• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Medan yang terletak di Jalan Bunga Asoka no. 06 Medan, Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, Kode Pos: 20113, no. Telp : 061822240. Sekolah ini pada peta dunia terdapat di lintang 3.597031, bujur 98.66683999999998, ketinggian 24. SMPN 1 Medan memiliki 31 kelas yang terdiri atas 8 kelas VII, 11 kelas VIII, dan 12 kelas IX.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 120 orang responden dan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian berjumlah 70 orang yang merupakan siswi di SMPN 1 Medan. Dari keseleruhan responden gambaran karakteristik responden yang dinilai meliputi umur, tinggi badan, berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan usia awitan menstruasi dari responden. Dan hasil dari karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden Hasil

Umur 11- 14 tahun

Tinggi Badan 130 – 164 cm

Berat Badan 27-79,4 kg

IMT 14,91- 32,21

a. Umur

Berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh responden terbanyak berada pada umur 12 tahun yaitu sebanyak 44 orang (62,9%). Sedangkan kelompok responden paling sedikit berada pada umur 14 tahun, yaitu sejumlah 6 orang (8,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (n) Persen (%)

11 7 10

12 44 62,9

13 13 18,6

14 6 8,6

Jumlah 70 100

Rata-rata umur responden adalah 12 tahun. Umur termuda adalah 11 tahun dan umur tertua 14 tahun. Dengan demikian, rentang usia responden adalah 3 tahun.

b. Berat Badan

Karakteristik berdasarkan berat badan dibagi menjadi 7 kelompok interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval berat badan 43-50 kg dan 51-58 kg. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval berat badan 75-82 kg. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan

Berat Badan (kg) Frekuensi (n) Persen (100%) 27-34 35-42 43-50 51-58 59-66 67-74 75-82 3 17 21 21 4 3 1 4,3 24,3 30 30 5,7 4,3 1,4 Total 70 100

Rata-rata berat badan responden adalah 48,6 kg dengan nilai tengah 46,5 kg. Berat badan terendah adalah 27 kg dan berat badan tertinggi adalah 79,4 kg. Hal ini menunjukkan rentang berat badan responden adalah 52,4 kg.

c. Tinggi Badan

Karakteristik berdasarkan tinggi badan dibagi menjadi 7 kelompok interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval 145-149 cm. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval tinggi badan 130-134 cm. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan

Tinggi badan (cm) Frekuensi (n) Persen (100%) 130-134 135-139 140-144 145-149 150-154 155-159 160-164 2 5 6 26 15 12 4 2,9 7,1 8,6 37,1 21,4 17,1 5,7 Total 70 100

Rata-rata tinggi badan responden adalah 149,2 cm dengan nilai tengah 149 cm. Tinggi badan responden dimulai dari titik minimal, yaitu 130 cm dan titik maksimal, yaitu 164 cm. Hal ini menunjukkan rentang tinggi badan responden adalah 34 cm.

5.1.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kategorik. Dari 70 responden yang menjadi sampel penelitian, 58,6% atau 41 orang termasuk pada kategori normal dan terdapat 41,4% atau 29 orang yang termasuk pada kategorik obesitas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategorik IMT Frekuensi (n) Persen (100%) Normal Obesitas 41 29 58,6 41,4 Total 70 100

Rata-rata IMT responden adalah 21,80 dengan nilai tengah 20,67. IMT terendah adalah 14,91 dan IMT tertinggi adalah 32,21. Hal ini menunjukkan rentang IMT responden adalah 17,3.

5.1.4 Usia Awitan Menstruasi

Dari 70 responden yang menjadi sampel penelitian, mayoritas 33 orang (47,1) mengalami usia awitan menstruasi pada usia 12 tahun. Sedangkan, jumlah paling sedikit adalah responden yang mengalami usia awitan menstruasi pada usia 14 tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Gambaran Usia Awitan Menstruasi

Usia Awitan Menstruasi Frekuensi (n) Persen (100%) 8 9 10 11 12 13 14 2 5 9 15 33 5 1 2,9 7,1 12,9 21,4 47,1 7,1 1,4 Total 70 100

Kategori usia awitan menstruasi pada penelitian ini dibagi menjadi 2 kategorik yaitu usia awitan menstruasi normal dan usia awitan menstruasi cepat. Dari 70 responden yang menjadi sampel penelitian, 55,7% atau 39 orang termasuk pada kategori normal dan terdapat 44,3% atau 31 orang yang termasuk pada kategorik cepat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Gambaran Kategorik Usia Awitan Menstruasi

Kategorik Usia awitan menstruasi Frekuensi (n) Persen (100%) Normal Cepat 39 31 55,7 44,3 Total 70 100

Rata-rata usia awitan menstruasi responden adalah 11,3 tahun. Usia awitan menstruasi terendah adalah 8 tahun dan usia awitan menstruasi tertinggi adalah 14 tahun. Hal ini menunjukkan rentang usia awitan menstruasi sampel adalah 6 tahun.

5.1.5. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi

Dari 70 orang responden yang memenuhi kriteria dan dimasukkan ke dalam penelitian diperoleh data yang telah dikumpulkan dan dianalisis melalui uji hipotesis chi-square dan batas kepercayaan 95%.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Usia Awitan Menstruasi Berdasarkan Kategori IMT melalui uji chi-square

Kategori IMT

Usia Awitan Menstruasi

jumlah P-value Cepat Normal F % F % Normal 8 25,8 33 84,6 41 29 70 0,00 Obesitas 23 74,2 6 15,4 Jumlah 31 100 39 100

Dari hasil uji statistik, p value yang didapat sebesar 0,00. Karena nilai p < 0,05, maka hipotesis nol dalam penelitian ini ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan usia awitan menstruasi.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh

Gambaran Indeks Massa Tubuh pada siswi di SMPN 1 Medan dengan jumlah responden dengan kategori IMT normal paling banyak ditemui (37,1%) dengan rata-rata nilai dari IMT pada penelitian ini adalah 21,79. Dari hasil penelitian juga didapati responden dengan kategori IMT obesitas sebanyak 29 orang (41,5%).

Menurut hasil Riskesdas (2010), anak dengan status gizi normal di Indonesia berjumlah 87,4%, status gizi gemuk 2,5%, status gizi kurus 7,4% dan status gizi sangat kurus 2,7%. Jika dilihat dari perbandingan terhadap rata-rata nasional, siswi SMPN 1 Medan cenderung memiliki IMT lebih tinggi.

5.2.2. Usia Awitan Menstruasi

Usia awitan menstruasi dikatakan normal apabila terjadi pada usia 12-13 tahun, dikatakan cepat apabila terjadi pada usia < 12 tahun.

Dari hasil penelitian didapati rata-rata usia awitan menstruasi pada siswi di SMPN 1 Medan adalah 11,3 tahun, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswi di SMPN 1 Medan memiliki usia awitan menstruasi cenderung lebih cepat. Terdapat sejumlah responden dengan usia awitan menstruasi yang cepat yaitu 2 orang pada usia 8 tahun, 5 orang pada usia 9 tahun, dan 9 orang pada usia 10 tahun.

Menurut hasil Riskesdas (2010), rata-rata usia awitan menstruasi di Indonesia adalah 12,4 tahun dengan jumlah terbanyak 13 tahun (20%). Masih terdapat usia awitan menstruasi yang lebih lama dari 14 tahun di Indonesia, yaitu 15 tahun (15,2%), 16 tahun (4,6%), 17 tahun (3%), 18 tahun (1%), 19 tahun (0,2%), 20 tahun (0,3%). Usia awitan menstruasi yang cepat di Indonesia terjadi pada 9 tahun (0,3%) dan 10 tahun (1,2%). Dari hasi uji T terhadap rata-rata nasional dapat disimpulkan bahwa perbedaan rata-rata usia awitan menstruasi pada penelitian dengan rata-rata nasional terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05).

Gambaran usia awitan menstruasi di dunia dirangkum dan dilaporkan oleh Parent et al. (2003). Tren peningkatan usia awitan menstruasi terjadi mulai dari tahun 1960, dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dunia secara umumnya. Euling et al. (2008) juga melaporkan peningkatan rata-rata usia awitan menstruasi di Eropa dan Amerika Serikat sejak 1790 sampai 1980.

Setyowati, 2006 melakukan penelitian pada siswi sekolah menengah atas negeri 1 Purwodadi, Kabupaten Grobongan. Dari 75 orang sampel penelitian, didapatkan rata-rata usia menarche yaitu 12,71 tahun.

5.2.3. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi

Teori yang dikenal sejak tahun 1990-an ini menyatakan bahwa persentase tertentu lemak tubuh dibutuhkan untuk memicu awitan menstruasi, karena jaringan lemak subkutan juga berfungsi sebagai kelenjar hormonal sekunder mempengaruhi sintesis dan pengeluaran estrogen, serta memicu awitan menstruasi (Delemarre, 2005).

Indeks masa tubuh (IMT) merupakan indeks yang paling berguna yang digunakan untuk skrining populasi remaja obesitas karena indeks ini berkorelasi secara bermakna dengan lemak subkutan maupun lemak tubuh total pada remaja, terutama mereka yang dengan proporsi terbesar lemak tubuh (Nelson, 2012)

Pada anak obesitas, kadar lemak dalam tubuhnya cenderung lebih tinggi dibanding anak yang tidak obesitas. Lemak tersebut akan menghasilkan leptin, semakin banyak lemak semakin banyak leptin yang terbentuk. Leptin tersebut akan meregulasi GnRH, secara tidak langsung akan mempengaruhi estrogen. Semakin banyak estrogen yang terbentuk semakin cepat awitan menstruasi akan terjadi. Oleh sebab itu leptin berperan sebagai pintu gerbang dimulainya onset pubertas dan awitan menstruasi (Gueorquiev, 2000, dalam Hendri, 2012).

Pengaruh estrogen pada pemanjangan tulang dapat diidentikkan dengan tinggi badan seorang remaja putri, semakin tinggi remaja putri pada masa preawitan menstruasi akan mempengaruhi percepatan datangnya awitan menstruasi (Basalim, 2009)

Akibat usia awitan menstruasi yang semakin cepat dapat mempengaruhi tinggi badan ini dikarenakan terjadinya peningkatan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi penutupan garis epifisi tulang lebih cepat. Sehingga anak yang mengalami usia awitan menstruasi akan cenderung lebih pendek (Onland Moret, et al, 2005)

Selain obesitas banyak faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan usia awitan menstruasi semakin cepat antara lain persen lemak tubuh, status gizi, status awitan menstruasi ibu (genetik), status sosial ekonomi, faktor geografis, faktor asupan nutrisi, faktor lingkungan, aktifitas fisik, dan stimulan eksternal. Sehingga

banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang anak mendapatkan awitan menstruasi yang cepat (Siswianti, 2012).

Pada penelitian ini didapat hasil uji hipotesis chi-square menghasilkan nilai p < 0,05 yang menunjukkan ada hubungan antara obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi SMPN 1 Medan.

Penelitian yang dilakukan oleh Syahrian (2011) melaporkan hasil uji korelasi hubungan IMT dan usia menarche pada remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan menunjukkan derajat korelasi tingkat r = 0,36.

Dahliansyah (2008) menyimpulkan semakin tinggi Indeks Massa Tubuh semakin awal usia menarche responden. Kuatnya hubungan ini diwakili oleh koefisien korelasi sebesar 0,402. Ini menunjukkan hubungan tingkat sedang.

Setyowati (2007) melaporkan terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas 20 dengan usia menarche yaitu semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah usia menarche begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai IMT maka semakin tinggi usia menarchenya. Dengan hasil uji regresi R = -0,997 yang berarti adanya hubungan yang terbalik antara IMT dengan usia menarche.

Terdapat perbedaan signifikan antara IMT dengan usia awitan menstruasi pada gadis remaja. Gadis remaja dengan IMT persentil > 95 (obesitas) usia awitan menstruasi 10-11 tahun, dibandingkan dengan IMT persentil 85– 95(berat badan berlebih) usia awitan menstruasi 11-12 tahun dan dengan IMT persentil 5 – 85 (berat badan normal) usia awitan menstruasi 11-12 tahun (Olivia et al., 2012).

Dokumen terkait