BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Paparan Hasil Implementasi Produk Pada Sampel Terbatas
2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sub bab ini membahas hasil penelitian dan hal-hal yang berkaitan
dengan penelitian berdasarkan kenyataan saat proses pembelajaran
berlangsung serta berdasarkan interpretasi dari penulis. Pembahasan ini
mengambil data dari hasil rekaman pertemuan pertama sampai dengan
pertemuan keempat yang mengandung karakteristik PMRI. Kelima
karakteristik PMRI yaitu penggunaan kontribusi siswa, penggunaan
masalah konstekstual, penggunaan inetraktivitas, penggunaan pemodelan,
serta penggunaan intertwining .
Pada hasil tarnskripsi data yang dicantumkan digunakan berbagai
singkatan untuk memperingkat tulisan. Singkatan-singkatan tersebut
meliputi :
G = Guru
SS = Semua Siswa BS = Beberapa Siswa
S1 = Siswa No. 1 Sn = Siswa No.
a) Analisis Karakteristik PMRI Secara Umum
Sub bab ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasan
mengenai adanya karakteristik PMRI yang muncul pada pembelajaran
penjumlahan pecahan di kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II.
Karakteristik-karakteristik PMRI yang muncul adalah penggunaan
masalah kontekstual sebagai starting point, penggunaan interaktivitas, penggunaan kontribusi siswa, penggunaan pemodelan, dan
penggunaan intertwining dalam pembelajaran penjumlahan pecahan. Salah satu karakteristik PMRI yaitu penggunaan kontribusi siswa akan
dibahas lebih dalam pada subbab selanjutnya.
Penggunaan permasalahan kontekstual sebagai starting point
digunakan pada saat awal pelajaran sebelum siswa memecahkan
permasalahan dalam kelompok. Guru memberikan
permasalahan-permasalahan yang bersifat kontekstual. Hal ini dilakukan agar siswa
memahami permasalahan yang diberikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Berikut ini, permasalahan yang diberikan
guru sebagai starting point dalam pembelajaran penjumlahan pecahan untuk dipecahkan siswa berdasarkan hasil transkripsi data kode II.7
sampai dengan II. 8 halaman (189):
G : “Pak Man mempunyai 1 buah terang bulan yang dipotong
menjadi 4. Tiba-tiba Bintang datang kemudian meminta sepotong terang bulan milik Pak Man. Sebelum Bintang pulang Pak Man memberikan lagi 1 potong terang bulan.
Berapa bagian terang bulan yang dimiliki Bintang?”
Setelah guru selesai membacakan soal kemudian dan memotong kue terang bulan sesuai yang ada pada soal.
G : Setelah itu Bintang meminta satu potong. Dikasihkan satu potong ! ( memberikan satu potong terang bulan kepada ). Sebelum Bintang pulang Pak man memberikan lagi satu potong. Lagi, satu potong lagi ( memberikan satu potong terang bulan lagi kepada ). Berapa bagian yang dimiliki Bintang? (Guru menanyakan ke seluruh siswa).
Guru menggunakan soal cerita yang dekat dengan kehidupan
siswa untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa.
Guru membacakan permasalahan diatas agar siswa lebih paham
mengenai permasalahannya. Hal ini dimaksudkan agar siswa menjadi
lebih paham mengenai permasalahan dengan dibacakan oleh guru tidak
hanya membaca sendiri. Selain itu, apabila siswa belum paham
mengenai permasalahan tersebut siswa dapat bertanya kepada guru.
Setelah diberikan permasalahan, siswa diminta untuk memecahkan
permasalahan tersebut dengan alat peraga yang telah disediakan. Alat
peraga yang digunakan mudah ditemukan siswa dan menarik perhatian
siswa seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar IV.2. Siswa sedang memotong buah apel Gambar IV. 3. Alat peraga berupa replika martabak
Pembacaan permasalahan oleh guru diharapkan agar siswa terbantu
dalam memahami permasalahan yang diberikan. Penggunaan alat peraga
siswa memahami permasalahan yang diberikan. Siswa terlihat aktif
menggunakan alat peraga yang disediakan guru secara berkelompok.
Penggunaan alat peraga juga membantu siswa memahami arti pecahan.
Hal itu didukung dengan penggunaan permasalahan yang berupa soal
cerita sehingga siswa dapat membayangkan permasalahan itu serta
mempraktekkan dengan alat peraga tersebut.
Pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika terlihat adanya
interaktivitas baik antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa.
Penggunaan interaktivitas pada pembelajaran ini dapat terlihat pada
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.
Kegiatan antara siswa dengan siswa dapat terlihat pada hasil transkripsi
data kode II. 49 sampai dengan II. 50 halaman (192) berikut ini :
“ : Pak Man mempunyai satu buah martabak yang dibagi menjadi dua. Ki dipotong loro njur satu potong diberikan kepada bintang karena rasanya enak bintang minta lagi satu potong. Iki wes dikekke bintang (sambil memberikan setengah potongan martabak kepada temannya)., kowe bintang, njur garek semene to (menunjukkan setengah potongan martabak yang lain) njaluk meneh bintange, dadi (potongan setengah tadi dipotong menjadi dua lagi)
(Pak Man mempunyai satu buah martabak yang dibagi menjadi dua. Ini dipotong dua terus satu potong diberikan kepada bintang karena rasanya enak bintang minta lagi satu potong. Ini sudah diberikan kepada bintang, terus tinggal segini bintang minta lagi jadi dipotong menjadi dua lagi)
: (mengambil satu potongan martabak yang dipotong ) ki bintang nyoh
(ini untuk bintang)”
Berdasarkan hasil transkripsi diatas, terlihat adanya interaktivitas
antara siswa dengan siswa yaitu pada saat memecahkan masalah
Kemudian juga membantu sehingga terjadi kerjasama antarsiswa
dalam memecahkan permasalahan. terlihat telah memahami
permasalahan sehingga dia bisa memecahkan permasalahan tersebut
dengan menggunakan alat peraga berupa replica martabak. juga
menggunakan teman dalam kelompoknya untuk berperan menjadi
tokoh-tokoh dalam soal cerita sehingga siswa dalam kelompok lain ikut aktif
terlibat dan teman lain dalam kelompok yang belum terlalu paham bisa
menjadi paham dengan melihat peragaan tersebut.
Interaktivitas siswa dengan siswa juga terlihat saat siswa
melakukan presentasi di depan kelas mempresentasikan hasil pekerjaan
kelompoknya sehingga siswa lain dapat mengetahui hasil jawaban
kelompok tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar IV. 4. Siswa sedang melakukan presentasi
Berdasarkan gambar diatas terlihat adanya interaktivitas antara
siswa dengan siswa yaitu siswa bekerjasama dengan kelompoknya untuk
menyelesaikan permasalahan serta siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompok di depan kelas. Hal itu menunjukkan adanya keaktifan siswa
serta keberanian siswa dalam menunjukkan hasil jawaban kepada siswa
Sebelum siswa memulai memecahkan permasalahan, guru
membimbing siswa dalam memahami permasalahan yang diberikan
dengan membacakan permasalahan secara perlahan-lahan. Setelah itu,
siswa diminta memecahkan permasalahan tersebut dan
mempresentasikannya sedangkan siswa lain yang tidak presentasi
memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok yang presentasi.
Selain itu, guru juga memberikan penguatan terhadap hasil jawaban siswa
berupa pujian, misalnya : “ya, betul” serta memberikan penilaian proses
berupa pemberian bintang kepada siswa-siswa yang aktif saat melakukan
diskusi.
Interaktivitas antara siswa dengan guru dapat terlihat saat siswa
melakukan demonstrasi dengan bimbingan guru seperti yang terlihat pada
hasiltranskripsi data kode II. 7 sampai dengan II. 11 halaman (189) dan
gambar berikut ini :
G : Pak man mempunyai satu buah terang bulan yang dipotong menjadi empat. Tiba-tiba Bintang datang dan meminta sepotong terang bulan milik Pak Man. Sebelum Bintang pulang Pak Man memberikan lagi sepotong terang bulan. Berapa bagian terang bulan yang dimiliki Bintang ?
Nah, sekarang Kenanga memotong terang bulan tadi, diberikan kepada Bintang. (kemudian memotong terang bulan)
Kemudian Bintang meminta satu potong terang bulan, dikasihkan satu potong. ( memberikan satu potong terang bulan kepada
)
G : Sebelum Bintang pulang, pak Man memberikan satu potong lagi. Berapa bagian yang dimiliki Bintang ?
BS : dua bagian G : Berapa ?
BS dan G : Dua bagian.
Berdasarkan hasil transkripsi tersebut menunjukkan adanya
interaktivitas antara guru dengan siswa. Hal itu ditunjukkan saat siswa
melakukan demonstrasi dengan menggunakan media pembelajaran serta
guru membimbing siswa dalam memecahkan masalah. Saat guru
melakukan tanya jawab setelah demonstrasi, guru tidak menindaklanjuti
jawaban siswa “dua bagian”, guru malah mengulang kembali jawaban
siswa dan meneruskan kegiatan pembelajaran. Hal itu dikarenakan guru
ingin cepat-cepat melakukan kegiatan berikutnya, guru menjadi tidak
terlalu berkonsentrasi atas jawaban “dua bagian”. Seharusnya guru menanyakan “mengapa bisa menjadi dua bagian?”. Setelah itu, guru bisa
mengulang membacakan permasalahan serta memperlihatkan potongan
martabak yang diberikan kepada Bintang sampai siswa bisa menjawab
dengan bilangan pecahan. Misal : dua potong martabak itu maksudnya
bagian ditambah bagian jadi ada bagian bukan dua bagian karena kata
bagian menunjukkan pecahan.
Selain itu, interaktivitas terlihat pada saat siswa dan guru
melakukan tanya jawab saat presentasi berlangsung seperti yang terlihat
pada hasil transkripsi data kode I. 38 sampai dengan I. 45 halaman (185)
berikut ini :
“G : O, iya. Itu sudah betul. Siapa yang mau menjawab tempatnya
pipit ? Nasya, betul atau tidak nomor 1?
: (bergeser lebih dekat untuk melihat jawaban kelompoknya pipit. membaca ulang hasil jawaban tersebut). Betul bu.
G : Betul ?
: (mengangguk)
G : Siapa yang mengatakan betul ? Nasya, salah atau betul ? BS : Salah.
G : Siapa yang mengatakan salah ?
: (tiba-tiba menjawab) karena yang ditanyakan adalah bagian itu Cuma ada dua. Itu kan apa namanya, ibu mendapat apel dua potong, ani mendapat apel 1 potong yang ditanyakan kan
bagian bukan potongan.”
Berdasarkan hasil transkripsi diatas terlihat telah memahami
perbedaan bilangan bulat dan bilangan pecahan. hal itu ditunjukkan saat
mengatakan “ yang ditanyakan kan bagian bukan potongan”. Kata “potongan” menunjukkan bilangan bulat (1, 2, dst) sedangkan kata “bagian” menunjukkan bilangan pecahan ( Pada percakapan diatas, guru terlihat kurang merespon jawaban siswa saat mengatakan
“betul” kemudian guru mengatakan “siapa yang mengatakan betul?”,
seharusnya guru menanyakan alasan mengatakan betul sehingga guru
tahu alasan siswa serta tahu letak kesalahan siswa.
Penggunaan pemodelan dalam pembelajaran ini dapat dilihat saat
siswa memecahkan masalah menggunakan model of yaitu model yang mirip dengan nyatanya. Ada siswa yang memecahkan masalah
menggunakan benda konkret kemudian digambar dan akhirnya dituliskan
Penggunaan pemodelan tersebut dapat terlihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar IV. 6. Siswa menggunakan “model of” dalam memecahkan masalah
Berdasarkan gambar diatas terlihat siswa dalam memecahkan
masalah menggunakan “model of” model yang mirip dengan bentuk nyatanya. Siswa telah memahami penggunaan “model of” yaitu
menggambarkan alat peraga di kertas manila. Siswa menggambar dua
gelas berisi pasir yang masing-masing gelas menggambarkan bilangan
pecahan. Setelah siswa memodelkan kemudian dia mengubah kedalam
bentuk kalimat matematika. Siswa kemudian menuliskan kalimat
matematika berdasarkan gambar tersebut. Setelah itu, siswa menjawab
permasalahan dengan menggunakan kalimat matematika yang telah
ditulisnya. Jadi sudah ada siswa yang bisa menggunakan “model of” untuk memecahkan permasalahan.
Penggunaan intertwining pada pembelajaran penjumlahan dengan pendekatan PMRI dapat dilihat melalui adanya keterkaitan dengan
materi-materi lain dari pelajaran matematika atau bahkan ada materi-materi lain yang
berasal dari mata pelajaran lain yang terkait dengan penjumlahan pecahan,
seperti pada mata pelajaran matematika : penjumlahan dan pembagian,
pada mata pelajaran PKn : kerjasama. Hal tersebut dapat terlihat di LKS
pertemuan pertama berikut ini :
“ Pada hari Selasa ibu membeli susu kedelai sebanyak liter. Kemudian pada hari Rabu ibu membeli lagi liter untuk persediaan
sampai hariJum‟at. Berapa jumlah keseluruhan susu yang dibeli ibu?”
Permasalahan diatas termasuk soal cerita yang dikaitkan dengan
materi memahami cerita pendek pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Jadi, jika siswa kurang memahami soal cerita tersebut, siswa akan
mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan tersebut.
Setelah siswa paham permasalahan tersebut, kemudian siswa
memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan operasi penjumlahan
serta menuliskan ke dalam bentuk simbol-simbol, seperti (+) “tambah” dan (=) “sama dengan” seperti yang terlihat pada hasil transkripsi data kode I. 51 sampai dengan I. 52 halaman (185) berikut :
G : Yang nomer dua sekarang kelompoknya… O, sama, masih
maju. Sudah, sekarang gantian, jawabannya dari Anita dulu.
:”Pada hari Selasa ibu membeli susu sebanyak liter. Lalu pada hari Kamis ibu membeli lagi liter untuk persediaan hari Jumat. Jadi keseluruhannya adalah liter + liter susu = = 1 liter. Jadi keseluruhannya adalah = 1 liter susu. Karena + = 1
liter.”
Berdasarkan transkripsi diatas, terlihat telah menggunakan
simbol-simbol untuk memecahkan permasalah. memahami soal cerita
tersebut kemudian mengubah kata-kata menjadi simbol-simbol
Selain itu keterkaitan materi dengan pelajaran PKn yaitu materi
kerjasama dapat terlihat saat siswa memecahkan permasalahan secara
berkelompok. Hal itu berdasarkan hasil transkripsi data II. 49 sampai
dengan II. 50 halaman (192) dan gambar dibawah ini :
: Pak Man mempunyai satu buah martabak yang dibagi menjadi dua. Ki dipotong loro njur satu potong diberikan kepada bintang karena rasanya enak bintang minta lagi satu potong. Iki wes dikekke bintang (sambil memberikan setengah potongan martabak kepada temannya)., kowe bintang, njur garek semene to (menunjukkan setengah potongan martabak yang lain) njaluk meneh bintange, dadi (potongan setengah tadi dipotong menjadi dua lagi)
(Pak Man mempunyai satu buah martabak yang dibagi menjadi dua. Ini dipotong dua terus satu potong diberikan kepada bintang karena rasanya enak bintang minta lagi satu potong. Ini sudah diberikan kepada bintang, terus tinggal segini bintang minta lagi jadi dipotong menjadi dua lagi)
Gambar IV. 7. Siswa memecahkan masalah dengan alat peraga
: (mengambil satu potongan martabak yang dipotong ) ki bintang nyoh
(ini untuk bintang)
Berdasarkan gambar dan transkripsi diatas terlihat siswa dalam
kelompok bekerjasama memecahkan permasalahan. Semua siswa aktif
berperan menjadi tokoh-tokoh yang ada dalam cerita.
Berdasarkan paparan analisis karakteristik PMRI secara umum
terlihat karakteristik PMRI yang muncul dalam pembelajaran berdasarkan
yang ada pada masing-masing karakteristik tidak semuanya muncul. Hal
itu dikarenakan guru pertama kali menggunakan pendekatan PMRI
sehingga belum terbiasa. Guru juga terlihat masih sering terburu-buru
dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang ada pada RPP sehingga sering
kurang menindaklanjuti pemahaman siswa saat bertanya maupun
menjawab. Akibatnya saat siswa mengerjakan soal evaluasi per pertemuan
beberapa siswa salah menjawab. Hal itu dikarenakan siswa tidak begitu
memahami permasalahan yang diberikan serta tidak paham arti pecahan.
b) Analisis Penggunaan Kontribusi Siswa
Salah satu karakteristik PMRI adalah penggunaan kontribusi siswa
dalam pembelajaran. Kontribusi tersebut dapat berupa ide-ide siswa yang
muncul saat memecahkan suatu permasalahan, pengungkapan pendapat
siswa saat memecahkan permasalahan serta saat pengambilan kesimpulan
materi pelajaran.
Menurut penulis, terdapat kontribusi siswa yang dapat dilihat dari
hasil transkripsi data kode II. 13 sampai dengan II. 35 halaman (189-190).
II. 13. G : Sekarang yang pertama ini, ini ada freksi wel(fraction wall), ini ada angka satu, kalau dibagi 2 menjadi berapa ? (guru memberikan potongan kertas origami kepada untuk ditempelkan pada
fraction wall).
II. 14. : (menempel potongan kertas tadi)
II. 15. G : (guru menunjuk untuk maju kedepan kelas). Ini tadi satu dibagi dua kemudian tulis hasilnya berapa? II. 16. : (menuliskan pada kertas yang ditempel ) II. 17. G : (guru menunjuk untuk maju ke depan kelas).
II. 18. : disini bu ? (kemudian menulis pada kertas yang telah ditempel tadi)
Pada hasil transkripsi tersebut terlihat kontribusi siswa dalam hal
melengkapi fraction wall.
Gambar IV. 8. Siswa sedang melengkapi fraction wall
Siswa diminta menempel potongan kertas origami kemudian
diminta menuliskan berapa nilai pecahannya. Siswa terlihat aktif saat
menyusun fraction wall. Saat diminta menuliskan nilai pecahan, dia
salah menuliskan nilai pecahannya kemudian guru membimbing
memahami potongan kertas tadi. Sebelum memahami penjelasan dari
guru, guru sudah menunjuk siswa lain untuk membenarkan jawaban .
Hal ini membuat menjadi belum paham, guru juga terlalu tergesa-gesa
menyalahkan tanpa bertanya alasan menjawab satu per tiga. Guru
terlihat terburu-buru dalam melengkapi fraction wall .
Berdasarkan hasil transkripsi data kode I. 24 sampai dengan I. 30
halaman (184)terlihat adanya kontribusi siswa saat mempresentasikan
hasil jawaban diskusi kelompok di depan kelas. Setiap kelompok
memberikan cara yang berbeda untuk menyelesaikan permasalahan.
Kelompoknya memecahkan masalah dengan mengubah 2 potong apel
sama dengan . Kelompoknya cara memecahkan masalahnya
langsung menambahkan 2 potong apel ditambah satu potong apel sehingga
hasilnya 3 potong apel. Sedangkan cara penyelesaian permasalahan dari
kelompoknya adalah dengan menambahkan 2 potongan apel dan 1
potongan apel kemudian menghasilkan bagian.
Hal di atas menunjukkan munculnya ide-ide untuk memecahkan
masalah yang digunakan siswa. Kelompok yang tidak presentasi dapat
melihat adanya berbagai cara penyelesaian masalah dari satu permasalahan
yang sama. Selain itu, guru dapat melihat bahwa siswa mampu berpikir
untuk menyelesaikan masalah menurut mereka sendiri.
Kontribusi yang serupa terlihat pada saat presentasi siswa di depan
kelas. Hal ini dapat dilihat berdasarkan gambar di bawah ini :
Gambar IV. 9. Kelompok pertama presentasi menggunakan alat peraga berupa replika martabak.
Gambar IV. 11 dan Gambar IV. 12. Kelompok ketiga menggunakan replika martabak dan fraction wall.
Berdasarkan gambar-gambar diatas terlihat munculnya berbagai
ide siswa dalam memecahkan sebuah masalah. Siswa menggunakan cara
penyelesaian yang berbeda-beda serta menggunakan media berupa alat
peraga seperti replika martabak, fraction wall, dan gambar. Siswa yang tidak presentasi dapat menambah pengetahuan baru mengenai cara
penyelesaian masalah dari permasalahan yang sama. Mereka juga dapat
memilih menggunakan cara penyelesaian yang menurut mereka lebih
mudah dipahami saat digunakan untuk menyelesaikan soal evaluasi.
Bentuk kontribusi yang lain dapat berupa pemberian kesempatan
oleh guru kepada siswa untuk mengungkapkan pendapat.
Pendapat-pendapat ini dapat berupa cara menyelesaikan permasalahan dan
memberikan pendapat terhadap hasil jawaban kelompok yang lain saat
pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari hasil transkripsidata
kode III. 20 sampai dengan III. 28 halaman (198):
III. 20. : Ibu mempunyai puding kemudian puding tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama besar. Ibu memberikan dua bagian puding kepada Avika. Karena masih banyak Ibu memberi lagi satu bagian puding kepada Avika. Berapa bagian pudding yang diberikan Ibu kepada Avika dari keseluruhan bagian puding ?(kemudian melanjutkan membacakan jawabannya).
III. 22. G: Siapa yang berbeda ? Ni nanti ? Tempatnya Anita maju, soalnya diambil!
III. 23. : Ibu mempunyai puding kemudian puding tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama besar. Iibu memberikan dua bagian puding kepada Avika. Karena masih banyak Ibu memberi lagi satu bagian puding kepada Avika. Berapa bagian puding yang diberikan Ibu kepada Avika dari keseluruhan bagian puding ? (kemudian membacakan jawabannya) bagian yang diberikan kepada Avika. III. 24. G: ya. Sama tidak dengan kelompok lain.
III. 25. BS : sama.
III. 26.G : sama. Yang lain ada nggak ? (kemudian kelompok yang lain maju). Dengarkan!
III. 27. : (membacakan soalnya kemudian menjawab) III. 28. G : Jadi, apa ? kok ada , dan . Kan yang ditanyakan
dua bagian yang diberikan kepada Avika.
Berdasarkan hasil transkripsi data kode III. 20 sampai dengan III.
28 halaman (198) terlihat adanya dua kelompok yang menjawab sama dan
satu kelompok yang menjawab beda. Guru menanyakan kepada siswa
yang tidak presentasi mengenai kesamaan jawaban yang didapat
masing-masing kelompok. Beberapa siswa mengatakan sama dan satu kelompok
mengatakan berbeda. Kemudian kelompok yang berbeda jawaban diminta
mempresentasikan.
Guru menanyakan alasan kepada kelompok yang hasil jawaban
berbeda dengan kelompok lain. Sebelum siswa menjawab pertanyaan dari
guru, guru sudah memberikan pembenaran kepada kelompok presentasi
yang lain. Guru terlihat kurang menanggapi lebih lanjut mengenai jawaban
dari. Hal ini berakibat kelompok tidak mengetahui letak kesalahan
mereka. Mereka hanya tahu jawaban yang benar seperti kelompok
presentasi yang lain sementara mereka tidak tahu bagaimana cara
secara klasikal seperti bertanya “sudah paham atau belum?”, “ada pertanyaan apa tidak”, dan lain-lain. Sebaiknya, selain menanyakan kepahaman secara klasikal, guru juga menanyakan kepahaman siswa
secara individu walaupun tidak semua siswa diberi pertanyaan.
Bentuk kontribusi siswa yang lain dapat terlihat saat siswa diberi
kesempatan oleh guru untuk mengomentari hasil jawaban dari kelompok
yang presentasi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil transkripsi data
kode I. 32 sampai dengan I. 37 halaman (184-185).
I. 32 G : Sekarang pendapatnya Aurelia, dari sini, ada yang mau membenarkan apa tidak ? Sudah betul atau tidak ? hayo Amar ! ngacung ! Siapa yang mau bicara mengenai tempatnya. Amar! Jawabannya tempatnya Aurelia betul atau tidak ?
I. 33. : (dibisiki ) betul I. 34 G : Betul. Kenapa ? I. 35. : (tampak berfikir) I. 36. G: Dibaca itu
I. 37. : Ibu dan Ani mendapat bagian.
Guru menunjuk untuk mengomentari hasil jawaban dari
kelompok . terlihat bingung karena sedang tidak memperhatikan
guru. Setelah dibisiki oleh , menjawab “benar”. Kemudian guru bertanya lagi “mengapa”, menjawab pertanyaan guru dengan membaca ulang hasil jawaban dari kelompoknya yaitu
. Guru tidak menanyakan kembali
alasan tersebut, seperti “bagaimana caranya ibu dan ani mendapat bagian apel ?”. Hal ini belum dapat memperlihatkan kepahaman siswa
karena hanya menjawab pertanyaan guru dengan membaca hasil jawaban
kelompok lain.
Pengungkapan pendapat siswa juga dapat dilihat berdasarkan hasil
transkripsi data kode I. 38 sampai dengan I. 49 halaman (185)
I.38.G: O, iya. Itu sudah betul. Siapa yang mau menjawab tempatnya pipit ? Nasya, betul atau tidak nomor 1?
I.39. :(bergeser lebih dekat untuk melihat jawaban kelompoknya pipit. Nasya membaca ulang hasil jawaban tersebut). Betul bu.
I. 40. G: Betul ?
I. 41. : (mengangguk)
I. 42. G: Siapa yang mengatakan betul ? Nasya, salah atau betul ? I. 43. BS: Salah.
I. 44. G: Siapa yang mengatakan salah sekarang kesini!
I. 45. : (tiba-tiba menjawab) karena yang ditanyakan adalah bagian itu cuma ada dua. Itu kan apa namanya, ibu mendapat apel dua potong dan ani mendapat apel 1 potong. Jadi keselurunannya