• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Penutup meliputi: Kesimpulan dan Saran

11 Ammar Machmud, Kisah Penghafal Al-Qur’an disertai resep menghafal Al-Qur’an dari pakar, (Jakarta: PT Alex Media komputindo, 2015), hal 6.

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an

1. Pengertian Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang artinya menjalankan atau melakukan suatu kegiatan.12 Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah diangap siap. Implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara bersunguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 13

Pelaksanaan ini bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanaakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan lengkap segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya mulai bagaimana cara yang harus dilakukan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksaan ditetapkan yang terdiri atas

12 Tim penyusun, kamus pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), hal 308.

13 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) hal 70

pengambilankeputusan, langkah yang strategi maupun operasional dan kebijaksanaan mejadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Pengertian pelaksanaan menurut beberapa Ahli:

a. Menurut Westra pelaksanaan adalah sebagi usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.

b. Menurut Bintaro Tjokroadmudjoyo, pengertian pelaksanaan ialah sebagai proses dalm bentuk rangkaian kegiatan, yaitu berawal dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam suatu program dan proyek

c. Menurut Siagian S.P mengemukakan bahwa pelaksanaan merupakan keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya mereka mau bekerja secara ikhlas agar tercapai tujuan organisasi dengan efesien dan ekonomis.

d. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia merumuskan pengertian pelaksanaan adalah upaya agar setiap pegawai atau tiap anggota

17

organisasi berkeinginan dan berusaha mencapai tujuan yang telah direncanakan.14

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) program adaah rancangan mengenai asa serta usaha yang akan dijalankan atau seperangkat kegiatan kependidikan yang diatur demikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik di waktu yang lebih singakat dari biasanya. Secara umum, program diartikan sebagai rencangan kegiatan yang akan dilakukan.15Sedangkan secara khusus adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan, dan terjadi dalm suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Apabila “ program” ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, langsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Selain itu defenisi program juaga termuat dalam undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa:

Program adalah intrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instasi pemerintah/lembaga untuk mencapai

14 Rahrdjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, (Graha Ilmu:

Yokyakarta, 2011), hal 89

15 Tim penyusun, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal 627

sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi masyarakat.

Jadi dapat kita simpulkan dari defenisi di atas, bahwa pelaksanaan program adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan individu maupun kelompok berbentuk pelaksanaan kegiatan yang didukung kebijaksanaan, prosedur dan sumber daya dimaksudkan membawa hasil untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua kata tahfidz dan Al-Qur’an. Kata tahfidz adalah bentuk dasar ghair dan mim dari kata اظيفحت– ظفحي– ظفح artinya menghafal. Tahfidz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengarkan. Menghafal Al-Qur’an adalah proses untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk menghindari perubahan dan peniruan dan menjaga dari kelupaan dari sebagian atau keseluruhan isi Al-Qur’an.16

Tahfizh berasal dari bahasa Arab, yang secara etimologi (tata bahasa) artinya menjaga, memelihara atau mengahafal. Sedangkan Al-Hafizh adalah orang yang menghafal dengan cermat. Orang yang selalu menjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaanya. Istilah Al-Hafizh ini diperlukan untuk orang yang hafal Al-Qur’an tiga puluh Juz tanpa mengetahui isi dan kandungan Al-Qur’an.17 Al-Hafizh disini di artikan sebagai memelihara menjaga, penjagaan, pemeliharaan, pengingatan dan mempunyai banyak arti

16 Zulvia Trinova, Salmi Wati, The Contibution of Quranic Tahfidz to Mental Healt, (Journal:

At-Ta’lim, Volume 23, Number 3, November 2016), hal 262

17 Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar baru, 1991), hal 19.

19

yang lain, seperti si fulan membaca Al-Qur’an dengan kecepatan yang jitu (Zhahru Al-Lisan) dengan hafalan di luar kepala (Zhahru Al-Qolb). Baik kata-kata Zhahru Al-Lisan maupun Zhahru Al-Qolb merupakan kinayah (metafora) dari hafalan kitab, karena itu disebut Istizhahraru yang berganti menghafal dan membacanya di luar kepala.18

Menurut etimologi Al-Hafizh lawan dari kata lupa, yaitu selalu ingat Ibnu Madzur berkata yang diikuti oleh Abdurrab orang yang selalu berjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaanya. Menghafal sesuatu yakin mengungkapkan satu demi satu dengan tepat. Menurut terminologi Al-Hafizh merupakan menghafal dan menghayati bentuk-bentuk visual sehingga bisa diingat kembali tanpa kitab. Membacanya secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan serta mengingat kembali hafalannya. Al-Qur’an juga definisikan sebagai Qara’at yang memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah yaitu akar kata (nasdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan atan waqur’anan. Allah menjelaskan,

“ Sesungguhnya kamilah yang bertanggung jawab mengumpulkan ( dalam dadamu) dan membacanya (pada lidahmu). Maka apabila kami

18 Muhammad Zen, Bimbingan Praktis Membaca Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 1996), hal 37.

telah menyempurnakan bacaanya (kepadamu, dengan perantara janji jibril). Maka bacalah menurut bacaanya itu,” (Al-Qiyamah:17-18)

Qur’anah di sini berarti qira’ah (membaca atau cara membacanya).

Sebutan Al-Qur’an tidak terlepas pada sebuah kitab dengan seluruh kandunganya, tapi juga ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya, Maka jika anda mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, Anda dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur’an.19



Menurut sebagian ulama, penamaan kitab ini dengan nama Al-Qur’an di antara kitab-kitab Allah swt itu, karena kitab ini juga mencakup esensi dari kitab-kitabnya, bahkan mencangkup esensi dari semua ilmu. Para ulama menyebutkan defenisi yang khusus, berbeda dengan yang lainya bahwa Al-Qur’an dalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang membacanya menjadi suatu ibadah. Maka kata “kalam” yang termasuk dalam defenisi tersebut merupakan kelompok jenis yang mencangkup seluruh jenis kalam, dan penyandarannya kepada Allah swt yang menjadikannya

19 Syaikh Manna’ Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kaustsar, 2006), hal 17.

21

kalamullah, menunjukkan secara khusus sebagai firman-Nya, bukan kalam manusia, jin, maupun malaikat.20

Menurut Abd al-Wahab al-kalaf, secara teminologi Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan Bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya dan sebagai hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam satu mushaf yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan dengan Annas yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir.21

Jadi, Tahfidz Qur’an adalah suatu kegiatan pemeliharaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh seseorang dengan jalan menghafalnya, hingga ia mengerti apa kandungan dari Al-Qur’an, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

2. Metode Menghafal Al-Qur’an

Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, setiap penghafal memiliki metode tersendiri dalam menghafal. Dalam menghafal Al-Qur’an ada beberapa metode dan cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang

20 Syaikh Manna’ Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kaustsar, 2006), hal 18.

21 Abd Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Majlis ‘Ala Indonesia al-Dakwah Islamiyah,1972), hal 30.

sampai dapat mengucapkan tanpa melihat mushaf sedikitpun, Proses menghafal Al-Qur’an di lakukan melalui proses bimbingan seorang guru tahfidz.

Hampir tidak dapat ditentukan metode yang khusus untuk menghafal Al-Qur’an karena hal ini kembali kepada selera menghafal itu sendiri. Namun, ada beberapa metode lazim yang dipakai oleh para penghafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut.

1. Metode Fahmul Mahfudz, artinya sebelum ayat-ayat dihafal, penghafal dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat, sehingga ketika menghafal, penghafal merasa paham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya.

2. Metode Tikrarul Mahfudz, artinya penghafal mengulang ayat-ayat yang sedang dihafal sehingga dapat dilakukan mengulang satu ayat sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tanpa melihat mushaf. Cara ini biasanya sangat cocok bagi yang mempunyai daya ingat lemah karena tidak memerlukan pemikiran yang berat. Penghafal biasanya lebih banyak terkuras suaranya.

3. Metode kiatbul mahfudz, artinya penghafal menulis ayat-ayat yang dihafal di atas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini biasanya ayat-ayat itu tergambar dalam ingatanya.

4. Metode Isati’amul Mahfudz, artinya penghafal diperdengarkan ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang sampai dapat

23

mengucapkan sendiri tanpa melihat mushaf. Nantinya hanya untuk mengisyaratkan kalau terjadi kelupaan. Metode ini biasanaya sangat cocok untuk tunanetra atau anak-anak. Sarana memperdengarkan dapat dengan kaset atau orang lain.22

Dalam menghafal ada beberapa metode yang sudah akrab di kalangan pengahafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut

1. Metode Talqin (guru membaca lalu murid menirukan dan jika salah dibenarkan)

2. Tasmi’ (murid mempedengarkan hafalnnya di depan guru), biasanya disebut setoran hafalan.

3. Murajaah (pengulangan hafalan), teknisnya snagat banyak, bisa dilakukan sendiri dengan merekam atau memengang Al-Qur’an di tangannya, bisa dengan memegang Al-Qur’an di tanganya, bisa dengan berpasangan. Ini sangat berguna untuk memperkuat hafalan.

4. Tafsir (mengkaji tafsirannya), baik secara sendiri maupun melalui guru. Hal ini sangat membantu menghafal atau memperkuat hafalan, terutama bila surat atau ayat tersebut dalam bentuk kisah.

22Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 30

5. Tajwid (perbaikan bacaan dan hukumannya)23

3. Strategi Menghafal

Menghafal Al-Qur’an merupakan kegiatan sangat mulia, karena hafidz Qur’an adalah Ahlullah di bumi. Diperlukan do’a, kedisiplinan, dan keuletan agar sukses dalam mengahafal Al-Qur’an. Dalam menghafal Al-Qur’an anda di tuntut umtuk memiliki strategi yang jitu agar semua kegiatan yang menjadi tanggung jawab anda tidak terabaikan. Berikut strateginya.

1. Usahakan pikiran dalam keadaan tenang (calm mind), dan suasana nyaman. Karena saat pikiran kacau, sekeras apapun anda berusaha hasilnya tidak sama jika anda berusaha saat pikiran tenang.

2. Membaca terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafal. Ini membantu untuk lebih memudahkan dalam mengucapkan. Selain itu jika di dalam halaman tersebut ada ayat yang mudah ataupun indah, maka anda ,merasa lebih bersemangat untuk menghafalkannya.

3. Memahami ayat yang akan dihafal. Memahami ayat dapat membantu untuk mengurutkan ayat-ayat yang dihafal. Selain itu juga dapat membantu agar anda bisa merenungi kandungannya.

4. Menghafal ayat satu persatu hingga dabit (hafal sekali), kemudian menggabungkannya dengan ayat selanjutnya hingga lengkap satu halaman. Biasanya pada keesokkan harinya mutu hafalan akan sedikit

23Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 31

25

menurun, tetapi dengan di muraja’ah terus menerus lam kelamaan akan dabit.

5. Jangan lupa untuk memuraja’ah hafalan anda yang sebelumnya paling tidak 1 pekan sekali, jika tidak bisa 2 pekan sekali. Semakin lama rentang anda muraja’ah semakin sulit untuk mengulanginya.

Bagi para penghafal Al-Quran yang pemula, menambah hafalan menimbulkan kesulitan tersendiri tetapi seiring dengan waktu, kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalanya (muraja’ah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, muraja’ah juga semakin berat.24

Untuk surah-surah yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (di atas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surah tersebut.

Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan macet ketika memuraja’ah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/muraja’ah dari awal surah (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surah, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang terakhir, sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal surah dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surah.

Kesulitan kedua adalah ketika kita macet sulit bagi kita untuk mengatahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah ayat macet menjadi gelap. Ini dikarenakan kiata menghafal secara sekuensial/berurut, sehingga satu ayat

24 Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 32

selalu diingat setelah ayat sebelumnya sehingga kalau ayat sebelumnya macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalam hal ini tidak ada secara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al-Qur’an.

Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surah yang panjang dilakukan, hafalkan surah dengan cara memotongnya mnjadi 10 ayat 10 ayat.

Dalam setiap 10 ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat. Misalnya kita menghafal surah an-Naba’ yang di dalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut.

1. Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5

2. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan dan sesuai dengan ayat yang sedang dihafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat ke 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.

3. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-mengerakan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan.

Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10.

4. Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan dengan nomor ayat yang dilafazkan, lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat1 samapai 10.

27

5. Lakukan langkah di atas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.

6. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surah tersebut. Ulang-ulang sampai lancar.

Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompok menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila surahnya berayat panjang-panjang seperti al-baqarah, Ali’Imran, An Nisa’ dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.

Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah sebagai berikut.

1. Ketika muraja’ah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat (ayat 1) sehingga untuk surat yang panjang muraja’ah dapat dilakukan sepotong-potong di dalam salat kita. Misalnya utuk setiap rakaat salat kita membaca 10 ayat. Maka ketika Subuh kita sudah dapat muraja’ah sampai 40 ayat (sunah Subuh 2 rakaat dan Subuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk Surah an-Naba’ yang 40 ayat atau untuk surah yang panjang seperti Al-Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat Isya kita harus muraja’ah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat-shalat sunah Rawatib maka kita bisa muraja’ah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan Shalat Duha dan Tahajjud kita bila menyelesaikan 286 ayat Al-Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam.

2. Kita tidak merasa susah muraja’ah karena seakan-akan kita sedang menghafal surah-surah yang pendek saja. Secara psikologi kita merasa lebih ringan menghafalnya.

3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surah. Bukan hanya ayat-ayat awal surah saja. Ketika memuraja’ah surah-surah yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal seperti tamu datang, telepon berdering, anak menangis, masakan gosong, dan lain sebagainya, kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutkan setelah kondisi eksternal tertangani, tanpa harus mengulang dari awal surah. Dengan metode menghafal konvensional maka kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surah lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.

4. Hafal nomor ayat tanpa kita sadari. Inilah adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita.

5. Mengatasi kasus ayat macet. Bila macet satu ayat biasanya akan berhenti memuraja’ah surah tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet (lupa). Tetapi dengan sistem potong surah ini kita masih tetap dapat terus memuraja’ah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat indenpenden terletak dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat

29

yang sebelumnya seperti dalam sistem menghafal kovensional tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan mengerak-gerakakan jari tangan ketika menghafal).ketika memori yang terkait dengan ayat yang sebelum terlupakan maka ada pengait yang lain yaitu nomor surah percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!

Melakukan metode ini tak sulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukan ini adalah hal yang sangat simple. Metode ini menjadikan kita santai dan tidak stress dalam memuraja’ah. Karena kita mempunyai petunjuk (milestonis) dalam surah-surah hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 12, 41 dan seterusnya. Kita akan memuraja’ah ayat-ayat pendek, yaitu 10 ayat saja.

Cobalah anda praktikan dan anda akan terkejut dengan hasilnya. Menurut bagian penghafal, ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam menghafal Al-Qur’an. Kaidah-kaidah tersebut adalah:

1. Memilih waktu dan tempat yang tepat dan kondusif

2. Mendahulukan bacaan yang benar (tajwid) atas hafalan.

3. Menggunakan satu jenis mushaf saja, tidak berganti-ganti

4. Melakukan pengulangan yang rutin, waulaupun sedikit dari pada borongan

Berikut ini dua belas teknik dalam menghafal Al-Qur’an yaitu:

1. Niat ikhlas

2. Memilih waktu dan tempat yang kondusif

3. Gunakanlah satu mushaf

4. Pelajarilah tahsin sebelum menghafal

5. Menghafal Al-Qur’an dengan teratur

6. Memperhatikan tulisan ayat saat menghafal

7. Merasa keagungan Al-Qur’an

8. Teliti ayat mutasyabihat

9. Mencari ustadz

10. Tumbuhkan motivasi dan disiplin

11. Mengamalkan Al-Qur’an

12. Berdo’a kepada Allah swt25

Sesuatu yang berhak dihafal adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat islam, sumber dari segala hukum, dan bacaan yang Paling sering diulang-ulang oleh manusia. Oleh karenanya, seseorang penutu ilmu hendaknya meletakan hafalan Al-Qur’an sebagai prioritas utamanya. Dibawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al-Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagi berikut:

25Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 38

31

1. Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al-Quran hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat yang ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasaa malas dan bosan.

2. Hendaknya setelah itu, ia melakukan shalat hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al-Qur’an. Waktu shalat hajat ini tidak ditentukan dan do’anya apapun diserahkan masing-masing pribadi.

3. Memperbanyak do’an untuk menghafal Al-Qur’an.

4. Menentukan salah satu metode untk menghafak Al-Qur’an.

Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al-Qur’an, masing-masing orang akan mengambil metode sesuai dengan dirinya.

5. Memperbaiki bacaaan. Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar sesuai dengan tajwid.

6. Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada kita setor kan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan salah

7. Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al-Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalau bisa tidak

Dokumen terkait