• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi pada Siswi SMPN 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi pada Siswi SMPN 1 Medan"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nisrina Khairunnisa

Tempat/ Tanggal Lahir : Samarinda / 28 Juni 1994

Agama : Islam

Alamat : Jalan Jawa Komplek Java Nirwana Residence No 11 Medan Riwayat Pendidikan :

1. TK Al- Kautsar Samarinda (1998-2000) 2. SD IKAL Medan (2000-2006)

3. SMP Negeri 18 Medan (2006-2009) 4. SMA Sutomo 1 Medan (2009-2012)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012 – sekarang) Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi IE PEMA FK USU 2. Anggota Keputrian PHBI FK USU 3. Anggota HBI-PM PHBI FK USU

(2)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Untuk ortu/ wali calon subjek penelitian, saya yang bernama Nisrina Khairunnisa, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi pada Siswi SMPN 1 Medan”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi SMPN 1 Medan.

Dalam penelitian ini saya akan membagikan kuesioner kepada siswi SMPN 1 Medan dan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan siswi SMPN 1 Medan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran rata-rata obesitas dan mengetahui gambaran usia awitan menstruasi siswi SMPN 1 Medan. Biaya penelitian ini sebesar Rp 1.500.000,00 dan biaya di tanggung peneliti.

Sehubungan dengan penelitian ini, saya mengharapkan kesediaan adik-adik siswi SMPN 1 Medan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dan adik-adik- adik diharapkan bersedia mengisi kuesioner yang saya sertakan serta ortu/ wali mengizinkan anaknya untuk diukur berat badan dan tinggi badannya serta bersedia menandatangani Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan.

Penelitian ini bersifat sukarela tanda paksaan dari pihak manapun. Data yang terkumpul akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Bila data dipublikasikan, kerahasiaannya tetap terjaga. Bila ortu/ wali calon subjek penelitian memiliki pertanyaan, maka dapat menghubungi saya dengan nomor 082167952705.

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi, dan kesedian waktu ortu/wali dan adik-adik. Saya ucapkan terima kasih.

Peneliti, (Nisrina Khairunnisa)

(3)

Lampiran 3

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandan tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Ortu/wali dari : Alamat :

No. HP :

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian yang berjudul:

“Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi pada Siswi SMPN 1

Medan”

Maka saya bersedia anak saya mengisi kuesioner dan bersedia dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan oleh peneliti.

Demikian surat pernyataan ini untuk dipergunkan seperlunya.

Medan,...2015

Responden Penelitian,

(4)

Lampiran 4

Kuesioner Penelitian

“Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi pada Siswi SMPN 1 Medan”

A. Biodata Siswi

Nomor responden (diisi oleh peneliti) :

Nama siswi :

Tempat/ Tanggal Lahir :

Kelas :

Tanggal Pengisian Kuesioner : Nomor Telf rumah atau Handphone :

Alamat lengkap :

B. Status Usia Awitan Menstruasi

1. Apakah sudah mengalami menstruasi? a. Sudah

b. Belum

2. Apakah mendapatkan terapi steroid jangka panjang? a. Ya

b. Tidak

3. Apakah menerima obat-obat hormonal? a. Ya

b. Tidak

4. Apakah menderita penyakit kronis? a. Ya

(5)

5. Jika sudah menstruasi, pada tanggal berapa atau pada saat umur berapa menstruasi pertama kali datang?

... tahun

(misalnya : 7 agustus 2000/ umur 12 tahun 7 bulan)

C. IMT (disi oleh peneliti) Berat badan (kg) : Tinggi badan (cm) :

(6)

Lampiran 5

DATA SPSS a. Umur

Statistics

Umur

N Valid 70

Missing 0

Mean 12,26

Std. Error of Mean ,090

Median 12,00

Mode 12

Std. Deviation ,755

Variance ,571

Range 3

Minimum 11

Maximum 14

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 11 7 10,0 10,0 10,0

12 44 62,9 62,9 72,9

13 13 18,6 18,6 91,4

14 6 8,6 8,6 100,0

Total 70 100,0 100,0

b. Berat badan

Statistics

Berat Badan

N Valid 70

Missing 0

Mean 48,644

Std. Error of Mean 1,1767

Median 46,500

Mode 45,0

Std. Deviation 9,8453

(7)

Range 52,4

Minimum 27,0

Maximum 79,4

Berat Badan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 27-34 3 4,3 4,3 4,3

35-42 17 24,3 24,3 28,6

43-50 21 30,0 30,0 58,6

51-58 21 30,0 30,0 88,6

59-66 4 5,7 5,7 94,3

67-74 3 4,3 4,3 98,6

75-82 1 1,4 1,4 100,0

Total 70 100,0 100,0

c. Tinggi badan

Statistics

Tinggi Badan

N Valid 70

Missing 0

Mean 149,256

Std. Error of Mean ,8078

Median 149,000

Mode 148,0

Std. Deviation 6,7583

Variance 45,675

Range 34,0

Minimum 130,0

(8)

Tinggi Badan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 130-134 2 2,9 2,9 2,9

135-139 5 7,1 7,1 10,0

140-144 6 8,6 8,6 18,6

145-149 26 37,1 37,1 55,7

150-154 15 21,4 21,4 77,1

155-159 12 17,1 17,1 94,3

160-164 4 5,7 5,7 100,0

Total 70 100,0 100,0

d. Indeks massa tubuh (IMT)

Statistics

Indeks Massa Tubuh

N Valid 70

Missing 0

Mean 21,8071

Median 20,6700

Mode 17,83a

Std. Deviation 3,99895

Variance 15,992

Range 17,30

Minimum 14,91

Maximum 32,21

Indeks Massa Tubuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid NORMAL 41 58,6 58,6 58,6

OBESITAS 29 41,4 41,4 100,0

(9)

e. Usia awitan menstruasi

Statistics

Usia Awitan Menstruasi

N Valid 70

Missing 0

Mean 11,30

Median 12,00

Mode 12

Std. Deviation 1,220

Variance 1,488

Range 6

Minimum 8

Maximum 14

Usia Awitan Menstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 8 2 2,9 2,9 2,9

9 5 7,1 7,1 10,0

10 9 12,9 12,9 22,9

11 15 21,4 21,4 44,3

12 33 47,1 47,1 91,4

13 5 7,1 7,1 98,6

14 1 1,4 1,4 100,0

Total 70 100,0 100,0

f. Kategorik usia awitan menstruasi

Usia Awitan Menstruasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid CEPAT 31 44,3 44,3 44,3

NORMAL 39 55,7 55,7 100,0

(10)

g. Chi-square

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Indeks Massa Tubuh *

Usia Awitan Menstruasi 70 100,0% 0 0,0% 70 100,0%

Indeks Massa Tubuh * Usia Awitan Menstruasi Crosstabulation

Usia Awitan Menstruasi

Total

CEPAT NORMAL

Indeks Massa Tubuh NORMAL 8 33 41

OBESITAS 23 6 29

Total 31 39 70

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 24,617a 1 ,000

Continuity Correctionb 22,253 1 ,000

Likelihood Ratio 26,083 1 ,000

Fisher's Exact Test ,000 ,000

Linear-by-Linear

Association 24,265 1 ,000

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Alpers, Ann., 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph, Edisi 20,. Jakarta : EGC.

Ariella, A., 2009. Analisa Hubungan antara Obesitas dan Faktor Lain dengan Status Fertilitas pada Pasangan Usia Subur di Perumahan Citra Garden City Jakarta Tahun 2009. Universitas Indonesia.

Basalim, H., 2009. Determinan Menarche Dini pada Siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) X di Jakarta Tahun 2009. Tesis. FKM UI. Depok.

Benson, P & Pernoll., 2008. Buku saku Obsetry Gynecology William. Jakarta EGC

Bluher S, Mantzorous CS. ,2007. Leptin in Reproduction. Curr Opin Endocrinol Diabetes Obes 2007;14 : 458-64.

Brown, J.E., 2005. Nutrition through the life cycle (2 nd Ed). USA: Wadsworth. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesahatan Dasar 2010.

CDC., 2015, Childhood Obesity facts Available on: http://www.cdc.gov/healthyyouth/obesity/facts.htm [accesed on 22 March 2015]

(16)

Delemarre-van de Waal HA., 2005. Secular trend of timing of puberty. Endocr Dev. 2005; 8: 1-14.

Depkes: Pedoman praktis memantau status gizi orang dewasa available on : http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/.../ped-praktis-stat-gizi-dewasa.doc [accesed on 10 April 2015]

Elvina.,2011. Hubungan Obesitas dengan Konsep Diri Remaja SMP Kartika 1-7 Padang Tahun 2009. Universitas Andalas.

Ganong, William F., 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Garcia-mayor RV., et. al., 1997. Serum Leptin Levelsin normal Children: Relationship to age, gender, body mass index, pituitary gonadal hormones and puberal stage. J Clin Endovrinol Metab. 1997; 82: 2849-55.

Hendri D, Lasmini P, Yusrawari, Bachtiar H., 2012. Hubungan Kadar Leptin Serum, Indeks Massa Tubuh, Persentase Lemak Tubuh dan Rasio

Lingkar Pinggang Panggul dengan Usia Menars. Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas.

Indika, kinanti. 2010. Jurnal Gambaran Citra Tubuh pada Remaja yang Obesitas. Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. 8 februari 2012.

Kaplowitz PB., et.al., 2001. Earlier onset of puberty in girls: relation to increased body mass index and race. Pediatrics. 2001; 108:347-53.

(17)

Liubov, Sohar E., Laor A., 2001. Neck circumference as s simple screening measure for identifying overweight and obese Patients. The North Association for The Study of Obesity. 470:477.

Marley, william., 1982. Health and Physical Fitness. Saunders College Publishing. Philadelphia.

Nelson WE, ed. Ilmu Kesehatan Anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000 : (1): 561-3.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Olivia, D., Deliana, M., Supriatmo, Hakimi, & Lubis, S.M. (2012). Body mass index and age of menarche in young girls. Paediatrica Indonesiana, 309-311.

Paath, Erna Francin, et al., (2005). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Riset Kesehatan Dasar., 2007. Pedoman Pengukuran dan Periksaan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar., 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

(18)

Rojas, A., & Storch, E.A., 2010. Psychological Complications of Obesity. Pediatric Annals 39:3, 174-179.

Setyowati, E., 2006. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kejadian sindroma pramenstruasi pada siswi sekolah Menengah Atas Negeri 1 Purwodadi Kabupaten Grobogan.

Setyowati, F.W., 2007. Hubungan Indeks Massa Tubuh ≥ 20 dengan usia menarche pada siwi sekolah dasar di seluruh Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.

Sherwood,Lauralee., 2011.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.Jakarta :EGC

Siswianti, Y., 2012. Hubungan Berat badan, Persen Lemak Tubuh, Status Gizi (IMT)/U, Umur Menarche Ibu dengan Umur Menarche pada Siswi di SDN Cikaret 01 Cibinong Kabupaten Bogor Tahun 2012

Sjostrom, CD, Lassner., 2001. Relationship betwen changes in body composition and changes in cardiovasculer risk factors: the SOS Intervention Study: Sweedish obese subjects. Obes Res. 5:519535.

Sugondo, 2006. Obesitas Dalam buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FK UI; hal. 1922.

(19)

World Health Organization., 2015, Childhood overweight and obesity : Indonesia. Available on: http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood/en/ [accesed on 21 March 2015]

World Health Organization., 2000. Obesity: preventing and managing global epidemic. Report of a WHO consultation. Geneva.

Widyaningtyas S., Kartini A. 2013. Hubungan Usia Menarche dengan Obesitas pada Remaja Putri di SMA Theresiana 1 Semarang. Universitas

Diponegoro.

(20)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3. 1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam

Gambar 3. 1. Kerangka Konsep Penelitian

3. 2. Definisi Operasional dan Variabel

3. 2. 1. Obesitas

Definisi :Kelebihan massa tubuh responden yang didapat berdasarkan perhitungan Indeks Massa Tubuh

Cara Ukur : Antropometri

Alat ukur : Timbangan dan meteran Hasil ukur : Normal : IMT < 22.9

Obesitas : IMT > 23 Skala ukur : Ordinal

3. 2. 2. Usia Awitan Menstruasi

Definisi : Usia responden (siswi SMPN 1 Medan kelas VII-IX) saat pertama kali mengalami menstruasi.

Asupan kalori berlebih Hereditas

Obesitas Kurang

aktivitas Sosial ekonomi Psikologis

(21)

Cara ukur : Angket Alat ukur : Kuesioner

Hasil ukur : Usia awitan menstruasi cepat : jika < 12 tahun Usia awitan menstruasi normal : jika > 12 tahun Skala ukur : Ordinal

3. 3. Hipotesis

(22)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4. 1. Jenis Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan metode cross sectional (studi potong lintang) dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua obyek penelitian harus diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel independen maupun variabel dependen dinilai hanya satu kali saja.

4. 2. Waktu dan Tempat Penelitian

4. 2.1. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai Oktober 2015. 4.2.2. Tempat

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Medan.

4. 3. Populasi dan Sampel Penelitian

4. 3. 1. Populasi

Populasi penelitian adalah siswi SMPN 1 Medan kelas VII- IX. 4. 3. 2. Sampel

Sampel penelitian adalah siswi SMPN 1 Medan kelas VII- IX. Pada penelitian ini pengambilan besar sampel ditentukan dengan total sampling. yang mana semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria dimasukkan dalam penelitian.

Kriteria inklusi:

(23)

2. Setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian

Kriteria eksklusi:

1. Mendapatkan steroid jangka panjang

2. Mendapat obat-obat hormonal (growth hormone) 3. Menderita penyakit kronis

4. Belum menstruasi

4 . 4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Teknik pengambilan data

Data yang diambil merupakan data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada siswi-siswi serta pengukuran berat badan dan tinggi badan siswi-siswi yang dilakukan oleh peneliti.

4.4.2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang dipakai pada penelitian ini adalah:

1. Meteran: alat ini digunakan untuk mengukur tinggi badan sampel. 2. Timbangan berat badan: untuk mengukur berat badan sampel. 3. Kuesioner: untuk menanyakan hari pertama menstruasi sampel.

4.4.3 Cara Kerja

4.4.3.1. Menentukan Indeks Massa Tubuh

Untuk mendapatkan nilai IMT maka sampel diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya.

Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan nilai IMT:

1. Memosisikan sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap ke depan, dan membelakangi alat.

(24)

3. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di puncak kepala sampel (vertex).

4. Melihat tinggi badan sampel.

5.Kemudian hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini: Berat (kg)

IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang <18,5

Kisaran normal 18,5 – 22,9

Berat bada lebih >23,0

Beresiko 23,0 – 24,9

Obesitas I 25,0 – 29,9

Obesitas II >30,0

(Sumber: Sugondo, 2006)

4.4.3.2.Menentukan usia awitan menstruasi

Untuk mengetahui usia awitan menstruasi, sampel akan ditanyai melalui kuesioner. Pada kuesioner itu pula dicantumkan beberapa pertanyaan untuk kriteria eksklusi sampel. Setelah sampel mengisi kuesioner, sampel akan diberi souvenir oleh peneliti.

4 . 5 Pengolahan dan Analisis Data

4.5.1 Pengelolaan data

Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang masih harus diolah sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik sehingga mudah untuk dianalisis. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer.

(25)

1. Editing

Hasil kuesioner dari lapangan harus dilakukan editing atau penyuntingan terlebih dahulu. Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan dalam isian kuesioner.

2. Coding

Setelah kuesioner diedit selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding. Coding dalam arti yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Data Entry

Data entry maksudnya yaitu memasukan data. Data atau jawaban-jawaban responden yang sudah dalam bentuk kode dimasukkan dalam program komputer.

4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode dan ketidaklengkapan data kemudian dilakukan pembentukan atau korelasi. Proses ini disebut pembersihan data atau cleaning.

Setelah data diolah secara manual, maka data akan diproses dengan menggunakan SPSS.

4.5.2 Analisis Data

(26)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMPN 1 Medan yang terletak di Jalan Bunga Asoka no. 06 Medan, Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang, Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, Kode Pos: 20113, no. Telp : 061822240. Sekolah ini pada peta dunia terdapat di lintang 3.597031, bujur 98.66683999999998, ketinggian 24. SMPN 1 Medan memiliki 31 kelas yang terdiri atas 8 kelas VII, 11 kelas VIII, dan 12 kelas IX.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 120 orang responden dan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian berjumlah 70 orang yang merupakan siswi di SMPN 1 Medan. Dari keseleruhan responden gambaran karakteristik responden yang dinilai meliputi umur, tinggi badan, berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan usia awitan menstruasi dari responden. Dan hasil dari karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden Hasil

Umur 11- 14 tahun

Tinggi Badan 130 – 164 cm

Berat Badan 27-79,4 kg

IMT 14,91- 32,21

(27)

a. Umur

Berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh responden terbanyak berada pada umur 12 tahun yaitu sebanyak 44 orang (62,9%). Sedangkan kelompok responden paling sedikit berada pada umur 14 tahun, yaitu sejumlah 6 orang (8,6%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi (n) Persen (%)

11 7 10

12 44 62,9

13 13 18,6

14 6 8,6

Jumlah 70 100

Rata-rata umur responden adalah 12 tahun. Umur termuda adalah 11 tahun dan umur tertua 14 tahun. Dengan demikian, rentang usia responden adalah 3 tahun.

b. Berat Badan

Karakteristik berdasarkan berat badan dibagi menjadi 7 kelompok interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval berat badan 43-50 kg dan 51-58 kg. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval berat badan 75-82 kg. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan

Berat Badan (kg) Frekuensi (n) Persen (100%) 27-34 35-42 43-50 51-58 59-66 67-74 75-82 3 17 21 21 4 3 1 4,3 24,3 30 30 5,7 4,3 1,4

(28)

Rata-rata berat badan responden adalah 48,6 kg dengan nilai tengah 46,5 kg. Berat badan terendah adalah 27 kg dan berat badan tertinggi adalah 79,4 kg. Hal ini menunjukkan rentang berat badan responden adalah 52,4 kg.

c. Tinggi Badan

Karakteristik berdasarkan tinggi badan dibagi menjadi 7 kelompok interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah pada kelompok dengan interval 145-149 cm. Sedangkan kelompok responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval tinggi badan 130-134 cm. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan

Tinggi badan (cm) Frekuensi (n) Persen (100%) 130-134 135-139 140-144 145-149 150-154 155-159 160-164 2 5 6 26 15 12 4 2,9 7,1 8,6 37,1 21,4 17,1 5,7

Total 70 100

Rata-rata tinggi badan responden adalah 149,2 cm dengan nilai tengah 149 cm. Tinggi badan responden dimulai dari titik minimal, yaitu 130 cm dan titik maksimal, yaitu 164 cm. Hal ini menunjukkan rentang tinggi badan responden adalah 34 cm.

5.1.3 Indeks Massa Tubuh (IMT)

(29)

Tabel 5.5. Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategorik IMT Frekuensi (n) Persen (100%) Normal Obesitas 41 29 58,6 41,4

Total 70 100

Rata-rata IMT responden adalah 21,80 dengan nilai tengah 20,67. IMT terendah adalah 14,91 dan IMT tertinggi adalah 32,21. Hal ini menunjukkan rentang IMT responden adalah 17,3.

5.1.4 Usia Awitan Menstruasi

Dari 70 responden yang menjadi sampel penelitian, mayoritas 33 orang (47,1) mengalami usia awitan menstruasi pada usia 12 tahun. Sedangkan, jumlah paling sedikit adalah responden yang mengalami usia awitan menstruasi pada usia 14 tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Gambaran Usia Awitan Menstruasi

Usia Awitan Menstruasi Frekuensi (n) Persen (100%) 8 9 10 11 12 13 14 2 5 9 15 33 5 1 2,9 7,1 12,9 21,4 47,1 7,1 1,4

Total 70 100

(30)
[image:30.595.111.518.129.206.2]

Tabel 5.7. Gambaran Kategorik Usia Awitan Menstruasi

Kategorik Usia awitan menstruasi Frekuensi (n) Persen (100%) Normal Cepat 39 31 55,7 44,3

Total 70 100

Rata-rata usia awitan menstruasi responden adalah 11,3 tahun. Usia awitan menstruasi terendah adalah 8 tahun dan usia awitan menstruasi tertinggi adalah 14 tahun. Hal ini menunjukkan rentang usia awitan menstruasi sampel adalah 6 tahun.

5.1.5. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi

[image:30.595.111.507.398.524.2]

Dari 70 orang responden yang memenuhi kriteria dan dimasukkan ke dalam penelitian diperoleh data yang telah dikumpulkan dan dianalisis melalui uji hipotesis chi-square dan batas kepercayaan 95%.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Usia Awitan Menstruasi Berdasarkan Kategori IMT melalui uji chi-square

Kategori IMT

Usia Awitan Menstruasi

jumlah P-value

Cepat Normal

F % F %

Normal 8 25,8 33 84,6 41

29 70

0,00

Obesitas 23 74,2 6 15,4

Jumlah 31 100 39 100

Dari hasil uji statistik, p value yang didapat sebesar 0,00. Karena nilai p < 0,05, maka hipotesis nol dalam penelitian ini ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan usia awitan menstruasi.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(31)

Menurut hasil Riskesdas (2010), anak dengan status gizi normal di Indonesia berjumlah 87,4%, status gizi gemuk 2,5%, status gizi kurus 7,4% dan status gizi sangat kurus 2,7%. Jika dilihat dari perbandingan terhadap rata-rata nasional, siswi SMPN 1 Medan cenderung memiliki IMT lebih tinggi.

5.2.2. Usia Awitan Menstruasi

Usia awitan menstruasi dikatakan normal apabila terjadi pada usia 12-13 tahun, dikatakan cepat apabila terjadi pada usia < 12 tahun.

Dari hasil penelitian didapati rata-rata usia awitan menstruasi pada siswi di SMPN 1 Medan adalah 11,3 tahun, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswi di SMPN 1 Medan memiliki usia awitan menstruasi cenderung lebih cepat. Terdapat sejumlah responden dengan usia awitan menstruasi yang cepat yaitu 2 orang pada usia 8 tahun, 5 orang pada usia 9 tahun, dan 9 orang pada usia 10 tahun.

Menurut hasil Riskesdas (2010), rata-rata usia awitan menstruasi di Indonesia adalah 12,4 tahun dengan jumlah terbanyak 13 tahun (20%). Masih terdapat usia awitan menstruasi yang lebih lama dari 14 tahun di Indonesia, yaitu 15 tahun (15,2%), 16 tahun (4,6%), 17 tahun (3%), 18 tahun (1%), 19 tahun (0,2%), 20 tahun (0,3%). Usia awitan menstruasi yang cepat di Indonesia terjadi pada 9 tahun (0,3%) dan 10 tahun (1,2%). Dari hasi uji T terhadap rata-rata nasional dapat disimpulkan bahwa perbedaan rata-rata usia awitan menstruasi pada penelitian dengan rata-rata nasional terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05).

Gambaran usia awitan menstruasi di dunia dirangkum dan dilaporkan oleh Parent et al. (2003). Tren peningkatan usia awitan menstruasi terjadi mulai dari tahun 1960, dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan dunia secara umumnya. Euling et al. (2008) juga melaporkan peningkatan rata-rata usia awitan menstruasi di Eropa dan Amerika Serikat sejak 1790 sampai 1980.

(32)

5.2.3. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi

Teori yang dikenal sejak tahun 1990-an ini menyatakan bahwa persentase tertentu lemak tubuh dibutuhkan untuk memicu awitan menstruasi, karena jaringan lemak subkutan juga berfungsi sebagai kelenjar hormonal sekunder mempengaruhi sintesis dan pengeluaran estrogen, serta memicu awitan menstruasi (Delemarre, 2005).

Indeks masa tubuh (IMT) merupakan indeks yang paling berguna yang digunakan untuk skrining populasi remaja obesitas karena indeks ini berkorelasi secara bermakna dengan lemak subkutan maupun lemak tubuh total pada remaja, terutama mereka yang dengan proporsi terbesar lemak tubuh (Nelson, 2012)

Pada anak obesitas, kadar lemak dalam tubuhnya cenderung lebih tinggi dibanding anak yang tidak obesitas. Lemak tersebut akan menghasilkan leptin, semakin banyak lemak semakin banyak leptin yang terbentuk. Leptin tersebut akan meregulasi GnRH, secara tidak langsung akan mempengaruhi estrogen. Semakin banyak estrogen yang terbentuk semakin cepat awitan menstruasi akan terjadi. Oleh sebab itu leptin berperan sebagai pintu gerbang dimulainya onset pubertas dan awitan menstruasi (Gueorquiev, 2000, dalam Hendri, 2012).

Pengaruh estrogen pada pemanjangan tulang dapat diidentikkan dengan tinggi badan seorang remaja putri, semakin tinggi remaja putri pada masa preawitan menstruasi akan mempengaruhi percepatan datangnya awitan menstruasi (Basalim, 2009)

Akibat usia awitan menstruasi yang semakin cepat dapat mempengaruhi tinggi badan ini dikarenakan terjadinya peningkatan hormon estrogen yang dapat mempengaruhi penutupan garis epifisi tulang lebih cepat. Sehingga anak yang mengalami usia awitan menstruasi akan cenderung lebih pendek (Onland Moret, et al, 2005)

(33)

banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang anak mendapatkan awitan menstruasi yang cepat (Siswianti, 2012).

Pada penelitian ini didapat hasil uji hipotesis chi-square menghasilkan nilai p < 0,05 yang menunjukkan ada hubungan antara obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi SMPN 1 Medan.

Penelitian yang dilakukan oleh Syahrian (2011) melaporkan hasil uji korelasi hubungan IMT dan usia menarche pada remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan menunjukkan derajat korelasi tingkat r = 0,36.

Dahliansyah (2008) menyimpulkan semakin tinggi Indeks Massa Tubuh semakin awal usia menarche responden. Kuatnya hubungan ini diwakili oleh koefisien korelasi sebesar 0,402. Ini menunjukkan hubungan tingkat sedang.

Setyowati (2007) melaporkan terdapat hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) diatas 20 dengan usia menarche yaitu semakin tinggi nilai IMT maka semakin rendah usia menarche begitu juga sebaliknya semakin rendah nilai IMT maka semakin tinggi usia menarchenya. Dengan hasil uji regresi R = -0,997 yang berarti adanya hubungan yang terbalik antara IMT dengan usia menarche.

(34)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Anak-anak obesitas mengalami usia awitan menstruasi lebih cepat dibanding anak-anak yang tidak obesitas.

6.2. Saran

- Perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan perubahan usia awitan menstruasi seperti konsumsi fast food, aktifitas fisik dan intake kalori.

- Perlunya informasi kepada orang tua mengenai hubungan obesitas dengan usia awitan menstruasi, serta risiko-risiko usia awitan menstruasi yang cepat.

(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obesitas

2.1.1. Definisi Obesitas

Obesitas adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan/atau meningkatkan masalah kesehatan. Seseorang dianggap menderita kegemukan (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m2 (WHO, 2000).

2.1.2. Epidemiologi Obesitas

Data dari sampel probabilitas nasional memperlihatkan peningkatan prevalensi obesitas dan obesitas ekstrem di antara anak dan remaja sejak awal tahun 1960 hingga akhir tahun 1970 dan pertengahan tahun 1980. Peningkatan terbesar muncul pada pra-remaja putra dan remaja putri. Prevalensi obesitas di Amerika Serikat saat ini kira-kira 25-40% pada pra-remaja serta 20-30% pada remaja (Rudolph, 2006).

Insidens obesitas pada masa anak berhubungan kuat dengan variabel keluarga, termasuk obesitas orang tua, status sosio-ekonomi yang lebih tinggi, bertambahnya pendidikan orangtua, ukuran keluarga kecil dan pola inaktivitas keluarga. Anak dari orangtua dengan tingkat aktivitas tinggi cenderung lebih langsing daripada sebayanya. Bertambahanya jumlah waktu yang digunakan untuk melihat televisi tampak berkorelasi dengan kenaikan insidens obesitas masa anak dan dapat berkaitan tidak hanya dengan sifat tidak bergerak tetapi juga mempengaruhi konsumsi makanan akibat iklan produk-produk makanan (Nelson, 2012)

(36)

2.1.3. Faktor – Faktor Penyebab Obesitas

Penyebab obesitas menurut Marley (1982) yang dikutip oleh Amanta (2009) antara lain :

1. Asupan kalori yang lebih besar daripada kebutuhan

Pertambahan berat badan dapat dilakukan dengan mengonsumsi lebih banyak kalori, tetapi hanya sedikit energi yang dikeluarkan.

2. Kurang aktifitas

Aktifitas berkurang seiring bertambahnya umur. 3. Hereditas

Sebagian besar kasus obesitas, faktor hereditas lebih berperan. Obesitas terjadi dalam satu keluarga, apabila konsumsi dan kebiasaan olahraga yang sama pada anggota keluarga. Disamping itu, anak-anak dari keluarga yang kedua orangtuanya overweight mempunyai resiko lebih tinggi menjadi obese pada saat dewasa.

4. Faktor sosial ekonomi

Peningkatan standar hidup dan banyaknya waktu luang mendorong peningkatan konsumsi makanan termasuk pemilihan makanan yang lezat dan tinggi kalori. 5. Faktor psikologis

Pada orang dewasa, kejadian obesitas antara lain karena ingin mendapatkan pengakuan tentang status sosial, misalnya dengan mengikuti pesta-pesta yang menyediakan snack dan minuman yang berlebihan.

Selain kelima faktor diatas pemakaian obat-obatan dapat menyebabkan obesitas karena efek samping berupa meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi ( Ariella, 2009).

(37)

dengan anak yang tidak menderita obesitas dalam hal metabolisme istirahat atau respon metabolik terhadap makanan (Rudolph, 2006).

Menurut Sherwood (2011) mengatakan bahwa, makanan yang dimakan sebelum tidur lebih besar kemungkinannya akan disimpan sebagai cadangan makanan atau biasa disebut glikogen. Dalam hal ini, makanan yang dimakan sebelum tidur lebih menyebabkan seseorang menjadi gemuk jika dibandingkan dengan makanan yang dimakan lebih awal.

Saat ini kontribusi genetik terhadap obesitas semakin mendapatkan perhatian, dari data yang telah didapati genetik menyumbang 25% untuk menyebabkan terjadinya obesitas sedangkan 75% dipengaruhi oleh non-genetik. Genetik tampaknya memainkan peranan utama yang membuat seseorang rentan terhadap obesitas, namun pengaruh lingkungan dan perilaku menentukan cara genetik yang rentan tersebut dinyatakan (Rudolph, 2006).

2.1.4. Cara Menentukan Obesitas

2.1.4.1.Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) didefinisikan sebagai berat badan/ tinggi badan kuadrat (dalam kilogram per meter persegi), merupakan indeks yang paling berguna dan digunakan untuk skrining populasi remaja obesitas karena indeks ini berkorelasi secara bermakna dengan lemak subkutan maupun lemak tubuh total pada remaja, terutama mereka yang dengan proporsi lemak tubuh terbesar. Lagipula kenaikan IMT berkorelasi dengan tekanan darah, kadar lipid darah, dan kadar lipoprotein pada remaja dan meramal kenaikan IMT, kadar lipid, dan tekanan darah pada orang dewasa muda. Pada orang dewasa muda kenaikan IMT adalah prediktif untuk morbiditas dan mortalitas akibat obesitas orang dewasa ( Nelson, 2012).

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :

Berat Badan (kg) IMT =

(38)
[image:38.595.116.516.146.240.2]

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Kategori IMT (kg/m2)

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0

Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0- 18,5

Normal Normal >18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0

Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 (Sumber: depkes)

Tabel 2.2 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Kriteria Asia Pasifik

Klasifikasi IMT

Berat badan kurang <18,5

Kisaran normal 18,5 – 22,9

Berat bada lebih >23,0

Beresiko 23,0 – 24,0

Obesitas I 25,0 – 29,9

Obesitas II >30,0

(Sumber : Sugondo. 2006)

[image:38.595.116.508.305.415.2]
(39)
[image:39.595.149.482.154.620.2]

Gambar 2.1 Grafik IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 untuk Anak Laki-laki Usia 2 – 20 Tahun

(40)
[image:40.595.147.502.166.637.2]

Gambar 2.2 Grafik IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 untuk Anak Perempuan Usia 2 – 20 Tahun

(41)

2.1.4.2.Berdasarkan Lingkar Pinggang

Metode lain untuk pengukuran antropometri tubuh selain IMT adalah dengan cara mengukur lingkar pinggang. IDF (Internasional Diabetes Federation) mengeluarkan kriteria ukuran lingkar pinggang berdasarkan etnis

[image:41.595.114.512.262.479.2]

dapat dilihat di tabel 2.3. (Alberti, 2005).

Tabel 2.3. Kriteria Ukuran Lingkar Pinggang Berdasarkan Etnis

Negara / grup etnis Lingkar pinggang (cm) pada obesitas

Eropa Pria > 94

Wanita >80

Asia selatan

Populasi China, Melayu, dan Asia- India

Pria > 90 Wanita > 80

Jepang Pria > 85

Wanita > 90

Amerika Tengah Gunakan rekomendasi Asia Selatan hingga tersedia data spesifik

Sub-Sahara Afrika Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

Timur Tengah Gunakan rekomendasi Eropa hingga tersedia data spesifik

(Sumber :Alberti, 2005)

2.1.4.3.Berdasarkan Lingkar Pinggang Panggul (RLPP)

Salah satu metode pengukuran tingkat obesitas dan overweight adalah dengan menggunakan antropometri yaitu perbandingan Rasio Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul (RLPP). Seseorang dikatakan overweight jika hasil RLPP lebih dari 0,9 sedangkan seseorang dikatakan obesitas jika RLPP kurang dari 0,8 (Indika, 2010).

2.1.4.4.Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi wanita usia subur umur 15–45 tahun dan ibu hamil yang menderita Kurang Energi Kronis (KEK) (Riskesdas, 2007).

Sasaran : wanita usia subur umur 15–45 tahun dan ibu hamil.

(42)

2.1.4.5.Berdasarkan Lingkar Leher

Lingkar leher dapat menjadi metode pengukuran yang mudah dan murah untuk skrining individu dengan obesitas (Liubov et al., 2001). Lingkar leher sebagai indeks untuk obesitas tubuh bagian atas merupakan salah satu prediktor terjadinya penyakit kardiovaskuler (Sjostrom et al., 2001).

Lingkar leher ≥37 cm untuk laki-laki dan ≥34 cm untuk wanita merupakan cutt of point yang paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan IMT ≥25

kg/m2, lingkar leher ≥39,5 cm untuk laki-laki dan ≥36,5 cm untuk wanita adalah cutt of point paling tepat untuk mengidentifikasi individu dengan obesitas (IMT

≥30 kg/m2

). Berdasarkan validasi yang dilakukan pada kelompok yang berbeda, sebagai salah satu metode skrining obesitas lingkar leher memiliki sensitivitas 98%, spesifitas 89%, akurasi 94% untuk laki-laki dan 99% untuk perempuan (Liubov et al., 2001).

2.1.5. Komplikasi Obesitas.

Komplikasi obesitas menurut World Health Organization (2015), yaitu:

1.Penyakit kardiovaskuler (terutama penyakit jantung dan stroke) yang merupakan penyebab utama kematian pada tahun 2012.

2. Diabetes.

3. Gangguan muskuloskeletal (terutama osteoartritis).

4. Beberapa jenis kanker endometrium, payudara, dan usus besar.

Anak obesitas dikaitkan dengan kesempatan yang lebih tinggi untuk terkena obesitas, kematian dini dan kecacatan di masa dewasa. Di samping peningkatan risiko di masa depan, anak-anak obesitas juga mengalami kesulitan bernapas, peningkatan resiko patah tulang, hipertensi, tanda awal penyakit kardiovaskular, resistensi insulin dan efek psikologis (WHO, 2015).

Obesitas juga dapat mengganggu psikologis seorang anak yang dapat menimbulkan:

(43)

2. Menjadi bahan ejekan teman-temannya.

3.Gangguan suasana hati seperti kecemasan terus-menerus, depresi, mudah tersinggung, marah dan dapat menyakiti diri sendiri.

4.Perilaku berisiko (misalnya, aktivitas seksual, alkohol, penggunaan narkoba, dan kenakalan) (Rojas dan Storch, 2010).

2.2. Menstruasi

2.2.1. Definisi menstruasi

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, yaitu peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari awitan menstruasi sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003).

2.2.2. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi dibagi menjadi siklus ovarium dan siklus endometrium. Di ovarium terdapat tiga fase, yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase luteal. Di endometrium juga dibagi menjadi tiga fase yang terdiri dari fase menstruasi, fase proliferasi dan fase ekskresi (Ganong, 2003).

(44)

Siklus menstruasi dipengaruhi oleh mekanisme neuroendokrin yang kompleks. Suatu hormon pelepas, gonadotropin-releasing hormone (GnRH), sudah dikenali berperan terhadap pelepasan gonadotropin, follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). GnRH dihasilkan di hipotalamus

dan dihantarkan ke hipofisis anterior melalui sistem vaskular periportal. (Benson & Pernoll, 2008)

Siklus menstruasi normal diatur secara cermat oleh sekresi gonadotropin dari hipofisis anterior ke sirkulasi sistemik. Dengan onset setiap siklus, folikel yang siap untuk pematangan dirangsang berkembang oleh FSH. Satu folikel (jarang lebih) melampaui yang lainnya untuk membentuk folikel de graaf. Kemudian folikel yang tersisa akan mengalami regresi. Sementara itu estrogen dihasilkan oleh sel lutein teka pada folikel. Estrogen ovarium yang utama adalah estron (E1), estradiol (E2), dan sejumlah kecil estriol (E3) (Benson & Pernoll, 2008).

(45)
[image:45.595.115.421.112.324.2]

Gambar 2.3 Siklus mestruasi

(Sumber: Benson dan Pernoll, 2008)

Benson dan Pernoll (2008) mengemukakan siklus endometrium terdiri dari 4 fase , yaitu :

1. Fase Proliferatif

Fase proliferatif (estrogenik) mempunyai durasi yang sangat bervariasi tetapi biasanya konsisten untuk setiap individu. Biasanya sekitar 14 hari pada siklus 28 hari.

[image:45.595.117.499.509.705.2]
(46)

Fase proliferatif dini dimulai pada kira-kira hari keempat atau kelima siklus, tepat sebelum akhir menstruasi dan berlangsung selama 2-3 hari. Akhir fase ini bertepatan dengan kira-kira hari ketujuh siklus klasik. Epitel permukaan diperbaiki tetapi tipis atau mudah rusak. Ketebalannya tergantung pada hilangnya jaringan selama perdarahan menstruasi. Kelenjar- kelenjarnya lurus. Inti sel-sel epitel berlapis-lapis palsu (pseudostratifikasi), dan sering terjadi mitosis. Sel-sel stroma menunjukkan inti yang relatif besar dengan sedikit sitoplasma. Terdapat beberapa sel fagosit.

Fase midproliferatif bertepatan dengan kira-kira hari ke 10 siklus. Fase ini hanya berbeda derajat dengan fase proliferatif dini. Permukaannya lebih teratur, kelenjarnya lebih berliku-liku dan sel kelenjar berlapis-lapis palsu. Ketebalan endometrium meningkat.

Gambar 2.5. Suhu Basal Khas dan Konsentrasi Hormon Plasma Selama Siklus Menstruasi Manusia Normal 28 Hari. M, Menstruasi; IRP-hMG, Standar Acuan Gonadotropin Internasional.

[image:46.595.172.508.369.673.2]
(47)

Fase proliferatif lanjut terjadi pada kira-kira hari ke-14 siklus rata-rata. Permukaannya berombak, sel stoma sangat padat, dan berbagai cairan ekstraseluler hilang. Ketebalan kira-kira seperti sebelum proliferasi, tetapi dengan konsentrasi sel yang lebih besar. Kelenjar semakin berliku-liku dan mengandung sekresi minimal. Tidak ada glikogen dalam cairan.

2. Fase Ovulasi

Fase ovulasi terjadi pada kira-kira hari ke-14 pada siklus 28 hari, dengan disertai ovulasi. Karena tidak ada perubahan endometrium yang cukup besar dalam 24-36 jam setelah ovulasi, endometrium pada hari ke-14 tidak dapat dibedakan dengan hari ke-15. Perubahan yang nyata tampak pada sel kelenjar pada hari ke-16 dan kemudian menunjukkan aktivitas korpus luteum dan tampaknya ovulasi.

3.Fase Sekretoris

(48)

Jika terjadi kehamilan, sekresi aktif dan edema akan menetap. Kelenjar menjadi lebih berbulu dan bergerigi. Namun, predesidua tidak segera terlihat jelas kecuali yang berada di sekitar ovum.

4. Fase Menstruasi

Selama fase menstruasi, edema endometrium dan perubahan degeneratif yang terjadi pada akhir fase sekretoris menyebabkan nekrosis jaringan. Keadaan ini tersebar secara tidak merata di seluruh lapisan endometrium kecuali lapisan basal. Nekrosis menyebabkan pembuluh darah robek, menghasilkan perdarahan-perdarahan kecil yang tersebar. Perdarahan ini membesar dan bersatu membentuk hematoma yang menyebar, yang nantinya akan menyebabkan pemisahan endometrium dan semakin robeknya pembuluh darah kecil. Lepasnya fragmen-fragmen jaringan biasanya diawali dengan bercak-bercak sekitar 12 jam setelah dimulainya perdarahan pada siklus ovulatoir. Yang menarik, seluruh isi ruang endometrium terpisah sebagai apa yang disebut dismenore membranosa.

Diperkirakan sekitar dua pertiga endometrium hilang setiap menstruasi ovulatoir. Pada saat aliran cepat ini berhenti, penyusutan jaringan dan pemisahan telah terjadi pada bagian yang lebih besar dari permukaan kavum uteri.

Setelah menstruasi berlangsung selama 4-7 hari, perdarahan perlahan-lahan berkurang. Perdarahan regional berkurang akibat konstriksi dan trombosis sisa arteriola spiralis yang tidak rusak, sehingga bercak perdarahan akhirnya berhenti.

(49)

2.2.3. Rata-rata Usia Awitan Menstruasi

Rata-rata usia awitan menstruasi pada umumnya adalah 12,4 tahun. Awitan menstruasi dapat terjadi lebih awal pada usia 9-10 tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun (Brown, 2002). Menurut hasil Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa berdasarkan laporan responden yang sudah mengalami menstruasi, rata-rata usia awitan menstruasi di Indonesia adalah 13 tahun (20,0%) dengan kejadian lebih awal pada usia kurang dari 9 tahun dan ada yang lebih lambat sampai 20 tahun serta 7,9 persen tidak menjawab/lupa. Terdapat 7,8 persen yang melaporkan belum menstruasi.

2. 3. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi

Teori yang dikenal sejak tahun 1990an ini menyatakan bahwa persentase tertentu lemak tubuh dibutuhkan untuk memicu awitan menstruasi, karena jaringan lemak subkutan juga berfungsi sebagai kelenjar hormonal sekunder mempengaruhi sintesis dan pengeluaran estrogen, serta memicu awitan menstruasi (Delemarre, 2005).

Faktor neuroendokrin yang berperan adalah leptin. Kadarnya dalam serum berhubungan sangat erat dengan IMT dan massa lemak (Kaplowitz PB et al., 2001). Leptin diproduksi di jaringan adiposa untuk mengatur pusat lapar dan kenyang di hipotalamus. Kerjanya menyebabkan berkurang nafsu makan dan meningkatkan simpanan energi di jaringan (Garcia-Mayor, RV., et.al, 1997).

(50)

Leptin yang ditemukan oleh Zang tahun 1994 merupakan protein homon atau polipetida 16-kDa yang terdiri dari 146 asam amino dan dihasilkan oleh sel lemak. Leptin diduga berperan sebagai mediator atau perantara jaringan lemak dengan sumbu hipotalamus-hipofise-gonad yang memberikan sinyal kepada sentral untuk dimulainya peningkatan sekresi GnRH sebagai awal dimulainya awitan pubertas. Remaja obes akan mempunyai kadar leptin serum yang lebih tinggi dan berhubungan dengan pematangan reproduksi (pubertas) dan awitan menstruasi yang lebih dini juga (Butler, 2000, dalam Hendri, 2012).

Terdapat peningkatan kadar leptin serum dari periode anak sampai prepubertas yang paralel dengan pertambahan usia dan berat badan kemudian relatif menetap pada midpubertas dan kembali meningkat pada late pubertas (siklus ovulatorik). Dengan demikian leptin berperan sebagai pintu gerbang dimulainya onset pubertas dan awitan menstruasi (gueorquiev, 2000, dalam Hendri, 2012).

Secara garis besar hubungan obesitas dengan awitan menstruasi dapat dilihat dari konsep dibawah ini.

menghasilkan

[image:50.595.228.377.466.704.2]

Gambar 2.6 Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi OBESITAS

KANDUNGAN LEMAK ↑

LEPTIN ↑

LET

↑ SEKSRESI GnRH

AWAL DIMULAINYA

AWITAN MENSTURASI

(51)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengertian obesitas menurut WHO (World Health Organization) (2015) merupakan akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan, sedangkan menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) (2015) mendefinisikan obesitas sebagai kelebihan berat badan di atas

persentil ke-95 dengan proporsi lemak tubuh yang lebih besar dibandingkan komponen lainnya.

Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2011).

Sejak 1980, obesitas di seluruh dunia meningkat menjadi dua kali lipat. Secara nasional masalah obesitas pada anak usia 5-12 tahun masih tergolong tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari overweight 10,8 persen dan obesitas 8,8 persen. Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi obesitas diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta (Riskesdas, 2013).

(52)

Menstruasi adalah suatu keadaan fisiologis atau normal, yaitu peristiwa pengeluaran darah, lendir dan sisa-sisa sel secara berkala yang berasal dari mukosa uterus dan terjadi relatif teratur mulai dari awitan menstruasi sampai menopause, kecuali pada masa hamil dan laktasi. Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari masih dianggap fisiologis (Ganong, 2003).

Usia awitan menstruasi merupakan menstruasi pertama pada perempuan. Ini merupakan tanda bahwa organ reproduksi telah aktif. Usia awitan menstruasi sekarang berkisar antara 11-13 tahun namun rata-rata usia awitan cenderung lebih muda daripada beberapa dekade yang lalu. Pada abad yang lalu, usia awitan menstruasi mengalami penurunan secara bertahap terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Diperkirakan usia awitan dipengaruhi oleh genetika, gizi, lingkungan, dan status ekonomi. Dalam beberapa tahun terakhir, usia awitan menstruasi mengalami penurunan pada negara berkembang (Olivia et al., 2012).

Diketahui 37,5 persen perempuan mengawali usia awitan menstruasi pada umur 13-14 tahun, dijumpai 0,1 perempuan dengan umur awitan menstruasi 6-8 tahun, dan dijumpai juga sebayak 19,8 persen perempuan baru mendapat menstruasi pertama pada usia 15-16 tahun, dan 4,5 persen pada usia 17 tahun ke atas (Riskesdas, 2010).

Leptin yang ditemukan oleh Zang tahun 1994 merupakan protein homon atau polipetida 16-kDa yang terdiri dari 146 asam amino dan dihasilkan oleh sel lemak. Leptin diduga berperan sebagai mediator atau perantara jaringan lemak dengan sumbu hipotalamus-hipofise-gonad yang memberikan sinyal kepada sentral untuk dimulainya peningkatan sekresi GnRH sebagai awal dimulainya awitan pubertas. Remaja obes akan mempunyai kadar leptin serum yang lebih tinggi yang membuat usia awitan menstruasi menjadi lebih dini (Butler, 2000, dalam Hendri, 2012).

(53)

berlebih) usia awitan menstruasi 11-12 tahun dan dengan IMT persentil 5 – 85 (berat badan normal) usia awitan menstruasi 11-12 tahun (Olivia et al., 2012).

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi-siswi SMPN 1 Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi-siswi SMPN 1 Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran rata-rata obesitas pada siswi SMPN 1 Medan.

2. Untuk mengetahui gambaran rata-rata usia awitan menstruasi siswi SMPN 1 Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi pembaca khususnya remaja putri dan peneliti mengenai hubungan obesitas terhadap usia awitan menstruasi.

(54)

ABSTRAK

Latar belakang: Semakin banyak lemak pada tubuh seorang perempuan

memungkinkan semakin besarnya androgen menjadi estrogen yang kemudian memicu terjadinya awitan mestruasi lebih cepat.

Metode: Telah dilakukan penelitian dengan studi observasional dengan

pengamatan potong lintang untuk menilai hubungan antara obesitas dengan usia awitan menstruasi. Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling dan analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Chi-square .

Hasil: Sebanyak 31 responden (44,3%) mengalami usia awitan menstruasi cepat

dan terdapat 39 responden (55,7%) mengalami usia awitan menstruasi normal dengan rata-rata usia awitan menstruasi 11,3 tahun. Sedangkan dari hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) terdapat 41 responden (58,6%) dengan IMT normal dan terdapat 29 responden (41,4%) dengan IMT obesitas.

Kesimpulan: Dari uji chi-square didapati bahwa terdapat hubungan antara

obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi SMPN 1 Medan (p < 0,05).

(55)

ABSTRACT

Background : The Obesity in a woman’s body may cause more androgen to

become estrogen that stimulate an accelerated onset of menstruation.

Method : This study were observational using cross-sectional method to evaluate

the relationship between obesity and onset of menstruation. Total sampling

method was used as the sampling method and The Statistic Analysis that is used

for the hipothesis test is Chi-Square Test.

Result : As many as 31 respondent (44,3%) found with accelerated onset of

mentruation and 39 respondent (55,7%) found with normal onset of menstruation,

with 11,3 years mean onset of menstruation. While from the measurement of Body

Mass Index (BMI) there were 41 respondents (58.6%) with normal BMI and there

were 29 respondents (41.4%) with BMI obesity.

Conclusion : From the chi-square test found that there is a relationship between

obesity and onset of menstruation at SMPN 1 Medan (p <0,05).

(56)

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN USIA AWITAN MENSTRUASI

PADA SISWI SMPN 1 MEDAN

Oleh :

NISRINA KHAIRUNNISA

120100238

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(57)

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN USIA AWITAN MENSTRUASI

PADA SISWI SMPN 1 MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

NISRINA KHAIRUNNISA

120100238

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(58)
(59)

ABSTRAK

Latar belakang: Semakin banyak lemak pada tubuh seorang perempuan

memungkinkan semakin besarnya androgen menjadi estrogen yang kemudian memicu terjadinya awitan mestruasi lebih cepat.

Metode: Telah dilakukan penelitian dengan studi observasional dengan

pengamatan potong lintang untuk menilai hubungan antara obesitas dengan usia awitan menstruasi. Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling dan analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Chi-square .

Hasil: Sebanyak 31 responden (44,3%) mengalami usia awitan menstruasi cepat

dan terdapat 39 responden (55,7%) mengalami usia awitan menstruasi normal dengan rata-rata usia awitan menstruasi 11,3 tahun. Sedangkan dari hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) terdapat 41 responden (58,6%) dengan IMT normal dan terdapat 29 responden (41,4%) dengan IMT obesitas.

Kesimpulan: Dari uji chi-square didapati bahwa terdapat hubungan antara

obesitas dengan usia awitan menstruasi pada siswi SMPN 1 Medan (p < 0,05).

(60)

ABSTRACT

Background : The Obesity in a woman’s body may cause more androgen to

become estrogen that stimulate an accelerated onset of menstruation.

Method : This study were observational using cross-sectional method to evaluate

the relationship between obesity and onset of menstruation. Total sampling

method was used as the sampling method and The Statistic Analysis that is used

for the hipothesis test is Chi-Square Test.

Result : As many as 31 respondent (44,3%) found with accelerated onset of

mentruation and 39 respondent (55,7%) found with normal onset of menstruation,

with 11,3 years mean onset of menstruation. While from the measurement of Body

Mass Index (BMI) there were 41 respondents (58.6%) with normal BMI and there

were 29 respondents (41.4%) with BMI obesity.

Conclusion : From the chi-square test found that there is a relationship between

obesity and onset of menstruation at SMPN 1 Medan (p <0,05).

(61)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul “Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi pada Siswi SMPN 1 Medan”

Dalam proses penulisan karya tulis ilmiah ini, saya mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD., KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Rita Evalina Sp.A (K) selaku dosen pembimbing yang telah memberi arahan, ilmu, dan waktu yang telah diluangkan untuk membimbing penulis.

3. Orang tua peneliti, Hasan Basri, S.E dan Enny Hastati Yuliani yang telah memberi dukungan baik secara moral maupun material dan keluarga besar yang telah banyak memberikan motivasi kepada peneliti.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama masa pendidikan. 5. Teman-teman peneliti lainnya yang telah banyak memberi saran dan bantuan kepada peneliti selama penyusunan proposal penelitian

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, akibat keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu, semua kritik dan saran akan menjadi sumbangan yang berarti guna penyempurnakan penelitian ini.

(62)

Medan, 07 Desember 2015 Peneliti,

(63)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1. 1. Latar Belakang ... ... 1

1. 2. Rumusan Masalah ... 3

1. 3. Tujuan Penelitian ... 3

1. 3. 1. Tujuan Umum ... 3

1. 3. 2. Tujuan Khusus ... 3

1. 4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2. 1. Obesitas ... 4

2. 1. 1. Definisi Obesitas ... 4

2. 1. 2. Epidemiologi Obesitas ... 4

2. 1. 3. Faktor-faktor Penyebab Obesitas ... 5

2. 1. 4. Cara Menentukan Obesitas ... 6

2. 1. 4. 1. Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 6

2. 1. 4. 2. Berdasarkan Lingkar Pinggang ... 10

2. 1. 4. 3. Berdasarkan Lingkar Pinggang pinggul ... 10

2. 1. 4. 4. Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA) ... 10

2. 1. 4. 5. Berdasarkan Lingkar Leher ... 11

2. 1. 5. Komplikasi Obesitas ... 11

2. 2. Menstruasi ... 12

2. 2. 1. Definisi Menstruasi ... 12

2. 2. 2. Sikluk Menstruasi ... 12

(64)

2. 3. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 20

3. 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3. 2. Definisi Operasional dan Variabel ... 20

3. 3. Hipotesis ... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 22

4. 1. Jenis Penelitian ... 22

4. 2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

. 4. 2. 1. Waktu Penelitian ... 22

4. 2. 2. Tempat Penelitian ... 22

4. 3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 22

4. 3. 1. Populasi Peneliatian ... 22

4. 3. 2. Sampel Penelitian... 22

4. 4. Teknik Pengumpulan Data ... 23

4. 4. 1. Teknik Pengambilan Data ... 23

4. 4. 2. Alat dan Bahan Penelitian ... 23

4. 4. 3. Cara Kerja ... 23

4. 4. 3. 1. Menentukan Indeks Massa Tubuh ... 23

4. 4. 3. 2. Menentukan Usia Awitan Menstruasi ... 24

4. 5. Pengolahan dan Analisis Data ... 24

4. 5. 1. Pengelolaan Data ... 24

4. 5. 2. Analisa Data ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ... 26

5. 1. Hasil Penelitian ... 26

5. 1. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5. 1. 2. Deskripsi Karakteristik Responden... 26

5. 1. 3. Indeks Massa Tubuh (IMT) ... 28

5. 1. 4. Usia Awitan Menstruasi ... 29

5. 1. 5. Hubungan Obesitas dengan Usia Awitan Menstruasi ... 30

5. 2. Pembahasan ... 30

. 5. 2. 1. Obesitas Berdasarkan Indeks Massa Tubuh ... 30

5. 2. 2. Usia Awitan Menstruasi ... 31

(65)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 34

6. 1. Kesimpulan ... 34

6. 2. Saran ... 34

(66)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2. 1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarkan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia...7

2. 2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarkan Kriteria Asia Pasifik...7

2. 3. Kriteria Ukuran Lingkar Pinggang Berdasarkan Etnis ...10

5. 1. Karakteristik Responden ... ...26

5. 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur...27

5. 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan...27

5. 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan...28

5. 5. Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)...29

5. 6. Gambaran Usia Awitan Menstruasi...29

5. 7. Gambaran Kategorik Usia Awitan Menstruasi...30

(67)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 2. 1. Grafik IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 untuk

Anak Laki-laki Usia 2 – 20 Tahun...8 Gambar 2. 2. Grafik IMT Berdasarkan Usia CDC 2000 untuk

Anak Perempuan Usia 2 – 20 Tahun...9 Gambar 2. 3. Siklus Menstruasi...14 Gambar 2. 4. Siklus Menstruasi...14 Gambar 2. 5. Suhu Basal Khas dan Konsentrasi Hormon Plasma

(68)

DAFTAR SINGKATAN

CDC : Center for Disease Control

E1 : Estron

E2 : Estradiol

E3 : Estriol

FSH : Follicle-stimulating Hormone GnRH : Gonadotropin-releasing hormone IDF : Internasional Diabetes Federation IMT : Indeks Massa Tubuh

(69)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar

Tabel 5.1. Karakteristik Responden
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur Frekuensi (n) Persen (%)
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan                   Tinggi Badan Tinggi badan (cm) Frekuensi (n) Persen (100%)
Tabel 5.5. Hasil Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) Kategorik IMT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Since the introduction of UltraCam D in 2003 Vexcel Imaging has continuously developed the product portfolio of large format aerial sensors as well as terrestrial

Tugas untuk kelompoknya Riris Ardiani: Buatlah resume tentang hal apa sajakah yang terkait dengan etika, yang pernah Anda lakukan terhadap Udara sebagai unsur dari lingkungan..

AUTOMATIC ROOFTOP EXTRACTION IN STEREO IMAGERY USING DISTANCE AND BUILDING SHAPE REGULARIZED LEVEL

berdasarkan teori yang sudah Anda pelajari pada perkuliahan, sebelum dilakukan riset yang sebenarnya)6. Dikumpulkan hard copy diketik

(Lowe, 2004) presented a method for extracting distinctive invariant features Scale-invariant feature transform (SIFT) key points which is used in building detection. L., Boye

berdasarkan teori yang sudah Anda pelajari pada perkuliahan, sebelum dilakukan riset yang sebenarnya).. Dikumpulkan hard copy diketik

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antara struktur corporate governance yang diproksikan sebagai kepemelikan public, kepemilikan institusional, ukuran

Pada metode ini, evaluasi subyektif dilakukan oleh penilai terhadap prestasi kerja karyawan dengan skala tertentu dari rendah sampai tinggi.. Evaluasi