• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN (Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN (Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN

(Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

DWI RETNOSARI

13.321.0082

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK

HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN

(Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

DWI RETNOSARI

13.321.0082

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Tuban 12 Mei 1995, peneliti merupakan anak kedua

dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sudarto dan Ibu Kaseh.

Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN Mulyoagung 1, pada tahun 2010

peneliti lulus dari SMPN 1 Singgahan Tuban, pada tahun 2013 peneliti lulus dari

SMAN 1 Singgahan Tuban,Dan pada tahun 2013 peneliti lulus seleksi masuk

STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur tes tulis. Peneliti

memilih program studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan program studi yang ada

di STIKes “ICMe” Jombang.

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar - benarnya.

Jombang, 2017

Dwi Retnosari

(7)

“MOTTO”

Kegagalan Akan Terjadi Bila Kita Menyerah

(Cherterfield)

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, ku persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi :

1. Kedua orang tuaku Bapak Sudarto dan Ibu Kaseh tercinta, motivator

terbesar dalam hidupku yang tak pernah jenu mendo'akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta Bapak dan Ibu padaku. You are my inspiration and my spirit.

2. Untuk Kakak dan Adikku tersayang Eko Sulistyono dan Tri Mei Lindasari

yang senantiasa Memberikan dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi.

3. Kedua pembimbing Skripsi Bapak Marxis Udaya S.Kep.,Ns.MM dan Ibu

Iva Milia Hani R.S.Kep.,Ns.,M.Kep terima kasih atas bimbingan yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Seluruh Dosen dan Staf Prodi S1 keperawatan terimakasih atas semua

ilmu,nasehat,motivasi yang telah diberikan semoga bermanfaat.

5. Terimakasih kepada Bpk Kepala Desa Ngudirejo,Bu Kasun,dan Bidan

Desa yang telah memberi ijin untuk melakukan penelitian dan membantu dalam penelitian.

6. Himpunan Mahasiswa (HIMA) S1 Keperawatan yang telah memberikan

banyak pengalaman dan pembelajaran dalam keorganisasian serta dalam membentuk pribadi yang lebih baik dan professional.

7. Saudara kost GRAHA DJAYADI yang biasa disebut (KOREA)

terimakasih untuk segala semangat dan motivasi.

8. Sahabat-sahabatku seperjuangan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan

Cendekia Medika Jombang dan semua teman-temanku yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Peran Ibu Terhadap

Perkembangan Motorik Halus Balita Usia 1-5 Tahun Di dusun Gedangan Desa

Ngudirejo kecamatan Diwek kabupaten jombang” ini dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan

terselesaikan tanpa bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima

kasih kepada H. Bambang Tutuko, SH.,S.Kep.Ns.,MH., selaku ketua STIKes

ICMe Jombang yang memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir

program studi S1 Keperawatan, Inayatur Rosyidah, S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku

kaprodi S1 Keperawatan, Marxis Udaya.S.Kep.,Ns.MM selaku pembimbing

utama yang memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan

proposal, Iva Milia Hani R.S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing anggota yang

memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis, Kepala

STIKES ICME Jombang beserta Bapak Ibu dosen dan teman-teman yang ikut

serta memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari

para pembaca demi penyempurnaan skripsi dan semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca bagi umumnya, Amin.

Jombang, 2017

Penulis

(10)

ABSTRACT

THE EFFECT OF MOTHER’S ROLE ON FINE MOTORIC

DEVELOPMENT OF TODDLER AGE 1-5 YEARS

(in the hamlet of Gedangan village of Ngudirejo sub-district of Diwek Jombang regency)

By :

DWI RETNOSARI

Children who are less affectionate and less stimulus will experience obstacles in growth and development, especially the development of fine motor and difficulties in interacting with others. The purpose of this reseach was to analyzed the effect of mother’s role on fine motoric development of toodler age1-5 years old in the hamlet of Gedangan village of Ngudirejo sub-district of Diwek Jombang

Independent variable was mother’s role and dependents variables fine motoric

development of toddlers age 1-5 years old. The research instrument used was a questionnaire sheet and observation with data collecting by editing, coding, scoring, tabulating and statistical test used chi square

The research result were most of respondents that’s 14 people, mother’s role

was were good (53,8%), most of respondents that’s 16 people, fine motoric development were normal (61,5%). The test of chi square showed that’s value of p = 0,000 < (0,05), so H1 is accepted.

This research could be concluded that’s the effect of mother’s role on fine motoric

development of toddler age 1-5 years old in the hamlet of Gedangan village of Ngudirejo sub-district of Diwek Jombang regency.

Keywords: role, development, fine motoric, toddler

(11)

ABSTRAK

PENGARUH PERAN IBU TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS BALITA USIA 1-5 TAHUN

(Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang)

Oleh:

DWI RETNOSARI

Anak yang kurang kasih sayang dan kurang stimulus akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya terutama perkembangan motorik halus serta kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Desain penelitian ini adalah Analitik cross sectional. Populasinya Semua

anak balita balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 87 orang . Tehnik sampling menggunakan Simple random sampling dengan sampelnya sejumlah 26 orang. Variabel independen peran ibu dan dependent perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner dan observasi dengan

pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dan uji statistik menggunakan

chi square

Hasil penelitian sebagian besar responden yaitu 14 orang peran ibu adalah baik (53,8%), sebagian besar dari responden yaitu 16 orang perkembangan

motorik halus anak normal (61,5%). Uji chi square menunjukkan bahwa nilai p =

0,000 <  (0,05), sehingga H1 diterima.

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Kata Kunci : peran, perkembangan, motorik halus, balita,

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

SURAT PERNYARAAN KEASLIAN ...iii

SURAT BEBAS PLAGIASI ...iv

SURAT PERNYATAAN ... v

LEMBAR PERSETUJUAN ...vi

PENGESAHAN PENGUJI ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

MOTTO...ix

PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ...xi

ABSTRAK... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

(13)

2.6 Pengaruh Peran Ibu Terhadap Perkembangan Motorik Halus Balita

Usia 1-5 Tahun 36

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 38

3.1 Kerangka Konseptual ... 38

4.5 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 44

4.6 Instrumen Penelitian... 46

4.7 Teknik Pengumpulan Data... 48

4.8 Pengolahan dan Analisa Data ... 48

4.9 Etika Penelitian ... 54

4.10 Keterbatasan Penelitian ... 55

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

(14)

DAFTAR TABEL

4.5. Definisi operasional ... 45

5.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan umur ibu ... 57

5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan umur anak ... 57

5.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan ibu ... 58

5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan ibu ... 58

5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan informasi ibu ... 58

5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan sumber informasi ... 59

5.7 Distribusi Frekuensi berdasarkan peran ibu ... 59

5.8 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan perkembangan motorik halus ... 60

5.9 Tabulasi silang pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun ... 60

(15)

DAFTAR GAMBAR

3.1 Kerangka konseptual... 38

4.4 Kerangka kerja ... 43

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden... 73

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden ... 74

Lampiran 3 Kuesioner ... 75

Lampiran 4 Uji validitas ... 84

Lampiran 5 Jadwal Kegiatan Skripsi ... 99

Lampiran 6 Lembar Pernyataan Dari Perpustakaan ... 100

Lampiran 7 Lembar Surat Studi Pendahuluan dari BAK ... 101

Lampiran 8 Nota Dinas ... 102

Lampiran 9 Lembar surat ijin Penelitian dari BAK ... 103

Lempiran 10 Lembar surat ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan ... 104

Lampiran 11 Lembar surat ijin Penelitian dari Puskesmas ... 105

Lampiran 12 Lembar surat keterangan telah melaksanakan penelitian ... 106

Lampiran 13 Hasil Uji Statistik Kuesioner ... 107

Lampiran 14 Lembar Konsultasi... 114

Lampiran 15 Pernyataan bebas plagiasi ... 116

(17)

DAFTAR LAMBANG

1. Ho : hipotesis nol

2. H1/Ha : hipotesis alternatif

3. % : prosentase

4. : alfa (tingkat signifikansi)

5. <: Lebih kecil

6. >: Lebih Besar

7. α : nilai Alfa

8. ρ : nilai signifikan

(18)

DAFTAR SINGKATAN

: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

: Insan Cendekia Medika

: Dinas Kesehatan

: Jawa Timur

: Deteksi Dini Tumbuh Kembang

: Departemant Kesehatan

: Republik Indonesia

: Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

: Denver Development Screening Test

: Taman Kanak-kanak

: Pendidikan Anak Usia Dini

: Bina Keluarga Balita

(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang

banyak dijumpai di masyarakat (Chamidah, 2009). Motorik halus pada balita

mempunyai perkembangan yang berbeda–beda, pada gerakan otot indah

dalam bentuk kordinasi, ketangkasan, kecekatan menggunakan tangan dan

jari jemari (Agustin, 2011). Anak yang kurang kasih sayang dan kurang

stimulus akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan

perkembangannya terutama perkembangan motorik halus serta kesulitan

dalam berinteraksi dengan orang lain.(Hasan, 2009)

Hasil Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) pada usia balita di

Indonesia tahun 2014 sebanyak 16% mengalami gangguan perkembangan

sosial (Depkes RI, 2014). Pemeriksaan deteksi tumbuh kembang di Jawa

Timur pada tahun 2014 telah dilakukan pada 2.321.542 anak balita dan pra

sekolah atau 63,48% dari 3.657.353 anak balita. Cakupan tersebut menurun

dibandingkan tahun 2009 sebesar 64,03% dan masih dibawah target 80%,

perlu inovasi untuk meningkatkan cakupan agar dapat segera ditanggulangi

apabila terjadi masalah atau keterlambatan tumbuh kembang pada anak

balita (Dinkes Jatim, 2014). Hasil Deteksi Dini Tumbuh Kembang balita di

Kabupaten Jombang tahun 2014 jumlah kunjungan balita sebanyak 28.747

balita (Dinas Kesehatan Jombang, 2014).

(20)

2

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau

sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk

belajar dan berlatih, misalnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan,

mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya.

Perkembangan motorik halus ini dapat dicapai dengan latihan, misalnya

dengan latihan menulis, mencoret, atau meremas–remas lilin.Perkembangan

motorik halus anak ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal

yang meliputi: genetik, motivasi untuk berlatih, kesehatan, gizi, dan

kesempatan berlatih, dan faktor eksternal yang meliputi: pengetahuan orang

tua, pendidikan orang tua, sikap orang tua, keluarga, sosial ekonomi, sosial

budaya, lingkungan, petugas kesehatan, dan pola asuh (Fathoni Nur, 2010)

Peran orang tua sangat mungkin dilaksanakan khususnya ibu

mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting perkembang anak.

Stimulasi sambil bermain misalnya, mengajak anak berlari berkeliling meja,

mencoret, menyuapi anak sambil jalan-jalan, mengajak anak berbicara baik

bahasa isyarat maupun espresi wajah dan memegang suatu benda.Ibu

berperan penting sebagai pendidik pertama dalam keluarga sehingga ibu

perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil

dalam melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat bersikap positif dalam

membimbing perkembang anak secara baik dan sesuai dengan tahapan

perkembangan anak. Kegiatan–kegiatan seperti ini sudah menstimulasi

beberapa perkembangan anak sehingga anak bisa tumbuh dengan normal

dan dapat melatih anak dalam bersosialisasi dengan anak yang lain (Yusuf,

(21)

3

Berdasarkan studi pendahuluan peneliti di Dusun Gedangan Desa

Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang dengan cara observasi

diketahui dari 5 balita didapatkan hanya 2 balita yang mempunyai

perkembangan motorik halus sesuai dan 3 orang meragukan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus

balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang.

1.2 Rumusan masalah

“Apakah ada pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus

balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik

halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan

Diwek Kabupaten Jombang.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi peran ibu yang mempunyai balita umur 1-5 tahun di

Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten

Jombang.

b. Mengidentifikasi perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun di

Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten

(22)

4

c. Menganalisis pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik

halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo

Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam bidang

ilmu kesehatan anak khususnya yang berkaitan dengan tahap

perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun.

1.4.2 Manfaat Praktis

Untuk mengembangkan informasi ibu tentang kesehatan serta sebagai

bahan studi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan peran ibu terhadap

(23)

BAB 2

batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal

dengan usia prasekolah.

Menurut Septiari (2012) balita adalah sebutan nama anak usia di

bawah 5 tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan

cepat. Kreteria balita dibagi menjadi dua yaitu:

1. Anak usia 1-3 tahun ( Batita)

2. Anak usia 3-5 tahun ( Prasekolah)

2.1.3 Faktor–faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun

faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

1. Ras / etnik atau Bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak

memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

(24)

6

2. Keluarga.

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,

pendek, gemuk atau kurus.

3. Umur.

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,

tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

4. Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat

daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,

pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

5. Genetik.

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi

anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan

genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti

kerdil.

6. Kelainan kromosom

Kelaiann kromosom umumnya disertai dengan kegagalan

peertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma

Turner’s.

b. Faktor luar (eksternal).

Faktor Prenatal

1. Gizi

Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan

(25)

7

2. Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital

seperti club foot.

3. Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin,Thalidomid dapat

menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.

4. Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,

hiperplasia adrrenal.

5. Radiasi

Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan

pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan

deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan

jantung.

6. Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat

menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali,

retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.

7. Kelainan imunologi

Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah

antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel

darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam

(26)

8

selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus

yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

8. Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

menyebabkan pertumbuhan terganggu.

9. Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan

mental pada ibu hamil dan lain-lain.

b) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

menyebabkan kerusakan jaringan otak.

c) Faktor Setelah Persalinan

1. Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

2. Penyakit kronis / kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan

retardasi pertumbuhan jasmani.

3. Lingkungan fisis dan kimia

Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup

yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).

Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,

paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)

(27)

9

4. Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,

akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

5. Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan

menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

6. Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan

lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat

pertumbuhan anak.

7. Lingkungann pengasuhaan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi

tumbuh kembang anak.

8. Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam

keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,

keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

9. Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat

pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

(28)

10

2.1.4 Karakteristik Anak Balita

Karakteristik anak balita (terutama anak usia di bawah tiga tahun

atau toddler) merupakan sangat egosentris. Selain itu, anak juga

mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu

diberi tahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat

diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempelkan

pada tubuhnya. Oleh karena itu, jelaskan bagaimana anak akan

merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer

sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya. Dari aspek

bahasa, anak belum mampu berbicara secara fasih. Oleh karena itu saat

menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan

istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya

adalah jongkok, duduk di kursi kecil, atau berlutut sehingga pandangan

mata kita akan sejajar dengannya (Supartini, 2012).

2.2 Konsep Dasar Ibu

2.2.1 Pengertian Ibu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2012) “ibu adalah wanita

yang telah melahirkan seseorang”. Ibu adalah orang tua perempuan dari

seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan, baik melalui hubungan

biologis maupun sosial. Ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam

membesarkan anak, dan panggilan ibu dapat diberikan untuk perempuan

yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi

(29)

11

Menurut Bustainah (2013) ibu adalah bangunan kehidupan dengan

penopang perjalanannya yang memberikan sesuatu tanpa meminta imbalan

dan harga. Apabila ada sifat yang mengutamakan orang lain, sifat tersebut

ada pada ibu. Jika ada keikhlasan di dalam keikhlasan seorang ibu.

2.2.2 Peran ibu

a. Mengurus rumah tangga

Dalam hal ini di dalam keluarga ibu sebagai pengurus rumah tangga.

Kegiatan yang biasa ibu lakukan seperti memasak, menyapu, mencuci.

b. Sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan sebagai salah satu

kelompok dari peranan sosialnya

Karena secara khusus kebutuhan afektif dan sosial tidak dipenuhi oleh

ayah. Maka berkembang suatu hubungan persahabatan antara ibu dan

anak-anak. Ibu jauh lebih bersifat tradisional terhadap pengasuhan

anak (misalnya dengan suatu penekanan yang lebih besar pada

kehormatan, kepatuhan, kebersihan dan disiplin).

c. Sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya

Di dalam masyarakat ibu bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya

dalam rangka mewujudkan hubungan yang harmonis melalui acara

kegiatan-kegiatan seperti arisan, PKK dan pengajian (Johnson, 2010).

2.2.3 Fungsi ibu bagi anak

a. Fungsi biologis

1. Untuk meneruskan keturunan.

2. Memelihara dan membesarkan anak.

(30)

12

4. Memelihara dan merawat anggota keluarga.

b. Fungsi psikologis

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.

3. Membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga.

4. Memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak.

2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi Pendidikan

1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minat yang dimilikinya.

2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan tangan

dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok ibu, adalah:

1. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak

(31)

13

menjadikan mereka anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial dan

spiritual.

3. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan

masa depannya (Johnson, 2010).

2.3 Motorik Halus

2.3.1 Pengertian Motorik Halus

Gerakan motorik halus mempunyai peranan yang sangat penting,

motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja. Oleh karena itu gerakian

didalam motorik halus tidak membutuhkan tenaga akan tetapi

membutuhkan koordinhasi yang cermat serta teliti ( Depdiknas, 2010)

Menurut Dini P dan Daeng Sari (2010) motorik halus adalah

aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus

gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak

yang baik yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan

dalam gerak.

Yudha M Saputra dan Rudyanto (2010) menjelaskan bahwa

motorik halus adalah kemampuan anak dalam beraktivitas dengan

menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,

menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.

Sedangkan menurut Kartini Kartono (2010) motorik halus adalah

ketangkasan, keterampilan, jari tangan dan pergelangan tangan serta

(32)

14

Menurut Lindya (2011) motorik halus yaitu aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada

bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot–otot kecil tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat.

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus

Kartini Kartono (2010), mengemukakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi perkembangan motorik anak sebagai berikut:

a. Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan)

b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan kematangan

fungsi-fungsi organis dan fungsi psikis

c. Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan,

punya emosi serta mempunyai usaha untuk membangun diri sendiri.

Rumini dan Sundari (2010) mengemukakan bahwa faktor–faktor yang

mempercepat atau memperlambat perkembangan motorik halus atara lain :

a. Faktor Genetik

Individu mempunyai beberapa faktor keturunan yang dapat menunjang

perkembangan motorik misal otot kuat, syaraf baik, dan kecerdasan

yang menyebabkan perkembangan motorik individu tersebut menjadi

baik dan cepat.

b. Faktor kesehatan pada periode prenatal

Janin yang selama dalam kandungan dalam keadaan sehat, tidak

keracunan, tidak kekurangan gizi, tidak kekurangan vitamin dapat

(33)

15

c. Faktor kesulitan dalam melahirkan

Faktor kesulitan dalam melahirkan misalnya dalam perjalanan

kelahiran dengan menggunakan bantuan alat vacuum, tang, sehingga

bayi mengalami kerusakan otak dan akan memperlambat

perkembangan motorik bayi.

d. Kesehatan dan gizi

Kesehatan dan gizi yang baik pada awal kehidupan pasca melahirkan

akan mempercepat perkembangan motorik bayi.

e. Rangsangan

Adanya rangsangan, bimbingan dan kesempatan anak untuk

menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan

motorik bayi.

f. Perlindungan

Perlindungan yang berlebihan sehingga anak tidak ada waktu untuk

bergerak misalnya anak hanya digendong terus, ingin naik tangga tidak

boleh dan akan menghambat perkembangan motorik anak.

g. Prematur

Kelahiran sebelum masanya disebut premature biasanya akan

memperlambat perkembangan motorik anak.

h. Kelainan

Individu yang mengalami kelainan baik fisik maupun psikis, social,

mental biasanya akan mengalami hambatan dalam perkembangannya.

i. Kebudayaan

(34)

16

motorik anak misalnya ada daerah yang tidak mengizinkan anak putri

naik sepeda maka tidak akan diberi pelajaran naik sepeda roda tiga.

2.3.3 Karakteristik Perkembangan Motorik Halus

Karakteristik perkembangan motorik halus anak dapat dijelaskan dalam

Depdiknas, (2010), sebagai berikut:

a. Pada saat anak berusia tiga tahun

Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus pada

masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput

benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan

itu sendiri masih kikuk.

b. Pada usia empat tahun

Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara

substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih

cepat bahkan cenderung ingin sempurna.

c. Pada usia lima tahun

Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih

sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi

mata. Anak juga telah mampu membuat dan melaksanakan kegiatan

yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek.

d. Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun

Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah belajar

bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya

(35)

17

2.3.4 Prinsip Dalam Pengembangan Motorik Halus

Untuk mengembangkan motorik halus pada anak usia 4-6 tahun di

Taman kanak-kanak agar berkembang secara optimal, maka perlu

memperhatikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Depdiknas, (2010),

sebagai berikut :

a. Memberikan kebebasan untuk berekspresi pada anak.

b. Melakukan pengaturan waktu, tempat, media (alat dan bahan) agar

dapat merangsang anak untuk berkreatif.

c. Memberikan bimbingan kepada anak untuk menentuksn teknik/cara

yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media.

d. Menumbuhkan keberanian anak dan hindarkan petunjuk yang dapat

merusak keberanian dan perkembangan anak.

e. Membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf

perkembangannya.

f. Memberikan rasa gembira dan menciptakn suasana yang

menyenangkan pada anak.

g. Melakukan pengawasan menyeluruh terhadap pelaksanaan kegiatan.

Saputra dan Rudyanto (2010) menjelaskan tujuan pengembangan

motorik halus anak yaitu:

a. Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.

b. Mampu mengkoordinasi kecepatangan tangan dengan mata.

(36)

18

2.3.6 Fungsi Perkembangan Motorik Halus

Elizabeth B. Hurlock (2010) mencatat beberapa alasan tentang

fungsi perkembangan motorik halus bagi konsentrasi perkembangan

individu, yaitu :

a. Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan

pemperoleh perasaan senang, seperti anak merasa senang dengan

memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap

bola, atau memainkan alat-alat mainan lainnya.

b. Melalui keterampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi

helpessness (tidak berbahaya), pada bulan-bulan pertama

kehidupannya, ke kondisi yang indepence (bebas dan tidak

bergantung) anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang

lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya, kondisi ini akan dapat

menunjang perkembangan self confidence ( rasa percaya diri).

c. Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya

dengan lingkungan sekolah (school adjustment), pada usia pra sekolah

(taman kanak-kanak) atau usia kelas awal sekolah dasar, anak sudah

dapat dilatih menggambar, melukis, baris- berbaris, dan persiapan

menulis.

2.3.7 Kategori Perkembangan Motorik Halus

Motorik halus atau gerak halus secara khusus dikontrol oleh

otot-otot kecil. Gerakkan yang lebih banyak menggunakan tangan

dipertimbangkan sebagai motorik halus. Sebab otot-otot yang ukurannya

(37)

19

menghasilkan gerakan pada jari-jari kaki dan jari-jari tangan. Untuk itu

motorik halus bisa berupa aktivitas seperti, menggambar, menulis,

menggenggam dan memainkan alat musik. Kemampuan motorik

mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan dasar. Motorik

dasar merupakan motorik yang berkembang sejalan dengan pertumbuhan

dan tingkat kematangan pada anak. Gerakan ini pada dasarnya

berkembang menyertai gerakan reflex yang dimiliki dan

disempurnakan melalui proses berlatih yang dilakukan secara

berulang-ulang. Menurut Saputra (2010) kemampuan gerak dasar dibagi menjadi

tiga kategori :

1. Kemampuan Lokomotor

Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu

tempat ke temapt lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas, seperti

melompat, meloncat, berjalan, dan berlari.

2. Kemampuan Nonlokomotor

Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak

yang memadai. Kemampuan nonlokomotor terdiri atas menekuk dan

meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan,

melingkar, melambung, dan lain-lain.

3. Kemampuan Manipulatif

Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak sedang menguasai

bermacam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak

melibatkan mata-tangan dan mata-kaki tetapi bagian lain dari tubuh

(38)

20

menggunakan koordinasi, seperti gerakan mendorong, gerakan

menangkap, dan lain-lain.

2.3.8 Perkembangan balita Usia 1-5 tahun

Menurut (Depkes RI, 2010) diantaranya:

a. Usia 12 – 15 bulan

1. Kemampuan motorik halus.

a) Stimulasi yang perlu di lanjutkan.

1) Memasukan benda kedalam wadah.

2) Bermain dengan mainan yang mengapung di air.

3) Menggambar, menyusun kubus dan mainan.

b) Permainan balok.

Beli atau buat balok-balok kecil dari kayu dengan ukuran

sekitar 2.5 cm x 2.5 cm. Ajari anak cara menyusun balok

menumpuk ke atas tanpa menjatuhkannya.

c) Memasukan dan mengeluarkan bendah.

Ajari anak cara memasukan benda-benda kedalam wadah

seperti kotak, pot bunga, botol dan tunjukan cara

mengeluarkannya dari wadah. Ajak anak bermain

memasukan dan mengeluarkan benda tersebut.

d) Memasukan benda yang satu ke benda lainnya.

Sediakan mangku atau kotak plastik dari berbagai ukuran.

Tunjukan kepada anak cara meletakan mangkuk yang

ukurannya lebih kecil ke mangkuk yang lebih besar. Buat

(39)

21

b. Usia 15-18 bulan

2. Kemampuan motorik halus.

a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan.

1)Bermain dengan balok-balok

2)Memasukan benda yang satu kedalam benda yang lain

3)Menggambar dengan krayon pensil

b) Meniup.

Ajari anak meniup busa sabun dengan menggunakan alatnya.

Bicarakan mengenai bentuk dan bagaimana rasanya meraba

busa itu.

c) Membuat untaian.

Ajari anak membuat untaian benda-benda seperti manik-manik

besar, kancing besar, makroni, dengan tali sepatu yang cukup

kuat.

c. Umur 18-24 bulan

1. Kemampuan motorik halus

a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan

1) Dorongan agar anak maumain balok-balok, memasukan

benda yang satu kedalam benda yang lain

2) Menggambar dengan krayon, sepidol, pensil berwarna.

3) Menggambar menggunakan tangan

b) Mengenal berbagai ukuran dan bentuk

Buat lubang-lubang dengan ukuran dan bentuk yang

(40)

22

mainan atau benda-benda yang bisa dimasukkan

kelubang-lubang itu.

c) Bermain puzzle

Beri anak permainan puzzle sederhana, yang hanya terdiri

dari dua sampai tiga potong saja. Puzzle semacam itu dapat

dibeli atau dibuat sendiri dari sepotong karton yang diberi

gambar, kemudian dipotong-potong menjadi dua atau tiga

bagian.

d) Menggambar wajah atau bentuk

Tunjukan kepada anak cara menggambar bentuk-bentuk

seperti, garis, bulatan, dan lain-lainnya. Pakai spidol,

krayon. Ajarkan juga cara menggambar wajah.

e) Membuat berbagai bentuk dari adonan kue atau lilin

mainan

Beri anak adonan kue (apabila anda membuat kue) atau lilin

yang bisa dibentuk. Ajari bagaimana cara membuat

berbagai bentuk.

d.Usia 24-36 Bulan

1. Kemampuan motorik halus.

a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan.

Dorong agar anak mau bermain puzzle, balok-balok,

(41)

23

b) Membuat gambar tempelan.

Bantu anak memotong gambar-gambar dari majalah tua

dengan gunting untuk anak. Dengan lemkertas atau karton

atau membuat gambar tempelan. Bicarakan dengan anak

tentang apa yang sedang di kerjakan.

c) Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut

jenisnya.

Berikan kepada anak bermacam-macam benda, misalnya:

uang logam, berbagai jenis kancing, benda berbagai warna.

Minta anak memilih dan mengelompokkan benda-benda itu

menurut jenisnya. Mulai dengan jenis benda yang berlainan,

kemudian sedikit demi sedikit tambahkan jenisnya.

d) Mencocokan gambar dan benda.

Tunjukan kepada anak cara mencocokan gambar bola

dengan sebuah bola yang sesungguhnya. Bicarakan

mengenai bentuknya, gunanya dan sebagainya.

e) Konsep jumlah.

Tunjukan kepada anak cara mengelompokkan benda dalam

jumlah satu-satu, dua, tiga, dan sebagainya. Katakan kepada

anak ada berapa jumlah benda dalam satu kelompok dan

bantu iya manghitungnya.

(42)

24

Beli atau buat satuset balok mainan anak. Anak akan main

dengan balok-balok itu selama bertahun-tahun. Bila anak

anda bertambah besar anda bisa menambahkan jumlahnya.

e. Usia 36-48 Bulan

1. Kemampuan motorik halus

a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan

Bermain puzzle yang lebih sulit, menyusun balok-balok,

menggambar gambar yang lebih sulit, bermain mencocokkan

gmbar dengan benda sesungguhnya dan mengelompokkan

benda menurut jenisnya.

b) Memotong

Beri anak gunting, tunjukan cara mengguting. Beri gambar

besar untuk latian menggunting.

c) Membuat buku cerita gambar tepel

Ajak anak membuat buku cerita gambar tempel. Gunting

gambar dari majalah tua atau brosur. Tunjukkan pada anak cara

menyusun guntingan gambar tersebut sehingga menjadi satu

cerita menarik. Minta anak menempel guntingan gambar

tersebut pada kertas dan dibawah gambar tersebut, tulis

ceritanya

d) Menempel gambar

Buat anak menemukan gambar atau foto menarik dari majalah,

(43)

25

tersebut pada karton atau kertas tebal. Gantung gambar itu

dikamar anak.

e) Menjait

Gunting sebuah gambar dari majalah, tepel pada selembar

karton. Buat lubang-lubang disekeliling gambar tersebut.

Ambil tali rafia dan simpulkan salah satu ujungnya. Kemudian

ajari anak cara menjait sekeliling gambar, dan tali raffia

dimasukan kelubang-lubang tersebut satu persastu.

f) Menggmbar atau menulis

Beri anak selembar kertas dan pensil. Ajari anak menggambar

garis lurus, bulatan, segi empat serta, menulis huruf dan angka.

Kemudian buat pagar rumah, matahari, bulan, juga ajari anak

menulis namanya.

g) Menghitung

Letakan sejumlah kacang dimangkok atau kaleng. Ajari anak

menghitung kacang dan letakkan kacang tersebut ditempat

lainnya. Mula-mula anak belum bisa menghitung lebih dari dua

atau tiga. Bantu anak menghitung jika mengalami kesulitan.

h) Menggambar dengan jari

Ajak anak menggambar dengan cat memakai jari-jarinya

diselembar kertas besar. Buat agar ia mau memakai kedua

tangannya dan membuat bulatan besar atau bentuk-bentuk

(44)

26

i) Cat air

Beri anak cat air khusus dan selembar kertas. Ceritakan

bagaimana warna-warna bercampur ketika anak mulai

menggunakan cat air itu.

j) Mencampur warna

Campur air kewarna merah, biru dan kuning dari cat air. Beri

anak potongga sendok, ajari anak untuk meneteskan

warna itu pada selembar kertas. Ceritakan bagaimana

warna-warna bercampur membentuk warna-warna lain

k) Membuat gambar temple

Gunting kertas berwarna menjadi segitiga, segiempat,

lingkaran. Jelaskan mengenai perbedaan bentuk-bentuk

tersebut. Minta anak membuat gambar dengan cara

menempelkan potongan-potongan berbagai bentuk diselembar

kertas.

f.Usia 48-60 Bulan

1. Kemampuan motorik halus

a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan

Ajak anak bermain puzzle, menggambar, menghitung, melihat

dan mengelompokkan, memotong dan menempel gambar

b) Konsep tentang separuh atau satu

Bila anak sudah bisa menyusun puzzle, ajak anak membuat

lingkaran dan segi empat dari kertas atau karton, gunting

(45)

27

c) Menggambar

Ketika anak sedang menggambar, minta anak melengkapi

gambar tersebut missal menggambar baju pada gambar orang,

menggambar pohon, bunga, matahari, pagar pada gambar

rumah, dan sebagainya.

d) Mencocokkan dan menghitung

Jika anak sudah bisa menghitung dan kenal angka buat satu set

kartu yang ditulisi angka 1-10. Letakkan kartu itu berurutan

diatas meja. minta anak untuk menghitung benda-benda kecil

yang ada dirumah seperti kacang, batu krikil, biji sawo.

Sejumlah angka yang tertera pada kartu. Kemudian letakan

benda-benda tersebut didekat kartu angka yang cocok.

e) Menggunting

Bila anak sudah bisa memakai guntung tumpul, ajari cara

menggunting kertas yang sudah dilipat-lipat, membuat suatu

bentuk seperti rumbai-rumbai, orang, binatang, mobil, dan

sebagainya

f) Membandingkan besar /keci, banyak/sedikit, berat/ringan.

Ajak anak bermain menyusun tiga buah piring berbeda ukuran

atau tiga gelas diisi air dengan isi tidak sama. Minta anak

menyusun piring atau gelas dari yang ukuran kecil atau jumlah

sedikit ke besar atau banyak atau dari ringan ke berat. Bila anak

dapat menyusun ketiga benda itu, tambah jumlahnya menjadi

(46)

28

g) Percobaan ilmiah

Sediakan tiga gelas berisi air. Pada gelas pertama tambahkan

satu sendok teh gula pasir dan bantu anak ketika mengaduk gula

tersebut. Pada gelas kedua masukan gabus dan pada gelas ketiga

masukan kelereng. Bicarakan mengenai hasilnya kelika anak

melakukan percobaan ini

h) Berkebun

Ajak anak menanam biji kacang tanah atau kacang hijau di

kaleng atau gelas aqua bekas yang telah diisi tanah. Bantu anak

menyirami tanaman tersebut setiap hari. Ajak anak

memperhatikan pertumbuhannya dari hari kehari bicarakan

mengenai bagaimana tanaman,binatang dan anak-anak tumbuh

dan bertambah besar

g.Umur 60-72 bulan.

a) Stimulasi yang perlu dilanjutkan

1) Bantu anak menulis namanya, kata-kata pendek serta

angka-angka, ajak anak bermain, berhitung.

2) Buwat anak mau menggambar, berhitung, memilih,

mengelompokan, menggunting, bermain puzzle.

b)Mengerti urutan kegiatan

Bantu anak mengerti urutan kegiatan dalam mengerjakan

(47)

29

Siapkan bahan-bahan yang diperlukan, beritahu anak

langkah-langkahnya secara berurutan.

c) Berlatih mengingat-ingat

Bila anak sudah mengenal angka 1 sampai 6, tulis setiap

angka tersebut pada potongan kertas kecil. Ajak anak

mengenal tulisan angka tersebut, kemudian letakkan

terbalik. Minta anak menunjukan kertas dan menyebutkan

angkanya. Bila anak sudah menguwasai permainan ini,

tambahkan jumlah potongan kertas bertuliskan angka.

d)Membuwat sesuatu dari tanah liat atau lilin

Sediakan tanah liat dan lilin mainan, bantu anak membuwat

binatang, gelas. Bicarakan apa yang dibuwatnya, puji anak

atas hasil karyanya dan letakan ditempat khusus agar

terlihat oleh anggota keluarga yang lain.

e) Bermain berjualan

Anak-anak seusia ini senang bermain “berjualan”.

Kumpulkan hasil kebun seperti buah, gunakan benda-benda

tersebut untuk berjualan dengan teman-temannya.

f) Belajar bertukang memakai palu, gergaji dan paku

Anak-anak seusia ini dapat belajar bertukang. Sediakan peralatan

yang diperlukan seperti paku, gergaji, kayu. Dibawah

bimbingan dan pengawasan anda, ajarkan anak cara

meletakkan benda dikayu, memegang paku dan memegang

(48)

30

g)Mengumpulkan benda-benda

Buwat anak mempunyai hobi tertentu seperti

mengumpulkan perangko, mainan binatang. Bantu anak

menghitung benda-benda yang dikumpulkan dan

menyusunnya dengan rapi. Bicarakan dengan anak apa

yang sedang anda berdua lakukan.

h)Belajar memasak

Ajak anak memasak sebuah resep kue yang sederhana.

Bicarakan tentang menimbang dan mengukur bahan-bahan

serta mengaduk adonan. Setelah selesai masak, minta anak

membantu mencuci alat masak yang kotor.

i) Mengenal kalender

Letakan sebuah kalender dikamar anak. Bantu anak

mengenal bulan, minggu, hari. Minta anak menandai

tanggal-tanggal penting dikalender, dan ajak anak

menghitung jumlah hari (minggu/bulan) untuk sampai pada

tanggal itu.

j) Mengenal waktu

Buat jam dari kertas atau karton dengan 2 buah jarum

penunjuk. Letakan jarum penunjuk pada waktu makan

siang, makan malam, dan waktu lainnya yang berarti bagi

anak. Mulai dengan yang mudah, misalkan angka 12 waktu

(49)

31

mengerti, ajari anak yang lebih sulit, misalkan jam 12.30

atau jam 06.30.

k)Menggambar dari berbagai sudut pandang

Ajari anak menggambar benda dari berbagai sudut

pandang, misalnya; gambar kaleng.

l) Belajar mengukur

Bila anak sudah mengenal angka, ajari cara mengukur panjang atau

lebar suatu benda menggunakan penggaris atau pita ukur. Tulis hasil

pengukuran pada secarik kertas, bicarakan mana yang lebih lebar atau

yang lebih panjang.

2.4 Konsep Peran

2.4.1 Pengertian peran

Peran adalah aspek yang dinamis dari kedudukan (status).Artinya

seseorang telah menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya,maka orang tersebut telah melaksanakan sesuatu

peran (Suyanto,2010)

Peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang

mempunyai suatu status (Haton,2009)

Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang

pada situasi sosial tertentu. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik

dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabill (Mubarok & Chayatin,

(50)

32

2.4.2 Faktor-faktor utama yang mempengaruhi peran

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran adalah sebagai berikut :

(Santoso, 2009).

a. Pendidikan

Bidang pendidikan memegang peranan penting. Semakin tinggi

pendidikan semakin mudah menerima hal-hal baru dan bisa

menyesuaikan dengan mudah. Pendidikan yang semakin tinggi

memungkinkan seseorang untuk dapat menerima informasi.

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek.

c. Perilaku

Perilaku adalah merupakan perbuatan atau tindakan dan

perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan

dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.

d. Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai

kecenderungan untuk bertindak, sikap senantiasa terarah terhadap suatu

hal atau objek. Manusia dapat mempunyai sikap terhadap

bermacam-macam hal. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak

dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan presdisposisi

(51)

33

e. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek.

f. Ekonomi

Kekurangan pendapatan ekonomi keluarga membawa

konsekuensi buruk terhadap peran.

2.5 Peran ibu

2.5.1 Pengertian ibu

Peranan ibu adalah sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari

peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,

disamping itu ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarganya (Effendy, 2010)

2.5.2 Faktor yang mempengaruhi peran ibu

1. Faktor Kelas Sosial

Menurut Notoatmodjo, (2010) mengemukakan bahwa kelas sosial

ditentukan oleh unsur–unsur seperti pendidikan, pekerjaan dan

penghasilan. Pendapatan seseorang dari segi finansial akan

mempengaruhi status ekonomi, dimana dengan pendapatan yang lebih

besar memungkinkan lebih bisa terpenuhinya kebutuhan sehingga

yang ada di masyarakat bahwa semakin tinggi status ekonomi

seseorang maka akan semakin tinggi pula kelas sosialnya.

Pada keluarga dengan status ekonomi kurang, peran orangtua

(52)

34

dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus

rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu

juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam

keluarganya (Effendy, 2009).

2. Faktor bentuk keluarga

Keluarga dengan orangtua lengkap yaitu dengan adanya ayah dan

Ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota

keluarga terutama anak, dimana anggota keluarga dengan adanya ayah

dan Ibu akan menimbulkan perasaan aman dan nyaman dalam

mengembangkan dan memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial

dibandingkan dengan keluarga dengan orangtua tunggal yang hanya

mengenal salah satu sosok orangtua sehingga anggota keluarga atau

anak mengalami kesulitan mencari identitas diri (Effendy, 2009).

3. Faktor tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga dimulai dari terjadinya pernikahan

yang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dilanjutkan dengan tahap

persiapan menjadi orangtua. Tahap selanjutnya adalah menjadi

orangtua dengan anak usia bayi sampai tahap–tahap berikutnya yang

berakhir dengan tahap berduka kembali dimana dalam setiap tahap

individu mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan keadaan

(53)

35

4. Faktor model peran

Individu merupakan bagian dari masyarakat, informasi yang

diterima individu terkait dengan masalah sehari–hari dalam

masyarakat akan menyebabkan masalah peran pada diri individu

tersebut sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran

(Friedman, 2008).

5. Faktor peristiwa situasional khususnya masalah kesehatan atau sakit

Kejadian kehidupan situasional yang berhadapan dengan keluarga

dengan pengaruh sehat–sakit terhadap peran keluarga. Peran sentral

ibu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik,

konselor, dan pemberi asuhan dalam keluarga (Friedman, 2008).

2.5.3 Bentuk peran ibu

a. Sebagai Panutan,

b. Pendidik,

c. Pendorong,

d. Pengawas,

e. Konselor dan

f. Pemberi asuhan dalam keluarga tetap menjadi teman dalam penelitian

tersebut.

Dalam peran ini, ibu menentukan gejala-gejala dan memutuskan

pencarian sumber informasi yang penting. Ia juga mempunyai control

substansial terhadap keputusan apakah anaknya akan mendapatkan

layanan kuratif atau preventif dan bertindak sebagai sumber ketenangan

(54)

36

2.6. Pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia

1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang

Berdasarkan jurnal Indahyati( 2015 )dengan judul Peran Ibu Dengan

Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun Di Desa Jatiwates Kecamatan

Tembelang Kabupateng Jombang.Di dapatkan ibu berperan baik dalam

perkembangan motorik halus Anak Usia 1-3 Tahun

Berdasarkan jurnal Nurnaningsih Ayuba(2015)dengan judul

Hubungan Peran Ibu dalam Stimulasi Dini dengan Perkembangan Anak

Usia Toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto Barat menunjukkan

bahwa terdapat hubungan peran ibu dalam stimulasi dini dengan

perkembangan anak usia toddler di Desa Hutabohu Kecamatan Limboto

Barat Kabupaten Gorontalo

Berdasarkan jurnal Dian Hadi Kuncoro(2013) dengan judul hubungan

antara stimulasi ibu dengan perkembangan motorik halus anak usia toddler

di PAUD Mekarsari Desa Pucangombo Tegalombo Pacitan.Di dapatkan

bahwa ibu memberikan stimulasi motorik halus kepada anak masih kurang

namun perkembangan motorik halus anak menunjukan normal.

Berdasarkan jurnal Endra Krisdiyanto(2013) Hubungan Pola Asuh

Orang Tua Terhadap Perkembangan Motorik Anak Usia 3-5

Tahun.Berdasarkan uraian didapatkan bahwa terdapat hubungan pola asuh

orang tua terhadap perkembangan motorik anak usia 3-5 tahun.

Beberapa paparan jurnal diatas hasilnya sama dengan penelitian

(55)

37

alat permainan dengan perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun di

Yayasan Ar-rahmah Kabupaten Lumajang. Bahwa didapatkan ada hubungan

peran ibu dalam pemilihan alat permainan dengan perkembangan motorik

(56)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi

konsep-konsep variabel-variabel yang akan diukur (diteliti) (Notoatmodjo, 2010).

Faktor yang

Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh peran ibu terhadap perkembangan

motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

(57)

39

3.2 Hipotesa

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010).

Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: H1 : Ada pengaruh peran ibu terhadap

perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa

(58)

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan masalah.Pada dasarnya menggunakan metode ilmia

(Notoatmodjo, 2010).Metode penelitian meliputi : Desain penelitian,Waktu dan

tempat penelitian,Rancangan penelitian,Populasi sampel dan sampling, Kerangka

kerja,Indentifkasi variable, Definis operasional, Instrumen Pengumpulan data,

Analisa data dan etika penelitian.

4.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah analitik cross

sectional yang mengkaji hubungan antara variabel. Sampel perlu mewakili

seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian korelasional bertujuan

mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel. Hubungan korelatif

mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh

variasi variabel yang lain. Dengan minimal dua variabel (Nursalam, 2013).

Rancangan penelitian yang digunakan model cross sectional yaitu

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data

variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Hidayat,

2014).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2017.

(59)

41

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo

Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Jombang.

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Dalam

penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua anak balita balita

usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek

Kabupaten Jombang Jombang sejumlah 87 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian anak balita balita usia 1-5

tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten

Jombang sejumlah 44 orang.

Penentuan besar sampel dengan cara ini jika besar populasi ≤

1000,maka sampel bisa di ambil 20-30% (Nursalam,2008)

(60)

42

4.3.3 Sampling

Sampling penelitian adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan

dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2014). Teknik

sampling, yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability

sampling dengan metode simple random sampling yaitu pengambilan

sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

anggota populasi (Hidayat, 2014). Cara pengambilan sampel dilakukan

(61)

43

4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)

Frame work adalah pentahapan atau langkah–langkah dalam aktivitas

ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan sejak awal–

akhir penelitian) (Nursalam, 2013)

Penyusunan proposal

Populasi

Semua anak balita balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 87 orang

Sampel

Sebagian anak balita balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sejumlah 26 orang

Sampling

(Editing, Coding, Scoring, Tabulating)

Analisa data

Univariate, bivariate, chi square

Penyajian hasil penelitian

(62)

44

4.5 Identifikasi Variabel dan definisi operasional

4.5.1 Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain).

1. Variabel independent (bebas)

Variabel bebas adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh

penelitian untuk menciptakan suatu dampak (Nursalam, 2013). Variabel

independent pada penelitian ini adalah peran ibu.

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

(Notoatmodjo, 2010). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

(63)

45

Tabel 4.1. Definisi operasional pengaruh peran ibu terhadap perkembangan

motorik halus balita usia 1-5 tahun di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor Operasional

Independent Perilaku yang Peran Ibu yang Kuesioner Ordinal Ya skor 1

Peran ibu dilakukan meliputi : Tidak skor 0

oleh ibu 1. Peran sebagai

terkait oleh pendidik Kriteria :

kedudukanya 2. Peran sebagai 1. Baik

dalam pendorong (76-100%)

kelurga 3. Peran sebagai 2. Cukup

tentang panutan (56-75%)

perkembanga 4. Peran sebagai 3. Kurang

n motorik teman (< 56%)

halus balita. 5. Peran sebagai (Nursalam,

pengawas 2013)

6. Peran sebagai konselor

Variabel kemampuan Denver Observasi Ordinal Untuk

Dependent anak dalam Development menjelaskan

perkembangan beraktivitas Screening Test secara

motorik halus dengan deskriptif

balita menggunakan maka

otot-otot halus dikategorikan:

(kecil) seperti a. Normal

menulis, (semua

meremas, yang

menggenggam tercantum

, menggambar, dalam

menyusun kriteria)

balok dan skor 4

memasukkan b. Tidak

kelereng dapat dites

(64)

46

4.6 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun

dengan maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif

maupun data kuantitatif (Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian

diartikan sebagai daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan

responden memberikan jawaban sesuai pemahaman. (Hidayat, 2014).

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode obsrevasi ini,

instrumen yang dapat digunakan antara lain : lembar obervasi, panduan

pengamatan (observasi) atau lembar check list (Hidayat, 2014). Observasi

dalam penelitian menggunakan DDST. Kriteria lembar check list terdiri

dari daftar pengecek, berisi subjek dan identitas lain dari sasaran

pengamatan (Saryono, 2011).

a. Uji Validitas

Pengujian yang pertama dilakukan adalah pengujian validitas

kuesioner. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner disusun sendiri oleh peneliti

dilakukan uji validitas dengan rumus r Product moment, yaitu dengan

mengkorelasikan antar skor item instrumen dengan rumus (Arikunto,

2010):

N x.y x y

r

xy

(65)

47

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan

dua kali atau lebih. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan

konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Untuk

mengetahui reliabilitas kuesioner, penelitian ini menggunakan

pendekatan pengukuran reliabilitas konsistensi internal dengan

menghitung koefisien alpha. Koefisien alpha ini berkisar antara 0

sampai 1. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6. Mengetahui reliabilitas

digunakan rumus Alpha sebagai berikut (Arikunto, 2010):

(66)

48

4.7. Teknik pengumpulan data

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah

sebagai berikut:

1. Mengurus surat pengantar penelitian dari STIKES ICME Jombang.

2. Meminta ijin kepada Dinas Kesehatan Jombang untuk survey data dan

ijin penelitian.

3. Meminta ijin penelitian kepada Kepala Puskesmas Cukir.

4. Meminta ijin penelitian kepada Kepala Desa Ngudirejo Kecamatan

Diwek Kabupaten Jombang.

5. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila

bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent.

6. Membagikan kuesioner kepada ibu dan melakukan observasi DDST

kepada balita.

7. Responden mengisi semua daftar pertanyaan dalam kuesioner yang telah

diberikan dan jika telah selesai kuesioner diserahkan pada peneliti..

8. Setelah semua kuesioner terkumpul dan diisi lengkap, peneliti kemudian

melakukan analisa data.

9. Penyusunan laporan hasil penelitian.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data

4.8.1 Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2014) setelah angket dari responden terkumpul,

Gambar

gambar dari majalah tua atau brosur. Tunjukkan pada anak cara
gambar dengan
gambar tersebut missal menggambar baju pada gambar orang,
Gambar 3.1 : Kerangka konseptual pengaruh peran ibu terhadap perkembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa Aktifitas fisik di Dusun Mojosongo Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang sebagian besar adalah mandiri,

Hasil penelitian dari 22 responden yang mengalami nyeri sendi di dusun Canggon desa Ngudirejo kecamatan Diwek Kabupaten Jombang didapatkan rata-rata skala nyeri

Hasil penelitian ini menunjukkan ada Hubungan Peran Keluarga Dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Di di Dusun Ngudirejo Desa Ngudirejo

Berdasarkan hasil penelitian Kristyaningsih (2011) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia menyatakan bahwa hampir seluruh

Dari hasil uji statistik chi square diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas (0,001) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p &lt;  ), maka data

Bagi Bidan Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan, dapat dijadikan sebagai bahan referensi, sekaligus menjadi langkah awal untuk dilakukan kembali

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian yang sehubungan dengan Pengaruh penyuluhan Baby Spa terhadap minat ibu dalam pelaksanaan Baby Spa di

Vagina spa merupakan perawatan daerah vagina melalui teknik penguapan dengan menggunakan ramuan tertentu, yang mempunyai manfaat merawat organ intim untuk mencegah dan