• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

1. Program pemberdayaan masyarakat yang ada pada TBM Rumah Dunia sudah sangat bagus. Untuk program gong travelling, alangkah baiknya disediakan secara gratis untuk masyarakat yang berprestasi dan kurang mampu. Hal itu bisa berguna agar masyarakat yang berprestasi tersebut bisa mengenal budaya selain Indonesia.

2. Lebih ditingkatkan lagi dalam hal pembentukkan karakter masyarakat. Misalnya dengan cara membuat program pendidikan karakter, agar masyarakat bisa berpikir lebih luas lagi.

3. Taman bacaan masyarakat Rumah Dunia harus lebih giat lagi membuat wirausaha, seperti: memjual kaos Banten, makanan khas Banten atau kerajinan tangan Banten. Nantinya keuntungan dari usaha tersebut bisa digunakan untuk menambah kas Rumah Dunia dan bisa memperbaiki fasilitas yang ada di Rumah Dunia.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan: Perubahan Sosial Melalui

Pembelajaran Vocational Skills pada Keluarga Nelayan. Bandung: Alfabeta,

2007.

Diao Ai Lien dkk. Literasi Informasi: Tujuh Langkah Knowledge Management. Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2010.

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat (TBM). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah,

2006.

Ella Yulaelawati, ed., Taman Bacaan Masyarakat Kreatif. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, 2010

Firman Venayaksa, dkk., Relawan Dunia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011.

Gol A Gong dan Agus M. Irkham, Gempa Literasi: Dari Kampung untuk

Helen M Thompson dan Susan A. Henley. Fostering Information Literacy:

Connecting National Standards Goals 200, and the SCANS Report. Colorado:

Teacher Ideas Press, 2000.

Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011.

Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

J. Pincoot. Success. Penerjemah Ratih Purnamasari. Bandung: Salamadani, 2008.

Kemendikbud. Petunjuk Teknis Pengajuan dan Pengelolaan Taman Bacaan

Masyarakat Tahun 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak

Usia Dini, Non Formal dan Informal, 2012.

Michael B Eisenberg, dkk., Information Literacy: Essential Skills for the

information Age. Libraries Unlimited: Westpost, 2004.

Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011.

Muhsin Kalida, Jogja TBM Kreatif. Yogyakarta: Forum Taman Bacaan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012.

Percy “Master P” Miller, Guaranteed Success: Bila Anda Pantang Menyerah. Penerjemah Isma Noor Anggraini. Bandung: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2008.

Ratih Rahmawati dan Blasius Sudarsono, Perpustakaan Untuk Rakyat: Dialog

Anak dan Bapak. Jakarta: Sagung Seto, 2012.

Relecky Saragih. What Is Success. Jakarta: Grasindo, 2015.

Rosa Widyawan. Pelayanan Referensi Berawal dari Senyuman. Bandung: CV. Bahtera Ilmu, 2012.

Sari Wahyuni. Qualitative Research Method. Jakarta: Salemba Empat, 2012.

Sutarno, NS. Membina Perpustakaan Desa. Jakarta: Sagung Seto, 2008.

ARTIKEL JURNAL

Philllips Imam HW, “Studi Komparatif Pentingnya Literasi Informasi Bagi Mahasiswa,” Visi Pustaka, Vol. 15 No. 2 (Agustus, 2013)

Rafi Ramadhan, “Analisis Aktifitas Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Minat Baca pada Komunitas Insan Baca,” Media Libri-Net Vol. 2 No. 2 (Juli, 2013)

Rhoni Rodin, “Literasi Informasi di Perpustakaan Perguruan Tinggi,” Media

Pustakawan, Vol. 20 No. 4 (2013)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republika Indonesia, Undang-undang tentang Taman Bacaan Masyarakat No. 169 Tahun 2009, Pasal II, Bab 2, dalam Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

WEB

Agus Purbathin Hadi. “Konsep Pemberdayaan, Partisipasi dan Kelembagaan

dalam Pembangunan.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari

www.suniscome.50webs.com

Arif Rifai Dwiyanto, “Peran Perpustakaan Nasional RI dalam Mengembangkan Literasi Informasi sebagai Amanat Konstitusi.” Artikel diakses pada 1 April 2015 dari www.pnri.go.id

Alexandra Landmann, “Taman Bacaan Masyarakat dan Budaya Lisan Masyarakat Adat Kanekes,” Artikel diakses pada 17 Maret 2015 dari

http://wiwitan.org

A. Priyatna “Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Pengukuran

Keberdayaan Komunitas Lokal,” artikel diakses pada 18 Mei 2015 dari

Cholisin. “Pemberdayaan Masyarakat.” Artikel diakses pada 6 April 2015 dari

staff.uny.ac.id

Gol A Gong. “Redaksi” diakses pada 20 Desember 2014 dari

rumahdunia.com/isi/about

Gol A Gong. “Rumah Dunia.” Diakses pada 1 April 2015 dari

rumahdunia.com/isi/profil-rumah-dunia

Tri Hardiningtyas, “Taman Bacaan Masyarakat: sebagai mitra perpustakaan,”

artikel diunduh pada 17 Maret 2015 dari http://pustaka.uns.ac.id

Yusuf Dzul Ikram Al-Hamidy, “Kemampuan Literasi Informasi Mahasiswa pada

Layanan American Corner di UPT Perpustakaan IAIN Walisongo

Semarang menurut Association Of College and Research Library” artikel

diakses pada 2 April 2015 dari ejournal-s1.undip.ac.id

HASIL WAWANCARA

Wawancara pribadi dengan Gol A Gong. Serang, 26 April 2015 Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang. Serang, 26 April 2015 Wawancara pribadi dengan Ahmad Wayang. Serang, 30 April 2015 Wawancara pribadi dengan Gol A Gong. Serang, 31 Juli 2015

OBROLAN NON-FORMAL

Obrolan non formal dengan Ari Aksara melalui voice note whatsapp, Cilegon, 27 April 2015

Obrolan non formal dengan Abdul Salam, Serang, 30 April 2015

Obrolan non formal dengan Muzen Den melalui facebook messenger, Cilegon 1 Mei 2015

Obrolan non formal dengan Muzen Den melalui facebook messenger, Cilegon 18 Mei 2015

Obrolan non formal dengan Suni Ahwa melalui facebook messenger, Cilegon 1 Mei 2015

Lampiran

Sarana dan Prasarana

Rak koleksi Ruang baca

Tempat pementasan teater Pinky library

Kelas menulis Rumah Dunia *)

Kunjungan mahasiswa ke Rumah Dunia

Kegiatan Gong Travelling *)

Perpustakaan keliling Rumah Dunia *)

Temu penulis

*)

Ketetangan:

*) Foto diambil dari facebook Gol A Gong dan Tias Tatanka **) Foto diambil dari facebook Suni Ahwa

TRANSKRIP WAWANCARA

Informan : Gol A Gong (inisial G)

Jabatan : Pendiri Taman Bacaan Masyarakat Rumah Dunia Tanggal Wawancara : 26 April 2015

Waktu : 09.25-10.00

A. Pertanyaan Umum

Penulis : Bagaimana arti literasi informasi sendiri menurut bapak? G : Literasi itu kan kalau secara terminologi itu keaksaraan, ya;

keaksaraan difungsikan. Jadi literasi buat saya, satu upaya dari

kita untuk meningkatkan kualitas hidup. Jadi bagaimana, ehem…

literasi itu kita berdayakan memiliki e… daya guna, berdaya gunalah. Apalagi jika bisa bernilai ekonomi. Nah maka untuk mencapai nilai ekonomi sebenarnya ada profesi literasi informasi itu, yaitu wartawan, script writer, eee… apalagi, pengarang ya,

esayes, pokoknya semua pekerjaan yang berhubungan dengan literasi, copy writer penulis iklan. Kalau tour guide literasi bukan, Ned? Heh. Tour Guide. Tour guide juga sebenarnya bagian dari literasi karena ada proses membaca disana. Nah itu yang sebetulnya yang ingin saya bagikan di Rumah Dunia. Juned salah satu eee… berbeda dari yang lain. Eee… Selain wartawan dia

meniru jejak saya tuh sebagai tour guide. Hehehe.

Penulis : Jadi dari kemampuan literasi informasi itu dapat meningkatkan kualitas hidup ya?

G : He.. Eh kualitas hidup. Dengan literasi. Terus apa literasi informasi, dengan apa ya tadi, keterampilan menulis.

Penulis : Program literasi informasi apa saja yang ada di TBM Rumah Dunia?

Penulis : Program literasi informasi yang ada di TBM Rumah Dunia apa saja?

G : Di Rumah Dunia maksudnya? Kelas menulis sudah pasti. Wisata mengarang untuk anak-anak. Eee… Diskusi ya diskusi… Eee…

Merayakan hari-hari besar misalnya kaya world book day hari ini.

Terus ada… yang sifatnya kegiatan regular yang tadi kelas menulis, majelis puisi, wisata mengarang, ada wisata study. Terus ada yang sifatnya perayaan. Disitu lebih ke out comenya ya.

Bagaimana manfaatnya dari proses eee… apa stimulus-stimulus tadi disimulasikan dalam bentuk perayaan, yaitu launching buku, disitu udah ada manfaatnya, dampaknya, impactnya itu. Launcing buku, pembacaan puisi terus pementasan teater; bagaimana teks di

eee… teks ditafsirkan lalu dikonfersi menjadi bentuk lain yaitu pementasan teater. Itu sebenarnya. Seni ya. Jadi berat. Eee… pada

akhirnya bersinggungan dengan seni literasi itu Penulis : Kalau Gong travelling itu termasuk?

G : He… Eh… Gong travellingitu aaa… betul-betul literasi. Pertama misalnya yang tadi meningkatkan kualitas hidup. Orang selalu menganggap jalan-jalan itu menghambur-hamburkan uang. Dengan 2 juta setengah ke Singapore bisa dapat buku ya, bisa menulis buku. Disana eee… saya jadi tour guide juga berbeda bukan hanya sekedar senang-senang tapi bicara soal sejarah,

kebudayaan karakter, eee… ada transformasi eee… apa ya,

transformasi nilailah disana. Itu sebetulnya. Jadi Gong travelling bagian dari varian produk eee… dari saya ya yang nanti

diupayakan untuk mensubsidi kegiatan literasi tingkat dasar disini, di Rumah Dunia.

Penulis : Terus kalau selain meningkatkan kualitas hidup ada nggak tujuan lain dari program literasi informasi ?

G : Program apa?

G : Eee… Sebuah gerakan kebudayaan. Di Rumah Dunia bukan masjid. Secara konsisten terus menerus memberikan eee… memberitahu komitmen yang ada di Rumah Dunia bahwa eee… apa bahwa eee… apa… kita kampanye literasi, berkegiatan di

literasi sesuatu kegiatan yang diwajibkan oleh Allah dan jika apa, jika kita mengikuti perintah Allah, maka Allah akan membalas. Kaya gitu.

B. Pertanyaan usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam pemberdayaan masyarakat

Penulis : Bagaimana usaha yang dilakukan oleh TBM Rumah Dunia dalam memperkenalkan kegiatan yang ada kepada masyarakat?

G : Eee… pake komunikasi masa tadi, ya. Misalnya publikasi eee…

kita memakai metode tadi ya komunikasi masa dengan leaflet, dengan eee… online dot com, website ya, faebook, twitter, cara

-cara seperti eee… yang sangat yang konvensional ya leaflet, nyebar-nyebarin undangan, SMS. Oh iya satu lagi, eee… program

TV, networking. Kita sering bikin program TV lokal, kalau

program tv nasional kita di support dengan cara talk show, eee…

apa feature, mereka membuat feature profil Rumah Dunia. Itu

bagian dari sosialisasi, dokumentasi, publikasi itu, bagian dari promosinya.

Penulis : Terus kalau dari pemberdayaan masyarakat sendiri?

G : Ya. Ehm. Pemberdayaannya misalnya eee… ketika ada kelas

menulis saya memberitahu bahwa kelas menulis ini bisa bernilai ekonomi jika serius. Ya, maka ikuti silabus ini, penuhi tugas-tugasnya nanti tanpa disadari kualitas dari para peserta itu meningkat. Memiliki keterampilan, lalu diuji, kan, saya rekomendasikan ke penerbit, selebihnya terserah masing-masing. Kalau dia, aah ituu! Pemberdayaannya di sana sebenarnya. Saya

hanya membuka pintu-pintu, setelah itu, selebihnya kualitas dari masing-masing peserta.

Penulis : Itu dari kelas menulisnya ya? G : Ya, terutama kelas menulis.

Penulis : Bagaimana perubahan yang dirasakan di masyarakat sebelum adanya TBM Rumah Dunia dan sesudah adanya TBM Rumah Dunia?

G : Dalam pendidikan, literasi, ada. Mereka mulai menganggap bahwa pendidikan itu penting dan seni itu ternyata

menyenangkan. Itu yang saya lihat. Pertama, eee… kami,

keberadaan kami didukung, tidak ada masalah, persoalan anak kecil nakal kaya gitu, soal sampah kaya gitu, itu bagian dari dinamika lah. Itu semua tempat ada. Itu bagian dari perjuangan relawan. Itu pembentukkan karakter relawan. Tapi secara

keseluruhan, eee… pola mikir masyarakat bahwa pendidikan yang waktu awal saya datang ke sini tidak jadi urusan pertama, sekarang saya lihat mereka eee… mulai mementingkan sekolah,

anak-anak banyak yang sekolah, walaupun kemudian pada akhirnya masing-masing anak menentukan eee… pilihannya.

Dengan generasi Deden, Sauni si Aeni itu generasi pertama yang memang mulai mendapatkan apa, manfaat dari literasi yang ada di Rumah Dunia.

Penulis : Jadi dalam pendidikan ya, yang lebih terasa?

G : He eh… dan tadi dari seni yang tadi yang kata saya seni lebih

menyenangkan. Mereka senang berteater.

Penulis : Bagaimana peran pemerintah dalam menyelenggarakan kegiatan yang ada?

G : Eee… saya melihat diskriminatif pemerintah itu. Kalau komunitas

itu tukang ngeritik maka tidak perlu diperhatikan. Itu tampak sekali, terasa dan saya rasakan itu sejak SMA. Jadi sulit kalau

saya harus mengubah diri saya agar saya tidak kritis, sulit! Mendingan saya nggak usah baca buku, nggak usah baca buku ikut saja. Karena saya suka baca buku sehingga saya kritis, itu susah. Itu manfaat dari membaca buku. Nah kemudian itu menjadi karakter saya. Itu yang saya lihat diskriminatif, pemerintah

Banten. Ya, diskriminatif. Eee… ya rasanya tidak masuk akallah

kalau komunitas seperti Rumah Dunia tidak di support ya,

misalnya dalam eee… penganggaran misalnya, tidak… tidak…

mereka tidak berpihak ke gerakan yang kami selenggarakan. Penulis : Jadi tidak pernah ya, pemerintah ikut serta?

G : Kalau disebut nggak pernah, nggak juga. Pernah misalnya… Tapi

itu lebih ke secara pribadi saja. Misalnya, kepala dinas yang memahami itu, maka kami diraih, didekati lalu mereka sering bilang bahwa ini urunan, kaya gitu. Nggak murni dari anggaran.

Karena kami tidak pernah mengajukan proposal. Itu apa… Sering

orang menganggap kalau itu kelemahan kami, ya nggak apa-apa.

Kami tidak… tidak aktif membuat proposal, mengajukan sana sini, karena itu bahaya buat eee… apa… anak-anak yang belajar di sini, nanti saya mengajarkan cara modus mendapatkan uang, jadi programnya enggak. Saya lebih kepada program lalu meyakini jika program itu bagus, maka rezeki itu akan datang. Dan itu kamu bisa riset, orang yang sering dapat dana hibah sama yang tidak seperti Rumah Dunia, Rumah Dunia mah jalan aja

terus sampai dapat gedung. Itu yang… Jadi artinya bukan pada

eee… penting tidaknya hibah, tapi pada SDMnya, relawannya

menjadi kuat, menjadi kreatif, nyetak lah disitu. Nah itu literasi. Penulis : Berarti kalau dari pemerintahnya langsung nggak ada ya?

G : He…eh nggak. Kecuali di pusat ya. Kebanyakan, kan di pusat tu, gedung itu dari Menpora, ya bagian dari apresiasi mereka. Mereka

jelas cara kerjanya, ada tim lit… apa… development, input-input data dari media masa, mereka kelola lalu menjadi… menjadi basic untuk eee… apa… untuk penyaluran dana. Nah disini nggak ada,

input-input datanya hanya… Itu komunitas itu mendukung nggak, mendukung nggak.

Penulis : Sejauh ini, adakah masyarakat yang sudah berhasil menerapkan atau melaksanakan dari program literasi informasi tersebut?

G : Masyarakat atau perorangan? Kalau masyarakat sebetulnya berhasil, secara keseluruhan. Saya melihat sering kami nih, menyebut bahwa Rumah Dunia ini episentrum, titik gempa literasi maka saya lahir buku gempa literasi itu. Indikatornya Rumah

Dunia sering dijadikan tempat berkumpul… tempat berkumpul, lalu Rumah Dunia sering menginisiasi, mendukung pendirian taman bacaan-taman bacaan. Jadi… Kelompok… Masyarakat -masyarakat ini kemudian membuat komunitas mereka terinspirasi Rumah Dunia, membuatlah itu di kampung-kampung mereka. Nah kami men-suport, men-suport, membantu, distribusi buku, saya datang memotivasi mereka ya Rumah Dunia lah ya, menghibur. Kita membuat pertunjukkan di sana. Bayangkan kalau

misalkan kami dapat… tidak diberlakukan diskriminatif, dapat

dana seperti komunitas lain, apa yang terjadi. Mungkin

programnya bisa lebih dinamis ya, lebih continu, apa… lebih

konsisten.

Penulis : Kalau dari perorangannya sendiri?

G : Perorangan sendiri… eee… juga kurang maksimal. Lebih pada

orang-orang Banten yang sukses di luar. Jadi ciri-ciri, orang yang mendukung Rumah Dunia tuh biasanya dia sekolah di luar

Banten, sukses di luar. Lalu mereka eee… yakin bahwa Rumah

Dunia steril, membantu. Kalau orang yang tinggal di sininya, saya lihat begitu kuat muatan politisnya, kaya gitu. Banyak teman-teman dekat saya sama sekali tidak menggubris apa yang saya lakukan disini, padahal itu dekatnya luar biasa. Karena berbeda

orientasi politik, kemudian eee… mereka tidak peduli dengan apa

yang kami lakukan disini.

Penulis : Kalau misalkan dari relawannya sendiri, sukses dalam melaksanakan atau menerapkan program literasi informasi? Kaya wartawan gitu?

G : Ada-ada, he eh… ada banyak. Tiap angkatan banyak. Bisa…

yang sekarang tadi ya. Hilman sama Wayang masuk ke Banten Raya, ada Ali Sobri di majalah Hai, Deden di koran Seputar Indonesia, ada yang di tv lokasl, ada yang mendirikan PH PH,

eee… apa… itu mungkin yang membuat Rumah Dunia bertahan

hingga hari ini, karena banyak orang merasakan manfaatnya. Gitu. Jadi, apa yang dipelajarin oleh mereka, aplikatif gitu.

C. Solusi untuk mengatasi hambatan

Penulis : Bagaimana kendala yang dihadapi TBM Rumah Dunia dalam proses pemberdayaan masyarakat?

G : Karakter. Karakter hehehe yang dari rumah itu yang sedang… yang selalu. Kan tiap, tiap ang… tiap tahun itu datang yang baru lagi baru lagi, ya itu pekerjaan rumah saya. Tapi so far so good

lah. Jadi selalu harus… nah itu mungkin bagian dari interaksi eee… apa komunikasi antar relawan. Jadi justru lebih bagus, banyak ketemunya, dibereskan… kalau ada karakter dari rumah di

bawa ke sini lalu kita… kita diskusikan sampai eee… sampai

mereka menyadari bahwa kolektifitas itu penting. Penulis : Selain itu?

G : Eee… sarana, sarana mungkin ya disini yang belum maksimal. Karena tadi dana kurang. Kita banyak di kegiatan-kegiatan program, ada sarana yang kurang tidak mendukung sebetulnya

Misalnya lab komputer eee… selalu rusak ya di sini, faktor alam. Terus misalnya…

G : Eee… sekarang udah nggak ada komputernya, udah tinggal

berapa karena rusak tadi, karena kami tidak punya dana rutin jadi nggak… itu yang sering saya kasih tau. Tapi itu kan karakter, jadi susah ya. Nah saya salah satunya mengenalkan cara berpikir modern juga. Dengan kondisi digital ini, serba digital di Rumah Dunia sekarang masuk ke era digital sebetulnya. Udah mulai

ada… Dulu kita simulasinya bikin… kelas menulis bikin majalah. Itu… biasanya saya suka dapat rezeki lalu saya eee… apa

modalin. Jadi kenapa Rumah Dunia ini bisa sampai bertahan? Karena saya yang dituakan ini mencontohkan bahwa harus total dalam mengurusi Rumah Dunia. Nabi Muhammad aja hartanya buat perang kan di… apa dikorbankan. Selayaknya begitu di jalan Allah. Sering orang melupakan bahwa sebetulnya… kami yang

lakukan disini itu sebetulnya di jalan Allah, yang Allah perintahkan membaca menulis itu. Dua hal itu. Nah saya meyakini

kurang orang, relawan nggak… nggak mampu dalam materi,

tenaga pikirannya, waktunya, dedikasikan. Ini jihad di jalan Allah

ini. Nah alhamdulillah walaupun tidak banyak yang eee… yang

memahami itu, dari yang sedikit itulah Rumah Dunia bisa bertahan. Apa banyak!

Penulis : Berarti kendalanya selain karakter, sarana yang kurang mendukung?

G : Bukan sarana yang kurang mendukung kali ya, kurang komplit

kali ya. Karena orang pasti eee… wah gedung udah bagus, bagi saya gedung itu belum selesai itu. Cuma harusnya disitu eee… ada yang sarana penunjangnya. Misalnya audio visualnya tuh kurang apa, kurang komplit. Harusnya bisa muter film tiap minggu

misalnya. Eee… kemudian apa, hmm… apa lagi ya di sini. Ya

tadi sekretariat kita belum punya yang apa… yang representative lah. Ya sekretariatnya masih… begitu.

G : Eee… pertama mensyukuri yang ada sambil berupaya… ya kalau

saya secara pribadi, secara kolektif sebetulnya agak sulit. Karena

eee… kesenjangan ekonomi terutama ya. Tidak semua mapan.

Sambil saya secara pribadi berupaya misalnya membuat film layar lebar sedang merintis, nanti mudah-mudahan box office, kalau box office mungkin ya ada yang disisihkan. Nanti diperbaiki

sarana. Ya bagi saya eee… selalu mengatakan bahwa inisiatif itu

harus dimulai dari yang punya ide. Maka yaa… nanti kalau saya nggak mampu eee… disebarkan ke teman-teman.

Penulis : Bagaimana planning TBM Rumah Dunia ke depannya dalam pemberdayaan masyarakat melalui program literasi informasi?

G : Ehem… eee… saya ingin ke sosial preneur tadi. Misalnya eee…

beberapa orang sudah ada yang memahami bahwa Rumah Dunia itu arahnya ke sana. Bahwa berbisnis itu pakai ilmu sedekah itu.

Misalnya eee… dulu sebenarnya pernah dicoba memberi modal

ke beberapa apa, penduduk, ada berapa orang, satu dua tiga

empat. Ada e… dimodalin jualan siomay. Ya mungkin bisnis itu tidak semudah apa yang kita bayangkan. Eee… saya lebih tertarik

sebenarnya mengajak entah bagaimana ya, mengajak ke eee…

menjadikan ini kampung kreatif. Kampung kreatif… Apa, ada

ekonomi kreatifnya di sana. Lalu mereka misalnya kampung Ciloang ini, saya dari dulu terobsesi ingin menjadikan kampung

Ciloang ini salah satu eee… destinasi wisata eee… ekonomi budaya atau ekonomi kreatif tadi. Jadi di sini ada… ada unsur seninya. Orang-orang datang ke Rumah Dunia misalnya, saya pengen satu blok itu kios buku semua, satu blok itu kaos semuaa... merchandise. Jadi orang kalau pengen belanja merchandise Banten, ke sini. Udah ada batik Banten kan? Sudah ada batik Banten, nanti kaosnya, bukunya. Nah… itu sulit juga kalau berurusan dengan pemerintah. Karena banyak aturan… nah

otomatis pertama saya harus punya uang sendiri dulu, kedua mengajak teman-teman. Baru setelah itu pemerintah biasanya melihat. Jadi seperti Rumah Dunia itu diawali semuanya dari

Dokumen terkait