• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini seratus ibu-ibu masuk sebagai responden, dimana umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan merupakan karakteristik yang ditampilkan distribusinya. Di bawah ini terdapat tabel yang menggambarkan karakteristik demografi responden di Kecamatan Palipi, Samosir.

Tabel 5.1. Karakteristik demografik respoden

Variabel n (%) Golongan umur 21 – 25 tahun 7 26 – 30 tahun 42 31 – 35 tahun 27 36 – 40 tahun 18 41 – 45 tahun Total 6 100 Tingkat Pendidikan SD 7 SMP 17 SMA 52 Sarjana Total 24 100 Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 24

PNS 26 Petani 31 Bidan 3 Guru 9 Wiraswasta 7 Total 100

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa umur responden yang paling banyak adalah 26- 35 tahun yaitu sebanyak 42%, sedangkan yang paling sedikit adalah 41-45 tahun sebanyak

6%. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 52 orang (52%), sedangkan pendidikan responden yang paling sedikit adalah SD sebanyak 7 orang (7%). Dan berdasarkan jenis pekerjaan diketahui bahwa sebagian besar sebanyak 31 orang (31%) responden bekerja sebagai Petani, dan hanya 3 orang (3%) yang bekerja sebagai bidan.

5.1.3. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kolostrum

Tingkat pengetahuan responden menggambarkan bagaimana tingkat pengetahuan responden tentang pengertian, kandungan, dan waktu pemberian kolostrum. Data distribusi jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Berdasarkan tabel 5.2. pertanyaan yang paling banyak dijawab benar dengan angka persentase 100% adalah manfaat kolostrum, apa yang diberi ibu kepada bayi setelah lahir, dan kolostrum sangat baik diberikan kepada siapa. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah jenis ASI. Hanya 43% yang menjawab benar.

Berdasarkan penelitian ini, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden tentang kolostrum baik. Hal ini karena sebagian besar (99%) atau 99 orang responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan hanya satu orang yang dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan sedang.

5.2.Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden

ASI merupakan makanan dasar pada bayi dalam 6 bulan pertama, oleh sebab itu ASI sangat dianjurkan diberi sesegera mungkin pada bayi ketika ia dilahirkan ke dunia (Soetjiningsih,1997). Data dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberikan ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% di perkotaan dan 55% di pedesaan (Depkes 1992). Laporan SKDI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI EKSLUSIF kepada bayinya mencapai 47%, sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80%.

Berdasarkan tabel 5.1 dapat digambarkan bahwa sebagian besar responden 42 orang (42%) pada rentang usia 26-30 tahun. Berdasarkan pekerjaan sebagian besar petani yaitu sebanyak 31 orang (31%) dan pendidikan sebagian besar berpendidikan SMA sebanyak 52 orang (52%). Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

pemberian kolostrum terutama pendidikan. Jadi, dengan usia ini responden dianggap masih mampu menjawab masalah kolostrum (ASI).

Adapun dalam hasil penelitian (Nazara, 2008), diketahui bahwa distribusi ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir paling banyak dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 22 orang (55,0%) dan paling sedikit dilakukan oleh ibu pada tingkat pendidikan S1 sebanyak 2 orang (5,0%).

5.2.2. Pengetahuan

Penelitian yang dilakukan oleh Nazara (2008) menyatakan bahwa diketahui ibu yang tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir paling banyak dilakukan oleh ibu dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (62,5%), dan paling sedikit oleh ibu dengan tingkat pengetahuan baik sebanyak 7 orang (17,5%). Dengan berpengetahuan baik maka ibu diharapkan akan mengerti dan melaksanakan dengan baik tentang pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, tingkat pendidikan responden terbanyak adalah tamatan SMA (52%), sedangkan yang paling sedikit adalah tamatan SD (7%). Karakteristik ini dapat menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu hal. Dari tabel 5.2 tersebut dapat dilihat dari 100 responden bahwa sebagian besar pengetahuan responden tentang pemberian kolostrum adalah baik sebanyak 99 orang (99%) dan sebagian kecil berpengetahuan tidak baik yaitu sebanyak 1 orang (1%). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan di kecamatan medan kota (Gultom, 2009) juga didapatkan hasil yang menunjukkan sebagian besar (81,3%) atau 78 orang responden mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan hanya satu orang yang

dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang baik. Pendidikan yang dimiliki

seseorang lebih tinggi tidak sama dengan pemahaman terhadap suatu hal pada orang yang berpendidikan rendah (Notoadmodjo, 1993).

Adapun hasil penelitian dari Krista S.M. (2009) diketahui pengetahuan ibu dalam pemberian kolostrum yaitu cukup sebanyak 12 orang (40,0%), kurang sebanyak 10 orang (33,3%) dan baik sebanyak 8 orang (26,7%). Sikap ibu dalam pemberian kolostrum cukup sebanyak 11 orang (36,7%), baik sebanyak 10 orang (33,3%) dan kurang sebanyak 9 orang (30,0%).

Berdasarkan tabel diketahui jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah petani yaitu 31% dari seluruh responden. Selain ibu rumah tangga responden juga bekerja sebagai ibu rumah tangga, wiraswasta, guru, PNS, dan paling sedikit berkerja sebagai bidan (3%). Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan setiap responden bervariasi. Pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga tentu lebih banyak waktu untuk mendapat konseling

menyusui setelah melahirkan dari kader puskesmas/posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazara,P (2008) mengatakan pendidikan yang rendah akan menimbulkan dampak negatif perkembangan ibu itu sendiri dalam mengikuti kemajuan ilmu dan pengetahuan termasuk pemahaman tentang kolostrum. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Driyarkara (Ihsan, 2008) mengatakan bahwa : pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia ke taraf insani itulah yang disebut mendidik. Pendidikan ialah pemanusiaan manusia muda. Serta menurut Crow and Crow menyebutkan pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

Secara umum, tingkat pengetahuan ibu mengenai kolostrum di Kecamatan Palipi tergolong baik, terlihat dari data bahwa 99% responden menjawab pertanyaan dengan baik. Hal ini disebabkan oleh penggalakkan program pemberian ASI di kabupaten tersebut, selain menghimbau ibu untuk memberi ASI, pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir juga memberikan mengenai pentingnya pemberian ASI termasuk di dalamnya kolostrum melalui visi yang dirumuskan sebagai berikut : “Menuju Masyarakat Samosir Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat”.

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan pengetahuan ibu terhadap kolostrum baik, walaupun terdapat data RISKESDAS 2010 menunjukkan bahwa perilaku pemberian kolostrum di wilayah Sumatera Utara hanya 71,8 %. Hal ini juga sesuai dengan dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan merupakan hasil tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Over behavior). berdasarkan pengalaman dan penelitian, diperoleh bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Dokumen terkait