan dan
jari jemari (Agustin, 2011). Anak yang kurang kasih sayang dan kurang
stimulus akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya terutama perkembangan motorik halus serta kesulitan
dalam berinteraksi dengan orang lain.(Hasan, 2009)
Hasil Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) pada usia balita di
Indonesia tahun 2014 sebanyak 16% mengalami gangguan perkembangan
sosial (Depkes RI, 2014). Pemeriksaan deteksi tumbuh kembang di Jawa
Timur pada tahun 2014 telah dilakukan pada 2.321.542 anak balita dan pra
sekolah atau 63,48% dari 3.657.353 anak balita. Cakupan tersebut menurun
dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,03% dan masih dibawah target 80%,
perlu inovasi untuk meningkatkan cakupan agar dapat segera ditanggulangi
apabila terjadi masalah atau keterlambatan tumbuh kembang pada anak
balita (Dinkes Jatim, 2014). Hasil Deteksi Dini Tumbuh Kembang balita di
Kabupaten Jombang tahun 2014 jumlah kunjungan balita sebanyak 28.747
balita (Dinas Kesehatan Jombang, 2014).
2
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau
sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih, misalnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya.
Perkembangan motorik halus ini dapat dicapai dengan latihan, misalnya
dengan latihan menulis, mencoret, atau meremas–remas lilin.Perkembangan
motorik halus anak ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal
yang meliputi: genetik, motivasi untuk berlatih, kesehatan, gizi, dan
kesempatan berlatih, dan faktor eksternal yang meliputi: pengetahuan orang
tua, pendidikan orang tua, sikap orang tua, keluarga, sosial ekonomi, sosial
budaya, lingkungan, petugas kesehatan, dan pola asuh (Fathoni Nur, 2010)
Peran orang tua sangat mungkin dilaksanakan khususnya ibu
mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting perkembang anak.
Stimulasi sambil bermain misalnya, mengajak anak berlari berkeliling meja,
mencoret, menyuapi anak sambil jalan-jalan, mengajak anak berbicara baik
bahasa isyarat maupun espresi wajah dan memegang suatu benda.Ibu
berperan penting sebagai pendidik pertama dalam keluarga sehingga ibu
perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil
dalam melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat bersikap positif dalam
membimbing perkembang anak secara baik dan sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Kegiatan–kegiatan seperti ini sudah menstimulasi
beberapa perkembangan anak sehingga anak bisa tumbuh dengan normal
dan dapat melatih anak dalam bersosialisasi dengan anak yang lain (Yusuf,
3
Berdasarkan studi pendahuluan peneliti di Dusun Gedangan Desa
Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang dengan cara observasi
diketahui dari 5 balita didapatkan hanya 2 balita yang mempunyai
perkembangan motorik halus sesuai dan 3 orang meragukan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus
balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang.
1.2 Rumusan masalah
“Apakah ada pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus
balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik
halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi peran ibu yang mempunyai balita umur 1-5 tahun di
Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang.
b. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun di
Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten
4
c. Menganalisis pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik
halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam bidang
ilmu kesehatan anak khususnya yang berkaitan dengan tahap
perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun.
1.4.2 Manfaat Praktis
Untuk mengembangkan informasi ibu tentang kesehatan serta sebagai
bahan studi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan peran ibu terhadap
BAB 2
batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal
dengan usia prasekolah.
Menurut Septiari (2012) balita adalah sebutan nama anak usia di
bawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan
cepat. Kreteria balita dibagi menjadi dua yaitu:
1. Anak usia 1-3 tahun ( Batita)
2. Anak usia 3-5 tahun ( Prasekolah)
2.1.3 Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun
faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1. Ras / etnik atau Bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
6
2. Keluarga.
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.
3. Umur.
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan dan masa remaja.
4. Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
5. Genetik.
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan
genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti
kerdil.
6. Kelainan kromosom
Kelaiann kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
peertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma
Turner’s.
b. Faktor luar (eksternal).
Faktor Prenatal
1. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
7
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
3. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin,Thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrrenal.
5. Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan
pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan
jantung.
6. Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat
menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali,
retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.
7. Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel
darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
8
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
9. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental pada ibu hamil dan lain-lain.
b) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c) Faktor Setelah Persalinan
1. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
2. Penyakit kronis / kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani.
3. Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
9
4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
5. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
7. Lingkungann pengasuhaan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
8. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
10
2.1.4 Karakteristik Anak Balita
Karakteristik anak balita (terutama anak usia di bawah tiga tahun
atau toddler) merupakan sangat egosentris. Selain itu, anak juga
mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu
diberi tahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat
diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan
pada tubuhnya. Oleh karena itu, jelaskan bagaimana anak akan
merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer
sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari aspek
bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan
istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya
adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan
mata kita akan sejajar dengannya (Supartini, 2012).
2.2 Konsep Dasar Ibu
2.2.1 Pengertian Ibu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2012) “ibu adalah wanita
yang telah melahirkan seseorang”. Ibu adalah orang tua perempuan dari
seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan, baik melalui hubungan
biologis maupun sosial. Ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam
membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan
yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi
11
Menurut Bustainah (2013) ibu adalah bangunan kehidupan dengan
penopang perjalanannya yang memberikan sesuatu tanpa meminta imbalan
dan harga. Apabila ada sifat yang mengutamakan orang lain, sifat tersebut
ada pada ibu. Jika ada keikhlasan di dalam keikhlasan seorang ibu.
2.2.2 Peran ibu
a. Mengurus rumah tangga
Dalam hal ini di dalam keluarga ibu sebagai pengurus rumah tangga.
Kegiatan yang biasa ibu lakukan seperti memasak, menyapu, mencuci.
b. Sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya
Karena secara khusus kebutuhan afektif dan sosial tidak dipenuhi oleh
ayah. Maka berkembang suatu hubungan persahabatan antara ibu dan
anak-anak. Ibu jauh lebih bersifat tradisional terhadap pengasuhan
anak (misalnya dengan suatu penekanan yang lebih besar pada
kehormatan, kepatuhan, kebersihan dan disiplin).
c. Sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya
Di dalam masyarakat ibu bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya
dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis melalui acara
kegiatan-kegiatan seperti arisan, PKK dan pengajian (Johnson, 2010).
2.2.3 Fungsi ibu bagi anak
a. Fungsi biologis
1. Untuk meneruskan keturunan.
2. Memelihara dan membesarkan anak.
12
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b. Fungsi psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3. Membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga.
4. Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak.
2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya.
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan tangan
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok ibu, adalah:
1. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
13
menjadikan mereka anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
3. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan
masa depannya (Johnson, 2010).
2.3 Motorik Halus
2.3.1 Pengertian Motorik Halus
Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang sangat penting,
motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu gerakian
didalam motorik halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi
membutuhkan koordinhasi yang cermat serta teliti ( Depdiknas, 2010)
Menurut Dini P dan Daeng Sari (2010) motorik halus adalah
aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus
gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak
yang baik yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan
dalam gerak.
Yudha M Saputra dan Rudyanto (2010) menjelaskan bahwa
motorik halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan
menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,
menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.
Sedangkan menurut Kartini Kartono (2010) motorik halus adalah
ketangkasan, keterampilan, jari tangan dan pergelangan tangan serta
14
Menurut Lindya (2011) motorik halus yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot–otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus
Kartini Kartono (2010), mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan motorik anak sebagai berikut:
a. Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan)
b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan kematangan
fungsi-fungsi organis dan fungsi psikis
c. Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan,
punya emosi serta mempunyai usaha untuk membangun diri sendiri.
Rumini dan Sundari (2010) mengemukakan bahwa faktor–faktor yang
mempercepat atau memperlambat perkembangan motorik halus atara lain :
a. Faktor Genetik
Individu mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang
perkembangan motorik misal otot kuat, syaraf baik, dan kecerdasan
yang menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut menjadi
baik dan cepat.
b. Faktor kesehatan pada periode prenatal
Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak
keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin dapat
15
c. Faktor kesulitan dalam melahirkan
Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya dalam perjalanan
kelahiran dengan menggunakan bantuan alat vacuum, tang, sehingga
bayi mengalami kerusakan otak dan akan memperlambat
perkembangan motorik bayi.
d. Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca melahirkan
akan mempercepat perkembangan motorik bayi.
e. Rangsangan
Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk
menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan
motorik bayi.
f. Perlindungan
Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk
bergerak misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak
boleh dan akan menghambat perkembangan motorik anak.
g. Prematur
Kelahiran sebelum masanya disebut premature biasanya akan
memperlambat perkembangan motorik anak.
h. Kelainan
Individu yang mengalami kelainan baik fisik maupun psikis, social,
mental biasanya akan mengalami hambatan dalam perkembangannya.
i. Kebudayaan
16
motorik anak misalnya ada daerah yang tidak mengizinkan anak putri
naik sepeda maka tidak akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga.
2.3.3 Karakteristik Perkembangan Motorik Halus
Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat dijelaskan dalam
Depdiknas, (2010), sebagai berikut:
a. Pada saat anak berusia tiga tahun
Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus pada
masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput
benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan
itu sendiri masih kikuk.
b. Pada usia empat tahun
Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara
substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih
cepat bahkan cenderung ingin sempurna.
c. Pada usia lima tahun
Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih
sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi
mata. Anak juga telah mampu membuat dan melaksanakan kegiatan
yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek.
d. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun
Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah belajar
bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya
17
2.3.4 Prinsip Dalam Pengembangan Motorik Halus
Untuk mengembangkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun di
Taman kanak-kanak agar berkembang secara optimal, maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Depdiknas, (2010),
sebagai berikut :
a. Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak.
b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar
dapat merangsang anak untuk berkreatif.
c. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentuksn teknik/cara
yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.
d. Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat
merusak keberanian dan perkembangan anak.
e. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf
perkembangannya.
f. Memberikan rasa gembira dan menciptakn suasana yang
menyenangkan pada anak.
g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.
Saputra dan Rudyanto (2010) menjelaskan tujuan pengembangan
motorik halus anak yaitu:
a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.
b. Mampu mengkoordinasi kecepatangan tangan dengan mata.
18
2.3.6 Fungsi Perkembangan Motorik Halus
Elizabeth B. Hurlock (2010) mencatat beberapa alasan tentang
fungsi perkembangan motorik halus bagi konsentrasi perkembangan
individu, yaitu :
a. Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan
pemperoleh perasaan senang, seperti anak merasa senang dengan
memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap
bola, atau memainkan alat-alat mainan lainnya.
b. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi
helpessness (tidak berbahaya), pada bulan-bulan pertama
kehidupannya, ke kondisi yang indepence (bebas dan tidak
bergantung) anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya, kondisi ini akan dapat
menunjang perkembangan self confidence ( rasa percaya diri).
c. Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekolah (school adjustment), pada usia pra sekolah
(taman kanak-kanak) atau usia kelas awal sekolah dasar, anak sudah
dapat dilatih menggambar, melukis, baris- berbaris, dan persiapan
menulis.
2.3.7 Kategori Perkembangan Motorik Halus
Motorik halus atau gerak halus secara khusus dikontrol oleh
otot-otot kecil. Gerakkan yang lebih banyak menggunakan tangan
dipertimbangkan sebagai motorik halus. Sebab otot-otot yang ukurannya
19
menghasilkan gerakan pada jari-jari kaki dan jari-jari tangan. Untuk itu
motorik halus bisa berupa aktivitas seperti, menggambar, menulis,
menggenggam dan memainkan alat musik. Kemampuan motorik
mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan dasar. Motorik
dasar merupakan motorik yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan
dan tingkat kematangan pada anak. Gerakan ini pada dasarnya
berkembang menyertai gerakan reflex yang dimiliki dan
disempurnakan melalui proses berlatih yang dilakukan secara
berulang-ulang. Menurut Saputra (2010) kemampuan gerak dasar dibagi menjadi
tiga kategori :
1. Kemampuan Lokomotor
Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu
tempat ke temapt lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas, seperti
melompat, meloncat, berjalan, dan berlari.
2. Kemampuan Nonlokomotor
Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak
yang memadai. Kemampuan nonlokomotor terdiri atas menekuk dan
meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan,
melingkar, melambung, dan lain-lain.
3. Kemampuan Manipulatif
Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak sedang menguasai
bermacam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak
melibatkan mata-tangan dan mata-kaki tetapi bagian lain dari tubuh
20
menggunakan koordinasi, seperti gerakan mendorong, gerakan
menangkap, dan lain-lain.
2.3.8 Perkembangan balita Usia 1-5 tahun
Menurut (Depkes RI, 2010) diantaranya:
a. Usia 12 – 15 bulan
1. Kemampuan motorik halus.
a) Stimulasi yang perlu di lanjutkan.
1) Memasukan benda kedalam wadah.
2) Bermain dengan mainan yang mengapung di air.
3) Menggambar, menyusun kubus dan mainan.
b) Permainan balok.
Beli atau buat balok-balok kecil dari kayu dengan ukuran
sekitar 2.5 cm x 2.5 cm. Ajari anak cara menyusun balok
menumpuk ke atas tanpa menjatuhkannya.
c) Memasukan dan mengeluarkan bendah.
Ajari anak cara memasukan benda-benda kedalam wadah
seperti kotak, pot bunga, botol dan tunjukan cara
mengeluarkannya dari wadah. Ajak anak bermain
memasukan dan mengeluarkan benda tersebut.
d) Memasukan benda yang satu ke benda lainnya.
Sediakan mangku atau kotak plastik dari berbagai ukuran.
Tunjukan kepada anak cara meletakan mangkuk yang
ukurannya lebih kecil ke mangkuk yang lebih besar. Buat
21
b. Usia 15-18 bulan
2. Kemampuan motorik halus.
a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan.
1)Bermain dengan balok-balok
2)Memasukan benda yang satu kedalam benda yang lain
3)Menggambar dengan krayon pensil
b) Meniup.
Ajari anak meniup busa sabun dengan menggunakan alatnya.
Bicarakan mengenai bentuk dan bagaimana rasanya meraba
busa itu.
c) Membuat untaian.
Ajari anak membuat untaian benda-benda seperti manik-manik
besar, kancing besar, makroni, dengan tali sepatu yang cukup
kuat.
c. Umur 18-24 bulan
1. Kemampuan motorik halus
a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan
1) Dorongan agar anak maumain balok-balok, memasukan
benda yang satu kedalam benda yang lain
2) Menggambar dengan krayon, sepidol, pensil berwarna.
3) Menggambar menggunakan tangan
b) Mengenal berbagai ukuran dan bentuk
Buat lubang-lubang dengan ukuran dan bentuk yang
22
mainan atau benda-benda yang bisa dimasukkan
kelubang-lubang itu.
c) Bermain puzzle
Beri anak permainan puzzle sederhana, yang hanya terdiri
dari dua sampai tiga potong saja. Puzzle semacam itu dapat
dibeli atau dibuat sendiri dari sepotong karton yang diberi
gambar, kemudian dipotong-potong menjadi dua atau tiga
bagian.
d) Menggambar wajah atau bentuk
Tunjukan kepada anak cara menggambar bentuk-bentuk
seperti, garis, bulatan, dan lain-lainnya. Pakai spidol,
krayon. Ajarkan juga cara menggambar wajah.
e) Membuat berbagai bentuk dari adonan kue atau lilin
mainan
Beri anak adonan kue (apabila anda membuat kue) atau lilin
yang bisa dibentuk. Ajari bagaimana cara membuat
berbagai bentuk.
d.Usia 24-36 Bulan
1. Kemampuan motorik halus.
a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan.
Dorong agar anak mau bermain puzzle, balok-balok,
23
b) Membuat gambar tempelan.
Bantu anak memotong gambar-gambar dari majalah tua
dengan gunting untuk anak. Dengan lemkertas atau karton
atau membuat gambar tempelan. Bicarakan dengan anak
tentang apa yang sedang di kerjakan.
c) Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut
jenisnya.
Berikan kepada anak bermacam-macam benda, misalnya:
uang logam, berbagai jenis kancing, benda berbagai warna.
Minta anak memilih dan mengelompokkan benda-benda itu
menurut jenisnya. Mulai dengan jenis benda yang berlainan,
kemudian sedikit demi sedikit tambahkan jenisnya.
d) Mencocokan gambar dan benda.
Tunjukan kepada anak cara mencocokan gambar bola
dengan sebuah bola yang sesungguhnya. Bicarakan
mengenai bentuknya, gunanya dan sebagainya.
e) Konsep jumlah.
Tunjukan kepada anak cara mengelompokkan benda dalam
jumlah satu-satu, dua, tiga, dan sebagainya. Katakan kepada
anak ada berapa jumlah benda dalam satu kelompok dan
bantu iya manghitungnya.
24
Beli atau buat satuset balok mainan anak. Anak akan main
dengan balok-balok itu selama bertahun-tahun. Bila anak
anda bertambah besar anda bisa menambahkan jumlahnya.
e. Usia 36-48 Bulan
1. Kemampuan motorik halus
a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Bermain puzzle yang lebih sulit, menyusun balok-balok,
menggambar gambar yang lebih sulit, bermain mencocokkan
gmbar dengan benda sesungguhnya dan mengelompokkan
benda menurut jenisnya.
b) Memotong
Beri anak gunting, tunjukan cara mengguting. Beri gambar
besar untuk latian menggunting.
c) Membuat buku cerita gambar tepel
Ajak anak membuat buku cerita gambar tempel. Gunting
gambar dari majalah tua atau brosur. Tunjukkan pada anak cara
menyusun guntingan gambar tersebut sehingga menjadi satu
cerita menarik. Minta anak menempel guntingan gambar
tersebut pada kertas dan dibawah gambar tersebut, tulis
ceritanya
d) Menempel gambar
Buat anak menemukan gambar atau foto menarik dari majalah,
25
tersebut pada karton atau kertas tebal. Gantung gambar itu
dikamar anak.
e) Menjait
Gunting sebuah gambar dari majalah, tepel pada selembar
karton. Buat lubang-lubang disekeliling gambar tersebut.
Ambil tali rafia dan simpulkan salah satu ujungnya. Kemudian
ajari anak cara menjait sekeliling gambar, dan tali raffia
dimasukan kelubang-lubang tersebut satu persastu.
f) Menggmbar atau menulis
Beri anak selembar kertas dan pensil. Ajari anak menggambar
garis lurus, bulatan, segi empat serta, menulis huruf dan angka.
Kemudian buat pagar rumah, matahari, bulan, juga ajari anak
menulis namanya.
g) Menghitung
Letakan sejumlah kacang dimangkok atau kaleng. Ajari anak
menghitung kacang dan letakkan kacang tersebut ditempat
lainnya. Mula-mula anak belum bisa menghitung lebih dari dua
atau tiga. Bantu anak menghitung jika mengalami kesulitan.
h) Menggambar dengan jari
Ajak anak menggambar dengan cat memakai jari-jarinya
diselembar kertas besar. Buat agar ia mau memakai kedua
tangannya dan membuat bulatan besar atau bentuk-bentuk
26
i) Cat air
Beri anak cat air khusus dan selembar kertas. Ceritakan
bagaimana warna-warna bercampur ketika anak mulai
menggunakan cat air itu.
j) Mencampur warna
Campur air kewarna merah, biru dan kuning dari cat air. Beri
anak potongga sendok, ajari anak untuk meneteskan
warna itu pada selembar kertas. Ceritakan bagaimana
warna-warna bercampur membentuk warna-warna lain
k) Membuat gambar temple
Gunting kertas berwarna menjadi segitiga, segiempat,
lingkaran. Jelaskan mengenai perbedaan bentuk-bentuk
tersebut. Minta anak membuat gambar dengan cara
menempelkan potongan-potongan berbagai bentuk diselembar
kertas.
f.Usia 48-60 Bulan
1. Kemampuan motorik halus
a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan
Ajak anak bermain puzzle, menggambar, menghitung, melihat
dan mengelompokkan, memotong dan menempel gambar
b) Konsep tentang separuh atau satu
Bila anak sudah bisa menyusun puzzle, ajak anak membuat
lingkaran dan segi empat dari kertas atau karton, gunting
27
c) Menggambar
Ketika anak sedang menggambar, minta anak melengkapi
gambar tersebut missal menggambar baju pada gambar orang,
menggambar pohon, bunga, matahari, pagar pada gambar
rumah, dan sebagainya.
d) Mencocokkan dan menghitung
Jika anak sudah bisa menghitung dan kenal angka buat satu set
kartu yang ditulisi angka 1-10. Letakkan kartu itu berurutan
diatas meja. minta anak untuk menghitung benda-benda kecil
yang ada dirumah seperti kacang, batu krikil, biji sawo.
Sejumlah angka yang tertera pada kartu. Kemudian letakan
benda-benda tersebut didekat kartu angka yang cocok.
e) Menggunting
Bila anak sudah bisa memakai guntung tumpul, ajari cara
menggunting kertas yang sudah dilipat-lipat, membuat suatu
bentuk seperti rumbai-rumbai, orang, binatang, mobil, dan
sebagainya
f) Membandingkan besar /keci, banyak/sedikit, berat/ringan.
Ajak anak bermain menyusun tiga buah piring berbeda ukuran
atau tiga gelas diisi air dengan isi tidak sama. Minta anak
menyusun piring atau gelas dari yang ukuran kecil atau jumlah
sedikit ke besar atau banyak atau dari ringan ke berat. Bila anak
dapat menyusun ketiga benda itu, tambah jumlahnya menjadi
28
g) Percobaan ilmiah
Sediakan tiga gelas berisi air. Pada gelas pertama tambahkan
satu sendok teh gula pasir dan bantu anak ketika mengaduk gula
tersebut. Pada gelas kedua masukan gabus dan pada gelas ketiga
masukan kelereng. Bicarakan mengenai hasilnya kelika anak
melakukan percobaan ini
h) Berkebun
Ajak anak menanam biji kacang tanah atau kacang hijau di
kaleng atau gelas aqua bekas yang telah diisi tanah. Bantu anak
menyirami tanaman tersebut setiap hari. Ajak anak
memperhatikan pertumbuhannya dari hari kehari bicarakan
mengenai bagaimana tanaman,binatang dan anak-anak tumbuh
dan bertambah besar
g.Umur 60-72 bulan.
a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan
1) Bantu anak menulis namanya, kata-kata pendek serta
angka-angka, ajak anak bermain, berhitung.
2) Buwat anak mau menggambar, berhitung, memilih,
mengelompokan, menggunting, bermain puzzle.
b)Mengerti urutan kegiatan
Bantu anak mengerti urutan kegiatan dalam mengerjakan
29
Siapkan bahan-bahan yang diperlukan, beritahu anak
langkah-langkahnya secara berurutan.
c) Berlatih mengingat-ingat
Bila anak sudah mengenal angka 1 sampai 6, tulis setiap
angka tersebut pada potongan kertas kecil. Ajak anak
mengenal tulisan angka tersebut, kemudian letakkan
terbalik. Minta anak menunjukan kertas dan menyebutkan
angkanya. Bila anak sudah menguwasai permainan ini,
tambahkan jumlah potongan kertas bertuliskan angka.
d)Membuwat sesuatu dari tanah liat atau lilin
Sediakan tanah liat dan lilin mainan, bantu anak membuwat
binatang, gelas. Bicarakan apa yang dibuwatnya, puji anak
atas hasil karyanya dan letakan ditempat khusus agar
terlihat oleh anggota keluarga yang lain.
e) Bermain berjualan
Anak-anak seusia ini senang bermain “berjualan”.
Kumpulkan hasil kebun seperti buah, gunakan benda-benda
tersebut untuk berjualan dengan teman-temannya.
f) Belajar bertukang memakai palu, gergaji dan paku
Anak-anak seusia ini dapat belajar bertukang. Sediakan peralatan
yang diperlukan seperti paku, gergaji, kayu. Dibawah
bimbingan dan pengawasan anda, ajarkan anak cara
meletakkan benda dikayu, memegang paku dan memegang
30
g)Mengumpulkan benda-benda
Buwat anak mempunyai hobi tertentu seperti
mengumpulkan perangko, mainan binatang. Bantu anak
menghitung benda-benda yang dikumpulkan dan
menyusunnya dengan rapi. Bicarakan dengan anak apa
yang sedang anda berdua lakukan.
h)Belajar memasak
Ajak anak memasak sebuah resep kue yang sederhana.
Bicarakan tentang menimbang dan mengukur bahan-bahan
serta mengaduk adonan. Setelah selesai masak, minta anak
membantu mencuci alat masak yang kotor.
i) Mengenal kalender
Letakan sebuah kalender dikamar anak. Bantu anak
mengenal bulan, minggu, hari. Minta anak menandai
tanggal-tanggal penting dikalender, dan ajak anak
menghitung jumlah hari (minggu/bulan) untuk sampai pada
tanggal itu.
j) Mengenal waktu
Buat jam dari kertas atau karton dengan 2 buah jarum
penunjuk. Letakan jarum penunjuk pada waktu makan
siang, makan malam, dan waktu lainnya yang berarti bagi
anak. Mulai dengan yang mudah, misalkan angka 12 waktu
31
mengerti, ajari anak yang lebih sulit, misalkan jam 12.30
atau jam 06.30.
k)Menggambar dari berbagai sudut pandang
Ajari anak menggambar benda dari berbagai sudut
pandang, misalnya; gambar kaleng.
l) Belajar mengukur
Bila anak sudah mengenal angka, ajari cara mengukur panjang atau
lebar suatu benda menggunakan penggaris atau pita ukur. Tulis hasil
pengukuran pada secarik kertas, bicarakan mana yang lebih lebar atau
yang lebih panjang.
2.4 Konsep Peran
2.4.1 Pengertian peran
Peran adalah aspek yang dinamis dari kedudukan (status).Artinya
seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya,maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu
peran (Suyanto,2010)
Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
mempunyai suatu status (Haton,2009)
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang
pada situasi sosial tertentu. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabill (Mubarok & Chayatin,
32
2.4.2 Faktor-faktor utama yang mempengaruhi peran
Faktor-faktor yang mempengaruhi peran adalah sebagai berikut :
(Santoso, 2009).
a. Pendidikan
Bidang pendidikan memegang peranan penting. Semakin tinggi
pendidikan semakin mudah menerima hal-hal baru dan bisa
menyesuaikan dengan mudah. Pendidikan yang semakin tinggi
memungkinkan seseorang untuk dapat menerima informasi.
b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek.
c. Perilaku
Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan
perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan
dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
d. Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak, sikap senantiasa terarah terhadap suatu
hal atau objek. Manusia dapat mempunyai sikap terhadap
bermacam-macam hal. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan presdisposisi
33
e. Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek.
f. Ekonomi
Kekurangan pendapatan ekonomi keluarga membawa
konsekuensi buruk terhadap peran.
2.5 Peran ibu
2.5.1 Pengertian ibu
Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya (Effendy, 2010)
2.5.2 Faktor yang mempengaruhi peran ibu
1. Faktor Kelas Sosial
Menurut Notoatmodjo, (2010) mengemukakan bahwa kelas sosial
ditentukan oleh unsur–unsur seperti pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial akan
mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih
besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan sehingga
yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi
seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya.
Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orangtua
34
dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu
juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya (Effendy, 2009).
2. Faktor bentuk keluarga
Keluarga dengan orangtua lengkap yaitu dengan adanya ayah dan
Ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota
keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan adanya ayah
dan Ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman dalam
mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial
dibandingkan dengan keluarga dengan orangtua tunggal yang hanya
mengenal salah satu sosok orangtua sehingga anggota keluarga atau
anak mengalami kesulitan mencari identitas diri (Effendy, 2009).
3. Faktor tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya pernikahan
yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap
persiapan menjadi orangtua. Tahap selanjutnya adalah menjadi
orangtua dengan anak usia bayi sampai tahap–tahap berikutnya yang
berakhir dengan tahap berduka kembali dimana dalam setiap tahap
individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan
35
4. Faktor model peran
Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang
diterima individu terkait dengan masalah sehari–hari dalam
masyarakat akan menyebabkan masalah peran pada diri individu
tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran
(Friedman, 2008).
5. Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit
Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga
dengan pengaruh sehat–sakit terhadap peran keluarga. Peran sentral
ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik,
konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga (Friedman, 2008).
2.5.3 Bentuk peran ibu
a. Sebagai Panutan,
b. Pendidik,
c. Pendorong,
d. Pengawas,
e. Konselor dan
f. Pemberi asuhan dalam keluarga tetap menjadi teman dalam penelitian
tersebut.
Dalam peran ini, ibu menentukan gejala-gejala dan memutuskan
pencarian sumber informasi yang penting. Ia juga mempunyai control
substansial terhadap keputusan apakah anaknya akan mendapatkan
layanan kuratif atau preventif dan bertindak sebagai sumber ketenangan
36
2.6. Pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia
1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang
Berdasarkan jurnal Indahyati( 2015 )dengan judul Peran Ibu Dengan
Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun Di Desa Jatiwates Kecamatan
Tembelang Kabupateng Jombang.Di dapatkan ibu berperan baik dalam
perkembangan motorik halus Anak Usia 1-3 Tahun
Berdasarkan jurnal Nurnaningsih Ayuba(2015)dengan judul
Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak
Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat menunjukkan
bahwa terdapat hubungan peran ibu dalam stimulasi dini dengan
perkembangan anak usia toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto
Barat Kabupaten Gorontalo
Berdasarkan jurnal Dian Hadi Kuncoro(2013) dengan judul hubungan
antara stimulasi ibu dengan perkembangan motorik halus anak usia toddler
di PAUD Mekarsari Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan.Di dapatkan
bahwa ibu memberikan stimulasi motorik halus kepada anak masih kurang
namun perkembangan motorik halus anak menunjukan normal.
Berdasarkan jurnal Endra Krisdiyanto(2013) Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Perkembangan Motorik Anak Usia 3-5
Tahun.Berdasarkan uraian didapatkan bahwa terdapat hubungan pola asuh
orang tua terhadap perkembangan motorik anak usia 3-5 tahun.
Beberapa paparan jurnal diatas hasilnya sama dengan penelitian
37
alat permainan dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun di
Yayasan Ar-rahmah Kabupaten Lumajang. Bahwa didapatkan ada hubungan
peran ibu dalam pemilihan alat permainan dengan perkembangan motorik
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi
konsep-konsep variabel-variabel yang akan diukur (diteliti) (Notoatmodjo, 2010).
Faktor yang
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh peran ibu terhadap perkembangan
motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
39
3.2 Hipotesa
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2010).
Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut: H1 : Ada pengaruh peran ibu terhadap
perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan masalah.Pada dasarnya menggunakan metode ilmia
(Notoatmodjo, 2010).Metode penelitian meliputi : Desain penelitian,Waktu dan
tempat penelitian,Rancangan penelitian,Populasi sampel dan sampling, Kerangka
kerja,Indentifkasi variable, Definis operasional, Instrumen Pengumpulan data,
Analisa data dan etika penelitian.
4.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah analitik cross
sectional yang mengkaji hubungan antara variabel. Sampel perlu mewakili
seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian korelasional bertujuan
mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel. Hubungan korelatif
mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh
variasi variabel yang lain. Dengan minimal dua variabel (Nursalam, 2013).
Rancangan penelitian yang digunakan model cross sectional yaitu
jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data
variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Hidayat,
2014).
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2017.
41
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Jombang.
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua anak balita balita
usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Jombang sejumlah 87 orang.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014).
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian anak balita balita usia 1-5
tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang sejumlah 44 orang.
Penentuan besar sampel dengan cara ini jika besar populasi ≤
1000,maka sampel bisa di ambil 20-30% (Nursalam,2008)
42
4.3.3 Sampling
Sampling penelitian adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan
mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2014). Teknik
sampling, yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability
sampling dengan metode simple random sampling yaitu pengambilan
sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
anggota populasi (Hidayat, 2014). Cara pengambilan sampel dilakukan
43
4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)
Frame work adalah pentahapan atau langkah–langkah dalam aktivitas
ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan sejak awal–
akhir penelitian) (Nursalam, 2013)
Penyusunan proposal
Populasi
Semua anak balita balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 87 orang
Sampel
Sebagian anak balita balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 26 orang
Sampling
(Editing, Coding, Scoring, Tabulating)
Analisa data
Univariate, bivariate, chi square
Penyajian hasil penelitian
44
4.5 Identifikasi Variabel dan definisi operasional
4.5.1 Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain).
1. Variabel independent (bebas)
Variabel bebas adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh
penelitian untuk menciptakan suatu dampak (Nursalam, 2013). Variabel
independent pada penelitian ini adalah peran ibu.
2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
(Notoatmodjo, 2010). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti
untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
45
Tabel 4.1. Definisi operasional pengaruh peran ibu terhadap perkembangan
motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor Operasional
Independent Perilaku yang Peran Ibu yang Kuesioner Ordinal Ya skor 1
Peran ibu dilakukan meliputi : Tidak skor 0
oleh ibu 1. Peran sebagai
terkait oleh pendidik Kriteria :
kedudukanya 2. Peran sebagai 1. Baik
dalam pendorong (76-100%)
kelurga 3. Peran sebagai 2. Cukup
tentang panutan (56-75%)
perkembanga 4. Peran sebagai 3. Kurang
n motorik teman (< 56%)
halus balita. 5. Peran sebagai (Nursalam,
pengawas 2013)
6. Peran sebagai konselor
Variabel kemampuan Denver Observasi Ordinal Untuk
Dependent anak dalam Development menjelaskan
perkembangan beraktivitas Screening Test secara
motorik halus dengan deskriptif
balita menggunakan maka
otot-otot halus dikategorikan:
(kecil) seperti a. Normal
menulis, (semua
meremas, yang
menggenggam tercantum
, menggambar, dalam
menyusun kriteria)
balok dan skor 4
memasukkan b. Tidak
kelereng dapat dites
46
4.6 Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun
dengan maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif
maupun data kuantitatif (Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian
diartikan sebagai daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan
responden memberikan jawaban sesuai pemahaman. (Hidayat, 2014).
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan
pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode obsrevasi ini,
instrumen yang dapat digunakan antara lain : lembar obervasi, panduan
pengamatan (observasi) atau lembar check list (Hidayat, 2014). Observasi
dalam penelitian menggunakan DDST. Kriteria lembar check list terdiri
dari daftar pengecek, berisi subjek dan identitas lain dari sasaran
pengamatan (Saryono, 2011).
a. Uji Validitas
Pengujian yang pertama dilakukan adalah pengujian validitas
kuesioner. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti
dilakukan uji validitas dengan rumus r Product moment, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan rumus (Arikunto,
2010):
N x.y x y
r
xy47
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan
dua kali atau lebih. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan
konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Untuk
mengetahui reliabilitas kuesioner, penelitian ini menggunakan
pendekatan pengukuran reliabilitas konsistensi internal dengan
menghitung koefisien alpha. Koefisien alpha ini berkisar antara 0
sampai 1. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6. Mengetahui reliabilitas
digunakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2010):
48
4.7. Teknik pengumpulan data
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah
sebagai berikut:
1. Mengurus surat pengantar penelitian dari STIKES ICME Jombang.
2. Meminta ijin kepada Dinas Kesehatan Jombang untuk survey data dan
ijin penelitian.
3. Meminta ijin penelitian kepada Kepala Puskesmas Cukir.
4. Meminta ijin penelitian kepada Kepala Desa Ngudirejo Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang.
5. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila
bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani
informed consent.
6. Membagikan kuesioner kepada ibu dan melakukan observasi DDST
kepada balita.
7. Responden mengisi semua daftar pertanyaan dalam kuesioner yang telah
diberikan dan jika telah selesai kuesioner diserahkan pada peneliti..
8. Setelah semua kuesioner terkumpul dan diisi lengkap, peneliti kemudian
melakukan analisa data.
9. Penyusunan laporan hasil penelitian.
4.8 Pengolahan dan Analisa Data
4.8.1 Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2014) setelah angket dari responden terkumpul,