• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1 Per kembangan Industri Manufaktur

Perkembangan industri manufaktur tidak terlepas dari peran industri kecil dan menengah. Industri kecil dan menengah memberikan kontribusi penting kepada pertumbuhan ekonomi, terutama perluasan kesempatan kerja. Jumlah industri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan lebih dari 3,0 juta unit. Potensi ekspornya juga cukup besar walaupun kontribusinya masih rendah. Dari data yang tersedia, peranan ekspor industri kecil dan menengah tahun 2003 baru mencapai 10,0 persen dari total ekspor non migas

Di tahun 2013 ini, banyak pihak yang lebih merasa optimistis dengan perkembangan industri manufaktur dunia. Selain kondisi perekonomian amerika dan eropa yang makin membaik, sektor industri manufaktur di negara berkembang juga semakin pesat perkembangannya. Dengan begitu walaupun masih ada bayang-bayang krisis ekonomi global, diharapkan industri manufaktur dunia lebih kreatif dalam mengatasi permasalahan ini.

Sementara di Indonesia ini, prospek perkembangan industri manufaktur begitu pesat. Optimisme itu merujuk pada krisis moneter pada tahun 1998 yang lalu saat perekonomian Indonesia hancur lebur. Namun Indonesia ternyata mampu bangkit dan pada tahun 2011 yang lalu pertumbuhan PDB bahkan mencapai 6.2%.

48

Pada tahun 2012, pertumbuhan sektor industri manufaktur khusus sektor nonmigas secara kumulatif mencapai 6.5%. Bahkan pada kuartal II tahun 2012 pertumbuhan mencapai angka 7.27%. Hal itu membawa angina segar bagi sektor industri manufaktur di Indonesia. Namun, yang perlu diingat di sini adalah tantangan untuk thun 2013 ini lebih berat ke depannya. Salah satu faktor yang paling memicu adalah kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) sebesar 15% yang itu akan berpengaruh pada daya saing industri baik di sektor domestic maupun pasar ekspor.

Tantangan berat lain yang harus dihadapi oleh Indonesia adalah

“ASEAN-China Free Trade Area” yang telah diberlakukan semenjak Januari 2010 yang lalu. Hal itu menyebabkan berbagai produk manufaktur dari china memasuki pasar Indonesia dengan deras. Berbagai produk elektronik yang berharga murah pun menggerogoti pangsa pasar produk lokal Indonesia. Demikian juga produk lainnya, seperti besi, baja, tekstil, dan barang-barang hasil industri lainnya.

Melemahnya permintaan impor dari negara Eropa dan Amerika Serikat yang masih mengalami masalah ekonomi, juga menyebabkan china melakukan ekspansi besar-besaran ke seluruh negara Asia termasuk Indonesia. Walaupun tidak semua sektor industri manufaktur yang mengalami ancaman dari China, namun ini tetap saja harus menjadi perhatian serius.

Dewasa ini industri popok bayi tersebut memiliki pasar lebih dari Rp5 triliun. Bahkan, Procter and Gamble melakukan investasi pembangunan pabrik baru senilai USD1 miliar. Jika ini belum termasuk dalam sektor industri yang dihitung,bisa dibayangkan berapa besar yang berada di luar coverage sektor

49

industri manufaktur kita. Itulah sebabnya maka saya yakin yang terjadi saat ini adalah industry led growth, yaitu pertumbuhan ekonomi kita, justru dipimpin oleh sektor industri manufaktur.

4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1. Pertumbuhan Perusahaan (X1)

Seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama, (Sugihen, 2003). Berikut data pertumbuhan perusahaan maufaktur tahun 2009-2011:

50

Tabel 4.1 Pertumbuhan Perusahaan Tahun 2009-2011

No Per usahaan Tahun (% ) Total

2009 2010 2011

1 Bumi Resources Tbk. 20.01 12.67 -15.17 17.51

2 Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] -2.98 23.85 23.48 44.35 3 Asahimas Flat Glass Tbk. [S] -1.04 20.29 13.40 32.65 4 Astra International Tbk. [S] 10.15 26.89 36.03 73.07

5 Astra Otoparts Tbk. [S] 16.67 20.26 24.68 61.61

6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 3.30 21.85 35.74 60.89 7 Darya-Varia Laboratoria Tbk. [S] 22.89 9.00 8.69 40.58

8 Delta Djakarta Tbk. 8.90 -6.82 -1.75 0.33

9 Ekadharma International Tbk. [S] 17.30 23.83 16.20 57.33

10 Fajar Surya Wisesa Tbk. -1.27 22.44 9.81 30.98

11 Gajah Tunggal Tbk. 0.00 19.03 11.40 30.43

12 Goodyear Indonesia Tbk. 10.30 1.66 3.47 15.43

13 Gudang Garam Tbk. 13.12 12.89 27.15 53.16

14 HM Sampoerna Tbk. 9.81 15.85 -5.60 20.06

15 Indo Kordsa Tbk. [S] -19.32 10.60 11.21 2.49

16 Indo Tambangraya Megah Tbk. [S] 5.46 -13.47 46.31 38.30 17 Indocement Tunggal Prakasa Tbk. [S] 17.63 15.59 18.28 51.50 18 Indofood Sukses Makmur Tbk. [S] 1.99 17.07 13.35 32.41 19 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. 12.73 14.99 18.43 46.15

20 Kalbe Farma Tbk. [S] 13.65 8.49 17.66 39.80

21 Kimia Farma Tbk. [S] 8.09 6.06 8.26 22.41

22 Lion Metal Works Tbk. [S] 7.20 11.99 20.37 39.56

23 Lionmesh Prima Tbk. [S] 17.49 7.37 25.34 50.20

24 Mandom Indonesia Tbk. [S] 9.20 5.29 7.99 22.48

25 Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.00 20.79 7.36 28.15 26 Multistrada Arah Sarana Tbk. 6.60 19.81 55.88 82.29

27 Mustika Ratu Tbk. [S] 3.06 5.67 9.35 18.08

28 Radiant Utama Interinsco Tbk. -8.90 5.59 65.71 62.40 29 Resource Alam Indonesia Tbk. [S] 21.22 93.17 85.47 199.86 30 Selamat Sempurna Tbk. [S] 1.28 13.32 6.54 21.14 31 Semen Gresik (Persero) Tbk. [S] 22.15 20.17 26.34 68.66

32 Sucaco Tbk. [S] -7.46 11.01 25.74 29.29

33 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. [S] 32.29 7.97 31.92 72.18 34 Tembaga Mulia Semanan Tbk. -15.11 24.39 18.23 27.51 35 Tempo Scan Pacific Tbk. [S] 9.98 10.01 18.41 38.40 36 Unilever Indonesia Tbk. [S] 15.07 16.25 20.47 51.79

Mean 7.82 15.44 20.73 43.98

51

Pertumbuhan perusahaan manufaktur pada tahun 2009-2011 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya total asset pada tahun tersebut.Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan labanya daripada membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham.

4.2.2 Struktur Modal (X2)

Pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur finansialnya. Berikut data struktur modal perusahaan manufaktur tahun 2009-2011:

52

Tabel 4.2: Data Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011

No Per usahaan Tahun (% ) Total

2009 2010 2011

1 Bumi Resources Tbk. 3.95 4.06 5.26 13.27

2 Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 0.21 0.28 0.41 0.90 3 Asahimas Flat Glass Tbk. [S] 0.29 0.29 0.25 0.83 4 Astra International Tbk. [S] 1.00 1.10 1.02 3.12

5 Astra Otoparts Tbk. [S] 0.39 0.38 0.47 1.24

6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 0.82 0.46 0.43 1.71 7 Darya-Varia Laboratoria Tbk. [S] 0.41 0.33 0.28 1.02

8 Delta Djakarta Tbk. 0.27 0.20 0.22 0.69

9 Ekadharma International Tbk. [S] 1.10 0.74 0.61 2.45

10 Fajar Surya Wisesa Tbk. 1.32 1.48 1.74 4.54

11 Gajah Tunggal Tbk. 2.32 1.94 1.61 5.87

12 Goodyear Indonesia Tbk. 1.71 1.76 1.77 5.24

13 Gudang Garam Tbk. 0.48 0.44 0.59 1.51

14 HM Sampoerna Tbk. 0.69 1.01 0.90 2.60

15 Indo Kordsa Tbk. [S] 0.23 0.26 0.38 0.87

16 Indo Tambangraya Megah Tbk. [S] 0.52 0.51 0.46 1.49 17 Indocement Tunggal Prakasa Tbk. [S] 0.24 0.17 0.15 0.56 18 Indofood Sukses Makmur Tbk. [S] 2.45 1.34 0.70 4.49 19 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. 1.76 1.14 1.18 4.08

20 Kalbe Farma Tbk. [S] 0.39 0.23 0.27 0.89

21 Kimia Farma Tbk. [S] 0.57 0.49 0.43 1.49

22 Lion Metal Works Tbk. [S] 0.19 0.17 0.21 0.57

23 Lionmesh Prima Tbk. [S] 0.83 0.67 0.71 2.21

24 Mandom Indonesia Tbk. [S] 0.13 0.10 0.11 0.34

25 Multi Bintang Indonesia Tbk. 8.44 1.41 1.30 11.15 26 Multistrada Arah Sarana Tbk. 0.74 0.87 1.68 3.29

27 Mustika Ratu Tbk. [S] 0.16 0.14 0.18 0.48

28 Radiant Utama Interinsco Tbk. 1.67 1.78 3.65 7.10 29 Resource Alam Indonesia Tbk. [S] 0.81 0.72 0.49 2.02

30 Selamat Sempurna Tbk. [S] 0.80 0.96 0.70 2.46

31 Semen Gresik (Persero) Tbk. [S] 0.26 0.29 0.35 0.90

32 Sucaco Tbk. [S] 1.77 1.72 1.80 5.29

33 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. [S] 0.40 0.36 0.41 1.17 34 Tembaga Mulia Semanan Tbk. 6.72 9.38 9.57 25.67 35 Tempo Scan Pacific Tbk. [S] 0.34 0.36 0.40 1.10 36 Unilever Indonesia Tbk. [S] 1.02 1.15 1.85 4.02

Mean 1.25 1.05 1.15 3.52

53

Dari data tersebut struktur modal perusahaan manufaktur dalam panelitian ini cenderung mengalami penurunan meskipun pada tahun 2011 meningkat, tetapi masih dibawah angka yang pernah dicapai pada tahun 2009. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memaksimumkan nilai perusahaan dan meminimumkan biaya modalnya. Dalam dunia yang nyata, struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan yang dicerminkan harga saham perusahaan apabila perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Kebijakan struktur modal dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor baik dari luar perusahaan, seperti kondisi pasar modal, tingkat bunga, stabilitas politik, maupun faktor internal seperti profitabilitas perusahaan, ukuran perusahaan, dan stabilitas deviden

4.2.3. Pr ofitabilitas (X3)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001). Berikut ini data ROA perusahaan manufaktur tahun 2009-2011:

54

Tabel 4.3 :Data Profitabilitas (ROA) Perusahaan Manufaktur Tahun 2009-2011:

No Per usahaan Tahun (% ) Total

2009 2010 2011

1 Bumi Resources Tbk. 6.99 11.39 8.12 26.50

2 Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 7.89 18.46 16.90 43.25 3 Asahimas Flat Glass Tbk. [S] 4.64 18.50 16.60 39.74 4 Astra International Tbk. [S] 18.44 18.64 16.79 53.87 5 Astra Otoparts Tbk. [S] 20.39 24.96 18.02 63.37 6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 40.39 43.24 33.62 117.25 7 Darya-Varia Laboratoria Tbk. [S] 14.56 18.02 17.92 50.50

8 Delta Djakarta Tbk. 23.41 27.23 29.43 80.07

9 Ekadharma International Tbk. [S] 13.90 16.47 14.82 45.19

10 Fajar Surya Wisesa Tbk. 10.56 8.48 3.69 22.73

11 Gajah Tunggal Tbk. 14.35 10.80 7.41 32.56

12 Goodyear Indonesia Tbk. 15.02 6.75 2.39 24.16

13 Gudang Garam Tbk. 17.73 18.32 16.92 52.97

14 HM Sampoerna Tbk. 40.72 42.62 56.31 139.65

15 Indo Kordsa Tbk. [S] 9.92 14.33 7.41 31.66

16 Indo Tambangraya Megah Tbk. [S] 38.08 25.45 46.24 109.77 17 Indocement Tunggal Prakasa Tbk. [S] 28.59 27.68 25.94 82.21 18 Indofood Sukses Makmur Tbk. [S] 10.06 11.49 11.85 33.40 19 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. 20.59 20.59 10.55 51.73

20 Kalbe Farma Tbk. [S] 22.69 25.18 24.02 71.89

21 Kimia Farma Tbk. [S] 6.38 10.78 12.93 30.09

22 Lion Metal Works Tbk. [S] 16.58 16.54 18.37 51.49 23 Lionmesh Prima Tbk. [S] 5.34 13.19 15.45 33.98 24 Mandom Indonesia Tbk. [S] 17.71 16.57 16.81 51.09 25 Multi Bintang Indonesia Tbk. 47.56 52.25 55.74 155.55 26 Multistrada Arah Sarana Tbk. 9.08 7.48 3.97 20.53

27 Mustika Ratu Tbk. [S] 7.90 8.53 8.69 25.12

28 Radiant Utama Interinsco Tbk. 5.39 3.44 1.19 10.02 29 Resource Alam Indonesia Tbk. [S] 17.71 44.94 65.63 128.28 30 Selamat Sempurna Tbk. [S] 19.74 19.19 24.59 63.52 31 Semen Gresik (Persero) Tbk. [S] 35.94 30.35 25.89 92.18

32 Sucaco Tbk. [S] 1.93 7.15 9.97 19.05

33 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. [S] 46.57 29.80 35.27 111.64 34 Tembaga Mulia Semanan Tbk. 7.19 0.33 1.93 9.45 35 Tempo Scan Pacific Tbk. [S] 14.73 17.54 17.41 49.68 36 Unilever Indonesia Tbk. [S] 56.76 52.16 53.18 162.10

Mean 18.17 19.67 20.40 60.73

55

Dapat diartikan bahwa profitabilitas perusahaan manufaktur pada tahun penelitian mengalami peningkatan. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Dengan demikian profitabilitas mutlak diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen.

4.2.4. Kebijakan Dividen (Y1)

Laba setelah pajak atau bagian dari laba setelah pajak yang diperoleh dari perusahaan dan tersedia bagi pemegang saham.Husnan,(2000), berikut data kebijakan dividen perusahaan manufaktur tahun 2009-2011:

56

Tabel 4.4 : Data Kebijakan Dividen (DPR) Perusahaan Maufaktur Tahun 2009-2011:

No Per usahaan Tahun (% ) Total

2009 2010 2011

1 Bumi Resources Tbk. 29.90 31.07 15.24 76.21

2 Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 40.06 40.07 45.09 125.22 3 Asahimas Flat Glass Tbk. [S] 25.80 10.49 10.30 46.59 4 Astra International Tbk. [S] 33.47 13.24 37.55 84.26 5 Astra Otoparts Tbk. [S] 60.03 40.00 36.62 136.65 6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 39.92 4.81 29.15 73.88 7 Darya-Varia Laboratoria Tbk. [S] 34.87 30.30 29.18 94.35 8 Delta Djakarta Tbk. 120.25 120.48 116.10 356.83 9 Ekadharma International Tbk. [S] 20.40 18.26 17.63 56.29 10 Fajar Surya Wisesa Tbk. 20.59 39.40 22.47 82.46

11 Gajah Tunggal Tbk. 5.77 5.03 3.68 14.48

12 Goodyear Indonesia Tbk. 7.62 15.40 28.65 51.67

13 Gudang Garam Tbk. 36.19 40.84 38.81 115.84

14 HM Sampoerna Tbk. 65.91 111.94 68.05 245.90

15 Indo Kordsa Tbk. [S] 78.01 41.93 40.92 160.86

16 Indo Tambangraya Megah Tbk. [S] 70.11 74.10 52.80 197.01 17 Indocement Tunggal Prakasa Tbk. [S] 30.16 30.02 29.95 90.13 18 Indofood Sukses Makmur Tbk. [S] 39.34 39.55 30.62 109.51 19 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. 1.27 78.84 23.90 104.01

20 Kalbe Farma Tbk. [S] 27.33 55.27 62.66 145.26

21 Kimia Farma Tbk. [S] 29.99 20.00 20.00 69.99

22 Lion Metal Works Tbk. [S] 19.34 26.93 29.70 75.97

23 Lionmesh Prima Tbk. [S] 12.00 6.53 8.81 27.34

24 Mandom Indonesia Tbk. [S] 51.63 52.01 53.03 156.67 25 Multi Bintang Indonesia Tbk. 99.95 0.10 0.10 100.15 26 Multistrada Arah Sarana Tbk. 3.50 3.48 8.58 15.56

27 Mustika Ratu Tbk. [S] 20.00 20.00 54.10 94.10

28 Radiant Utama Interinsco Tbk. 49.63 48.03 76.83 174.49 29 Resource Alam Indonesia Tbk. [S] 7.81 30.12 55.53 93.46 30 Selamat Sempurna Tbk. [S] 97.53 52.64 98.49 248.66 31 Semen Gresik (Persero) Tbk. [S] 55.00 50.00 49.56 154.56

32 Sucaco Tbk. [S] 33.40 30.45 31.82 95.67

33 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. [S] 45.06 60.00 60.03 165.09 34 Tembaga Mulia Semanan Tbk. 23.88 56.88 17.46 98.22 35 Tempo Scan Pacific Tbk. [S] 43.75 92.05 57.66 193.46 36 Unilever Indonesia Tbk. [S] 100.01 100.02 63.03 263.06

Mean 41.10 41.40 39.56 122.05

57

Dari data tersebut kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur dalam tahun penelitian cenderung mengalami penurunan. Pada variabel kebijakan dividen menunjukkan bahwa peningkatan presentase kebijakan dividen akan meningkatkan nilai perusahaan. Dimana pada dasarnya kebijakan adalah penentuan besarnya porsi keuntungan yang akan diberikan pada pemegang saham. 4.2.5. Nilai Perusahaan (Y2)

Variabel ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan. Berikut data nilai perusahaan manufaktur tahun 2009-2011:

58

Tabel 4.5 :Data Nilai Perusahaan (PBV) Perusahaan Maufaktur Tahun 2009-2011

No Per usahaan Tahun (% ) Total

2009 2010 2011

1 Bumi Resources Tbk. 3.39 4.33 4.24 11.96

2 Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 2.58 2.24 1.43 6.25 3 Asahimas Flat Glass Tbk. [S] 0.53 1.37 1.33 3.23 4 Astra International Tbk. [S] 3.52 4.48 3.95 11.95

5 Astra Otoparts Tbk. [S] 1.38 2.79 2.78 6.95

6 Charoen Pokphand Indonesia Tbk. [S] 2.52 6.78 5.70 15.00 7 Darya-Varia Laboratoria Tbk. [S] 1.54 2.05 1.77 5.36

8 Delta Djakarta Tbk. 1.68 3.33 3.12 8.13

9 Ekadharma International Tbk. [S] 1.01 1.34 1.49 3.84

10 Fajar Surya Wisesa Tbk. 2.50 3.93 6.02 12.45

11 Gajah Tunggal Tbk. 0.55 2.27 2.36 5.18

12 Goodyear Indonesia Tbk. 0.95 1.23 0.92 3.10

13 Gudang Garam Tbk. 2.27 3.63 4.84 10.74

14 HM Sampoerna Tbk. 4.36 12.08 167.56 184.00

15 Indo Kordsa Tbk. [S] 0.66 1.01 0.81 2.48

16 Indo Tambangraya Megah Tbk. [S] 4.84 8.86 4.46 18.16 17 Indocement Tunggal Prakasa Tbk. [S] 4.72 4.49 3.99 13.20 18 Indofood Sukses Makmur Tbk. [S] 3.07 2.55 1.28 6.90 19 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. 1.38 2.12 2.09 5.59

20 Kalbe Farma Tbk. [S] 3.06 6.14 5.30 14.50

21 Kimia Farma Tbk. [S] 0.71 0.79 1.51 3.01

22 Lion Metal Works Tbk. [S] 0.48 0.76 0.90 2.14

23 Lionmesh Prima Tbk. [S] 0.58 0.98 0.84 2.40

24 Mandom Indonesia Tbk. [S] 1.85 1.53 1.52 4.90

25 Multi Bintang Indonesia Tbk. 35.45 12.29 14.26 62.00 26 Multistrada Arah Sarana Tbk. 0.86 1.24 1.73 3.83

27 Mustika Ratu Tbk. [S] 0.53 0.82 0.60 1.95

28 Radiant Utama Interinsco Tbk. 0.67 0.72 0.80 2.19 29 Resource Alam Indonesia Tbk. [S] 3.65 12.06 9.82 25.53

30 Selamat Sempurna Tbk. [S] 2.17 2.97 2.92 8.06

31 Semen Gresik (Persero) Tbk. [S] 4.39 4.67 4.65 13.71

32 Sucaco Tbk. [S] 0.72 0.95 1.24 2.91

33 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. [S] 6.97 8.31 4.90 20.18 34 Tembaga Mulia Semanan Tbk. 0.46 1.38 0.78 2.62 35 Tempo Scan Pacific Tbk. [S] 1.36 2.95 3.77 8.08 36 Unilever Indonesia Tbk. [S] 22.77 31.12 38.97 92.86

Mean 3.22 3.77 8.37 16.82

59

Dari data diatas nilai perusahaan manufaktur pada tahun penelitian cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa nila rata-rata nilai perusahaan manufaktur tahu 2009-2011 menujukkan trend yang positif artinya bahwa harga saham yang merupakan cermian nilai perusahaan mengalami peningkatan.

4.3. Uji Normalitas

Menurut Gujarati (1995 : 66-67) bahwa dalam regresi OLS (Ordinary Least Square) asumsi normalitas diberlakukan pada ui (residual). Dalam regresi OLS (Ordinary Least Square) b0, b1, b2, b3 dan b4 adalah fungsi linier dari Y dan Y adalah fungsi linier dari ui (residual). Berikut ini hasil dari uji normalitas pada residual :

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas

On e- Sa m p l e K o l m o g o r o v - Sm i r n o v Test

Pert um b St ruk.Modal Profit ab Dividen Nilai Perush

N 90 90 90 90 90 Norm al Param et ersa ,b Mean .131274 .750111 17.772444 38.4552 2.5153 St d. Deviat ion .105838 5 .6732038 10.0967697 25.92394 1.76026 Most Ext rem e Differences Absolute .063 .195 .155 .118 .155 Posit ive .058 .195 .155 .118 .155 Negat ive - .063 - .167 - .058 - .078 - .124

Kolm ogorov- Sm irnov Z .596 1.848 1.467 1.116 1.467

Asym p. Sig. ( 2- tailed) .869 .002 .027 .165 .027

a. Test dist ribut ion is Norm al. b. Calculated from dat a.

60

Berdasarkan tabel di atas bahwa uji Kolmogorov-Smirnov dengan

Lilliefors Significance Correction menunjukkan bahwa semua variable yang diteliti memiliki distribusi yang tidak normal (nilai signifikansi < 0,05).

Salah satu metode untuk membuat data berdistribusi normal adalah dengan uji outlier. (Ghozali, 2006: 33-39). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Uji Kualitas Data

Resi d u a ls St a t ist i csa

Minim um Maxim um Mean St d. Deviat ion N

Predicted Value 2.1515 87.7494 51.2778 15.64796 90

St d. Predict ed Value - 3.139 2.331 .000 1.000 90

St andard Error of Predicted

Value 3.248 15.160 6.779 2.352 90

Adj usted Predicted Value 1.2046 88.9651 51.3743 15.79032 90

Residual - 63.41591 51.03780 .00000 26.98223 90

St d. Residual - 2.283 1.838 .000 .972 90

St ud. Residual - 2.330 1.914 - .002 1.005 90

Deleted Residual - 66.04836 55.35056 - .09649 28.94512 90

St ud. Delet ed Residual - 2.395 1.945 - .003 1.013 90

Mahal. Distance .229 1 5 .5 2 8 4.944 4.551 90

Cook's Dist ance .000 .210 .013 .028 90

Centered Leverage Value .003 .287 .056 .051 90

a. Dependent Variable: DATA Sumber : data diolah

Berdasarkan tabel di atas bahwa deteksi terhadap outliers dilakukan dengan menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ2

pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi multivariate outliers. Nilai χ2

61

dengan jumlah variable bebas 3 adalah sebesar 15.528 diperoleh dari excel dengan rumus [CHINV,0.001:3]= 16.266. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 15.528 lebih kecil dari χ2

tabel 16.266 tersebut. Dengan demikian tidak terjadi

multivariate outliers atau data sudah berdistribusi normal.

4.3.1. Uji Asumsi Klasik

Tujuan utama menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiassed Estimator). Uji asumsi klasik tersebut meliputi asumsi autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas.

1. Uji Autokorelasi

Adanya Autokorelasi dalam model regresi artinya adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi adalah uji Durbin Watson. Berikut ini hasil uji Durbin Watson :

Tabel 4.8 : Hasil Uji Durbin Watson

M o d e l Su m m ar yb

Model R R Square Adj usted R

Square

St d. Error of t he Est im ate

Durbin-Wat son

1 .535a .286 .261 22.28150 1.888

a. Predict ors: (Constant ), Profit ab, Pertum b, St ruk.Modal b. Dependent Variable: Dividen

Sumber : data diolah,( lampiran 3)

Nilai DW (Durbin Watson) yang dihasilkan adalah sebesar 1.888 karena nilai DW (Durbin Watson) berada dl (1,59) ≤ d(1.888) ≤ 4 – du (4-1,73=2,27), maka dapat disimpulkan bahwa antar residual (kesalahan pengganggu)

62

tidak terdapat korelasi atau model regresi linier berganda yang dihasilkan tidak terjadi autokorelasi.

2. Uji Multikolinieritas

Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Adapun besaran VIF dari masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9: Nilai VIF (Variance inflation Factor)

Coefficients(a)

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Pertumb 0.835 1.198

Struk.Modal 0.822 1.216 Profitab 0.698 1.433 a. Dependent Variable: Dividen

Sumber : data diolah, (lampiran 3)

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi multikolinieritas, karena besaran VIF yang dihasilkan oleh variabel pertumbuhan perusahaan(X1), struktur modal (X2), ROA(X3) lebih kecil dari 10. 3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dapat diidentifikasikan dengan cara menghitung koefisien korelasi Rank Spearman antara nilai residual dengan seluruh variabel bebas. Hasil dari uji Rank Spearman adalah sebagai berikut:

63

Tabel 4.10: Hasil Korelasi Rank Spearman

Cor r elations Pertumb Struk.Moda l Profitab Unstandardiz ed Residual Spearma n's rho Pertumb Correlation Coefficient 1.000 .055 .337** .097 Sig. (2-tailed) . .604 .001 .361 N 90 90 90 90 Struk.Modal Correlation Coefficient .055 1.000 -.380** -.014 Sig. (2-tailed) .604 . .000 .899 N 90 90 90 90 Profitab Correlation Coefficient .337** -.380** 1.000 .041 Sig. (2-tailed) .001 .000 . .701 N 90 90 90 90 Unstandardiz ed Residual Correlation Coefficient .097 -.014 .041 1.000 Sig. (2-tailed) .361 .899 .701 . N 90 90 90 90

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: data diolah, (Lampiran 3)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas, karena tingkat signifikansi yang dihasilkan oleh variabel st pertumbuhan perusahaan(X1), struktur modal (X2),ROA(X3) lebih > dari 5% (sig > 5%).

4.4. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis

4.4.1. Hasil Analisis Regresi Berganda Persamaan I

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode regresi liniear berganda untuk melihat konsistensi dari pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya. Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:

64

Tabel 4.11. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta VIF

1

(Constant) 34.204 6.803 5.028 .000

Pertumb -100.000 24.423 -.408 -4.094 .000 1.198 Struk.Modal -4.852 3.869 -.126 -1.254 .213 1.216

Profitab 1.183 .280 .461 4.224 .000 1.433

a. Dependent Variable: Dividen

Sumber : data diolah, (lampiran 4)

Berdasarkan tabel di atas diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 34,204-100X1 -4.852X2 + 1.183X3+e

Dari model persamaan regresi linier tersebut di atas, dapat diinterprestasikan, sebagai berikut :

1. Konstanta (a)

Nilai konstanta (a) sebesar 34.204 menunjukkan bahwa, apabila variabel rasio struktur aktiva (X1), pertumbuhan perusahaan(X1), struktur modal (X2),ROA(X3),konstan, maka besarnya DPR (Y) yaitu sebesar 34.204

2. Koefisien (β1) Untuk Var iabel Pertumbuhan Perusahaan (X1)

Besarnya nilai koefisien regresi (β1) sebesar -100.00 yang artinya jika variabel pertumbuhan perusahaan (X1) turun sebesar satu satuan, maka besarnya DPR (Y) akan turun sebesar -100.00 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya bersifat konstan.

3. Koefisien (β2) Untuk Var iabel Str uktur Modal (X2)

Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar -4,852, yang artinya nilai (β2) jika variabel struktur modal (X2) turun sebesar satu satuan maka besarnya DPR(Y)

65

akan turun sebesar -4,852 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya bersifat konstan.

4. Koefisien (β3) Untuk Var iabel ROA (X3)

Besarnya nilai koefisien regresi (β2) sebesar 1.183, yang artinya nilai (β2) jika variabel ROA (X3) naik sebesar satu satuan maka besarnya DPR(Y) akan naik sebesar 1.183 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya bersifat konstan. 4.4.2. Uji F (Uji Kecocokan Model)

Untuk mengetahui cocok atau tidaknya alat analisa regresi yang digunakan dalam penelitian ini maka digunakan uji F. Dalam tabel berikut ini disajikan analisis

Tabel 4.12. Uji F.

A N OVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 17116.504 3 5705.501 11.492 .000b

Residual 42696.013 86 496.465

Tot al 59812.517 89

a. Dependent Variable: Dividen Sumber: lampiran 4, data diolah

Terlihat dari angka Fhitung sebesar 11.492 dengan Sig.0,000 < 0,05 yang berarti signifikan, berarti secara bersama-sama perubahan variabel X1,X2,X3

mampu menjelaskan perubahan variabel Y. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa model regresi yang diguna yang digunakan untuk teknik analisis ini masih cocok, oleh karena itu untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk menggunakan model teknik analisis yang sama atau dengan menambahkan data penelitian.

66

4.4.3. Uji t Per samaan I

Uji t bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh pertumbuhan perusahaan(X1), struktur modal (X2),ROA(X3), secara parsial terhadap DPR (Y) pada perusahaan manufaktur yang go publik di BEI adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13. Uji t Perasamaan I

Co e f f i ci en t sa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 34.204 6.803 5.028 .000 Pertumb -100.000 24.423 -.408 -4.094 .000 Struk.Modal -4.852 3.869 -.126 -1.254 .213 Profitab 1.183 .280 .461 4.224 .000

a. Dependent Variable: Dividen Sumber : data diolah, (lampiran 4).

a. Pengaruh antara variabel X1 terhadap Y.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai pada level of significant < 5 %. Sehingga secara parsial variabel pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap DPR perusahaan manufaktur yang go publik di BEI [signifikan negative]

b. Pengaruh antara variabel X2 terhadap Y

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai pada level of significant > 5 %. Sehingga secara parsial variabel struktur modal tidak berpengaruh terhadap DPR perusahaan manufaktur yang go publik di BEI.

67

c. Pengaruh antara variabel X3 terhadap Y

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai pada level of significant < 5 %. Sehingga secara parsial variabel ROA berpengaruh positif terhadap DPR perusahaan manufaktur yang go publik di BEI.

4.4.4. Uji t Persamaan II

Uji t bertujuan untuk menguji signifikansi pengaruh DPR (Y1), secara parsial terhadap Nilai Perusahaan (Y2) pada perusahaan manufaktur yang go publik di BEI adalah sebagai berikut:

Tabel 4.14. Uji t Perasamaan II Co e f f i ci en t sa Model Unst andardized

Coefficients St andardized Coefficients t Sig. B St d. Error Bet a 1 ( Const ant ) 1.905 .326 5.848 .000 Dividen .016 .007 .234 2.254 .027

a. Dependent Variable: Nilai Perush Sumber : data diolah, (lampiran 4).

a. Pengaruh antara variabel Y1 terhadap Y2.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai pada level of significant < 5 %. Sehingga secara parsial variable DPR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan manufaktur yang go publik di BEI.

4.5. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

4.5.1. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Dividen

Hipotesis yang dikemukakan adalah pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap dividen perusahaan manufaktur yang go publik di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan terhadap dividen adalah

68

signifikan negatif, yang artinya semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka akan semakin besar tingkat kebutuhan dana untuk membiayai total asset perusahaan. Sehingga perusahaan akan lebih senang menahan labanya untuk membiayai ekspansi atau pertumbuhan perusahaan daripada dibayarkan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Utaminingtyas, Anggraini dan Sulistyowati, (2010) menyatakan bahwa growth tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai variabel intervening. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak terbukti secara teori yang telah ada.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan labanya daripada membayarkannya sebagai dividen kepada pemegang saham.

Hal ini disebabkan adanya pertimbangan bahwa pembagian dividen meskipun memiliki efek sebagai penarik investasi, namun pembagian dividen juga dapat memperlemah posisi keuangan periode selanjutnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang mengharapkan tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mempertahankan rasio pembayaran dividen yang rendah untuk memperkuat pembiayaan internal.

Kesempatan investasi membutuhkan dana yang besar, sehingga perusahaan harus mencari dana dari pihak eksternal. Untuk mendapatkan tambahan dana dari pihak eksternal akan menimbulkan biaya (bunga).

69

Biaya yang tinggi menyebabkan perusahaan harus berpikir kembali untuk membayarkan dividen. Jika masih ada peluang investasi yang masih bisa diambil dan lebih baik menggunakan dana dari aliran kas internal untuk membiayai investasi tersebut, sehingga hubungan dividen dengan tingkat pertumbuhan perusahaan adalah berbanding terbalik, karena arah ini menunjukkan jika pertumbuhan meningkat akibatnya dividen akan menurun. Pembayaran dividen merupakan sinyal yang sering digunakan manajer untuk menunjukkan pertumbuhan perusahaan di masa depan. Pertumbuhan perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi biaya transaksi. Tingkat pertumbuhan perusahaan yang tinggi mencerminkan perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan

Dokumen terkait