• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V : PENUTUP

Daftar Kepustakaan

18 segala sesuatu yang hanya berlandaskan pada khayalan belaka atau segala sesuatu tidak masuk akal dan tidak terbukti dalam dunia nyata. Secara bahasa tahayul diambil dari kata “khayal” yang memiliki makna yaitu sesuatu yang terlukis dalam angan-angan (mimpi) seseorang terhadap suatu hal.21 Menurut Umar Hasyim tahayul diartikan juga sebagai sesuatu yang termasuk hayal, yakni tidak masuk akal dan dalam realitanya apa yang tergambarkan itu tidak terbukti. Permasalahan terhadap tahayul ini juga erat kaitannya dengan istilah “gugon tuhon” yang berarti suatu kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat, yang mana kepercayaan itu tidak memiliki asal atau sumber yang jelas.22

Tahayul juga diatikan sebagai mitos yang tidak terbukti dalam kenyataan. Tahayul pada dasarnya berkaitan dengan cerita-cerita terdahulu yang tidak jelas sumber dan asal usulnya. Dan ada juga pendapat yang

21 Mauliana, “Takhayul Dalam Perspektif Masyarakat” (2018): 1–84,

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rtc=j&url=http://repository.ar-raniry.ac.id/3854/1//mauliana.pdf&ved=2ahUKEwjp0O_hjpnfAhUTbo8KHczUDo8QFjAFegQIC BAB&usg=AOvVaw2OmlbfU2FLyW2HOvTHGQ8m. hal 27

22 Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh Dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan Dan Azimat, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1985), cet 5, hal 79

mengatakan bahwa tahayul hanyalah cerita-cerita yang dikarang oleh nenek moyang terdahulu, bagaimana tidak setiap sesuatu hal yang berhubungan dengan tahayul ini tidak pernah diajarkan dalam al-Qur’an maupun hadis, dengan kata lain tahayul itu adalah sebuah keyakinan yang hanya didasarkan pada kecerdikan akal manusia saja.

2. Sejarah dan Perkembangan Tahayul

Pada awalnya keyakinan terhadap tahayul ini telah ada pada zaman dahulu, karena disebabkan pola pikir dan ilmu pengetahuan manusia pada zaman dahulu masis minim sekali, sehingganya keyakinan yang hanya sebatas dugaan dan prasangka ini mudah diterima oleh manusia pada zaman dahulu tersebut.23 Kemudian keyakinan ini terus berkembang pada zaman kerajaan hindu yang banyak sekali menggunakan segala sesuatu yang berhubungan dengan mistik, apa lagi hal yang mistik tersebut termasuk kepada aliran dalam agama hindu.

Sedikit melirik ke masa lalu, berbagai negara khususnya di kawasan timur tengah, keyakinan terhadap tahayul ini pernah berkembang sangat pesat. Ketika di zaman pemerintahan Persia contohnya, ada agama yang bernama Zoroaster pada saat itu. Agama ini berpendapat bahwa ada dua macam Tuhan yakni: ada Tuhan yang baik dan ada Tuhan yang buruk.

23 Mauliana, “Takhayul Dalam Perspektif Masyarakat” (2018): 1–84,

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rtc=j&url=http://repository.ar-raniry.ac.id/3854/1//mauliana.pdf&ved=2ahUKEwjp0O_hjpnfAhUTbo8KHczUDo8QFjAFegQIC BAB&usg=AOvVaw2OmlbfU2FLyW2HOvTHGQ8m. hal 27

20

Tuhan yang baik dilambangkan dengan api sedangkan Tuhan yang buruk dilambangkan dengan angin. Kepercayaan ini berkembang dengan persyaratan untuk manusia pada waktu itu harus menghormatinya, kemudian kepercayaan ini diwujudkan oleh pemerintahan pada waktu itu dengan cara sajian dan praktek persembahan kepada tuhan yang dianggap memiliki kekuatan tertentu.24

Di negara Indonesia, tahayul berkembang dan menyebar secara mudah, yang tidak bisa terlepas dari pengaruh agama dan kepercayaan nenek moyang terdahulu. Bahwa adanya beberapa bencana alam yang pernah terjadi pada masa lalu dengan menimbulkan korban yang cukup banyak, sehingganya dengan keadaan itu membuat manusia pada zaman itu berfikir alam sudah mulai marah karena tidak ada lagi sajian yang diberikan dan kurang perhatian manusia terhadap alam. Maka dari kontek sana kepercayaan yang dinamakan dinamisme dan animisme itu timbul, yakni kepercayaan seperti: percaya kepada pohon besar yang dianggap keramat dan keris-keris sakti yang mempunyai kekuatan tertentu . keyakinan-keyakinan tersebut terus berlanjut dan berkembang pada masa kerajaan Hindu-Budha yang menggunakan ilmu mistik sebagai salah satu alirannya. 25

24 Muhammad Asroruddin Al-Jumhuri, Belajar Aqidah Akhlak Sebuah Ulasan Ringkas Tentang Asas Tauhid Dan Akhlak Islamiyah, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012), hal 35

25 Ibid

Dalam pembahasan mengenai tahayul ini tidak terlepas pula peranan syetan didalamnya. Perkara-perkara tahayul di desa atau di dalam kehidupan masyarakat banyak yang diluar logika dan realita kehidupan, akan tetapi masyarakat teguh dengan kepercayaan yang tidak berlandaskan dengan kebenaran padahal mereka beriman kepada Allah SWT.

Kepercayaan menegenai tahayul ini tidak hanya ada di negara Indonesia, bahkan di belahan negara lain di dunia ini yaitu di negara bagian barat dan negara-negara yang sudah maju pun masih ada mempercayai perkara tahayul ini.

3. Macam-macam, Bentuk, dan Contoh Tahayul

Tahayul merupakan ucapan atau perkataan manusia yang didasari oleh prasangka dan dugaan semata. Ada beberapa macam-macam, bentuk dan contoh dari tahayul yang masih dipercayai oleh masyarakat baik di desa maupun masyarakat kota dan belahan negara lainnya, sebagai berikut:

a. Di daerah Jawa, ketika seseorang sedang berpergian kemudian lewat ular didepannya dari arah kiri ke kanan, itu tandanya nanti ketika ditengah perjalanan ada bahaya yang akan melanda orang yang berjalan tersebut.

b. Burung gagak yang mengeluarkan suara atau bunyi dari arah atap rumah, itu tandanya nanti ada salah satu keluarga yang berada dirumah tersebut akan meninggal dunia.

22

c. Di negara Pakistan, jika kalau ada pula suara burung gagak yang berasal dari atap rumah, maka itu tandanya nanti ada salah satu keluarga yang berada dirumah tersebut akan meninggal dunia.

d. Masih di daerah Pakistan, ketika seseorang yang hendak berpergian kemudian ada orang yang memanggil dari arah belakang , maka orang tersebut tidak boleh melanjutkan perjalanannya lagi, nanti di tengah perjalanan akan ada musibah melandanya jika orang tersebut melanjutkan perjalanannya.26

e. Bagi wanita yang sedang hamil dianjurkan melihat yang baik-baik agar anaknya nanti lahir bisa menjadi anak yang baik.

f. Ketika seseorang sedang sakit, maka di anjurkan meminum air putih yang didalamnya ada tulisan huruf alif dari kertas.

g. Ketika makan, apabila sedang mengunyah makanan kemudian tergigit mulut bagian dalam bibir, maka itu tandanya ada orang yang sedang membicarakan atau menggunjingkan orang tersebut.

h. Bagi petani, jikalau pada hari selasa dianjurkan untuk tidak menanam dikarenakan hari selasa itu hari yang tidak baik untuk melakukan kegiatan menanam diladang.

26 Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh Dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan Dan Azimat, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1985), cet 5, hal 79

i. Bagi masyarakat, dianjurkan untuk tidak boleh memotong kuku pada malam hari, maka kalau melanggar kukunya akan sama seperti kuku harimau.

j. Mempercayai pohon-pohon besar, seperti pohon beringin, dan lainnya sebagai tempat yang angker atau ketika meminta pertolongan maka banyak orang yang melakukan ritual disana.

k. Bagi masyarakat, ketika menjemurkan pakaian di dalam rumah yang sedang dibangun,maka hendak segera memindahkan pakaiannya, karena itu pekerjaan tidak baik menurut nenek moyang terdahulu.27 l. Bagi masyarakat suku dayak yang ada di Kalimantan, ada sebuah adat

yang dinamakan dengan nyahu yang berarti tanda-tanda dari binatang buas seperti ular python, kobra, burung sisit, dan binatang-binatang kecil yang memiliki bisa yakni lipan. Bila seseorang sedang mengerjakan ladangnya, lantas ada ular atau burung sisit yang lewat, maka ladang tersebut harus ditinggalkan, harus pindah ke ladang yang baru.

m. Bagi masyarakat, ketika di gigit lipan maka lipan tersebut harus dibunuh segera jangan sampai lipan itu dahulu mendapatkan air, maka jikalau lebih dahulu lipan itu dapat air, maka kita akan mati akibat sangatan dari lipan tadi.

27 Mardiani, Wawancara, 22 November 2020, pukul 09.30 WIB

24

n. Misteri angaka tiga belas yang masih dipercayai oleh orang barat, angka tiga belas dianggap angka sial dan harus dijauhi. Berdasarkan hasil penelitian pada saat itu, yakni seorang tokoh Apollo yang gagal dalam misinya karena beliau mendapatkan angka tiga belas. Oleh sebab itu lah orang mempercayai kalau angka tigabelas merupakan angka sial.28

o. Ketika ingin keluar rumah harus menunggu kondisi angin dan menentukan langkah berjalan.

p. Ketika mendengar suara burung hantu, maka nanti akan ada malapetaka yang mendatangi.

q. Ayam berkokok ketika waktu senja (waktu maghrib) dianggap itu adalah tanda ada seorang gadis yang mendapat malu.

r. Telinga mendering, itu tanda akan mendengar sebuah kabar buruk nantinya.

s. Anjing meraung kemudian kepalanya menegadah ke bulan purnama malam, itu tandanya ada hantu.29

4. Hubungan Tahayul dengan Khurafat

Antara tahayul dan khurafa ini ialah dua objek yang tidak bisa dipisahkan, kedua-duanya sama-sama membahasa sesuatu hal yang tidak

28 Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh Dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan Dan Azimat, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1985), cet 5, hal 80

29 Hamka, Pribadi Hebat, (Jakarta: Gema Insani, 2014), cet 1, hal 40

masuk akal bagi manusia, perihal yang dijelaskan dan di ungkapkan itu hanya sebatas prasangka dan dugaan semata. Lalu, apa yang menjadi hubungannya. Maka disini penulis menjelaskan bahwa hubungan antara tahayul dan khurafat itu adalah kata khurafat yang berarti al-khurafa itu diambil dari bahasa arab yang berarti hayalan, sementara tahayul diartikan dalam bahasa Arab dengan istilah al-khurafa. Berikut penjelasan sederhana mengenai tahayul dan khurafat.

a. Tahayul

Tahayul berasal dari bahasa Arab yakni asal katanya al-khurafa yang berartisesuatu yang khayal (angan-angan). Tahayul merupakan sebuah kepercayaan yang diyakini tanpa adanya sumber yang jelas hanya sebatas menduga-duga semata atau dapat juga dipahami bahwa tahayul ini adalah mempercayai adanya khayalan bala (musibah) yang datangnya dari makhluk atau benda,30 seperti contoh apabila terdengar suara burung hantu itu merupakan pertanda adanya malapetaka nantinya.

b. Khurafat

Khurafat berasal dari kata kharaf yang berarti rusak akal karena tua. Khurafat adalah perkataan bohong yang di permanis dengan hal yang luar biasa atau dapat juga di pahami nahwa khurafat

30 Umar Hasyim, Syetan Sebagai Tertuduh Dalam Masalah Sihir, Tahayul, Pedukunan Dan Azimat, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1985), cet 5, hal 79

26

adalah mempercayai kisah-kisah yang bahil, legenda, mitos-mitos.31 Contohnya menyakini kisah nyi roro kidul hantu pantai selatan.

Dari uraian diatas dapat dipahami antara tahayul dan khurafat ini memiliki hubungan dan kesamaan dalam artian keduanya sama-sama membahas persoalan yang dianggap tidak masuk akal, namun tidak terlepas pula dari perbedaan objek yang dibicarakan didalamya yakni tahayul hanya membahas kepercayaan yang bathil itu sumbernya dari makhluk dan benda atau tempat sementara khurafat membahas kepercayaan yang bersumber dari mitos-mitos kuno, legenda, dogeng, dan lain sebagainya.

5. Hubungan Tahayul dengan Magic

Ketika berbicara mengenai tahayul tentunya tak terlepas kaitannya dengan hal-hal yang dianggap mistik atau magic. Magic disebut sebagai sebuah kepercayaan yang bukan-bukan dengan memiliki bermacam-macam jenis seperti kepercayaan mengenai manna yakni kekuatan ghaib pada benda, mengeramatkan sesuatu, tempat angker, mantra-mantra, teluh, sihir, dan sebagainya. Pada dasarnya dunia magic itu sangat jauh karena cakupannya sangat luas dan buram karena berbasis ghaib.32

31 Ibid

32 Samudi Abdullah, Takhayul Dan Magic Dalam Pandangan Islam, (Bandung: PT Alma’arif, 1997), hal 13

Magic dibagi atas dua jenis, yakni: magic hitam (black magic) dan magic putih (white magic).

a. Magic Putih

Magic putih (white magic) merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kebaikan. Contohnya menyembuhkan penyakit, menolong orang yang susah, dan lain sebagainya.

b. Magic Hitam

Magic hitam (black magic) merupakan sesuatu yang berhubungan dengan kejahatan, dengan hal demikian menjadikan orang menjadi jahat. Contohnya santet, guna-guna, tenung, dan lain-lain.

Menurut seorang ahli yang bernama Fischer dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Anthropologi Indonesia” beliau menyebutkan bahwa membagi magic kepada dua itu pada hakikatnya tidaklah benar, karena kedua-duanya sama-sama bersumber kepada kekuatan yang ghaib, beliau mengistilahkannya dengan istilah demon. Demon menurut kamus berarti evil (jahat) atau dengan istilah cruel supernatural being (makhluk halus yang jahat), juga disebutan dengaan istilah setan atau hantu.33

Magic memiliki ciri khas tersendiri terhadap manusia yang mempunyai daya fikir secara irasional yakni berfikir yang diluar akar pikiran. Sebagai contoh dari berfikir secara irasional tadi adalah ketika

33 Ibid, hal 14

28

sesorang memakai jarum yang digunakan untuk menjahit, maka bagi orang yang berfikir secara irasional tadi mereka menggunakan jarum tadi sebagai bahan untuk sesajian untuk persyaratan tenung kepada hal ghaib. Contoh lainnya ketika magic dihubungkan dengan penggunaan kata-kata. Yang mana sususan kata-kata yang dilontarkan itu tidak diketahui asal-usulnya darimana serta makna kata tersebut juga tidak diketahui karena dianggap sangat kuno, dan perkataan itu dianggap magic. Kata-kata yang diucapkan oleh seseorang kepada manusia sehingga dapat menaklukkan hati manusia, mencelakakan manusia, dan sebagainya ini yang disebut dengan mantra.34

6. Hubungan Tahayul dengan Mitos

Dalam membahas tahayul tentunya ada perihal yang membahas mengenai legenda-legenda, dongeng, atau mitos. Maka disini kita coba hubungkan tahayul dengan mitos.

Mitos diambil dari kata myth adalah person, thing, etc. That is imaginary, fictitious, or invented yang memili arti orang, sesuatu yang berada dalam khayalan, angan-angan, prasangka. Berikut makna mitos menurut para ahli.

34 Ibid, hal 15

a. Menurut sorang ahli yang bernama C. A. Van Peursen, mitos adalah sebuah kisah yang memberikan pegangan dan arah tertentu terhadap sekelompok manusia. 35

b. Menurut Harun Hadiwijono, mitos adalah segala sesuatu yang terjadi pada zaman dahulu yang berusaha diungkapkan di zaman sekarang serta dapat menentukan nasib untuk kedepannya. 36

c. Menurut Sri Mulyono, mendefenisikan mitos dengan cerita-cerita terdahulu (kuno) dengan diungkapkan dengan kata-kata yang indah da isinya dianggap bermakna.37

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa mitos adalah cerita atau kisah kuno yang berasal dari hayalan manusia yang keberadaannya diyakini sampai sekarang. Mitos yang merupakan cerita khayalan ini sangat kuat hubungannya dengan cerita yang historis, dengan artian mitos yang dipercayai orang dengan hanya menganggap mitos hanya sebatas cerita yang dikarang orang agar dapat menghibur banyak orang.38 Namun, mitos yang diyakini orang pada zaman sekarang adalah segala bentuk cerita masa lalu yang diakitkan dengan mistik dan sumbernya hanya

35 Ibid, hal 189

36 Ibid

37 Ibid, hal 190

38 Ibid

30

prasangka belaka, dan masih meyakini cerita masa lalu itu masih terbukti dizaman ini, padahal itu hanya kebohongan saja.

B. Q.S al-An’am Ayat 116 dan Penafsiran Ulama

Surah al-An’am artinya binatang ternak, surah ini merupakan surah yang ke-6 didalam al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 165 ayat dan termasuk kepada golongan surah makiyyah, karena hampir seluruh ayat dalam surah ini diturunkan sebelum nabi Muhammad SAW hijrah. Disini penulis menggunakan surah al-An’am ayat 116 dengan mencoba mengaitkannya dengan persoalan mengenai kepercayaan yang mengikuti prasangka saja (tahayul), berikut ayatnya yang berbunyi:

1. Q.S al-An’am ayat 116 dan Terjemahan

َلِإ ۡم ى ۡنِإَو َنَظلٱ َلِإ َنو عِبَتَ ي نِإ َُِۚللَّٱ ِليِبَس نَع َكوُّلِض ي ِضۡرَۡلأٱ ِف نَم َرَ ثۡكَأ ۡعِط ت نِإَو َنو ص ر َۡيَ

١١٦

Artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.

Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”.39

2. Penafsiran Ulama Tafsir a. Ibnu Katsir

Didalam tafsir Ibn Katsir ayat ini dijelaskan bahwasanya Allah SWT memberikan informasi tentang keadaan anak cucu Adam yang

39 Q.S al-An’am (6): 116

hidup di bumi bahwasanya banyak diantara mereka itu dalam keadaan sesat, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya

“Dan sesungguhnya, telah tersesatlah sebelum mereka mayoritas orang-orang terdahulu.” Maka mereka tersesat dalam persoalan keyakinan yang mana haya berlandaskan terhadap dugaan semata dan prasangka yang bathil.40

b. Sayyid Qutub

Menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya yang berjudul Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Ayat ini dijelaskan bahwasanya kebanyakan penghuni bumi dahulunya dalam keadaan sesat, mereka seperti orang yang hidup dizaman jahiliyah. Yang mana dalam kehidupan mereka tidak mengikuti syariat yang telah Allah jelaskan dalam al-Qur’an.

Kepercayaan yang mereka seperti masyarakat jahiliyah yang sesat, mereka dalam berkata dan berpendapat tidak bersumber kepada kebenaran dan hanya menduga-duga semata. Mereka sama seperti orang yang tidak memiliki ilmu saja, mereka meninggalkan ilmu pengetahuan yang benar dan berlandaskan kepada prasangka bathil semata yang membawa mereka kepada kesesatan.41

40 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Taisiru al-Aliyyil Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 2011), jilid II, hal 195-196

41 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Dibawah Naungan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2002), cet 1, jilid IV, hal 199

32

c. Muhammad Yunus

Menurut Muhammad Yunus ayat ini dapat dipahami bahwa syetan itu tergolong kepada dua macam, yakni:

1) Syetan yang berada dialam rohani (jin)

2) Syetan yang berada dialam nyata (manusia) yakni orang jahat yang mencoba meyesatkan manusia dengan perkataannya yang manis dan lemah lembut.42

d. Muhammad Quraish Shihab

Menurut Muhammad Quraish Shibab dalam tafsirnya Al-Misbah, beliau menjelaskan Qur’an Surah Al-An’am ayat 116 ini dengan bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur’an sebagai rujukan mencari kebenaran, maka Allah melarang orang-orang yang mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini yang perkataannya bertentangan dengan kebenaran, karena orang tersebut tidak bersandar pada syariat agama yang benar, yang mana orang tersebut hanya menjauhkan kita dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang demikian itu hanya berkata dan berjalan dibalik prasangka atau dugaan ilusi belaka mereka yang tidak berdasarkan pada bukti yang jelas.43

42 Mahmud Yunus, Tafsir Qur’an Karim, (Jakarta: PT Mahmud Yunus Wadzuryah, 2006), cet 74, hal 196

43 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:

Lentera Hati, 2002),

C. Demografi Masyarakat Nagari Sungai Pua Nagari Sungai Pua

Nagari Sungai Pua merupakan salah satu nagari yang berada di Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.

Nagari ini terletak di bagian barat Gunung Merapi, sebelah utara berbatas dengan Nagari Kubang Putiah, sebelah selatan dengan Nagari Sariak, dan sebelah barat berbatas dengan Kecamatan Banuhampu.

Luas nagari ini mencapai 14,43 km2 atau 38,15% dari luas wilayah Kecamatan Sungai Pua. Nagari Sungai Pua memiliki penduduk dengan jumlah 12.288 jiwa, yang terdiri dari 5.969 laki-laki dan 6.319 perempuan.44 Nagari Sungai Pua terdiri atas lima jorong, yang mana diantaranya adalah Jorong Galuang, Jorong Tangah Koto, Jorong Kapalo Koto, Jorong Limo Kampuang, dan Jorong Limo Suku.

44 Pemerintah Nagari Sungai Pua, Profil Nagari Sungai Pua, tahun 2019

34

Nagari Sungai Pua terkenal sebagai daerah yang mana masyarakatnya adalah penghasil peralatan dari logam, terutama besi dan kuningan. Bahkan dalam zaman penjajahan daerah ini termasuk pemasok peluru belanda. Selain sebagai pengrajin besi dan logam, profesi masyarakat Sungai Pua ada berbagai macam, diantaranya adalah petani, konfeksi, pedagang, sopir, PNS, guru, dan wiraswasta.

Masyarakat Sungai Pua pada umumnya beragama Islam dan bisa dikatakan 100% masyarakat Sungai Pua beragama Islam. Selain itu, masyarakat Sungai Pua masih memegang erat kental adat dan kebudayaan. Diantara adat dan kebudayaan yang masih di lestarikan masyarakat adalah silek, randai, talempong, dan lain sebagainya.45

45 Wali Nagari Sungai Pua, Wawancara, 27 November 2020, pukul 17.00 WIB

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif berstandar living Qur’an. Penelitian jenis ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yakni penelitian ini terfokus kepada kondisi alamiah, yang mana peneliti menjadi instument kunci dalam teknik pengumpulan data yang dilakukan secara gabungan dan deskriptif.46

Living Qur’an merupakan bentuk penelitian dengan model praktik resepsi dan respon masyarakat dalam memahami dan mengamalkan ayat al-Qur’an. Dalam konteks penelitiannya, living Qur’an menjadi model yang tepat dalam merespon resepsi masyarakat dengan segala kompleksitasnya, baik itu kondisi sosial masyarakat, proses budayanya yang ada ditengah-tengah masyarakat.47

Kajian living Qur’an juga menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), dalam penelitian lapangan ini data dan sumber penelitian berasal dari responden dan wawancara serta obsevasi ditengah-tengah

46 Nashruddin Baidah dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2016), cet 1, hal 63

47 Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press, 2015), hal 104

36

masyarakat, dimana masyarakat menjadi sasaran utama dari permasalahan yang diangkatkan ini.48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di daerah Nagari Sungai Pua Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam. Penelitian ini ditujukan kepada ninik mamak, cadiak pandai, ustadz/alim ulama, tokoh masyarakat, dan masyarakat di Nagari Sungai Pua Kabupaten Agam. Peneliti mengambil lokasi ini karena penulis melihat kondisi masyarakat disana masih mempercayai tentang kepercayaan nenek moyang dahulu padahal masyarakat didaerah tersebut sudah tidak jauh lagi dari ilmu pengetahuan dan agama.

2. Waktu

Sebelum kita masuk kepada waktu penelitian, peneliti sedikit memberikan gambaran tahap-tahap dalam penelitian ini. Yang mana penelitian dimulai dengan tahap persiapan, wawancara, obsevasi,

Sebelum kita masuk kepada waktu penelitian, peneliti sedikit memberikan gambaran tahap-tahap dalam penelitian ini. Yang mana penelitian dimulai dengan tahap persiapan, wawancara, obsevasi,

Dokumen terkait