• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

5.2.1 Peran Ibu

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 14 orang peran ibu adalah baik (53,8%). Peran orang tua (ibu) dapat dilakukan secara aktif maupun pasif, sengaja atau tidak sengaja. Secara terinci, peran ibu juga dapat dibedakan menjadi empat yaitu sebagai pembuat keputusan tentang kesehatan utama, pendidik, konselor, pemberi asuhan balita (J. Dwi Narwoko, 2010). Peran Ibu dalam dalam perkembangan motorik halus anak baik dikarenakan orangtua khususnya ibu selalu memperhatikan perkembangan motorik halusnya agar tidak mengalami keterlambatan dan gangguan.

Faktor yang mempengaruhi peran ibu adalah faktor usia. Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan hampir seluruhnya responden berumur 20-35 tahun sejumlah 24 orang (92,3%). Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan dan pada aspek fisik dan psikologis

62

(mental). Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir semakin matang dan dewasa (Mubarok, 2010).

Usia 30-35 tahun termasuk usia dewasa, usia seseorang makin bertambah pengalaman dan pengetahuannya juga akan bertambah, terutama dalam perkembangan motorik halus. Pengalaman yang cukup responden juga akan berfikir yang jernih dan lebih dewasa terutama tentang pentingnya peran ibu dalam perkembangan motorik halus. Responden yang berpengalaman dalam perkembangan motorik halus akan lebih mudah dalam melakukan pemantauan perkembangan anak sehingga ibu lebih perhatian untuk mendidik dan mengawasi perkembangan motorik halus anak.

Faktor yang mempengaruhi peran ibu salah satunya adalah pendidikan. Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA sejumlah 16 orang (61,5%). Bidang pendidikan memegang peranan penting. Semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima hal-hal baru dan bisa menyesuaikan dengan mudah. Pendidikan yang semakin tinggi memungkinkan seseorang untuk dapat menerima informasi (Santoso, 2009). Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi. Pendidikan merupakan hal penting untuk meningkatkan pengetahuan karena

63

pengetahuan merupakan faktor yang mendahului atau motivasi dari perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan sangat mempengaruhi peran ibu dalam perkembangan motorik halus anak. Pendidikan SMA termasuk pendidikan menengah, jadi wawasan dan informasi yang dimiliki ibu cukup banyak sehingga responden mampu berperan positif dalam perkembangan motorik halus anak khususnya dalam membantu perkembangan motorik halus anak. Selain itu responden yang berpendidikan menengah akan lebih mudah menerima informasi baru terutama tentang pentingnya memantau perkembangan motorik halus anak sehingga responden akan mampu melaksanakan perkembangan motorik halus anak dengan baik.

Peran ibu dalam perkembangan motorik halus anak dipengaruhi oleh faktor sumber informasi. Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan sejumlah 24 orang (96%). Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh Mubarok (2010) mengatakan bahwa Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Peran ibu dalam perkembangan motorik halus baik dipengaruhi oleh sumber informasi dari petugas kesehatan, hal ini dikarenakan petugas kesehatan bisa memberikan informasi yang tepat pada ibu tentang cara memantau dan mendidik perkembangan motorik halus anak.

Berdasarkan jurnal Indahyati (2015) Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua dalam perkembangan anak dalam kategori berperan

64

sebanyak 20 (55,6%) responden. Banyaknya orang tua yang berperan terhadap perkembangan anak dapat dilihat dari tingkat kehadiran orang tua dalam penimbangan anaknya ke posyandu. Keterlibatan orang tua sangat penting dalam pemantauan tumbuh kembang batita. Orang tua yang selalu bertanya pada petugas kesehatan berat badan anak saat ini. Hasil pemeriksaan orang tua sangat senang dengan adanya peningkatan berat badan batita. Peran orang tua dalam perkembangan anak banyak yang berperan karena walaupun orang tua sibuk bekerja, anak tetap datang ke posyandu, dan anggota keluarga baik ibu, ayah, nenek maupun anggota keluarga yang lain membentu proses perkembangan anak dalam berbagai tahap. Peran orang tua yang baik terhadap perkembangan batita dilihat dari banyaknya orang tua yang sangat kooperatif pada saat peneliti melakukan penelitian, selain itu orang tua banyak yang menunggu sampai kegiatan posyandu selesai. Keluarga maupun orang tua selalu menemani anaknya bermain di posyandu dan mengenalkan pada anak berbagai jenis mainan dan bagaimana cara menggunakannya.

Peran orang tua terhadap perkembangan motorik halus di jelaskan ibu mengajari anak menulis dengan cara mengambar dan mecoret-coret buku dan ibu lebih suka anak bermain sendiri dari pada belajar mengambil manik-manik kecil untuk mengetahu seberapa baik motorik halus anak berdasarkan penilaian skore rata rata responden adalah 95 dan 94 dari 20 responden yang berperan. Hasil penelitian semua orang tua pernah mengajarkan menulis dan menggambar dan orang tua menyatakan bahwa anak mampu melakukan hal tersebut. Kesibukan bekerja, pendidikan yang

65

rendah serta kurangnya informasi menyebabkan orang tua membiarkan anaknya bermain sendiri tanpa memberikan pengarahan kurangnya sarana dan prasarana seperti manik-manik menyebabkan orang tua tidak dapat berperan secara maksimal.

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner didapatkan rata-rata tertinggi terdapat pada parameter pendidik yaitu sebesar 0,78. Menurut peneliti dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik halus anak ibu lebih aktif dalam mendidik untuk bermain puzzle, menggambar, mendidik anak untuk menyusun balok-balok. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan anak perkembangan motorik halusnya bisa normal dan tidak mengalami hambatan.

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner didapatkan rata-rata kurang terdapat pada parameter panutan yaitu sebesar 0,75. Menurut peneliti dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik halus anak ibu lebih aktif dalam memberikan contoh atau teladan bagi anak untuk menggunting kertas yang sudah dilipat-lipat, membuat suatu bentuk seperti rumbai- rumbai, orang, memberikan contoh pada anak agar anak bisa menanam biji kacang tanah atau kacang hijau di kaleng atau gelas aqua bekas yang telah diisi tanah. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan anak perkembangan motorik halusnya bisa normal dan tidak mengalami hambatan.

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner didapatkan rata-rata kurang terdapat pada parameter pengawas yaitu sebesar 0,65. Menurut peneliti dalam upaya meningkatkan perkembangan motorik halus anak ibu kurang aktif dalam mengawasi anak menggambar dengan cat memakai jari-jarinya

66

diselembar kertas besar, mengawasi anak saat anak menempel gambar tersebut pada karton atau kertas tebal. Dengan kurangnya peran ibu maka ibu diharapkan lebih aktif dalam meningkatkan perkembangan motorik halus agar bisa normal dan tidak mengalami hambatan.

5.2.2 Perkembangan motorik halus anak balita usia 1-5 tahun

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden yaitu 16 orang perkembangan motorik halus anak normal (61,5%). Motorik halus akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang memiliki motorik halus yang normal maka dalam melakukan suatu pekerjaan pekerjaan atau instruksi yang disuruh akan lebih cepat mengerjakannya dibandingkan anak yang memiliki motorik halus yang abnormal membutuhkan waktu yang lebih lama atau sama sekali tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau instruksi yang disuruh

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuhtertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan

untuk belajar dan berlatih (Arfan,2008). Keterampilan motorik halus

melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Gangguan pada

perkembangan motorik halus biasanya menyebabkan anak-anak

mengalami kesulitan belajar (Santrock, 2007). Adapun perkembangan motorik halus pada masa prasekolah, yaitu mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jarijari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan

67

tangannya untuk bermain, menempatkan objek kedalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat coretan di atas kertas (Wong, 2010).

Menurut Dini P dan Daeng Sari (2010) motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan serta pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerak. Menurut Lindya (2011) motorik halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk melakukan gerakan pada

bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot–otot kecil tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat. Menurut peneliti anak anak balita dengan perkembangan motorik halus normal hal ini menunjukkan anak sudah cermat dalam melakukan gerak, menyusun kubus, mencoret-coret, memilih garis yang lebih panjang.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak normal dalah faktor pendidikan ibu, Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA sejumlah 16 orang (61,5%). Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap orang tua anak, hampir setengah pendidikan ibu adalah SMA. Hal ini sesuai dengan pernyataan pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan, pada

68

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah mendapatkan informasi (Wawan, 2010).

Ibu sebagian besar berpendidikan SMA akan memiliki informasi yang baik tentang cara menilai perkembangan motorik halus anaknya sesuai dengan umur anak, dengan adanya peran ibu mengharapkan bisa meningkatkan perkembangan motorik halus anak dengan baik. Jadi, perkembangan motorik halus anak yang mengalami perkembangan motorik halus yang baik kemungkinan besar disebabkan oleh ibu sudah memiliki wawasan yang cukup tentang cara meningkatkan perkembangan motorik halus anaknya sesuai dengan usia anak.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui perkembangan motorik halus meragukan sejumlah 6 responden (23,1%). Menurut peneliti anak yang mengalami perkembangan meragukan dikarenakan anak tersebut kurang bisa tanggap dalam menghitung, melihat dan mengelompokkan, memotong dan menempel gambar menggunting kertas yang sudah dilipat- lipat, membuat suatu bentuk seperti rumbai-rumbai, anak ketika mengalami kesulitan menggambar garis lurus, bulatan, segi empat serta, menulis huruf dan angka.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui perkembangan motorik halus abdnormal sejumlah 4 responden (15,4%). Menurut peneliti anak yang mengalami perkembangan abnormal dikarenakan anak tersebut mengalami gangguan dalam menghitung, melihat dan mengelompokkan, memotong dan menempel gambar menggunting kertas yang sudah dilipat- lipat, membuat suatu bentuk seperti rumbai-rumbai, anak ketika

69

mengalami kesulitan menggambar garis lurus, bulatan, segi empat serta, menulis huruf dan angka, memberikan contoh pada anak agar anak bisa menanam biji kacang tanah atau kacang hijau di kaleng atau gelas aqua bekas yang telah diisi tanah

5.2.3 Pengaruh peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa peran ibu mempengaruhi perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun sebanyak 14 responden (53,8%).

Hasil uji statistik chi square diperoleh angka signifikan atau nilai probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p < ), maka data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada pengaruh

peran ibu terhadap perkembangan motorik halus balita usia 1-5 tahun Di Dusun Gedangan Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.

Peran orang tua sangat mungkin dilaksanakan khususnya ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang arti penting perkembang anak. Stimulasi sambil bermain misalnya, mengajak anak berlari berkeliling meja, mencoret, menyuapi anak sambil jalan-jalan, mengajak anak berbicara baik bahasa isyarat maupun espresi wajah dan memegang suatu benda.Ibu berperan penting sebagai pendidik pertama dalam keluarga sehingga ibu perlu dibekali pengetahuan dan keterampilan agar mengerti dan terampil dalam melaksanakan pengasuhan anak sehingga dapat bersikap positif dalam membimbing perkembang anak secara baik dan sesuai dengan

70

menstimulasi beberapa perkembangan anak sehingga anak bisa tumbuh dengan normal dan dapat melatih anak dalam bersosialisasi dengan anak yang lain (Yusuf, 2010). Menurut analisa peneliti, Peran yang baik diberikan orang tua kepada anaknya akan berpengaruh pada perkembangan motorik halus anak. Anak yang stimulasi baik maka tumbuh kembangnya akan semakin cepat begitu juga dengan perkembangan motorik halus anak.

Dokumen terkait