• Tidak ada hasil yang ditemukan

13

Statistik Deskriptif

Jumlah perusahaan yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 258 perusahaan yang terdiri dari tahun 2013 dan tahun 2014 masing-masing sebanyak 129 perusahaan manufaktur. Sementara itu untuk mengetahui statistic deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean

Nilai Perusahaan 258 - 4,96 66,98 3,44 Tingkat Inflasi 258 6,04 6,27 6,15

Suku Bunga 258 6,48 7,54 7,01

Profitabilitas 258 - 233,71 330,09 11,49 Struktur Modal 258 0,04 4,30 0,55 Sumber: olahan data sekunder tahun 2013 - 2014

Nilai minimum dari nilai perusahaan sebesar – 4,96% mencerminkan bahwa terdapat sampel penelitian yang memiliki prospek perusahaan yang kurang baik. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus karena harga saham perusahaan tersebut relatif kurang diminati pasar. Sedangkan nilai maksimum sebesar 66,98% mencermin bahwa terdapat nilai lebih besar dari satu merupakan sinyal yang baik bagi pasar, karena memiliki prospek yang baik. Sementara itu jika dilihat nilai inflasi nilai maksimum sebesar 6,27% terutama pada tahun tahun 2013 dan nilai inflasi tahun 2014 lebih rendah dari tahun 2013 yaitu sebesar 6,04% dengan rata-rata sebesar 6,15%.

Dari hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata tingkat suku bunga SBI selama periode pengamatan adalah 7,01%, dengan nilai suku bunga tahun 2013 ysebesar 7,54% yang lebih besar dari nilai suku bunga sebesar 6,48%. Naiknya inflasi disebabkan adanya kenaikan jumlah uang beredar, turunnya suku bunga dan permintaan masyarakat akan barang juga meningkat. Sebaliknya rendahnya inflasi dapat dikatakan sebagai efek membaiknya kondisi ekonomi, baik dalam permintaan maupun penawaran barang yang relatif seimbang.

Dari hasil uji statistik deskriptif diatas dapat diketahui bahwa profitabilitas dengan nilai minimum sebesar -233,71% terutama tahun 2013 yang diperoleh dari PT Tirta

14

Mahakam Resources. Hal ini berarti bahwa PT Tirta Mahakam Resources pada tahun 2013 tidak bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, dan pada tahun 2013 tersebut dapat dikatakan perusahaan tersebut mengalami kapailitan atau bangkrut. Sementara itu nilai tertinggi sebesar 330,90% terjadi pada tahun 2014 pada perusahaan PT Sepatu Bata. Hal ini berarti bahwa PT Sepatu Bata, pada tahun 2014 merupakan perusahaan manufaktur yang dapat menghasilkan profit tertinggi dibandingkan perusahaan lainnya, PT Sepatu Bata selama tahun 2014 dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan untuk jangka waktu yang panjang. Sedangkan rata-rata sebesar 11, 49%, hal ini artinya bahwa tingkat profitabilitas perusahaan manufaktur pada tahun 2013 – 2014 termasuk kriteria cukup sehat karena masuk dalam nilai 5% < ROE ≤ 12,5% (SE BI No. 6/23/DPNP tahun 2004) dan hal ini menunjukan pada tahun tersebut perusahaan dapat menghasilkan profit.

Rata-rata struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2014 sebesar 0,55% dan Hal ini menunjukkan fluktuasi struktur modal yang kecil pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel. Nilai struktur modal terendah sebesar 0,04% yaitu pada tahun 2014 terutama pada PT Jaya Pari Steel. Namun rendahnya nilai tersebut, PT Jaya Pari Steel memiliki struktur modal yang baik dapat menyebabkan beban yang ditanggung PT Jaya Pari Steel lebih kecil. Apabila modal yang ditanggung PT Jaya Pari Steel lebih besar akan menyebabkan keuntungan yang seharusnya diperoleh PT Jaya Pari Steel menjadi berkurang. Sementara itu nilai tertinggi sebesar 4,30% yaitu pada tahun 2014 terutama pada PT Asia Pacific Fibers, hal ini berarti bahwa PT Asia Pacific Fibers merupakan perusahaan yang memiliki nilai tertinggi berdasarkan sruktur modal yang artinya apabila modal yang ditanggung PT Jaya Pari Steel lebih kecil akan menyebabkan keuntungan yang seharusnya diperoleh PT Jaya Pari Steel menjadi bertambah

15

Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji autokorelasi dan uji heterokedasitas.

1) Uji normalitas menggunakan uji kolmogorof smirnof yang diperoleh nilai

signifikansi 0,247 yang lebih besar dari 0,05 sehingga data dikatakan normal (Ghozali, 2005)

Tabel 3

Olahan Uji Normalitas

Signifikansi Keterangan

0,274 Normal

2) Uji autokorelasi, menggunakan uji durbin Watson. Nilai durbin Watson

sebesar 2,007 hal ini berarti bahwa data tidak ada masalah autokorelasi karna nilai durbin Watson mendekati atau sama dengan nilai dua (Ghozali, 2005)

Tabel 4

Olahan Autokorelasi

Model Durbin Watson Keterangan

1 2,007 Tidak ada masalah autokorelasi

3) Uji multikolienaritas, berdasarkan hasil olahan tidak ada masalah

multikolinearitas karena nilai VIF dari masing-masing variabel independen lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1 (Ghozali, 2005)

Tabel 5

Olahan Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Tingkat Inflasi Suku Bunga .990 .993 1.010 1.107 Profitabilitas .995 1.005 Struktur Modal .995 1.005

4) Uji heterokedasitas menggunakan uji glejser yang diperoleh nilai signifikansi

16

data dikatakan tidak ada masalah heterokedasitas. Artinya bahwa tidak terdapat kesamaan varian dari residual antar variabel (Ghozali, 2005).

Tabel 6

Olahan Uji Heteroskedatisitas

Variabel Signifikansi KETERANGAN

Inflasi 0,438 Tidak ada masalah heteroskedatisitas Suku Bunga 0,495 Tidak ada masalah heteroskedatisitas Profitabilitas 0,079 Tidak ada masalah heteroskedatisitas Struktur Modal 0,179 Tidak ada masalah heteroskedatisitas

Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga, profitabilitas dan struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 diketahui hasilnya sebagai berikut:

Tabel 7

Uji Regresi Berganda

Model Konstanta Beta Hipotesis Sig Ket 9,325

Tingkat Inflasi -0,490 H1 0,015 Diterima

Suku Bunga -0,395 H2 0,017 Diterima

Profitabilitas 0,147 H3 0,001 Diterima Struktur Modal 0,152 H4 0,013 Diterima

Adjusted R Square 0,430

Sig F 0,001

Pengaruh tingkat inflasi, tingkat suku bunga, profitabilitas dan struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 dapat dinyatakan dengan persamaan:

Nilai Perusahaan = 9,325 - 0,490 X1 - 0,395 X2 + 0,147 X3 + 0,152 X4

Angka-angka koefisien pada persamaan tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara tingkat inflasi dan suku bunga terhadap nilai perusahaan,jadi jika ada kenaikan tingkat inflasi, tingkat suku bunga, akan menurunkan nilai

17

perusahaan. Profitabilitas dan struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa jika ada kenaikan profitabilitas dan struktur modal akan menaikan nilai perusahaan.

Berdasar tabel di atas, terlihat bahwa secara parsial tingkat inflasi, suku bunga, profitabilitas dan struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun tingkat inflasi dan suku bunga berpengaruh negatif, sedangkan profitabilitas dan struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Begitu pula secara simultan tingkat inflasi, tingkat suku bunga, profitabilitas dan struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Hal ini berarti H1, H2, dan H3 serta H4 diterima. Nilai Adjusted R Square sebesar 43%, jadi variasi ROE yang berarti tingkat inflasi, suku bunga, profitabilitas dan struktur modal dapat menjelaskan variabel nilai perusahaan sebesar 43% dan sisanya sebesar 57% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.

Pembahasan

Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Rosti (2013) menemukan bahwa faktor inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hal ini disebabkan karena inflasi akan cenderung meningkatkan biaya produksi dari perusahaan. Berarti margin (keuntungan) dari perusahaan menjadi lebih rendah dan dampak lebih lanjut menjadikan harga saham menjadi menurun. Jika inflasi mengalami mengalami kenaikan, maka nilai perusahaan perusahaan manufaktur akan turun. Tingginya inflasi dapat memberikan dampak negatif bagi kondisi sosial ekonomi yang menyebabkan turunnya kesejahteraan pemegang saham yang akan mengakibatkan turunnya nilai perusahaan..

Tingkat suku bunga berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Ronni (2013) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif suku bunga terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi suku bunga akan menurunkan nilai perusahaan. Kenaikan tingkat suku bunga juga

18

akan ditanggung oleh investor, yaitu berupa kenaikan biaya bunga bagi perusahaan. Namun suku bunga tidak akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, jika perusahaan tersebut tidak memiliki hutang. Peningkatan beban bunga ini nantinya akan berdampak pada berkurangnya laba yang akan di hasilkan perusahaan. Dengan berkurangnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka akan membuat aliran kas yang dimiliki perusahaan pun akan ikut berkurang. Dengan berkurangnya aliran kas yang diterima perusahaan maka aliran kas yang akan diterima investor akan berkurang dan hal ini akan membuat investor untuk tidak tertarik untuk berinvestasi sehingga akan mengakibatkan harga saham turun hingga akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan.

Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Soliha dan Taswan (2002), Suharli (2006), Bangun dan Wati (2007), Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang berhasil membuktikan adanya pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin meningkatnya profitasbilitas perusahaan maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Kemampuan profitabilitas perusahaan akan menjadi alasan menarik bagi investor untuk membeli saham perusahaan. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan mempengaruhi return yang akan diterima oleh investor. Tinggi rendahnya return inilah yang mempengaruhi investor untuk melakukan penanaman modal pada suatu perusahaan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba maka nilai perusahaan akan semakin tinggi.

Struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hasil ini sejalan dengan penelitian Hermuningsih (2013), menemukan bahwa struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin baik struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan juga dapat ditentukan oleh struktur modal. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih dan dividen yang akan diterima bagi para pemegang saham. Apabila perusahaan berhasil memperoleh laba yang tinggi maka nilai perusahaan akan meningkat (Modigliani dan Miller 1961).

19

PENUTUP

Dokumen terkait