• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR AN SECARA DARING PADA MASA COVID-19 DI SMA ISLAM AL-ISHLAH BUKITINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR AN SECARA DARING PADA MASA COVID-19 DI SMA ISLAM AL-ISHLAH BUKITINGGI"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN SECARA DARING PADA MASA COVID-19 DI SMA ISLAM AL-ISHLAH BUKITINGGI

Diajukan untuk sidang munaqasah pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi

Oleh :

Syiratih Husna Nim : 2116.200

Pembimbing:

Dr. Wedra Aprison, M.Ag 197205242000031001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2020 M/1441 H

(2)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama SYIRATIH HUSNA, NIM: 2116.200 dengan judul

“Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Secara Daring Pada Masa Covid- 19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi” yang telah memenuhi persyaratan ilmiah, telah dipriksa, dan disetujui untuk di munaqasahkan pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.

Demikian persetujuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

Bukittinggi, 6 November 2020

Pembimbing

Dr. Wedra Aprison, M.Ag NIP: 197205242000031001

(3)

ii ABSTRAK

Skripsi ini atas nama Syiratih husna, Nim 2116.200 dengan judul

“Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an secara Daring pada Masa Covid- 19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi” Jurusan Pendidikan Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Instintut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, 2020.

Penelitian ini dilatar belakangi melalui tahfidz Al-Qur’an merupakan suatu kegiatan pemeliharakan Al-Qur’an yang dilakukan seseorang dengan jalan menghafalnya, hingga ia mengerti isi kandungan dari Al-Qur’an dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kehidupan dunia dan akhirat.

Masalah yang terlihat dilapangan adalah kurangnya konsentrasi dalam menyetor hafalan kepada guru tahfidz, kurang lengkapnya tahapan strategi yang dilakukan peserta tahfidz seperti tidak memahami ayat dihafal dan kurangnya murojaah, kurangnya pelaksanaan dan keseriusan murojaah sehingga hafalnnya mudah hilang dan tidak lengkapnya teknik dalam menghafal..

Jenis Penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif yang bersifat kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah prosedur peneliti yang dihasilkan dari data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari prilaku yang diamati sementara teknik mengumpulkan data yang penulis gunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi, informen kunci dalam penelitian adalah guru tahfidz dan santri pendukung

Hasil penelitian menunjukan bahwa penelitian Pelaksanaan program tahfidz baik itu mengunakan metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an tidak ditentukan metode khusus dalam menghafal namun diserahkan kepada siswa sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, strategi menghafal siswa mengusahakan pikiran dalam keadaan tenang, membaca terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafal dalam memurojaah tidak terlalu sering. Waktu pelaksanaan disediakan dalam waktu di luar pembelajaran yakni pagi jam 07:00-07:30 setiap hari dan di hari jumaat paginya dilakukan murojaah hafalan sebelumnya Dalam melakukan evaluasi pada saat pandemik ini terlihat ketidak jujuran bagi siswa dalam menyetor hafalnya, evaluasi yang dilakukan setiap hari kamis dan juga setiap akhir semester cara menyetornya secara sambung ayat dari guru tahfidz.

Hal ini dijadikan bahwa bukti program tahfidz di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi sudah berjalan dengan sesui dengan ketentuan. Meskipun pelaksanaan sudah berjalan namun masih ada terdapat kendala sehingga masih belum terapai secara utuh. Adapun kendala yaitu dalam mengunakan strategi menghafal tidak sesui dengan teori jadinya timbul kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an, kurangnya waktu yang di berikan sekolah untuk program tahfidz kemudian dalam mengunakan metode masih terdapat kekurangan dan evaluasi yang dilakukan hanya penyetoran ayat dan juga waktu tengah semester hanya sambungan ayat dari guru tahfidz.

Kata kunci: Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an

(4)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Batasan Masalah... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Kegunaan Penelitian ... 10

F. Penjelasan Judul ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN TEORI A. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an ... 15

1. pengertian pelaksanaan program Tahfidz Al-Qur’an ... 15

2. Metode Tahfidz Al-Qur’an ... 21

3. Strategi Tahfidz Al-Qur’an ... 24

4.Waktu Pelaksannan tahfidz Al-Qur’an ... 34

5.Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an ... 35

B. Pembelajaran secara Daring ... 37

C. Penelitian Relevan ... 39

D. Kerangka Teoritis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Lokasi Penelitian ... 44

C. Informan Penelitian ... 44

D. Teknik Pengumpula Data ... 45

E. Teknik Analisis Data ... 47

F. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Sekolah ... 94

B. Hasil Penelitian ... 94

(5)

iv BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 27 B. Saran ... 27 DAFTAR KEPUSTAKAA

(6)

v

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Perkembangan zaman modern ini semakin cepat berpengaruh kepada segala aspek kehidupan munculnya berbagai penemuan dan teknologi turut mengiringi revolusi zaman sekarang ini. Pada aspek Masyarakat banyak menyeroti masalah kerusakan moral yang dialami remaja maupun pelajar, maraknya tauran antar pelajar, buli sesama teman, peredaran dan pengunaan narkoba yang dilakukan pelajar atau remaja dan masyarakat umum dan penyimpangan-penyimpangan lain yang sangat ramai diberitakan di media masa.

Hal ini menjadi perhatian lembaga pendidikan untuk dapat memerankan fungsinya secara optimal dalam mewujudkan lulusan yang beriman, bertakwa dan memiliki kepribadian yang sangat utuh.

Keadaan tersebut merupakan tantangan bagi lembaga pendidikan untuk memberikan pendidikan yang memadai bagi setiap siswa sebagai pencerahan spiritual dalam rangka membagun nurani bangsa dengan nilai-nilai Islam. Salah satunya usaha yang dilakukan lembaga pendidikan adalah mengisi hari-hari siswa dengan menghafal Al-Qur’an. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah hak setiap warga negara. Hal ini dicantum dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat yang berbunyi:

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu di dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara

(8)

Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”1

Dalam pembukaan UUD 1945 tersebut pemerintah memiliki tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan memberikan fasilitas kepada masyarakat agar dapat belajar, hal ini dilakukan dengan cara menyelengarakan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan menjadi hak setiap warga negara, warga negara tidak sekedar mendapatkan pendidikan saja, tetapi juga harus mendapatkan pendidikan bermutu. Dijelaskan dalam Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 5 bahwasanya “setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”.

Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu usaha yang dilakukan lembaga pedidikan untuk menyibukan diri dengan Al-Qur’an demi menumbuh kembangkan kecintaan siswa terhadap Al-Qur’an, dengan menghafal Al-Qur’an seseorang merasa dekat dengan dengan nilai-nilai Agama. Seperti halnya menghafal Al-Qur’an berarti mengahafal ibadah dan solusi, semakin banyak ayat yang dihafal, semakin banyak solusi yang kita peroleh “sediakan solusi sebelum masalah datang”. Menghafal Al-Quran adalah amal saleh yang sangat mulia.

Tidak ada ibadah yang mempunyai kedudukan khusus di sisi Allah swt sepertinya

1 Indra keswara, Pengelolaan Pembelajaran Tahfidzul Qur’an (Menghafal Al- Qur’an) di Pondok Pesantren Al Husain Magelang, (Jurnal Hanata Widya Volume 6 Nomor 2 Tahun 2017), hal 2

(9)

3

menghafal Al-Qur’an. Seiring menambah jumlah hafalan juga harus menambah amal saleh, menambah kualitas niat, ikhlas dan yakin. Apabila niat dan cara menghafal Al-Qur’an sudah benar ibadah ibadah lainnya akan semakin meningkat dan berkualitas pula begitu juga sebaliknya jika kualitas ibadah lainnya meningkat kemudian membuat menghafal Al-Qur’an semakin meningkat pula.

Al-Qur’an akan menuntut penghafalnya kepada akhlak-akhlak terpuji atau disebut akhlak Al-Qur’an, Al-Qur’an tidak hanya sekedar dibaca berulang-ulang tetapi juga diamalkan. Al-Qur’an adalah mukjizat Islam yang abadi dimana semakin maju ilmu pengetahuan, semakin tampak validitas kemukjizatannya.

Allah swt menurunkannya kepada Nabi Muhammad saw, demi membebaskan manusia dari berbagai kegelapan hidup menuju cahaya ilahi, dan membimbing mereka ke jalan yang lurus.2 Islam mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah swt yang di turunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril.

Al-Qur’an ini juga dipandang sebagi keagungan (majid) dan penjelasan (mubin).

Kemudian juga seringkali disebut pila petunjuk (hidayah) dan buku (kitab).

Namun nama yang banyak dipergunakan untuk menyebut Al-Qur’an adalah buku (kitab) dan Al-Qur’an. Al-Qur’an berisi segala hal mengenai petunjuk yang membawa hidup manusia bahagia di dunia dan akhirat kelak. 3

2 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al- Kaustsar, 2006) hal 3.

3Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), hal 17.

(10)

Bagi seseorang memeluk agama Islam Al-Qur’an lah sebagai pegangan hidup yang harus menjadi pedomannya..Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada dan rasul terakhir melalui malaikat Jibril yang tertulis dalam mushaf dan sampai kepada kita dengan jalan mutawatir, membacanya merupakan ibadah yang diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.4 Al-Qur’an juga definisikan sebagai Qara’at yang memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah yaitu akar kata (nasdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan atan waqur’anan. Allah menjelaskan





















“ Sesungguhnya kamilah yang bertanggung jawab mengumpulkan ( dalam dadamu) dan membacanya (pada lidahmu). Maka apabila kami telah menyempurnakan bacaanya (kepadamu, dengan perantara janji jibril). Maka bacalah menurut bacaanya itu,” (Al-Qiyamah:17-18)

Qur’anah di sini berarti qira’ah (membaca atau cara membacanya), Sebutan al-Qur’an tidak terlepas pada sebuah kitab dengan seluruh kandunganya, tapi juga ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya, maka jika anda mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, anda dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur’an.



















4 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogyakarta: Diva Press, 2009), hal 228.

(11)

5

“ Dan apabila Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaannya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al-A’raf:204)5

Salah satu usaha yang dilakukan lembaga pendidikan adalah mengisi hari- hari siswa dengan menghafal Al-Qur’an..Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu usaha yang dilakukan lembaga pendidikan untuk menyibukkan diri bersama Al-Qur’an demi menumbuhkan kembangkan kecintaan siswa terhadap Al-Qur’an kitabullah ini. Dengan menghfal Al-Qur’an seseorang merasa dengan nilai-nilai Islam.

Untuk itu belajar Al-Qur’an harus diajarkan sejak dini kepada anak sebagai bentuk mengenalkan kepada mereka pedoman untuk mengarungi kehidupan kelak, karena anak merupakan aset generasi penerus bangsa yang akan membela agama dan bangsa mereka. Mengajarkan anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an adalah satu hal penting dan mulia. Al-hafidz as-Suyuti berkata bahwa pengajaran Al-Qur’an adalah dasar dari prinsip-prinsip Islam. Anak-anak tumbuh diatas fitrahnya dan cahaya-cahaya hikmahnya yang masuk dalam kalbu mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan cahaya hitamnya yang dilekati kotoran- kotoran maksiat dan kesesatan6

Pada masa Nabi Muhammad Saw menerima wahyu al-Qur’an dari Allah Swt, bangsa Arab sebagian besar buta aksara (tidak pandai membaca dan menulis). Mereka belum banyak mengenal kertas sebagai alat tulis seperti

5 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al- Kaustsar, 2006), hal 16.

6 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogyakarta: Diva Press, 2009) hal 229-230.

(12)

sekarang, begitu pula membacanya. Oleh karena itu, setiap Nabi Saw menerima wahyu selalu dihafalnya, kemudian beliau menyampaikan kepada para sahabat dan diperintahkannya pula untuk menghafal dan menuliskan di batu-batu, pelepah kurma, kulit-kulit binatang dan apa saja yang bisa dipakai untuk menulisnya pada masa itu. Tradisi pemeliharaan al-Qur’an dalam bentuk hafalan khususnya terus berlanjut dari generasi ke generasi hingga sampai sekarang. Dorongan untuk menghafal al-Qur’an sendiri telah dijelaskan dalam firman-Nya:

















“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS.

AL-Qamar: 22).

Ayat ini mengindikasikan kemudahan dalam menghafal al-Qur’an, karena Allah Swt akan memberi pertolongan dan kemudahan bagi para penghafal al- Qur’an. Sebab memelihara kesucian dengan menghafalkannya adalah pekerjaan yang terpuji dan amal yang mulia, yang sangat dianjurkan agama. Dalam sebuah hadits redaksi dari Bukhari disebutkan bahwa “Perumpamaan orang yang memnbaca al-Qur’an dan menghafalnya adalah bersama para malaikat yang mulia dan ta’at” Bahkan menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu metode yang digunakan Rasulullah Saw dalam menerima wahyu melalui perantaraan Jibril as. Menghafal al-Qur’an bukanlah tugas dan perkara yang mudah, artinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu upaya terpenting diperhatikan dalam pembinaan tahfidz Al-Qur’an adalah metode. Sebab metode mempunyai peranan penting dan sangat dibutuhkan. Dengan adanya metode akan

(13)

7

bisa membantu seseorang untuk menentukan keberhasilan belajar menghafal al- Qur’an dan meningkatkan hafalannya secara terprogram. Di samping juga diharapkan nantinya dapat membantu hafalan menjadi efektif.7

Usaha menghafal Al-Qur’an oleh sebagian umat islam terus berlanjut dan hal ini merupakan salah satu cara untuk menjaga keorisinalitas Al-Qur’an.

Menjaga keorisinalitas bisa dilakukan dengan cara membaca, memahami dan menghafalkanya. Meskipun sebagian orang menganggap menghafal Al-Qur’an cenderung lebih sulit dari pada dari pada membaca dan memahaminya. Hal ini terjadi karena Al-Qur’an memilih lembaran lembaran yang sangat banyak sehingga menghabiskan banyak waktu, dan hal lainnya yang menghalangi seseorang untuk menghafal Al-Qur’an, akan tetapi selama kita mau menghafal pasti Allah akan membukakan jalan. Yang terpenting dalam menghafal Al-Qur’an adalah bagaimana meningkatkan kelancaran (menjaga) atau melestarikan Al- Qur’an agar tetap ada dalam dada.

Agar fungsi Al-Qur’an termanifestasi dalam kehidupan seorang muslim, semestinya ada interaksi yang intensif dengan bentuk Al-Qur’an menurut Al- Qur’an dan hadist adalah

1. Interaksi tilawah yaitu membaca Al-Qur’an setiap hari dalam kualitas tertentu.

2. Interaksi tadabbur yaitu penghayatan makna kandungan Al-Qur’an

7 Ali Akbar dan Hidayatullah Ismail, Metode Tahfidz Al-Qur’an Di Pondok Pesantren, (Jurnal Usuludin, Vol 24. No 1, 2016), hal 92.

(14)

3. Interaksi menghafal Al-Qur’an

4. Interaksi penerapan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari

Bentuk-bentuk interaksi ini telah mulai diterapkan oleh masyarakat Islam dunia pada umumnya. Khususnya Indonesia, Intraksi dengan Al-Qur’an secara resmi diwujudkan dalam aktivitas-aktivitas keagamaan di bawah kebjakan kementrian Agama Republik Indonesia. Peserta aktivitas Al-Qur’an di sumatera Barat Khususnya berasal dari berbagai klangan dan umur mulai dari akademisi, professional, pedagang dan ibu rumah tangga. Mulai dari berita sampai lansia.

Maraknya aktivitas tahfidz ini bentuk komitmen seseorang muslim terhadap pedoman hidup dn kebutuhan spiritual.selain itu yang menjadi motivasi banyak kalangan menghafal Al-Qur’an adalah adalah adanya pengaruh positif terhadap kekatan fisik, keerdasan IQ dan kestabilan emosional.8

Sekolah Menengah Atas (SMA) Islam Al-Ishlah yang dikepalai oleh Refliza, S.Ag dan dengan bantuan tenaga pendidik Tahfidz yang profesional madrasah ini membuat suatu program baru yaitu program Tahfidz Al-Qur’an, Adanya program baru tersebut juga tak lepas dari kerjasama pihak sekolah dan SMA disekitar sekolah yang terjalan dengan baik. Program tersebut baru berjalan selama sekitar 3 tahun, target yang ditetapkan sekolah itu 7 juz. Program merupakan rangkaian kegiatan yang yang dilakukan tetapi berkesinambungan.

8 Hayati dkk, fenomena Lansia menghafal Al-Qur’an pada Majelis Al-Qur’an di Kec.

Salimpaung Kab. Tanah Datar Sumatera Barat, (FUADUNA: Jurnal Kajian Keagamaan dan Kemasyarakatan,Vol. 02 No. 02, Juli-Desember 2018), hal 65

(15)

9

Pelaksanaan program selalu terjadi dalam sebuah pembelajaran yang harus melibatkan sekelompok orang.

Seperti halnya program tahfidz yang di bentuk di SMA Islam Al-Ishlah tersebut yang melibatkan banyak pihak yaitu, pihak sekolah, bapak yayasan, guru tahfidz serta orang tua siswa. Tujuan pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah adalah untuk membentuk akhlak peserta didik agar menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, mencetak siswa-siswi SMA Islam Al-Ishlah sebagai siswa yang berakhlakul karimah, meningkatkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual siswa.

Pelaksanaan Program tahfidz Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah Bukittingi pada awalnya dilaksanakan dipagi hari sebelum pembelajaran dimulai pada kelas masing-masing, di pada masa pendemik sekarang pembelajaran dilakukan secara daring (online) setiap kelas melakukan program tahfidz sesuai dengan jam seperti biasanya yaitu sebelum pembelajaran di mulai agak beberapa menit seluruh siswa diwajibkan menyetor hafalan beberapa ayat perorang kepada wali kelas masing-masing di setiap wali kelas memiliki buku agenda tahfidz semari temanya menyetor hafalan beberapa ayat siswa lain memurajaah hafalannya terlebih dulu sebelum disetor kepada guru tahfidz. Pelaksanaan program tahfidz di sini sebagai mata pelajaran wajib setiap kelas, setiap kelas memiliki satu daftar tahfidz Al-Qur’an dalam seminggu. Jika dalam menyetor ayat atau hafalan ke guru tahfidz dilakukan dengan cara video call dan voice note dengan catatan tidak melihat Al-Qur’an.

(16)

Tahfizh Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu, kegiatan tahfizh Al-Qur’an semasa ini di bentuk kegiatan rutin sebelum pembelajaran dimulai di setorkan ke wali kelas masing- masing, setiap hari jum’at sebelum pembelajaran di mulai dilakukan mengulang (muroja’ah) surat yang sebelumnya sudah di hafal, tapi disini program tahfizh dijadikan sebagai mata pelajaran wajib setiap kelasnya satu kali dalam seminggu.

Selain alasan tersebut hal lain yang melatar belakangi adanya program tahfidz di SMA Islam Al-Ishlah adalah agar lulusan SMA Islam yang mengikuti program tahfidz dapat diterima diperguruan tinggi favorit dengan beasiswa tahfidz.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 22 november 2019 dengan ustadzah Zaatul Faadhilah, S.Pd.I sebagai guru tahfidz bahwa dibentuknya program tahfizh adalah untuk melestarikan dan memelihara para tahfidz atau penghafal Al-Qur’an yang semakian punah khususnya di pendidikan formal.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, penulis mengamati bahwa kurangnya persiapan individu dalam program tahfidz baik itu berupa minat dan perhatian sehingga kurangnya konsentrasi dalam menghafal, Kurang lengkapnya tahapan strategi yang dilakukan peserta tahfidz Al-Qur’an dalam menghafal seperti tidak memahami ayat yang dihafal dan kurangnya pelaksanaan murojaah, kurangnya pelaksanaan dan keseriusan murojaah sehinggga hafalannya mudah hilang dan tidak lengkapnya teknik dalam menghafal Al-Qur’an.

Berangkat dari pemaparan diatas, penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian yang judul “Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an Secara Daring Pada Masa Covid-19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi”

(17)

11

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar masalah di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada Bagaimana pelaksanaan program tahfizh Al-Qur’an secara daring pada masa covid-19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan dan penjelasan diatas, maka pada penelitian ini penulis batasi dalam skripsi dengan Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an secara daring pada masa covid-19 di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi.

D. Tujuan Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan program tahfizh Al-Qur’an secara daring pada masa covid-19 di SMA Islam Al- Ishlah Bukittinggi.

E. Kegunaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. kegunaan teoritis

Untuk mengkaji dan mengetahui program tahfizh Al-Qur’an di SMA Islam Al-Ishlah Bukittinggi yang nantinya menjadikan disiplin ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan dan dapat menambah wacana

(18)

kepustakaan yang berkaitan dengan teknik atau cara menyusun program tahfidz Al-Qur’an secara daring pada masa covid-19.

2. Manfaat praktis Maksudnya adalah bahwa dalam penelitian ini diharapkan:

a. Bagi Madrasah

Sebagai pengetahuan baru dan sumbangan pemikiran dalam meningatkan program tahfidz Al-Qur’an.

b. Bagi penulis

Menambah wawasan pengetahuan tentang pelaksanaan program tahfidz Al-Quran, menambah pengetahuan penelitian untuk menjadikan bekal penelitian selanjutnya dan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar sarjana.

c. Bagi masyarakat

Bisa menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara umum, khususnya untuk membentuk dan menghasilkan generasi penerus yang berkarakter dan berbudi luhur.

F. Defenisi Operasional

Untuk Menghindari kesalah pahaman akan maksud judul ini, maka penulis akan memberikan penjelasan istilah yang terdapat dalam judul sebagai berikut :

(19)

13

Pelaksanaan :Pelaksanaan sendiri adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan dan lain sebagainya).

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah disusun secara matang dan terperinci.9

Program :Rancangan mengenai azaz serta usaha yang akan dijalankan .10

Tahfidz Al-Qur’an :Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua suku kata, yaitu Tahfidz dan Al-Qur’an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Yaitu Tahfidz yang berarti menghafal dari kata dasar hafal yang dari bahasa Arab Hafidza-yahfadzu hifdzan, yaitu lawan dari lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa.

Al-Qur’an :Kalam Allah swt yang bernilai mukjizat, yang diturukan oleh Allah swt, kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat jibril, tertulis dalam bentuk mushaf dan diriwayatkan kepada umat Islam secara mutawatir (berkelanjutan sampai Rasurullah). Diawali dari surat Al-

9 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), hal 627

10 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), hal 897

(20)

Fatihah dan di akhiri dengan surat An-nas serta bernilai Ibadah bagi siapa yang membacanya.11

G. Sistematika Penulis

Sistematika pembahasan skripsi adalah suatu cara yang ditempuh untuk menyusun suatu karya tulis, sehingga masalah didalammnya menjadi jelas, teratur, urut dan mudah dipahami. Adapun sistematikaa yang penulis gunakan dalam pembahasan ini terdiri dari :

Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitan, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teori, yang meliputi: pertama, tinjauan tentang program tahfidz Al-Qur’an yang membahas tentang pengertian pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an,metode tahfidz Al-Qur’an, strategi tahfidz Al-Qur’an, waktu pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an

Bab III Metode Penelitian, yang meliputi: Jenis penelitian, lokasi penelitian, informen penelitian, Teknik Mengumpulkan Data, teknik analisi data, Teknik Penjamin Keabsahan Data.

Bab IV Hasil Penelitian, yaitu meliputi: Latar Belakang Sekolah dan Hasil wawancara Penelitian.

Bab V Penutup meliputi: Kesimpulan dan Saran

11 Ammar Machmud, Kisah Penghafal Al-Qur’an disertai resep menghafal Al-Qur’an dari pakar, (Jakarta: PT Alex Media komputindo, 2015), hal 6.

(21)

15 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an

1. Pengertian Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang artinya menjalankan atau melakukan suatu kegiatan.12 Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah diangap siap. Implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara bersunguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 13

Pelaksanaan ini bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanaakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan lengkap segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya mulai bagaimana cara yang harus dilakukan, suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksaan ditetapkan yang terdiri atas

12 Tim penyusun, kamus pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), hal 308.

13 Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002) hal 70

(22)

pengambilankeputusan, langkah yang strategi maupun operasional dan kebijaksanaan mejadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Pengertian pelaksanaan menurut beberapa Ahli:

a. Menurut Westra pelaksanaan adalah sebagi usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.

b. Menurut Bintaro Tjokroadmudjoyo, pengertian pelaksanaan ialah sebagai proses dalm bentuk rangkaian kegiatan, yaitu berawal dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu diturunkan dalam suatu program dan proyek

c. Menurut Siagian S.P mengemukakan bahwa pelaksanaan merupakan keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya mereka mau bekerja secara ikhlas agar tercapai tujuan organisasi dengan efesien dan ekonomis.

d. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia merumuskan pengertian pelaksanaan adalah upaya agar setiap pegawai atau tiap anggota

(23)

17

organisasi berkeinginan dan berusaha mencapai tujuan yang telah direncanakan.14

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) program adaah rancangan mengenai asa serta usaha yang akan dijalankan atau seperangkat kegiatan kependidikan yang diatur demikian rupa sehingga dapat dilaksanakan oleh anak didik di waktu yang lebih singakat dari biasanya. Secara umum, program diartikan sebagai rencangan kegiatan yang akan dilakukan.15Sedangkan secara khusus adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan, dan terjadi dalm suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Apabila “ program” ini langsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, langsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Selain itu defenisi program juaga termuat dalam undang-undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa:

Program adalah intrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instasi pemerintah/lembaga untuk mencapai

14 Rahrdjo Adisasmita, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, (Graha Ilmu:

Yokyakarta, 2011), hal 89

15 Tim penyusun, kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal 627

(24)

sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi masyarakat.

Jadi dapat kita simpulkan dari defenisi di atas, bahwa pelaksanaan program adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan individu maupun kelompok berbentuk pelaksanaan kegiatan yang didukung kebijaksanaan, prosedur dan sumber daya dimaksudkan membawa hasil untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tahfidz Al-Qur’an terdiri dari dua kata tahfidz dan Al-Qur’an. Kata tahfidz adalah bentuk dasar ghair dan mim dari kata اظيفحت– ظفحي– ظفح artinya menghafal. Tahfidz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengarkan. Menghafal Al-Qur’an adalah proses untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk menghindari perubahan dan peniruan dan menjaga dari kelupaan dari sebagian atau keseluruhan isi Al-Qur’an.16

Tahfizh berasal dari bahasa Arab, yang secara etimologi (tata bahasa) artinya menjaga, memelihara atau mengahafal. Sedangkan Al-Hafizh adalah orang yang menghafal dengan cermat. Orang yang selalu menjaga-jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaanya. Istilah Al-Hafizh ini diperlukan untuk orang yang hafal Al-Qur’an tiga puluh Juz tanpa mengetahui isi dan kandungan Al-Qur’an.17 Al-Hafizh disini di artikan sebagai memelihara menjaga, penjagaan, pemeliharaan, pengingatan dan mempunyai banyak arti

16 Zulvia Trinova, Salmi Wati, The Contibution of Quranic Tahfidz to Mental Healt, (Journal:

At-Ta’lim, Volume 23, Number 3, November 2016), hal 262

17 Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung: Sinar baru, 1991), hal 19.

(25)

19

yang lain, seperti si fulan membaca Al-Qur’an dengan kecepatan yang jitu (Zhahru Al-Lisan) dengan hafalan di luar kepala (Zhahru Al-Qolb). Baik kata- kata Zhahru Al-Lisan maupun Zhahru Al-Qolb merupakan kinayah (metafora) dari hafalan kitab, karena itu disebut Istizhahraru yang berganti menghafal dan membacanya di luar kepala.18

Menurut etimologi Al-Hafizh lawan dari kata lupa, yaitu selalu ingat Ibnu Madzur berkata yang diikuti oleh Abdurrab orang yang selalu berjaga- jaga yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaanya. Menghafal sesuatu yakin mengungkapkan satu demi satu dengan tepat. Menurut terminologi Al-Hafizh merupakan menghafal dan menghayati bentuk-bentuk visual sehingga bisa diingat kembali tanpa kitab. Membacanya secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan serta mengingat kembali hafalannya. Al-Qur’an juga definisikan sebagai Qara’at yang memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan qira’ah yaitu akar kata (nasdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan atan waqur’anan. Allah menjelaskan,





















“ Sesungguhnya kamilah yang bertanggung jawab mengumpulkan ( dalam dadamu) dan membacanya (pada lidahmu). Maka apabila kami

18 Muhammad Zen, Bimbingan Praktis Membaca Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 1996), hal 37.

(26)

telah menyempurnakan bacaanya (kepadamu, dengan perantara janji jibril). Maka bacalah menurut bacaanya itu,” (Al-Qiyamah:17-18)

Qur’anah di sini berarti qira’ah (membaca atau cara membacanya).

Sebutan Al-Qur’an tidak terlepas pada sebuah kitab dengan seluruh kandunganya, tapi juga ayat-ayatnya juga dinisbahkan kepadanya, Maka jika anda mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, Anda dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur’an.19



















“ Dan apabila Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaanya dan diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al- A’raf: 204)

Menurut sebagian ulama, penamaan kitab ini dengan nama Al-Qur’an di antara kitab-kitab Allah swt itu, karena kitab ini juga mencakup esensi dari kitab-kitabnya, bahkan mencangkup esensi dari semua ilmu. Para ulama menyebutkan defenisi yang khusus, berbeda dengan yang lainya bahwa Al- Qur’an dalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw yang membacanya menjadi suatu ibadah. Maka kata “kalam” yang termasuk dalam defenisi tersebut merupakan kelompok jenis yang mencangkup seluruh jenis kalam, dan penyandarannya kepada Allah swt yang menjadikannya

19 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al- Kaustsar, 2006), hal 17.

(27)

21

kalamullah, menunjukkan secara khusus sebagai firman-Nya, bukan kalam manusia, jin, maupun malaikat.20

Menurut Abd al-Wahab al-kalaf, secara teminologi Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan Bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya dan sebagai hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam satu mushaf yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan dengan Annas yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir.21

Jadi, Tahfidz Al-Qur’an adalah suatu kegiatan pemeliharaan Al- Qur’an yang dilakukan oleh seseorang dengan jalan menghafalnya, hingga ia mengerti apa kandungan dari Al-Qur’an, kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

2. Metode Menghafal Al-Qur’an

Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, setiap penghafal memiliki metode tersendiri dalam menghafal. Dalam menghafal Al- Qur’an ada beberapa metode dan cara yang berbeda-beda. Namun, metode apapun yang dipakai tidak akan terlepas dari pembacaan yang berulang-ulang

20 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al- Kaustsar, 2006), hal 18.

21 Abd al-Wahab al-Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh, (Jakarta: Majlis al-‘Ala al-Indonesia al- Dakwah Islamiyah,1972), hal 30.

(28)

sampai dapat mengucapkan tanpa melihat mushaf sedikitpun, Proses menghafal Al-Qur’an di lakukan melalui proses bimbingan seorang guru tahfidz.

Hampir tidak dapat ditentukan metode yang khusus untuk menghafal Al-Qur’an karena hal ini kembali kepada selera menghafal itu sendiri. Namun, ada beberapa metode lazim yang dipakai oleh para penghafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut.

1. Metode Fahmul Mahfudz, artinya sebelum ayat-ayat dihafal, penghafal dianjurkan untuk memahami makna setiap ayat, sehingga ketika menghafal, penghafal merasa paham dan sadar terhadap ayat-ayat yang diucapkannya.

2. Metode Tikrarul Mahfudz, artinya penghafal mengulang ayat-ayat yang sedang dihafal sehingga dapat dilakukan mengulang satu ayat sekaligus atau sedikit demi sedikit sampai dapat membacanya tanpa melihat mushaf. Cara ini biasanya sangat cocok bagi yang mempunyai daya ingat lemah karena tidak memerlukan pemikiran yang berat. Penghafal biasanya lebih banyak terkuras suaranya.

3. Metode kiatbul mahfudz, artinya penghafal menulis ayat-ayat yang dihafal di atas sebuah kertas. Bagi yang cocok dengan metode ini biasanya ayat-ayat itu tergambar dalam ingatanya.

4. Metode Isati’amul Mahfudz, artinya penghafal diperdengarkan ayat-ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang sampai dapat

(29)

23

mengucapkan sendiri tanpa melihat mushaf. Nantinya hanya untuk mengisyaratkan kalau terjadi kelupaan. Metode ini biasanaya sangat cocok untuk tunanetra atau anak-anak. Sarana memperdengarkan dapat dengan kaset atau orang lain.22

Dalam menghafal ada beberapa metode yang sudah akrab di kalangan pengahafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut

1. Metode Talqin (guru membaca lalu murid menirukan dan jika salah dibenarkan)

2. Tasmi’ (murid mempedengarkan hafalnnya di depan guru), biasanya disebut setoran hafalan.

3. Murajaah (pengulangan hafalan), teknisnya snagat banyak, bisa dilakukan sendiri dengan merekam atau memengang Al-Qur’an di tangannya, bisa dengan memegang Al-Qur’an di tanganya, bisa dengan berpasangan. Ini sangat berguna untuk memperkuat hafalan.

4. Tafsir (mengkaji tafsirannya), baik secara sendiri maupun melalui guru. Hal ini sangat membantu menghafal atau memperkuat hafalan, terutama bila surat atau ayat tersebut dalam bentuk kisah.

22Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 30

(30)

5. Tajwid (perbaikan bacaan dan hukumannya)23

3. Strategi Menghafal

Menghafal Al-Qur’an merupakan kegiatan sangat mulia, karena hafidz Qur’an adalah Ahlullah di bumi. Diperlukan do’a, kedisiplinan, dan keuletan agar sukses dalam mengahafal Al-Qur’an. Dalam menghafal Al-Qur’an anda di tuntut umtuk memiliki strategi yang jitu agar semua kegiatan yang menjadi tanggung jawab anda tidak terabaikan. Berikut strateginya.

1. Usahakan pikiran dalam keadaan tenang (calm mind), dan suasana nyaman. Karena saat pikiran kacau, sekeras apapun anda berusaha hasilnya tidak sama jika anda berusaha saat pikiran tenang.

2. Membaca terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafal. Ini membantu untuk lebih memudahkan dalam mengucapkan. Selain itu jika di dalam halaman tersebut ada ayat yang mudah ataupun indah, maka anda ,merasa lebih bersemangat untuk menghafalkannya.

3. Memahami ayat yang akan dihafal. Memahami ayat dapat membantu untuk mengurutkan ayat-ayat yang dihafal. Selain itu juga dapat membantu agar anda bisa merenungi kandungannya.

4. Menghafal ayat satu persatu hingga dabit (hafal sekali), kemudian menggabungkannya dengan ayat selanjutnya hingga lengkap satu halaman. Biasanya pada keesokkan harinya mutu hafalan akan sedikit

23Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 31

(31)

25

menurun, tetapi dengan di muraja’ah terus menerus lam kelamaan akan dabit.

5. Jangan lupa untuk memuraja’ah hafalan anda yang sebelumnya paling tidak 1 pekan sekali, jika tidak bisa 2 pekan sekali. Semakin lama rentang anda muraja’ah semakin sulit untuk mengulanginya.

Bagi para penghafal Al-Quran yang pemula, menambah hafalan menimbulkan kesulitan tersendiri tetapi seiring dengan waktu, kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalanya (muraja’ah). Pada saat hafalan makin bertambah banyak, muraja’ah juga semakin berat.24

Untuk surah-surah yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (di atas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surah tersebut.

Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan macet ketika memuraja’ah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu menghafal/muraja’ah dari awal surah (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah surah, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang terakhir, sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal surah dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surah.

Kesulitan kedua adalah ketika kita macet sulit bagi kita untuk mengatahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah ayat macet menjadi gelap. Ini dikarenakan kiata menghafal secara sekuensial/berurut, sehingga satu ayat

24 Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 32

(32)

selalu diingat setelah ayat sebelumnya sehingga kalau ayat sebelumnya macet maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalam hal ini tidak ada secara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al-Qur’an.

Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surah yang panjang dilakukan, hafalkan surah dengan cara memotongnya mnjadi 10 ayat 10 ayat.

Dalam setiap 10 ayat potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat. Misalnya kita menghafal surah an-Naba’ yang di dalamnya ada 40 ayat. Caranya adalah sebagai berikut.

1. Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5

2. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan dan sesuai dengan ayat yang sedang dihafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat ke 2 gerakkan jari telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.

3. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-mengerakan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan.

Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10.

4. Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan dengan nomor ayat yang dilafazkan, lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat1 samapai 10.

(33)

27

5. Lakukan langkah di atas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.

6. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surah tersebut. Ulang-ulang sampai lancar.

Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompok menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila surahnya berayat panjang- panjang seperti al-baqarah, Ali’Imran, An Nisa’ dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.

Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah sebagai berikut.

1. Ketika muraja’ah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat (ayat 1) sehingga untuk surat yang panjang muraja’ah dapat dilakukan sepotong-potong di dalam salat kita. Misalnya utuk setiap rakaat salat kita membaca 10 ayat. Maka ketika Subuh kita sudah dapat muraja’ah sampai 40 ayat (sunah Subuh 2 rakaat dan Subuh 2 rakaat). Ini cukup bagus untuk Surah an-Naba’ yang 40 ayat atau untuk surah yang panjang seperti Al-Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka selesai shalat Isya kita harus muraja’ah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat- shalat sunah Rawatib maka kita bisa muraja’ah 200 ayat dalam sehari. Dan bila ditambahkan dengan Shalat Duha dan Tahajjud kita bila menyelesaikan 286 ayat Al-Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam.

(34)

2. Kita tidak merasa susah muraja’ah karena seakan-akan kita sedang menghafal surah-surah yang pendek saja. Secara psikologi kita merasa lebih ringan menghafalnya.

3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surah. Bukan hanya ayat-ayat awal surah saja. Ketika memuraja’ah surah-surah yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi eksternal seperti tamu datang, telepon berdering, anak menangis, masakan gosong, dan lain sebagainya, kita masih tetap bisa melanjutkan ayat selanjutkan setelah kondisi eksternal tertangani, tanpa harus mengulang dari awal surah. Dengan metode menghafal konvensional maka kita harus selalu mengulangi mulai dari awal surah lagi. Kondisi- kondisi seperti ini akan menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-ayat akhir.

4. Hafal nomor ayat tanpa kita sadari. Inilah adalah bonus yang sangat bermanfaat untuk kita.

5. Mengatasi kasus ayat macet. Bila macet satu ayat biasanya akan berhenti memuraja’ah surah tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang macet (lupa). Tetapi dengan sistem potong surah ini kita masih tetap dapat terus memuraja’ah ayat-ayat setelah ayat macet ini. Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat indenpenden terletak dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan ayat

(35)

29

yang sebelumnya seperti dalam sistem menghafal kovensional tapi juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan mengerak-gerakakan jari tangan ketika menghafal).ketika memori yang terkait dengan ayat yang sebelum terlupakan maka ada pengait yang lain yaitu nomor surah percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan hasilnya!

Melakukan metode ini tak sulit membaca baris-baris di atas. Bila anda melakukan ini adalah hal yang sangat simple. Metode ini menjadikan kita santai dan tidak stress dalam memuraja’ah. Karena kita mempunyai petunjuk (milestonis) dalam surah-surah hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 12, 41 dan seterusnya. Kita akan memuraja’ah ayat-ayat pendek, yaitu 10 ayat saja.

Cobalah anda praktikan dan anda akan terkejut dengan hasilnya. Menurut bagian penghafal, ada beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam menghafal Al-Qur’an. Kaidah-kaidah tersebut adalah:

1. Memilih waktu dan tempat yang tepat dan kondusif

2. Mendahulukan bacaan yang benar (tajwid) atas hafalan.

3. Menggunakan satu jenis mushaf saja, tidak berganti-ganti

4. Melakukan pengulangan yang rutin, waulaupun sedikit dari pada borongan

Berikut ini dua belas teknik dalam menghafal Al-Qur’an yaitu:

1. Niat ikhlas

(36)

2. Memilih waktu dan tempat yang kondusif

3. Gunakanlah satu mushaf

4. Pelajarilah tahsin sebelum menghafal

5. Menghafal Al-Qur’an dengan teratur

6. Memperhatikan tulisan ayat saat menghafal

7. Merasa keagungan Al-Qur’an

8. Teliti ayat mutasyabihat

9. Mencari ustadz

10. Tumbuhkan motivasi dan disiplin

11. Mengamalkan Al-Qur’an

12. Berdo’a kepada Allah swt25

Sesuatu yang berhak dihafal adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat islam, sumber dari segala hukum, dan bacaan yang Paling sering diulang-ulang oleh manusia. Oleh karenanya, seseorang penutu ilmu hendaknya meletakan hafalan Al-Qur’an sebagai prioritas utamanya. Dibawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al-Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagi berikut:

25Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 38

(37)

31

1. Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al-Quran hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat yang ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasaa malas dan bosan.

2. Hendaknya setelah itu, ia melakukan shalat hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al-Qur’an. Waktu shalat hajat ini tidak ditentukan dan do’anya apapun diserahkan masing-masing pribadi.

3. Memperbanyak do’an untuk menghafal Al-Qur’an.

4. Menentukan salah satu metode untk menghafak Al-Qur’an.

Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al-Qur’an, masing-masing orang akan mengambil metode sesuai dengan dirinya.

5. Memperbaiki bacaaan. Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar sesuai dengan tajwid.

6. Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada kita setor kan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan salah

7. Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al-Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalau bisa tidak

(38)

hanya mendengar sambil mengerjakan perkerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan dan secara teratur.

8. Untuk menguatkan hafalan, hedaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.

9. Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya sekedar mata saja, akan tetapi dibarengi dengan bacaannya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang.

10. Menghafal kepada guru. Menghafal Al-Quran kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al-Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar.

11. Mengunakan satu jenis mushaf Al-Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya.

12. Pililah waktu yang tepat untuk mengahafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bersabada:

“sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan

(39)

33

agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam (untuk mengerjakan)”

(HR.Bukhari)

Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi, siang dan malam, artinya kiat bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al-Qur’an. Sebagai contoh di pagi hari, sehabis shalat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan untuk menghafal atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis shalat dzuhur, waktu sore habis shalat isya atau ketika melakukan shalat tahajut dan seterusnya.

13. Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan shalat-shalat sunnah, baik di mesjid maupun dirumah. Hal ini dikarenakan waktu shalat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan.

14. Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih). Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya.

15. Setelah hafal Al-Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al-Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia

(40)

tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalanya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalanya lagi.26

4. Waktu pelaksanaan

Telah di sebutkan beberapa kali di atas waktu menghafal sangat menentukan dalam proses penghafalan. Jika kita mampu menggunakan waktu yang tepat, niscaya kita akan cepat hafal dan hafalan kita melekat, berikut ini waktu yang baik untuk menghafal atau mengulang hafalan Al-Qur’an

1. Ba’da subuh hingga pukul 06.30 karena pada saat itu rasa kantuk sudah hilang dan pikiran masih segar

2. Waktu istirahat sekolah. Pada waktu ini pikiran juga masih segar

3. Ba’da zuhur

4. Ba’da asar

5. Ba’da magrib

6. Ba’da isya

26 Abu Abdur Rahman Al-Baz Taufiq, Ashal Nigham Li Hifdhi Al-Qur’an, (Kairo, Muktabah Al-Islamiyah. 2002), cet ke tiga, hal 13

(41)

35

7. Tengah malam ( diatas pukul 10 malam) bertempat di mesjid. Pada saat ini, suasana sudah tenang

8. Sebelum subuh

Bagi yang memiliki niat untuk menjadi hafidz paling tidak anda meluangkan waktu kurang lebih 4 jam untuk ndrees ( membaca Al-Qur’an). Jadi waktu-waktu di atas bukanlah patokan baku dalam menghafal. Dalam menghafal di perlukan do’a, kedisiplinan, dan keuletan agar sukses dalam menghafal Al- Qur’an. Kedisiplinan itu dapat kita wujudkan dalam bentuk jadwal yang harus kita jalani dan target yang harus kita capai dalam kurun waktu tertentu, selain itu target dapat juga memicu motivasi dalam menghafal Al-Qur’an.27

5. Evaluasi Program tahfidz Al-Qur’an

Evaluasi program adalah evaluasi yang berkaitan erat dengan suatu program atau kegiatan pendidikan termasuk di antaranya tentang kurukulum, sumber daya manusia, penyelengarakan program, proyek penelitian dalam suatu lembaga. Evaluasi sangat penting dilaksanaankan pada setiap program pendidikan agar bisa dijadikan tolak ukur untuk dan pertimbangan pengambilan keputusan terkait dengan program. Selain itu evaluasi juga penting dilaksanaakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan pelaksanaan suatu program yang telah dilaksanaakan.

27 Sabit Alfatoni, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Penerbit: CV. Ghyyas Putra, 2015), hal 40

(42)

Dalam pelaksanaan program tahfidz Al-Qur’an perlu diadakan perbaikan demi perbaikan. Evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditunjukan untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Program adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi didalam sebuah organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang. Tahfidz Qur’an yaitu menghafal Al-Qur’an berasal dari kata

“hafal” yang berarti dapat mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku ataupun catatan lain) jadi menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar senantiasa di hafal.28

Dalam evaluasi pembelajaran tahfidz kita perlu:

1. Memelihara hafalan terbagi atas memelihara hafalan yang belum khatam dan memelihara hafalan yang sudah khatam.

2. Beberapa upaya dalam melestarikan hafalan. Beberapa upaya melestarikan hafalan Al-Qur’an yang dicontohkan Rasurullah, para sahabat, dan beberpa ulam’muta’akhirin

3. Kaidah melakukan muraja’ah, kaidah dalam melakukan muraja’ah bagi yang belum khatam

a. Apabila hafalan berkisar 1 sampai 10 juz, maka harus melakukan murajaah semua yang telah dihafal dalam waktu seminggu.

28 Silvia Ulfah, Santi Lisnawati, Evaluasi Program Tahfidz Al-Quran, (Jurnal: Ilmiah Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol 1, No 2 (2017), hal 74

(43)

37

b. Apabila hafalan berkisar antara 10 sampai 15 juz, maka harus melakukan murajaah semua yang telah dihafal dalam waktu dua minggu.

c. Apabila hafalan berkisar antara 15 sampai 20 juz, maka harus melakukan murajaah semua yang telah dihafal dalam waktu tiga minggu.

d. Apabila hafalan berkisar antara 20 sampai 30 juz, maka harus melakukan murajaah terhadap semua yang dihafal dalam waktu sebulan.29

Jadi evaluasi program tahfidz Al-Qur’an adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi keberhasilan dari kegiatan menghafal Al-Qur’an.

B. Pembelajaran secara Daring

Pandemik virus corona yang lebih familiar disebut COVID-19 (corona virus disease 2019) berdampak pada semua sektor termasuk pendidikan. Hal tersebut salah satunya ditindak lanjuti oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaaan Republik Indonesia melalui surat edaran no 4 tahun 2020 yang isinya agar pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan dari rumah atau yang sering disebut pembelajaran jarak jauh/daring, guna memutus mata rantai penyebaran virus corona (Nasional, 200). Kondisi tersebut sangat diuntungkan dengan Era 4.0

29 Iqlima Zahari, Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Pesantren Nurul Huda Mergosono Malang,(TA’ALLUM: Jurnal Pendidikan Islam Volume 05, Nomor 01, Juni 2017), Hal 59

(44)

yang telah mendekatkan masyarakat dengan teknologi digital. Sehingga dapat memudahkan fase tranformasi dari konvensional menjadi daring. Hal ini diperkuatkan oleh penelitian bahwa pemanfaatan internet dan teknologi multi media dapat memudahkan merombak metode transfer pengetahuan dan dapat menjadi alternative pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas tradisional.

Sehingga dapat dikatakan bahwa cara atau bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi digital adalah pembelajaran daring yang merupakan solusi pada kondisi pandemk covid-19 menurut moore, Dickson-deane and galyen bahwa pembelajaran daring memiliki kekuatan, tanangan dan hambatan tersendiri.30

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang mengunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa tetap membawa dampak positif maupun negatif. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang mampu mempertemukan antara guru dan murid untuk melaksanakan interaksi pembelajaran dengan bantuan internet31 Pembelajaran daring juga memiliki kelebihan mampu menumbuhkan kemandirian belajar (self requlated learning). Pengunaan aplikasi online mampu meningkatkan kemandiri belajar. Pembelajaran daring di sini lebih berpusat pada siswa yang menyebabkan mereka mampu memunculkan tnggung jawab otonomi dalam

30 Sri Gusty dkk, Belajar Mandiri:Pembekajaran Daring di tengah Pandemik Covid-19, (PT:

Yayasan Kita Menulis, 2020), hal 2

31Sri Gusty dkk, Belajar Mandiri:Pembekajaran Daring di tengah Pandemik Covid-19, (PT:

Yayasan Kita Menulis, 2020), hal 2

(45)

39

belajar (learning autounomy). Belajar secara daring dapat meningkatkan minat siswa.32

C. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Novitri (Skripsi IAIN Bukittinggi 2017) pada Mahasiswa IAIN Bukittinggi dengan judul “Pelaksanaan Program tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukitinggi”.

Metode penelitian yang dilakukan adalah Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui tujuan pelaksanaan program tahfidz adalah untuk melahirkan para hafizh dan hafizah di pondok pesantren madinatul munawarah bukittinggi, waktu pelaksanaan disediakan selama diluar pembelajaran, yakni setiap pagi jam 07.00- 07-30, setiap hari selasa, rabu dan kamis. Kemudian setelah shalat juma’at sampai menjelang asar dan tiap dua kali sekali pada malam hari mulai jam 19.00-20-30, materi program tahfidz yaitu satu juz dalam satu tahun, atau 3 ayat tiap harinya, dalam menghafal tidak di tentukan metode khusus dalam menghafal dan diserahkan kepada santri sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing, sarana dan prasarana disediakan oleh pihak pondok berupa mushola dan Al- Qur’an dan untuk evaluasinya dilakukan ustad pembina ketika setoran hafalan dilaksanakan dan setiap akhir semester dengan cara menyetor hafalan secara keseluruhan kepada ustad atau ustadzah Pembina tahfidz. Hal ini dijadikan bukti bahwa program tahfidz Al-Qur’an di pondok pesantren madinatul munawarah

32Ali Sadikin, Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19, (BIODIK: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi Vol. 06, No. 02 2020), Hal 219

(46)

bukittinggi sudah berjalan sesui dengan ketentuan. Meskipun pelaksanaan sudah berjalan namun masih belum dapat mencapai tujuan secara utuh. Adapun kendalanya yaitu kurangnya manajemen waktu selama kegiatan, kemudian kurangnya pengunaan metode selama pelaksanaan program tahfidz selain itu juga kekurangan dalam evaluasi kegiatan karena evaluasi kegiatan dilakukan hanya sekali setahun hal ini menyebabkan ayat-ayat yang pernah dihafal santri hilang begitu saja.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hafidz (Skripsi UIN Raden Fatah, 2017) pada mahasiswa Palembang, dengan judul skripsi “Pelaksanaan Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Ar-Rasyidh 13 Ulu Palembang”

Metode penelitian yang dilakukan adalah Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan Program Tahfidz di Pondok Presantren Ar-Riyadh 13 Ulu Palembang telah berjalan dengan cukup baik, bisa dilihat dari proses hafalan, materi hafalan pada fase atau kelas, metode yang digunakan, fasilitas yang ada, dan sistem evaluasi yang telah direncanakan dengan baik. Akan tetapi, pada proses muraja’ah harus diwajibkan untuk seluruh santri tahfidz dan menambhakan pembimbing dalam pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an.33

Faktor pendukung pendukung meliputi fisik dan psikis yang baik, dukungan penuh dari pesantren, reward atau piagam, dan fasilitas seperti di sediakannya kartu menghafal dan ruangan khusus bagi santri tahfidz Al-Qur’an.

33 Rahmi Novitri, Program Tahfidz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Madinatul Munawwarah Bukittinggi, (Skripsi), IAIN BUKITTINGGI, (Bukittinggi, 2017)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

kepemimpinan Instruksional kepala sekolah( X1) Efikasi Diri ( X2 ) Kinerja Mengajar Guru ( Y ).. untuk tercapaianya tujuan organisasi. Kepala sekolah tidak hanya memimpin

Pada kawasan kelurahan barombong terdapat jembatan sepanjang 330 meter dengan lebar 7 meter melintas di atas Sungai Jeneberang yang dibangun pada masa jabatan

Dalam pengembangan kedepan, perbaikan adalah faktor yang harus dilakukan jika menginginkan sebuah sistem yang baik, karena analisis dan desain website ecommerce

Dari hasil studi ini ternyata debit dominan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo Hulu menyamai banjir 2 tahun....

Sekretaris Rayon 104/

adalah gabungan kuliah-kuliah konvensional dan syariah dengan orientasi kepada aspek keuangan dan ekonomi (course based), selain ke aspek. fiqh/syariah (umumnya

pembelajaran menulis, salah satunya dalam penelitian sebelumnya metode STAD digunakan dalam jurnal berjudul “Penerapan Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada