• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Usia Kehamilan Pada Ibu KPD

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi MedanTahun 2010-2012(n=41)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Aterm 28 68,3

Preterm 13 27,1

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diperoleh bahwa ibu yang mengalami KPD di RSU dr.Pirngadi Medan tahun 2010-2012, sebagian besar memiliki usia kehamilan aterm 28 orang (68,3%).

2. Lama Ketuban Pecah Dini

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Ketuban Pecah Dinidi Rumah SakitUmum Dr. Pirngadi MedanTahun 2010-2012 (n=41)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Kurang dari 12 jam 16 39

Lebih dari atau sama dengan 12 jam

25 61

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diperoleh bahwa ibu yang mengalami KPD pada periode 2010-2012 di RSU dr.Pirngadi Medan,sebagian besar mengalami lamanya KPD lebih dari atau sama dengan 12 jamyaitu sebanyak 28 orang (61%).

3. Jenis Persalinan Pada Ibu KPD Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Persalinandi Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi MedanTahun 2010-2012(n=41)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Spontan 9 22

Seksio sesarea 32 78

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diperoleh bahwa ibu yang mengalami KPD di RSU dr.Pirngadi Medan tahun 2010-2012, sebagian besar bersalin dengan cara seksio sesarea yaitu sebanyak 32 orang (78%).

4. Asfiksia Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir dengan ibu KPD Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Afiksia Neonatorumdi Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi MedanTahun 2010-2012 (n= 41)

Variabel Frekuensi Persentase (%)

Tidak Asfiksia 27 65,9

Asfiksia 14 34,1

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar bayi yang lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini di RSU dr.Pirngadi Medan tahun 2010-2012tidak mengalami asfiksia yaitu sebanyak 27 orang (65,9%).

5. Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Usia Kehamilan Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Afiksia NeonatorumBerdasarkan Karakteristik Responden di Rumah SakitUmum dr. Pirngadi MedanTahun 2010-2012 (n= 41)

Usia Kehamilan

Asfiksia Neonatorum

Tidak Asfiksia Asfiksia Total

F % F % F % Usia Kehamilan Aterm Pre- term 20 7 71,4 53,8 8 6 28,6 46,2 28 13 100 100 Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa berdasarkan usia kehamilan bayi yang mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada kehamilan preterm yaitu 6 orang (46,2%) dan bayi yang tidak mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada kehamilan aterm yaitu 20 orang (71,4%).

6. Asfiksia Neonatorum berdasarkan Lama Ketuban Pecah Dini Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Afiksia NeonatorumBerdasarkan Lama KPD di Rumah SakitUmum dr. Pirngadi MedanTahun 2010-2012 (n= 41)

Lama ketuban pecah dini

Asfiksia Neonatorum

Tidak Asfiksia Asfiksia Total

F % f % f %

Kurang dari 12 jam

Lebih dari atau sama dengan 12 jam

12 15 75,0 60,0 4 10 25,0 40,0 16 25 100 100 Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa bayi yang mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada ibu yang mengalami KPD lebih dari atau sama dengan 12 jam yaitu 10 orang (40%) dan bayi yang tidak mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada ibu yang mengalami KPD kurang dari 12 jam yaitu 12 orang (75%).

7. Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Jenis Persalinan Tabel 5.7

Distribusi Frekuensi Afiksia NeonatorumBerdasarkan Jenis Persalinan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi MedanTahun 2010-2012 (n= 41)

Jenis Persalinan

Asfiksia Neonatorum

Tidak Asfiksia Asfiksia Total

F % f % f % Spontan Seksio sesarea 7 20 77,8 62,5 2 12 22,2 37,5 9 32 100 100 Berdasarkan pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa bayi yang mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada ibu yang bersalin secara seksio sesaria12 orang (37,5%) dan bayi yang tidak mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada ibu yang bersalin secara spontan7 orang (77,8%).

B. PEMBAHASAN

1. Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Karakteristik Responden

Berdasarkan usia kehamilan bayi yang mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada kehamilan preterm yaitu 6 orang (46,2%) dan bayi yang tidak mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada kehamilan aterm yaitu 20 orang (71,4%). Menurut penelitian yang dilakukan WHO, ibu yang hamil di usia kurang dari 20 tahun, kemungkinan besar untuk mengalami preterm. Sebab kondisi ibu belum matang, baik dalam sisi pengetahuan, psikologi, dan organ.

Menurut Fadlun (2012) insidensi ketuban pecah dini mendekati 10 % dari semua persalinan. Pada kehamilan kurang dari 37 minggu sebanyak 2 %, sedangkan pada kehamilan Aterm 6-19 %, maka sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm.

2. Asfiksia Neonatorum Pada Ibu Yang Mengalami KPD

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar bayi yang lahir dari ibu dengan ketuban pecah dini di RSU dr.Pirngadi Medan tahun 2010-2012 tidak mengalami asfiksia yaitu sebanyak 27 orang (65,9%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muntari (2009) di RSUD Dr.R.Koesma Tuban, diketahui ibu bersalin dengan lama KPD didapatkan bayi tidak mengalami asfiksia (81,25%).

Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sesuaidengan penelitian yang dilakukan Halimah,S.N, Chandra, dan Wisnubroto, A.P (2008) mengatakan bahwa sebagian besar bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami KPD menderita asfiksia berat (39,47%). Begitu juga menurut Depkes RI (2003) yang menyatakan bahwa ketuban pecah dini mempengaruhi terjadinya asfiksia neonatorum akibat terjadinya prolapsus funiculli. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya faktor lain yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum antara lain partus lama, pre eklampsi dan eklamsi, kehamilan lewat waktu, pendarahan abnormal dan lain-lain.

Menurut prawirohardjo, S.(2002) bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang mengalami KPD, harus memerlukan tindakan penanganan segera. Hal ini berarti penanganan secara cepat dan tepat pada kasus ketuban pecah dini dapat mempengaruhi keadaan skor APGAR pada janin.

3. Asfiksia Neonatorum berdasarkan Lama Ketuban Pecah Dini

Berdasarkan Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa bayi yang mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada ibu yang mengalami KPD lebih dari atau sama dengan 12 jam yaitu 10 orang (40%) dan bayi

yang tidak mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada ibu yang mengalami KPD kurang dari 12 jam yaitu 12 orang (75%).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Setianna. A (2008) di Rumah Sakit Daerah Cepu yang menunjukkan bahwa bayi yang mengalami ketuban pecah dini yang lebih dari 12 jam (25,86%) memiliki APGAR buruk. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Manuaba (1989) dalam bukunya juga menyatakan bahwa lamanya periode laten pada ketuban pecah dini maka makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya infeksi, hal ini tentu akan meningkatkan kejadian infeksi maternal dan infeksi neonatal yang akan berujung menjadi asfiksia neonatorum. Hasil penelitian ini berarti bahwa semakin cepat penanganan terhadap kasus KPD maka akan smakin sedikit kejadian asfiksia neonatorum.

4. Asfiksia Neonatorum Berdasarkan Jenis persalinan Ibu KPD

Berdasarkan pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa bayi yang mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada ibu yang bersalin secara seksio sesaria 12 orang (37,5%) dan bayi yang tidak mengalami asfiksia sebagian besar terjadi pada ibu yang bersalin secara spontan 7 orang (77,8%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tahir, Rismayani, dan Asnar (2012) perihal KPD dengan jenis persalinan menyatakan bahwa ibu yang mengalami KPD 64,2% diantaranya melakukan persalinan dengan seksio sesarea karena lebih mudah dilahirkan, selain itu sudah adanya pemahaman dari kebanyakan ibu bahwa melahirkan dengan pembedahan itu bukan lagi hal yang menakutkan, melainkan sudah jadi trend dan sebelumnya sudah memiliki riwayat persalinan seksio sesarea. Ibu yang melahirkan dengan persalinan tindakan berisiko 4,44 kali melahirkan secara normal.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh yelis (2011), menemukan bahwa jenis persalinan tindakan mempunyai risiko 5,471 kali lebih besar untuk mengalami asfiksia neonatorum dibandingkan ibu yang melahirkan secara normal. Penelitian yang dilakukan oleh Desfauza (2008) di Medan menemukan bahwa ibu yang melakukan persalinan secara tindakan memiliki risko 1,42 kali melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum dibandingkan ibu yang melahirkan secara normal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fahrudin (2003) di Purworejo menemukan bahwa ibu yang melakukan persalinan secara seksio sesarea memiliki risiko 3,31 kali melahirkan bayi dengan asfiksia neruonatorum dibandingkan ibu yang tidak melakukan seksio sesarea. Menurut teori Manuaba (2011) menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan proses persalinan seksio sesarea terjadi asfiksia karena tekanan langsung pada kepala menekan pusat-pusat vital pada medulla oblongata dan dapat disebabkan oleh obat-obat yang diberikan kepada ibunya.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait