• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan tanggal 21 Oktober s/d 21 November 2014 dengan jumlah responden sebanyak 63 orang.

5.1.1 Karakteristik Perawat

Hasil penelitian tentang karakteristik perawat yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, dan lama bekerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Perawat RSUD Dr.Pirngadi Medan (n=63) Variabel Frekuensi (%) 1. Usia 20-39 40-59 2. Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan 3. Pendidikan SPK D3 S1 4. Lama Kerja ≤5 ≥5 37 26 13 50 10 35 18 11 52 58,7 41,3 20,6 79,4 15,9 55,6 28,6 17,5 82,5 Total 63 100

Pada tabel 5.1.1 tentang data demografi perawat menunjukkan bahwa usia perawat paling banyak berada pada rentang 20-39 tahun sebesar 58,7%, dengan jenis kelamin perempuan paling banyak sebesar 79,4%, berdasarkan tingkat pendidikan lebih dari setengahnya D3 keperawatan sebesar 55,6%, dan dengan lama bekerja mayoritas >5 tahun sebesar 82,5%

5.1.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Perawat Dalam Pelaksaan Kolaborasi Perawat-Dokter.

Kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter terdiri dari 35 pernyataan yang dibagi dalam 5 komponen kompetensi kolaborasi, yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan Perawat Dalam Pelaksanaan Kolaborasi.

Kepuasan Perawat Frekuensi %

1. Keterampilan Komunikasi Yang Efektif

Puas 53 84,1

Tidak Puas 10 15,9

2. Saling Menghargai dan Rasa Percaya

Puas 36 57,1

Tidak Puas 27 42,9

3. Memberi dan Menerima Umpan Balik

Puas 40 63,5 TidakPuas 23 36,5 4. Pengambilan Keputusan Puas 47 74,6 TidakPuas 16 25,4 5. Manajemen Konflik Puas 40 63,5 TidakPuas 23 36,5 63 100

Hasil penelitian tentang kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter menunjukkan bahwa perawat mayoritas puas pada keterampilan komunikasi efektif sebesar 84,1%, lebih dari setengahnya perawat puas pada saling menghargai dan rasa percaya sebesar 57,1%, perawat paling banyak puas pada memberi dan menerima umpan balik sebesar 63,5%, perawat paling banyak puas pada pengambilan keputusan sebesar 74,6%, dan perawat paling banyak puas pada manajemen konflik sebesar 63,5%.

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Kepuasan Perawat Dalam Pelaksanaan Kolaborasi.

Kepuasa Perawat Frekuensi %

Puas 47 74,6

Tidak Puas 16 25,4

Total 63 100

Berdasarkan Tabel 5.1.3 menunjukkan bahwa kepuasan perawat pada pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter menunjukkan paling banyak puas sebesar 74,6% dan perawat tidak puas sebesar 25,4%.

5.2Pembahasan

Kolaborasi adalah suatu hubungan kerjasama antara sejawat dengan kesehatan lain dalam pemberian perawatan dan pelaksanaan kepada klien (Blais,2006). Asosiasi Perawat Amerika (ANA,1992) juga menyatakan bahwa kolaborasi adalah hubungan kerjasama antara tenaga kesehatan dalam memberikan

pelayanan kepada klien. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter paling banyak perawat menyatakan puas (74,6%). Sejalan dengan hasil penelitian Paryanto (2006), didapatkan bahwa lebih banyak kepuasan kerja yang baik dalam pelaksanaan kolaborasi dengan dokter. Dilihat dari salah satu manfaat kolaborasi bahwa salah satu tujuan kolaborasi memberikan kualitas pelayanan terbaik bagi klien (Kemenkes RI, 2012).

Hal ini mungkin terjadi karena karakteristik lama kerja perawat, mayoritas >5 tahun. Mustar (1995), dan Muchlas (1997) berpendapat bahwa karyawan baru cenderung kurang puas dibandingkan dengan karyawan yang lebih senior dan akan lebih produktif daripada karyawan yang belum lama bekerja. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Robbins & Judge (2008), bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan produktivitas, bila karyawan puas maka karyawan akan produktif. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan lama kerja perawat memberikan pengaruh kepada kepuasan perawat dalam pelaksaan kolaborasi ini.

Berbeda dengan hasil penelitian Polohindang, Umboh, Rattu, & Tilaar (2012), didapat dari hasil observasi bahwa sebagian besar proses kolaborasi belum diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa pelaksanaan kolaborasi sebagian terdapat pada kategori tidak puas.

Menurut Basuki dan Endang (2008), kecenderungan terjadi hambatan dalam hubungan dokter dan perawat dapat mempengaruhi suatu proses kolaborasi, dipelayanan kesehatan. Menurut Sumijatun (2010), dalam pelayanan kesehatan terjalin interaksi, diataranya perawat dengan dokter yang merupakan salah satu tingkat kepuasan perawat. Hal ini mungkin terjadi, dilihat dari beberapa karakteristik responden antara lain usia perawat yang lebih dari setengahnya perawat berusia 20-39 tahun. Menurut Gibson (1997), perilaku individu berkaitan dengan usia individu tersebut dan hubungan usia dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan yang positif, dimana semakin tua usia karyawan semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya. Berbeda dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan karakteristik responden dari segi usia mendapatkan lebih banyak yang berusia mudah daripada yang tua. Segi usia ini mungkin memberi pengaruh terhadap kepuasan perawat untuk pelaksanaan kolaborasi.

Dokter dan perawat memiliki tujuan bersama yaitu dalam upaya keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ketidakpuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi ini dapat mempengaruhi keberhasilan pelayanan pada klien. Hal ini sesuai pendapat Wendati (2007) profesi kedokteran dan keperawatan harus bekerja bersama-sama, serasi, selaras dan seimbang, saling menghargai dan saling membina pengertian. Penelitian ini paling banyak pada kategori puas, untuk itu bahwa kerjasama antara dokter dan perawat sudah terlaksana dengan baik, dan lebih di tingkatkan untuk mendapat kepuasan yang lebih optimal. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tentang kepuasan

perawat dalam pelaksanaan kolaborasi berdasarkan dari beberapa komponen kolaborasi.

Berdasarkan komponen keterampilan komunikasi yang efektif didapatkan perawat mayoritas puas sebesar 84,1%. Menurut Potter & Perry (1993) komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zuraidah (2005), menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kolaborasi adalah komunikasi. Demikian juga dengan penelitian oleh Rahmawati & Purwanti (2008), menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi perawat-dokter dengan stress kerja perawat. Hal ini berdasarkan hasil penelitian pada item kuesioner didapatkan bahwa lebih dari setengahnya perawat merasa puas dengan sikap penerimaan dokter pada setiap informasi yang diberikan perawat tentang kondisi dan pengobatan pasien sebesar (55,6%), dan sebagian komunikasi perawat menunjukkan adanya saling perhatian dalam berkolaborasi tentang pengobatan pasien sebesar (49,2%). Menurut Blais (2006) menggunakan komunikasi penuh perhatian dan menghindari suka berdebat memberikan hasil akhir yang positif pada pasien dan kepuasan perawat.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Reni, Yudianto,& Somantri (2010) menyatakan bahwa pelaksanaan komunikasi kolaboratif antara perawat dan dokter belum efektif. Hal ini sejalan dengan item kuesioner tentang kenyamanan berkomunikasi antara perawat dengan dokter menunjukkan tidak puas. Cara berkomunikasi diantara keduanya dapat menunculkan konflik yang

mempengaruhi proses pelayanan kesehatan pada pasien (Siegler, 2000). Penelitian ini menunjukkan perawat mayoritas puas, dimana pelaksanaan kolaborasi antara perawat dengan dokter dalam keterampilan komunikasi efektif perlu dipertahankan untuk mendapatkan kepuasan yang lebih baik lagi dalam pelaksanaan kolaborasi. Menurut Kemenkes (2012), komunikasi sangat penting dalam meningkatkan kolaborasi karena memfasilitasi berbagai pengertian individu.

Hasil penelitian berdasarkan komponen tentang saling menghargai dan rasa percaya menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya perawat merasa puas (57,1%.) Sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati & Purwati (2008), menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan perawat-dokter dengan hubungan interpersonal. Sejalan dengan penelitian Rumanti (2009), menunjukkan bahwa kepentingan bersama pada kategori baik dimana dokter dan perawat saling memberi informasi terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan pada pasien. Hal ini sejalan dengan item kuesioner tentang kebebasan antara dokter dengan perawat dalam bertukar informasi dimana sebagian perawat merasa puas (38,1%). Demikian juga dengan item kuesioner tentang kepercayaan dokter, dan pelimpahan tugas kepada perawat menunjukkan sebagian merasa perawat merasa puas (44,4%). Demikian menurut Norsen (2005), dengan saling menghargai dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

Hasil penelitian berdasarkan memberi dan menerima umpan balik menunjukkan bahwa paling banyak perawat dalam kategori puas (63,5%). Menurut Blais, (2006) memberi dan menerima umpan balik, membantu tim

kolaboratif untuk membangun pemahaman dan hubungan kerja yang efektif. Didukung dengan item kuesioner tentang pertimbangan pendapat antara dokter dengan perawat, dan dokter memberi tanggapan dengan positif sebagaian besar perawat dalam kategori puas (46%). Sebagian besar juga puas pada item kuesioner tentang respon yang diberikan dokter dan perawat menunjukkan kepedulian (42,9%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter dengan pengambilan keputusan menunjukkan paling banyak pada kategori puas (74,6%). Hal ini sesuai dengan penelitian Wahyuingsih (2013), menunjukkan bahwa pengambilan keputusan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perawat. Berkaitan dengan item kuesioner bahwa separuhnya dalam kategori puas tentang kebebasan memberikan pendapat antara dokter dengan perawat (50,8%). Selain itu item kuesioner tentang pemecahan masalah yang dilakukan dokter dan perawat paling banyak dalam kategori (58,7%). Sejalan dengan menurut Blais (2006), menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan mencakup pembagian tanggung jawab,untuk menciptakan suatu solusi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi tentang manajemen konflik menunjukkan paling banyak perawat merasa puas (63,5%). Menurut Siegler, Eugenia L (2000), melakukan kolaborasi juga akan melakukan manajemen konflik, konflik peran umumnya akan muncul dalam proses. Untuk menurunkan konflik maka masing-masing anggota harus memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan

harapan, mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya. Sejalan dengan item kuesioner tentang sikap dokter dan perawat saat terjadi kesalahpahaman lebih dari setengahnya menyatakan puas (50,8%) dan keputusan yang terbaik diambil dokter dan perawat sebagian besar menunjukkan perawat merasa puas dengan (36,5%).

Hasil penelitian tersebut bahwa kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter menunjukkan paling banyak puas, dengan mayoritas pada komponen keterampilan komunikasi yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi tersebut lebih memahami keterampilan komunikasi efektif dalam pelaksaan kolaborasi, dan untuk komponen kolaborasi yang lain perawat dapat diberi kesempatan dalam menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menciptakan saling menghargai dan rasa percaya, memberi dan menerima umpan balik, melakukan pengambilan keputusan dan manajemen konflik.

BAB 6

Dokumen terkait