• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, penulis akan memaparkan hasil penelitian yang penulis peroleh melalui metode wawancara. Adapun hasil penelitian yang diperoleh sebagai berikut:

1. Usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi.

Sebagai salah satu komunitas yang ada di Banten, TBM Rumah Dunia mempunyai program-program yang di laksanakan setiap hari atau setiap bulannya untuk pemberdayaan masyarakat. Usaha yang dilakukan oleh TBM yaitu dengan melaksanakan program tersebut dengan sebaik-baiknya. Adapun program pemberdayaan masyarakat yang diterapkan oleh TBM Rumah Dunia sebagai berikut:54

a. Kelas Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh seseorang untuk memanfaatkan sarana informasi. Pada TBM Rumah Dunia, kelas menulis merupakan program unggulan yang disediakan agar masyarakat mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan masyarakat lain. Kelas menulis di Rumah Dunia diadakan selama enam bulan sekali. Dalam waktu enam bulan itu, peserta diajarkan teknik menulis, mulai dari menulis feature, essay,

54

artikel sampai cerpen dan puisi. Sampai saat ini, Kelas Menulis Rumah Dunia (selanjutnya disingkat KMRD) sudah mencapai pada angkatan 25.55

Tentunya selama pelatihan enam bulan itu, ada manfaat yang dirasakan oleh peserta kelas menulis. Salah satunya seperti: peserta KMRD mempunyai ilmu baru dibidang jurnalistik. Selain jurnalistik, manfaat lain yang dirasakan oleh peserta KMRD selama mengikuti pelatihan yaitu bisa menghasilkan beberapa tulisan berbentuk cerpen atau puisi.

Dari pelatihan menulis itulah, Gol A Gong berharap, bahwa kelas menulis yang dia selenggarakan bisa bernilai ekonomi jika dijalankan dengan serius. Selama pelatihan, peserta akan dikasih tugas-tugas, lalu diuji, kemudian direkomendasikan ke penerbit.56

Manfaat tersebut mulai dirasakan oleh salah satu peserta KMRD angkatan 25, sebagaimana dalam perbincangan non formal melalui

voice note whatsapp antara penulis dengan salah satu peserta KMRD,

sebagai berikut:

“Manfaat yang saya dapatkan selama mengikuti kelas menulis di Rumah Dunia angkatan 25 ini sangat banyak. Diantaranya melalui materi jurnalistik, saya banyak belajar mengenai bagaimana cara menjadi seorang wartawan, cara mewawancari dan bagaimana cara membuat berita yang baik hingga saya bisa menghasilkan sebuah

55

Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa kegiatan di TBM Rumah Dunia.

56

berita yang kemudian saya publikasikan dan Alhamdulillah mendapat pujian dari beberapa teman saya. Selain itu, dari materi fiksi saya mendapatkan banyak hal berupa bagaimana cara membuat cerpen yang baik, dengan menerapakan rumus 5 W + 1 H, hingga saya dapat menghasilkan beberapa cerpen yang Alhamdulillah menurut teman saya cukup baik. Hal itu tentunya nggak pernah saya dapatkan di kampus. Hanya saya dapatkan di kelas menulis Rumah Dunia ini.”57 Jika dikaitkan dengan harapan Gol A Gong terhadap peserta kelas menulis, Ari Aksara belum mampu menjadikan kemampuan yang dia miliki agar dapat bernilai ekonomi atau diterbitkan di media masa atau dalam bentuk buku. Namun Ari Aksara sudah mampu menyerap ilmu yang disampaikan oleh Gol A Gong selama pelatihan penulis yang sudah berjalan sekitar lima bulan.

b. Citizen Journalism atau Jurnalisme Warga

Secara tidak langsung, TBM Rumah Dunia mengajarkan kepada peserta KMRD untuk melakukan kegiatan citizen journalisme. Seperti apa yang dituturkan oleh salah satu peserta KMRD sebelumnya, bahwa dia bisa belajar jurnalistik ketika pelatihan menulis.

Biasanya Gol A Gong mengajarkan kepada peserta KMRD untuk menuliskan berita tentang apa yang peserta KMRD lihat di lingkungan tempat tinggalnya. Misalnya saat pertemuan kedua pelatihan jurnalistik di Rumah Dunia, Gol A Gong meminta teman-teman KMRD untuk menuliskan berita seputar masjid di tempat

57

Karena posisi narasumber berada di Kabupaten Tangerang, sedangkan penulis berada di Cilegon, maka perbincangan dilakukan melalui voice note whatsapp antara penulis dengan Ari Aksara, pada 27 April 2015

teman KMRD tinggal. Kemudian apabila ada hasil tulisan yang bagus, tulisan tersebut akan dimuat di www.rumahdunia.com.

Kemudian pada acara-acara selanjutnya, Gol A Gong dan para relawan Rumah Dunia menekankan pada teman-teman KMRD untuk terus menuliskan berita di sekitar rumah, sekolah atau kampus mereka. Hal ini dimaksudkan untuk mengasah kemampuan menulis teman-teman KMRD.58

c. Gong Travelling

Kegiatan Gong travelling merupakan sebuah kegiatan yang bukan sekedar jalan-jalan saja, melainkan jalan-jalan sambil menulis buku. Nantinya hasil dari jalan-jalan tersebut akan ditulis dalam bentuk cerita kemudian dijadikan sebuah buku. Saat ini Gong travelling sudah pergi ke dua negara, yaitu Singapore dan Bangkok. Biasanya acara Gong travelling diadakan sebulan dua kali.59

Kegiatan Gong travelling bukanlah kegiatan yang menghambur-hamburkan uang dan senang-senang saja. Selama perjalanan di Singapore atau Bangkok, Gol A Gong berperan sebagai tour guide yang akan berbicara dan memperkenalkan tentang sejarah dan kebudayaan negara yang dituju.60

58

Hasil keterlibatan dan pengamatan penulis dalam beberapa kegiatan di TBM Rumah Dunia.

59

Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 60

Dengan adanya program Gong travelling, diharapkan masyarakat dapat memahami kebudayaan negara yang dituju. Dari situ, nantinya mereka akan mengungkapkan apa yang mereka cari dan lihat melalui sebuah tulisan.

Tentunya acara Gong travelling ini memberikan manfaat untuk masyarakat yang mengikutinya. Seperti apa yang dituturkan oleh salah satu masyarakat yang mengikuti kegiatan Gong travelling. Dia jadi mempunyai cita-cita untuk kuliah di luar negeri. Hal ini dituturkan ketika terjadi perbincangan non-formal antara penulis dengan masyarakat yang mengikuti kegiatan Gong travelling ke Singapore:

Salam menuturkan bahwa setelah dia mengikuti kegiatan Gong

travelling, dia yang berasal dari kampung jadi mempunyai spirit untuk

kuliah di luar negeri. Selain itu, dia mempunyai paradigma baru tentang Indonesia di luar Bagaimana Indonesia yang secara geografis lebih besar, ternyata ketika di luar negeri begitu kecil. Selain itu, Salam bisa membandingkan bagaimana pendidikan di Indonesia dengan di luar negeri, yang pada akhirnya bermuara pada cita-cita Salam untuk kuliah di luar negeri.61

61

d. Pertunjukkan teater

Pertunjukkan teater di Rumah Dunia biasanya diadakan setiap sebulan sampai dua bulan sekali, namun kadang tidak tentu juga. Dulu, Rumah Dunia aktif dalam melaksanakan pertunjukkan teater, namun sekarang Rumah Dunia lebih memfokuskan hanya sebagai fasilitator. Misalkan ada dari komunitas lain yang ingin menampilkan pertunjukan teaternya, maka pihak Rumah Dunia mengundang mereka untuk tampil di Rumah Dunia.62 Biasanya mereka tampil di depan pinky

library, tempat yang sengaja disediakan untuk pertunjukkan teater.

Namun kalau dari pihak Rumah Dunia sendiri, ada juga kegiatan teater. Biasanya yang melatih teater ada Sauni dan teman-teman. Mereka melatih anak-anak di sekitar kampung Ciloang untuk berakting. Sedangkan bentuk teater yang ditampilkan dari Rumah Dunia, biasanya pementasan teater dalam bentuk dramatisasi puisi atau cerpen. Mereka tampil ketika ada acara besar di Rumah Dunia, seperti launching dan bedah buku.63

e. Bedah buku

Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia juga mempunyai program bedah buku. Dalam hal ini, biasanya buku-buku yang di bedah di TBM Rumah Dunia merupakan buku populer dan buku baru.

62

Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 63

Untuk buku populer, biasanya yang di bedah merupakan buku-buku dari pengarang populer seperti: Helvy Tiana Rosa, Pipit Senja, Habiburrahman El Shirazy dan masih banyak lagi. Ada juga buku baru yang di launching saat itu dan langsung di bedah.

Kegiatan ini biasanya dilakukan supaya pembaca tahu apa kelebihan buku tersebut, terutama untuk buku yang baru terbit. Waktu pelaksanaan acara bedah buku yang diadakan oleh Rumah Dunia tidak tentu, tergantung pada permintaan orang yang ingin bukunya di bedah di Rumah Dunia atau ada buku populer seperti bukunya Habiburrahman El Shirazy, maka mereka mendatangkan penulisnya langsung.64

f. Ode kampung

Ode kampung merupakan agenda paling favorite di Rumah Dunia, karena skalanya kegiatannya yang tingkat nasional. Bentuk dari kegiatan ini adalah diskusi tentang sastra dengan mendatangkan sastrawan-sastrawan se-Indonesia, misalnya seperti Budi Darma, Putu Wijaya, Taufiq Ismail, Gunawan Muhammad dan sebagainya.65

Ode kampung berlangsung selama tiga hari. Selama tiga hari tersebut, para sastrawan diinapkan di rumah warga sekitar Rumah Dunia. Kegiatan ode kampung ini dilaksanakan dengan tujuan untuk

64

Wawancara susulan dengan Ahmad Wayang, Serang, 30 April 2015 65

memberikan pengaruh yang cukup besar bagi regenerasi kesusasteraan di Indonesia. Selain itu, masing-masing komunitas yang hadir pada acara ode kampung, diharapkan dapat memacu adrenalin kesustraan dan menjadi studi banding. Ode kampung bukan hanya sekedar kegiatan diskusi sastra saja, melainkan ada kegiatan lainnya seperti workshop menulis dan teater, pertunjukkan, bedah buku dan lain-lain.

Sampai saat ini, kegiatan ode kampung sudah sampai pada ode kampung ke lima, yaitu dilaksanakan pada 3-5 Desember 2010. Sebelumnya kegiatan ode kampung ini diadakan hampir setiap tahun, namun karena keterbatasan dana, maka sampai pada tahun 2015, ode kampung belum diadakan lagi.

Dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Dunia, baik itu kegiatan regular atau unggulan, tentunya TBM Rumah Dunia melalukan kegiatan promosi dalam memperkenalkan atau memberitahu kegiatan yang akan dilaksanakan. Adapun usaha yang dilakukan dalam memperkenalkan kegiatan yang ada di Rumah Dunia melalui media online seperti facebook, twitter atau rumahdunia dot com. Selain itu, Rumah Dunia juga melakukan kegiatan promosi dengan cara menyebarkan undangan atau leaflet. Sering juga Rumah Dunia bekerja sama dengan tv lokal atau nasional. Untuk tv nasional biasanya acara yang diliput berupa acara talk show tentang profil Rumah Dunia.66

66

Antusias masyarakat dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Dunia cukup banyak. Misalnya dari acara untuk anak-anak, banyak anak-anak yang datang ke Rumah Dunia. Seperti acara ulang tahun Rumah Dunia yang baru dilaksanakan sebulan lalu, banyak anak-anak yang ikut serta dalam perlombaan menggambar dan mewarnai.67

Adapun ditinjau dari segi perubahan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar sebelum adanya TBM Rumah Dunia dan sesudah adanya TBM Rumah Dunia sebagai berikut:

a. Segi pendidikan

Sebelum adanya Rumah Dunia, masyarakat sekitar belum begitu peduli terhadap pendidikan. Anak-anak lebih memilih untuk membantu orang tua mereka daripada sekolah dan kebanyakan masyarakat sekitar masih lulusan SD. Para orang tua di kampung Ciloang pun sebagian besar berprofesi sebagai pedagang, tukang becak, tukang ojeg dan petani.

“Keberadaan Rumah Dunia pada awalnya sudah didukung oleh masyarakat sekitar. Sehingga ketika Rumah Dunia dibangun di kampung Ciloang, pola pikir masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting. Para orang tua mulai memperdulikan nasib anak mereka dan mulai menyekolahkan

anak-anak mereka hingga SMA bahkan sampai kuliah.”68

67

Wawancara dengan Ahmad Wayang, Serang, 26 April 2015 68

Karena narasumber berada di Jakarta dan saat itu kondisinya tidak bisa ditemui, obrolan dilakukan menggunakan fasilitas facebook messenger dengan Muhzen Den, Cilegon, 1 April 2015

Seperti apa yang dirasakan oleh salah satu masyarakat kampung Ciloang yang kini telah sukses setelah belajar di Rumah Dunia.

Muhzen Den, atau yang akrab disapa dengan kang Deden menuturkan bahwa dia bergabung di Rumah Dunia sejak kelas 2 SMP. Kang Deden mendedikasikan dirinya ke Rumah Dunia untuk mengubah hidupnya dengan terus belajar, sehingga dia bisa menikmato pendidikan sampai perguruan tinggi. Manfaat secara pribadi, dia bisa mengakses buku dengan mudah, sehingga jadi gemar membaca dan menulis. Kemudian perubahan yang dia rasakan ketika bergabung di Rumah Dunia adalah dia jadi memiliki keluarga sosial yang sama-sama mempunyai mimpi untuk berubah. Melihat latar belakang keluarga kang Deden yang sebagai anak pemulung, sehingga dia terbantu dengan adanya Rumah Dunia. Dengan begitu, dia mempunyai harapan besar untuk semangat belajar dan bercita-cita. 69

Muhzen Den ini merupakan generasi pertama di kampung Ciloang yang pertama kali berhasil mendapatkan gelar sarjana pendidikan dari program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sampai sekarang mulai banyak teman-teman Muhzen Den yang mengikuti jejaknya, belajar sampai perguruan tinggi. Kini Muhzen Den telah menjadi seorang editor di koran Seputar Indonesia.

69

Karena narasumber berada di Jakarta dan saat itu kondisinya tidak bisa ditemui, obrolan dilakukan menggunakan fasilitas facebook messenger dengan Muhzen Den, Cilegon, 1 Mei 2015

Jelas sekali, perubahan yang dirasakan oleh masyarakat kampung Ciloang setelah berdirinya TBM Rumah Dunia. Berkat adanya Rumah Dunia, kini banyak masyarakat yang melanjutkan pendidikannya sampai perguruan tinggi.

b. Seni

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebelum adanya Rumah Dunia, masyarakat cendrung untuk bekerja. Namun setelah adanya Rumah Dunia, masyarakat mulai kreatif dalam bidang seni. Meskipun belum terlihat begitu signifikan, namun Rumah Dunia berhasil menjadikan seni sebagai kegiatan yang menyenangkan.

Adapun kegiatan dalam bidang seni di Rumah Dunia ada dua, yaitu: seni musik dan seni teater. Untuk seni musik, Rumah Dunia lebih memfokuskan pada musikalisasi puisi. Bentuk kegiatan ini berupa menjadikan puisi sebagai sebuah lagu yang nantinya bisa dinyanyikan dengan diiringi alat musik gitar. Kegiatan ini pertama kali ini rintis oleh Firman Venayaksa. Kemudian sekarang diteruskan oleh Muhammad Arif Baehaqi dan teman-teman.70

Selain itu ada juga seni pertunjukkan teater. Seni teater di Rumah Dunia sudah ada sejak pertama kali Rumah Dunia dibangun, yaitu pada tahun 2002. Yang pertama kali merintis seni teater ini merupakan relawan

70

Rumah Dunia terdahulu seperti Teh Nazlah, Kak Budi, Kak Peter, Teh Mut, Kak Dedi dan Teh Ade.71 Setelah ke enam relawan tersebut, barulah generasi Suni dan Aeni yang meneruskannya.

Rumah Dunia sudah sering menampilkan pertunjukkan teater, baik tampil di Rumah Dunia, kampus-kampus di Banten dan pernah juga beberapa kali tampil di Jakarta. Terakhir pentas pada acara jambore TBM se-Indonesia yang kebetulan acaranya bertempat di Rumah Dunia. Kemudian setelah acara itu, mereka diundang oleh dompet dhuafa ke Bulungan, Jakarta

Timur, mereka menampilkan pementasan teater yang berjudul “Dampu Awang Rumah Dunia.”72

2. Solusi mengatasi kendala dalam melakukan pemberdayaan masyarakat

Dalam pemberdayaan masyarakat, TBM Rumah Dunia sebagai fasilitator di lingkungan sekitar, tentunya ada berbagai macam kendala yang dihadapi. Adapun berbagai macam kendala yang dihadapi oleh TBM Rumah Dunia dalam melakukan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

71

Karena penulis berada di Jakarta, sedangkan narasumber di Serang, sehingga tidak memungkinkan untuk bertemu. Maka obrolan dilakukan melalui facebook messenger dengan Suni Ahwa, pada 4 Mei 2015

72

Karena penulis berada di Jakarta, sedangkan narasumber di Serang, sehingga tidak memungkinkan untuk bertemu. Maka obrolan dilakukan melalui facebook messenger dengan Suni Ahwa, pada 4 Mei 2015

1) Karakter

Karakter merupakan kendala utama yang dihadapi oleh TBM Rumah Dunia dalam hal pemberdayaan masyarakat. Adanya berbagai sifat yang datang silih berganti ke Rumah Dunia setiap tahunnya, merupakan tugas utama Gol A Gong sebagai pendiri sekaligus penasihat di TBM Rumah Dunia.

Misalnya pada satu kejadian, masyarakat di sekitar Rumah Dunia, menginginkan Rumah Dunia bisa menyejahterakan masyarakat dalam hal materi. Namun Rumah Dunia tidak bisa memberikan itu semua. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh Rumah Dunia. Rumah Dunia hanya bisa memberikan ilmunya saja, lalu mereka yang menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kasarnya, Rumah Dunia hanya bisa memberikan umpan, bukan ikan.73 Itu merupakan salah satu contoh karakter yang ada, jadi tugas Gol A Gong dan relawan Rumah Dunia yaitu perlahan mengubah karakter dan pola pikir masyarakat.

Untuk mengatasi masalah perbedaan karakter tersebut, Rumah Dunia memberikan pengertian kepada masyarakat atau orang luar yang datang ke Rumah Dunia untuk belajar agar mereka bisa mengubah karakter yang tidak baik menjadi baik. Karakter yang dibawa dari

73

rumah ke Rumah Dunia didiskusikan bersama sampai akhirnya masyarakat menyadari bahwa kolektifitas itu penting.74

Selain itu, Gol A Gong terus berupaya untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat yang ingin belajar. Meskipun tidak dapat memberikan bantuan secara materi, namun Gol A Gong mengajarkan kepada relawan untuk memberikan tenaga, pikiran dan waktunya untuk didedikasikan kepada masyarakat. Menurut Gol A Gong, ini merupakan jihad di jalan Allah, karena dia sebagai orang yang dituakan di Rumah Dunia harus mencontohkan bahwa harus total dalam mengurusi Rumah Dunia, termasuk menghadapi perbedaan karakter yang ada di masyarakat.75

2) Sarana dan prasarana

Kendala selanjutnya yang dihadapi TBM Rumah Dunia yaitu sarana dan prasarana. Meskipun jika dilihat sekilas mata, TBM Rumah Dunia sudah mempunyai gedung yang terlihat mewah, tapi menurut Gol A Gong gedung tersebut belum selesai. Di dalam gedung tersebut, ada sarana yang sebenarnya belum lengkap, misalnya audio visual. Gol A Gong menginginkan di Rumah Dunia bisa memutar film setiap minggunya, sehingga ada kegiatan nonton bersama di Rumah Dunia.76 Namun karena karena ketebatasan infocus yang ada satu buah dan kadang dipakai untuk kegiatan perpustakaan keliling

74

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April, 2015 75

Wawancara dengan Gol A Gong, Serang, 26 April 2015 76

juga, menyebabkan kegiatan nonton bersama di Rumah Dunia belum terlaksana sepenuhnya.

Selain itu, fasilitas seperti komputer dan ruang sekretariat masih apa adanya. Meskipun dulu Rumah Dunia sempat mendapatkan komputer beberapa unit dari sponsor, namun untuk saat ini komputer yang ada di Rumah Dunia hanya tinggal satu buah. Itu pun kadang sering rusak dan terkena virus. Kemudian, sekretariat yang belum sempurna juga merupakan salah satu kendala di Rumah Dunia. Gol A Gong menginginkan ruang sekretariat bisa diperbaiki lagi supaya bisa digunakan untuk kegiatan rapat pengurus atau hal yang lainnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Gol A Gong berupaya untuk mencari dana tambahan dari usahanya sendiri. Hal ini disebabkan karena dari pihak pemerintah kurang mendukung pada komunitas yang terlalu mengkritik Banten. Gol A Gong beserta Rumah Dunia memang kurang suka terhadap pemerintah Banten, apalagi terhadap masalah korupsi.

Oleh karena itu, Gol A Gong lebih senang mencari dana sendiri, misalnya dengan cara para relawan atau peserta Rumah Dunia menerbitkan buku, lalu keuntungan dari hasil penjualan buku tersebut disumbangkan ke Rumah Dunia untuk membantu acara-acara selanjutnya. Selain itu, saat ini Gol A Gong sedang merintis film layar

lebar, kalau box office sebagian dananya akan disisihkan untuk memperbaiki sarana dan prasarana di Rumah Dunia.77

Meskipun ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Rumah Dunia, Gol A Gong berharap bisa menjadikan Rumah Dunia dan kampung Ciloang sebagai kampung kreatif. Konsepnya dengan menyediakan kios-kios di sekitar Rumah Dunia. Dengan adanya kampung kreatif, nantinya orang-orang yang datang ke Rumah Dunia dan ingin membeli oleh-oleh khas Banten, Rumah Dunia bisa menyediakannya. Seperti kaos Banten, buku karya anak-anak Banten dan sebagainya. Tentu semua itu butuh usaha dan kerja keras, terutama modal yang tidak sedikit.78 Oleh karena itu, Gol A Gong terus berupaya untuk mengumpulkan dana demi harapannya tersebut.

Dokumen terkait