• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Aktivitas Drilling

Aktivitas drilling merupakan proses sebelum aktivitas blasting, jadi aktivitas drilling adalah aktivitas drilling pada suatu area yang sudah ditentukan sesuai rencana peledakan yang nantinya digunakan untuk pengisian bahan peledak. Alur dari aktivitas drilling yang ada di PT. Telen Orbit Prima antara lain :

a. Pemasangan Batas

Pemasangan batas menggunakan beberapa patok dan safety line yang menandakan di lokasi tersebut akan dilakukan drilling. Dan tidak sembarang orang dapat masuk tanpa seijin pengawas dan penjaga lokasi. Pemasangan batas ini berfungsi sebagai acuan kepada kegiatan sebelum blasting yaitu sebagai penanda batas lokasi drilling dan setelah blasting yaitu pemuatan material hasil blasting.

b. Prepare Lokasi

Prepare lokasi adalah tahapan awal yang dilakukan yaitu dengan

proses persiapan lokasi yang akan di drilling yang meliputi : 1) Pemerataan Lokasi

Pemerataan lokasi ini bertujuan agar lokasi yang akan dilakukan

commit to user

permukaan lahan agar tidak terjadi toe (tonjolan pada permukaan) pada jenjang yang dihasilkan dikarenakan ada beda tinggi. Sehingga mesin drilling tidak mengalami kesulitan saat drilling karena permukaan lokasi telah rata.

2) Pembersihan

Pembersihan yang dimaksud adalah membersihkan permukaan lokasi dari soil atau boulder setelah diratakan permukaannya menggunakan dozer, yang nantinya agar memudahkan untuk aktivitas drilling seperti memasang tanda yang akan di-drilling. Pembersihan lahan dari material bebatuan dimaksudkan agar pada saat pelaksanaan peledakan, bebatuan tersebut tidak menjadi material flyrock.

3) Pembuatan Bundwall

Bundwall dibuat dari soil atau boulder yang berasal dari proses

pembersihan lokasi. Jadi soil atau boulder yang berada di tengah didorong ke pinggir untuk dibuat bundwall. Fungsinya yaitu untuk mencegah aliran air masuk ke dalam lokasi drilling, yang kedua untuk mencegah unit atau sarana yang tidak berkepentingan masuk ke lokasi drilling.

4) Pemasangan papan peringatan dan safety line

Pemasangan papan peringatan “DILARANG MASUK DRILL AREA” dan pemasangan safety line disini bertujuan untuk

memberi tanda dan peringatan untuk mencegah unit lain masuk ke area drilling.

c. Mark up Pattern

Pada tahap ini adalah proses penentuan dan memasang tanda (pita) titik lubang yang akan di-drilling sesuai dengan blast design yang telah direncanakan oleh blast engineering. Dalam hal ini yang diperhatikan antara lain :

1) Burden yaitu jarak antara lubang dengan free face dan atau jarak lubang atara row dengan row.

2) Spacing adalah adalah jarak diantara lubang tembak satu dengan lubang tembak lainnya dalam satu baris dan diukur sejajar terhadap dinding atau tegak lurus burden.

3) Row adalah baris lurus dari lubang tembak.

4) Kelurusan row adalah hasil lubang yang di-drilling dengan menggunakan mesin drilling diharapkan row bisa lurus sehingga menghasilkan peledakan yang bagus.

d. Drilling

Tujuan drilling adalah untuk memasukkan bahan peledak pada posisi (tempat) yang sudah direncanakan. Aktivitas drilling di PT. Telen Orbit Prima menggunakan mesin drilling :

1) Sandvik DR079 dengan diameter (7 inchi)

commit to user

3) Sandvik DR093 berdiameter (6 inchi) Dengan geometri drilling yaitu :

1) Burden 6 meter 2) Spasi 7 meter

3) Kedalaman lubang rata-rata 8 meter 4) Subdrill rata-rata 0,5 meter

5) Diameter lubang (6 inchi) - (7 inchi)

Pola drilling tambang terbuka umumnya dapat digolongkan atas dua bagian besar yaitu :

1) Rectangular

Pada pola rectangular, lubang ditata sedemikian rupa sehingga setiap lubang berada tepat berada dibelakang lubang pada row sebelumnya.

2) Staggered

Pada pola staggered, setiap lubang ditempatkan diantara dua lubang pada row sebelumnya.Pola ini merupakan pola yang sangat baik dalam hal distribusi bahan peledak dan pola ini sering digunakan pada PT. Telen Orbit Prima.

Gambar 6. Pola staggered

e. Pengecekan dan Perhitungan Hasil Drilling

Lubang yang telah di-drilling kemudian diperiksa oleh crew drill

and blast. Pemeriksaan hasil drilling meliputi jumlah lubang, jarak

lubang dan kedalaman lubang. Adapun standar PT. Telen Orbit Prima

site Buhut adalah dengan ukuran :

1) Space (S) : 7 m 2) Burden (B) : 6 m 3) Kedalaman (D) : 8 m

Untuk jumlah lubang yang telah dihitung, akan digunakan oleh

Supervisor Blasting sebagai acuan dalam order ke gudang handak

mengenai berapa banyak bahan peledak yang akan digunakan. Pengecekan lubang hasil drilling juga meliputi pengecekan kondisi lubang apakah berair atau tidak.

2. Deskripsi Aktivitas Blasting

Blasting merupakan kegiatan meledakkan lapisan tanah over burden (OB) dengan bahan peledak dan rangkaian ledak tertentu. Hal ini dilakukan

karena proses ripping tidak mampu menghancurkan lapisan tanah over

burden yang terlalu keras. Tujuan dilakukan blasting adalah untuk

menghancurkan lapisan OB agar lebih mudah lunak sehingga mudah untuk dimuat dengan HD dan dipindahkan ke disposal.

Operasi peledakan di PT. Telen Orbit Prima ditangani oleh PT. Pamapersada Nusantara yang bertindak sebagai kontraktor, dimana

commit to user

berikut perlengkapan dan peralatannya, pengisian bahan peledak ke dalam lubang ledak, membuat rangkaian peledakan sampai tahap peledakan.

a. Pemasangan Rambu Peringatan Blasting

Pemasangan rambu peringatan ini dilakukan sebelum kegiatan

blasting dilakukan, hal ini bertujuan untuk memberitahukan dan

mengamankan pelaksanaan blasting agar tidak terjadi korban jiwa atau property damage. Di PT. Telen Orbit Prima langkah-langkah pemasangan rambu seperti dibawah ini sesuai dengan Prosedur Pengisian Bahan Peledak (057-PRO-204) :

1) Pemasangan rambu : dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan, dilarang merokok, dilarang menggunakan alat elektronik di area peledakan (radio komunikasi dan handphone). 2) Pemasangan pita blokade safety line hingga proses loading selesai

dikerjakan berjarak minimal 5 m dari lubang ledak terluar.

3) Memastikan tidak ada personil lain yang berada di area peledakan kecuali yang mendapat ijin Kepala Teknik Tambang atau Wakil Kepala Teknik Tambang.

4) Tidak ada aktivitas lain selain pekerjaan loading kecuali dilakukan pada jarak minimal 15 m dari safety line.

5) Pemasangan bendera dan papan informasi blasting di jalan masuk tambang, papan informasi berisi hari tanggal dan jam peledakan. Papan ini dilengkapi tiang bendera, bendera merah menandakan

ada kegiatan peledakan dan bendera hijau menandakan tidak ada peledakan atau sudah dilakukan peledakan.

6) Pemasangan bendera pemblokiran dipasang 2 radius, yaitu bendera kuning radius 300 m jarak aman bagi unit, bendera hijau dan merah radius 500 m jarak aman bagi manusia.

b. Primming

Primming merupakan perangkaian in hole delay ke dalam Booster

dengan cara memasukkan nonel ke Boosster. Proses ini dilakukan untuk meledakkan bahan peledak yang berupa ANFO (Ammonium

Nitrate Fuel Oil), jadi proses primming ini detonator hanya boleh

dimasuukan ke dinamit/booster pasa saat akan dimasukkan ke dalam lubang ledak. Untuk PT. Telen Orbit Prima menggunakan in hole

delay 500 ms dengan panjang 12 cm - 15 cm.

c. Charging (Pengisian Bahan Peledak)

Bahan peledak yang di gunakan pada PT. Telen Orbit Prima adalah ANFO (Ammonium Nitrate Fuel Oil) dengan perbandingan ideal Ammonium Nitrate : Fuel Oil adalah 94,5% : 5,5%. Proses pencampuran ANFO menggunakan unit MMU (Mixing Mobile Unit). Rangkaian primer yang telah terakit tadi kemudian dimasukkan ke dalam lubang ledak kemudian ANFO diisikan menggunakan hose (selang) dari MMU. Pengisian ANFO dilakukan perlahan dan dekat dengan mulut lubang untuk menghindari bahan tumpah dan terhambur oleh angin dan kedalaman pengisian bahan peledak sedalam 4 m. Jika

commit to user

lubang berair maka pengisian primer dan ANFO menggunakan plastik liner/kondom. Ketika menggunakan kondom harus dipastikan primer pada posisi paling bawah menyentuh dasar lubang. Untuk memasukkanya menggunakan stick, kemudian ujung plastik diikat kuat.

f. Stemming (Penutupan Lubang)

Stemming adalah proses pekerjaan pemampatan lubang ledak

yang telah diisi bahan peledak dan harus diperhatikan adalah : 1) Memastikan lubang ledak sudah diisi dengan ANFO.

2) Stemming dilakukan dengan memasukkan material keras yang dipadatkan kedalam lubang ledak dengan menggunakan stick dan memastikan ujung in hole delay tidak masuk.

3) Jika ditemukan ujung in hole delay terputus atau jatuh ke dalam lubang ledak saat stemming maka petugas stemming melaporkan kepada pengawas peledakan.

g. Tie Up

Tie up adalah proses pekerjaan perangkaian aksesoris sampai ke blast machine. Kegiatan ini dimulai dari perangkaian lubang ledak

terakhir dari baris (row) terakhir menuju control row. Dengan posisi

detonator block menghadap keatas, agar memudahkan saat melakukan

pengecekan akhir (final check). Perangkaian surface delay yang menghubungkan antar lubang ledak tidak terlalu kencang untuk menghindari putusnya rangkaian saat peledakan. Surface delay

detonator yang sekarang digunakan di PT. Telen Orbit Prima memiliki waktu tunda 17 ms, 25 ms, 42 ms, 65 ms, 67 ms dan 109 ms.

h. Aktivitas Peledakan

Pelaksanaan peledakan PT. Telen Orbit Prima dilakukan pada pukul 11.00 – 13.00 WIB atau 15.00 - 17.00 WIB.

Prosedur peledakan yang dilakukan di PT. Telen Orbit Prima adalah sebagai berikut :

1) Evakuasi alat-alat dan manusia dengan jarak aman 300 meter untuk alat dan 500 meter untuk manusia.

2) Petugas blocker memberikan informasi kondisi aman di area

bloker-nya masing-masing kepada koordinator blasting.

3) Membunyikan sirine panjang 1 x selama 20 detik tanda 15 menit lagi waktu pelaksanaan peledakan.

4) Pengamanan lokasi oleh blocker dengan memblokir jalan-jalan yang menuju lokasi peledakan sesuai dengan peta blocker.

5) Membunyikan 2 x sirine pendek tanda 10 menit menuju waktu peledakan.

6) Memeriksa ulang pengamanan lokasi dari setiap blocker dan kesiapan juru ledak.

7) Sebelum melakukan peledakan di dahului peringatan terakhir dengan membunyikan sirine pendek sebanyak 3 x, tanda 3 menit menuju waktu peledakan.

commit to user

8) Informasi rangkaian peledakan dan posisi blaster yang sudah siap harus mendapat persetujuan dari pengawas tambang bagian peledakan PT. Telen Orbit Prima di lokasi peledakan secara langsung.

9) Melakukan perhitungan mundur dimulai dari angka 10 kemudian diakhiri kata “TEMBAK” dengan radio komunikasi.

i. Pengecekan Lokasi Peledakan

Memeriksa hasil peledakan untuk memastikan semua bahan peledak telah habis terpakai saat peledakan setelah 5 menit pasca peledakan, apabila ada misfire harus segera menginformasikan ke koordinator peledakan, apakah akan diledakkan ulang atau blocking

area terlebih dahulu. Tetapi apabila tidak ada misfire maka

PT. Telen Orbit Prima serta blocker dan membunyikan sirine panjang 1 x selama 20 detik untuk tanda bahwa peledakan sudah berakhir dan pekerjaan bisa dimulai kembali serta untuk para road blocker dapat membuka kembali jalan.

3. Manajemen Risiko

Aktivitas drilling dan blasting merupakan serangkaian proses yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi oleh sebab itu perusahaan

untuk memenuhi SMK3 Elemen 3.3 “Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko”, OSHAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 “Hazard

Identification, Risk Assessment, and Determining Controls dan ISO 14001

Prima perlu melaksanakan HIRARC terhadap aktivitas drilling dan

blasting di site Buhut, Kalimantan Tengah.

a. Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Adapun bahaya - bahaya yang teridentifikasi pada aktivitas drilling dan blasting di PT. Telen Orbit Prima sebagai berikut:

1) Aktivitas Drilling

a) Bahaya dari panjang dan manuver mesin drilling

Potensi kecelakaan pada mesin drilling terjadi saat mesin

drilling melakukan traveling akan menuju atau meninggalkan

lokasi drilling. Karena mengingat panjang keseluruhan mesin

drilling mencapai lebih dari 9 m dengan area manuver 15 m,

sedangkan jalur tambang yang digunakan cukup padat dan lebar jalan terbatas. Potensi untuk menabrak/tertabrak unit atau benda yang berada di sekitar mesin drilling sangat besar, apalagi di saat malam hari.

b) Bahaya di front drilling

Kejadian yang sering terjadi di lokasi front drilling adalah mesin drilling amblas di front drilling. Faktor penyebab terjadinya amblas salah satunya di sebabkan oleh curah hujan yang cukup tinggi sehingga kondisi tambang khusunya di front drilling menjadi kondisi berair dan rawan amblas bisa juga terjadi amblas saat traveling ke lokasi atau keluar lokasi drilling.

commit to user

c) Bahaya debu batuan, serpihan dan pecahan batu

Debu batuan, serpihan dan pecahan batu yang berasal pada aktivitas drilling ini berasal dari kegitan drilling lubang ledak. Mengingat lapisan batuan yang ada di site Buhut ini merupakan lapisan batuan yang keras dan kuat maka pada saat dilakukan drilling dengan mesin drilling akan menghasilkan debu batuan, serpihan dan pecahan batu yang cukup banyak, lain halnya apabila lapisan yang di-drilling merupakan lapisan tanah biasa maka debu yang dihasilkannya pun relatif sedikit. d) Bahaya kebisingan

Potensi bahaya lain yang berasal dari aktivitas drilling selain debu adalah bising. Kebisingan yang cukup tinggi disebabkan perputaran mesin drilling yang tinggi serta material batu yang di-drilling merupakan batuan keras. Kebisingan tersebut berbahaya karena dapat mengganggu pendengaran pekerja yang berada disekitar mesin drilling serta dapat mengganggu komunikasi radio karena suara radio tertutupi oleh suara aktivitas drilling yang bising.

Untuk kebisingan dalam kabin operator belum ada data pengukuran kebisingan akan tetapi di dalam kabin operator telah didesain dengan sistem peredam kebisingan yang telah dibuat oleh produsen mesin drilling.

e) Bahaya unit atau sarana lain masuk ke lokasi drilling

Lokasi drilling di PT. Telen Orbit Prima berada di dalam lokasi tambang dengan tingkat aktivitas lalu lintas tambang cukup padat dan tak jarang lokasi drilling berada di tepi jalur

hauling tambang. Maka terdapat potensi untuk adanya sarana

atau unit lain yang masuk ke lokasi drilling yang dapat menabrak mesin drilling yang sedang melakukan drilling lubang ledak.

f) Bahaya sudut kemiringan lokasi

Bahaya dari kemiringan lokasi adalah mesin drilling rebah, ini dapat terjadi pada saat posisi parkir, traveling dan saat drilling dengan sudut kemiringan yang cukup besar atau melebihi sudut kemiringan yang diijinkan maksimal 300. Selain itu bahaya rebah juga dapat dipicu oleh keadaan tanah yang labil sehingga mesin drilling tidak lagi dalam posisi keseimbangan yang baik.

Hal ini dapat menyebabkan mesin drilling rebah, mesin

drilling yang rebah menimpa mesin drilling yang lain atau

manusia yang berada disekitarnya. g) Bahaya kebocoran hidrolik tower

Bahaya kebocoran ini dapat terjadi akibat aktivitas seringnya naik turunya tower drilling. Sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya kebocoran hidrolik yang apabila

commit to user

terjadi, hal tersebut dapat menyebakan turunya tower drilling secara cepat dan dapat menyebabkan patahnya tower drilling

(property damage) selain itu tekanan oli dari kebocoran dapat

mencemari lingkungan di sekitarnya. h) Antar mesin drilling di area drilling

Bahaya yang timbul antar mesin drilling yaitu kemungkinan terjadinya tabrakan antar unit drilling sendiri pada saat melakukan drilling lubang ledak di area drilling.

Di PT. Telen Orbit Prima dalam melakukan drilling menggunakan 3 unit mesin drilling sehingga apabila lokasi

drilling sempit, potensi untuk saling bertabrakan dapat terjadi.

i) Bahaya saat perpindahan lokasi titik drilling

Potensi bahaya yang terjadi saat mesin drilling melakukan pindah lokasi titik drilling yang satu ke titik drilling selanjutnya adalah patahnya rod (drilling) karena saat melakukan pindah lokasi posisi rod belum dinaikkan.

2) Aktivitas Blasting a) Bahaya fly rock

Fly rock merupakan batuan yang terlempar ke udara

hentakan ledakan dengan radius tertentu. Untuk bahaya dari

fly rock ini mempunyai potensi yang tinggi yang dapat

menimpa unit/peralatan dan juga dapat menimpa manusia yang berada di area peledakan.

b) Bahaya getaran

Bahaya yang dihasilkan dari peledakan yang lain adalah timbulnya getaran yang keras dan dengan radius yang cukup jauh. Getaran yang dihasilkan dari peledakan disebut ground

vibration dengan kekuatan dan radius tertentu mampu

merobohkan bangunan instalasi perusahaan maupun bangunan masyarakat sekitar tambang. Getaran yang berlebihan dapat terjadi karena tidak adanya free face atau terdapat genangan air.

c) Bahaya gas beracun

Gas beracun tersebut berasal dari aktivitas blasting, yaitu kemungkinan berupa smoke atau fume. Fume umumnya berwarrna kuning dan berbahaya karena sifatnya beracun. Sedangkan smoke merupakan gas tidak berbahaya karena hanya terdiri dari uap atau asap yang berwarna putih.

Timbulnya gas yang beracun ini dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya perbandingan komposisi

Ammonium Nitrate dengan Fuel Oil yang tidak sesuai atau

juga bisa terjadi karena injeksi (adanya air yang masuk). 1) Gas tidak beracun : uap air (H2O), Karbondioksida

(CO2), dan Nitrogen (N2)

2) Gas yang beracun : Nitrogen monoksida (NO), Nitrogen Oksida (NO2), dan Karbon Monoksida (CO) .

commit to user d) Misfire

Misfire adalah suatu aktivitas peledakan menunjukkan

ketidaksinambungan yang tidak dapat diperbaiki atau sebuah lubang ledak atau bagian dari sebuah lubang ledak gagal meledak pada saat peledakan, hal ini tentu sangat membahayakan bagi orang yang berada di sekitar area

blasting misalnya para blaster karena memeriksa hasil

peledakan untuk memastikan semua bahan peledak telah habis terpakai saat peledakan setelah 5 menit pasca peledakan, apabila ada misfire harus segera menginformasikan ke koordinator peledakan, apakah akan diledakan ulang atau dilakukan bloking area terlebih dahulu karena tidak menutup kemungkinan ketiaka dilakukan pengecekan pada lubang peledakan, lubang tersebut dapat meledak.

e) Premature blast

Premature blast merupakan suatu kejadian dimana bahan

peledak meledak sebelum diledakkan dan tanpa adanya kontrol. Premature blast dapat terjadi ketika saat charging atau stemming yaitu ketika kabel in hole delay tersangkut pada ban unit MMU (Mobile Mixing Unit) sehingga booster mendapat tarikan dan hentakan secara tiba-tiba serta kuat sehinnga menyebabkan detonator meledak, selain itu juga

dapat terjadi saat ada sambaran arus kuat berupa petir yang dapat menyebabkan premature blast.

f) Bahaya Air Blast

Air blast merupakan efek yang dihasilkan dari blasting

yaitu berupa hempasan udara yang sangat cepat dan kuat yang dihasilkan oleh lemparan energi peledakan. Hempasan udara ini dapat berbahaya bagi para crew blast, blaster atau orang yang berada di lokasi peledakan karena dapat menyebabkan cidera.

g) Bahaya Noise

Noise yaitu berupa suara ledakan kuat yang dihasilkan

oleh lemparan energi peledakan. Hempasan suara ini dapat menggangu masyarakat sekitar bahkan dapat merusak bangunan sekitar dan juga menggangu pendengaran.

h) Bahaya kontaminasi bahan kimia

Bahaya ini bersumber dari penggunaan bahan peledak ANFO yang dapat terhirup, tertelan atau masuk lewat kulit. Biasanya pada aktivitas pembongkaran dan pencampuran ANFO serta pada saat charging bahan peledak.

i) Bahaya kecelakaan

Kecelakaan dapat terjadi pada sarana yang membawa aksesoris atau juga pada unit MMU (Mobile Mixing Unit) baik pada saat menuju atau keluar tambang atau juga pada

commit to user

saat berada dilokasi peledakan. Kecelakaan ini dapat terjadi karena kondisi tidak aman seperti jalur tambang crowded atau jalan yang amblas dan sempit dan tindakan tidak aman seperti mendahului unit lain atau memakai radio berlebihan.

j) Bahaya paparan panas matahari

Bahaya paparan panas ini sebagian besar berasal dari panas terik matahari yang diterima para crew blast atau

blaster yang dapat menyebabkan kelelahan kerja atau

gangguan kesehatan seperti dehidrasi/heat stress baik pada saat charging, primming, stemming, proses perangkaian, peledakan sampai pengecekan setelah peledakan.

k) Bahaya terperosok ke lubang ledak

Bahaya ini sangat berpotensi bagi crew blast, yaitu kaki dari crew blast terperosok atau masuk ke dalam lubang ledak. Kejadian ini kemungkinan terjadi pada saat pengecekan hasil

drilling, pada saat charging, primming atau stemming.

l) Bahaya tumpahan bahan kimia

Bahaya ini bersumber pada proses pembongkaran

Ammonium Nitrate, mixing bahan peledak, pengisian lubang

ledak, pengangkutan ANFO ke area blasting dan pengangkutan sisa ANFO yang sisa tidak terpakai.

m) Bahaya pengangkutan aksesoris

Potensi bahaya ini terjadi pada aktivitas pengangkutan aksesoris baik yang berupa booster, in hole delay, surface

delay dan electric detonator. Dalam hal ini aksesoris di atas

sangatlah rentan terhadap gesekan, tekanan atau tarikan yang dapat memicu timbulnya peledakan. Maka oleh sebab itu dalam pengangkutan aksesoris sangat perlu memperhatikan cara penumpukan, cara peletakan dan cara pengeluarannya serta tempat pengangkutannya.

n) Bahaya sambaran arus liar atau sambaran petir

Bahaya sambaran arus kuat liar seperti petir sangat berpotensi menyebabkan peledakan yang tidak terkontrol atau meledak sendiri. Dan ini sangat berbahaya apabila ada orang atau unit yang saat itu berada di lokasi peledakan.

o) Bahaya saat pengecekan hasil peledakan

Bahaya yang berpotensi terjadi saat para blaster melakukan pengecekan lokasi peledakan setelah dilakukan peledakan adalah bahaya terperosoknya blaster pada lubang atau fragmentasi dari hasil peledakan.

b. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

PT. Telen Orbit Prima melakukan penilaian risiko mengacu pada prosedur Identifikasi Aspek Dan Dampak Lingkungan Keselamatan & Kesehatan Kerja Nomor Dokumen (002-SHD-201) dan Instruksi

commit to user

Petunjuk Pengisian & Penilaian Aspek LK3 Nomor Dokumen (002-SHD-301). PT. Telen Orbit Prima dalam melakukan penilaian risiko menggunkan formula :

Risiko (Risk) = Peluang (Probability) x Keparahan (Consequence). Keduanya berbanding lurus dengan nilai risiko itu sendiri, semakin besar nilai kemungkinan dan keparahan maka tingkat risikonya pun juga akan semakin tinggi.

1) Peluang (Probability)

Merupakan kemungkinan terjadinya suatu bahaya atau paparan. Tabel 1. Nilai Probability

Nilai Deskripsi Penjelasan Frekuensi Kemungkinan terjadi 1 Jarang Hanya terjadi dalam kondisi luar biasa Dalam kasus khusus < 10 2 Kemungkinan kecil Dapat terjadi suatu kali Setiap 10 tahun 10%-20% 3 Sedang Terjadi dalam beberapa khasus Setiap 3 tahun 20%-55% 4 Kemungkinan terjadi Hampir selalu terjadi Setiap tahun 55%-90% 5 Hampir pasti

terjadi Selalu terjadi Setiap saat 90%-100%

Dokumen terkait