• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II - USD Repository"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IV-A SD NEGERI TEGALREJO II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Restu Fajar Aryanti NIM : 081134053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN PECAHAN YANG MENGGUNAKAN KONTRIBUSI SISWA DENGAN PENDEKATAN PMRI

DI KELAS IV-A SD NEGERI TEGALREJO II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Restu Fajar Aryanti NIM : 081134053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh”

(Confusius)

“Kebahagiaan banyak hubungannya dengan menerima dan menikmati

siapa diri kita dan apa saja yang kita miliki, serta mempertahankan keseimbangan

antara harapan dan prestasi”

(Shaver dan Freedman)

“Selalu tanamkan dalam pikiranmu bahwa ketetapan hati untuk berhasil

lebih penting daripada hal apa pun”

(Abraham Lincoln)

Teriring ucapan Alhamdulillah, karya ini kupersembahkan untuk :

Ayah Ibuku tercinta yang selalu memberikan motivasi, do’a restu,

serta memberikan yang terbaik dalam hidupku.

Kedua adikku yang selalu memberikan semangat.

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

Aryanti, Restu Fajar. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Penjumlahan Pecahan yang Menggunakan Kontribusi Siswa Dengan Pendekatan PMRI di Kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran

penjumlahan pecahan yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Tegalrejo II. Subyek penelitian ini adalah

siswa siswi kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, yang mengembangkan

perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang menggunakan kontribusi siswa

dengan pendekatan PMRI. Produk penelitian ini berupa perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari Silabus, RPP, LKS, Bahan

Ajar, dan Evaluasi. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran ini

menggunakan prosedur pengembangan menurut Sugiyono yang telah dimodifikasi.

Prosedur pengembangan penelitian ini adalah potensi dan masalah, pengumpulan data,

desain produk, validasi desain, revisi desain, dan implementasi produk. Perangkat

pembelajaran divalidasi oleh 3 dosen dan 1 guru. Hasil validitas perangkat

pembelajaran adalah 3, 69 untuk silabus; 3, 63 untuk RPP; 3, 47 untuk LKS; 3, 50

untuk bahan ajar; dan 3, 61 untuk evaluasi dengan kriteria sangat baik. Implementasi

produk dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa perangkat pembelajaran tersebut

dapat diujicobakan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang

diimplimentasikan menunjukkan penggunaan kontribusi siswa saat pembelajaran. Hal

ini berdasarkan hasil observasi saat implementasi perangkat pembelajaran

dilaksanakan. Penggunaan kontribusi siswa dalam pembelajaran dapat membantu

siswa membangun pengetahuannya sendiri dalam memahami konsep penjumlahan

pecahan.

Kata kunci: pengembangan, perangkat pembelajaran, pendekatan PMRI, kontribusi

(9)

viii ABSTRACT

Aryanti, Restu Fajar. (2012). The Development of Learning Equipment About Addition Fraction Which Uses Students Contribution By PMRI Aprroach In IV-A, Tegalrejo II Elementary School.

This research aims was developing learning equipment addition of fraction which uses students contribution by using PMRI approach. This research is caried out at SD N Tegalrejo II. The subject of this research is the students of class IV-A of SD N Tegalrejo II.

This research is developmental research which develops learning equipment addition of fraction which uses students contribution by using PMRI approach. The product of this research is learning equipment which is developed consists of syllabus, lesson plan, work sheet, teaching material, and evaluation. The procedure of learning equipment development using developmental procedure according to Sugiyono which has been modified. This developmental research procedure includes potential and problem, data collection, product design, validity design, revision design, and implementation of the product. The learning device is validated by three lecturers and one teacher. The validity shows 3,69 for syllabus; 3,63 for lesson plan; 3,47 for work sheet; 3,50 for teaching material, and 3,61 for evaluation that is categorised as excellent. The implemantation of the product is caried out to make sure the researcher that the learning equipment can be try experimented.

The result of this research shows that the learning equipment which is implemented shows the use of students‟ contribution while learning. It is based on the result of the observation while the implementation of learning equipment is caried out.

The use of students‟ contribution in learning can help the students build their own knowledge in understanding the concept of addition of fraction.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini

penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Penjumlahan Pecahan yang Menggunakan Kontribusi Siswa

Dengan Pendekatan PMRI di Kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II” ini dengan baik.

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Penulis mendapat

bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari berbagai pihak dalam menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Ibu V. Tri Prihatmini, S. Pd., M. Hum., M. A. selaku Wakil Dekan I Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah mengizinkan penulis untuk

melaksanakan penelitian.

3. Romo G. Ari Nugrahanta, S. J., S. S., BST., M. A. selaku Ketua Program Studi

PGSD yang memberi kemudahan penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M. Pd. dan Ibu V. Fitri Rianasari, M. Sc. selaku dosen

pembimbing I dan II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,

memotivasi, dan memberikan kritik serta saran sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Ibu Th. Laksmi Widyarini, S. Pd., M. Hum. selaku penguji skripsi. Terimakasih

atas kritik dan saran yang diberikan.

6. Segenap Staff Sekretariat PGSD USD yang telah bersedia memberikan pelayanan

kepada penulis serta selalu tetap tersenyum apabila penulis merepotkan mereka.

7. Bapak Drs. Sukawit, M. A. selaku kepala sekolah SD Negeri Tegalrejo II yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian hingga akhir.

8. Ibu Sri Endarwati, S. Pd. selaku guru kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II yang

telah bersedia membantu melaksanakan penelitian di kelasnya.

(11)
(12)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Batasan Istilah ... 4

E. Spesifikasi Produk ... 5

F. Pentingnya Pengembangan ... 7

G. Manfaat Pengembangan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 9

1. Perangkat Pembelajaran ... 9

a. Silabus ... 10

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 12

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 13

d. Evaluasi ... 13

(13)

xii

2. Hakekat Matematika ... 15

3. PMRI ... 16

a. Pengertian PMRI ... 16

b. Prinsip PMRI ... 17

c. Karakteristik PMRI ... 20

4. Pecahan ... 22

a. Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama ... 23

b. Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Beda ... 23

5. Penggunaan Kontribusi ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berfikir ... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Desain dan Prosedur Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 35

D. Instrumen Penelitian ... 36

E. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan dan Hasil Analisis Data ... 38

B. Paparan Desain Penelitian ... 45

1. Perangkat Pembelajaran ... 45

2. Validasi Ahli ... 51

3. Revisi Produk ... 53

4. Produk... 54

C. Paparan Hasil Implementasi Produk Pada Sampel Terbatas ... 54

1. Deskripsi Pelaksanaan Implementasi Perangkat Pembelajaran ... 54

2. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 56

a. Analisis Karakteristik Secara Umum ... 57

b. Analisis Penggunaan Kontribusi Siswa ... 67

3. Rangkuman Karakteristik Kontribusi Siswa yang Muncul Dalam Pembelajaran ... 81

(14)

xiii

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV. 1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 51

Tabel IV. 2. Kriteria Nilai Validasi Produk Pengembangan ... 52

Tabel IV. 3. Kriteria Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 52

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II. 1. Contoh Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama ... 23

Gambar II. 2. Contoh Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Beda ... 24

Gambar IV. 1. Garis Bilangan ... 40

Gambar IV. 2. Siswa sedang memotong buah apel ... 58

Gambar IV. 3. Alat peraga berupa replica martabak ... 58

Gambar IV. 4. Siswa sedang melakukan presentasi ... 60

Gambar IV. 5. Siswa sedang memberikan sepotong terang bulan saat demonstrasi... 61

Gambar IV. 6. Siswa sedang menggunakan “model of” dalam Memecahkan masalah ... 64

Gambar IV. 7. Siswa memecahkan masalah dengan alat peraga ... 66

Gambar IV. 8. Siswa sedang melengkapi fractin wall ... 68

Gambar IV. 9. Kelompok presentasi pertama menggunakan alat peraga berupa replika martabak ... 69

Gambar IV. 10. Kelompok presentasi kedua menggunakan alat peraga berupa gambar martabak ... 69

Gambar IV. 11. Kelompok presentasi pertama menggunakan alat peraga berupa replika martabak dan fractin wall ... 70

Gambar IV. 12. Kelompok presentasi pertama menggunakan alat peraga berupa replika martabak dan fractin wall ... 70

Gambar IV. 13. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas ... 73

Gambar IV. 14. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas ... 73

Gambar IV. 15. Beberapa siswa terlihat mengangkat tangan ... 76

Gambar IV. 16. Siswa sedang memotong replika puding ... 77

Gambar IV. 17. Siswa sedang menuliskan jawaban soal ... 77

Gambar IV. 18. Siswa sedang menjawab permasalahan dari guru ... 79

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan II. 1. Bagan Prinsip Progressive Mathematization ... 19 Bagan III. 1. Bagan Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan

Menurut Sugiyono ... 30

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil analisis kebutuhan melalui observasi ... 99

Lampiran 2 Hasil analisis kebutuhan melalui wawancara ... 105

Lampiran 3 Silabus matematika ... 107

Lampiran 4 Rencana pelaksanaan pembelajaran ... 113

Lampiran 5 Lembar kegiatan siswa ... 143

Lampiran 6 Bahan ajar ... 149

Lampiran 7 Kisi-kisi soal evaluasi ... 156

Lampiran 8 Hasil validasi perangkat pembelajaran ... 165

Lampiran 9 Olah data hasil validasi ahli dan guru kelas ... 177

Lampiran 10 Hasil uji keterbacaan perangkat pembelajaran ... 179

Lampiran 11 Hasil pekerjaan siswa ... 183

Lampiran 12 Hasil observasi implementasi ... 187

Lampiran 13 Transkripsi implementasi perangkat pembelajaran ... 194

Lampiran 14 Surat ijin penelitian ... 208

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Matematika termasuk salah satu pelajaran inti di sekolah dasar.

Konsep - konsep yang ada dalam pelajaran matematika pada jenjang sekolah

dasar juga sebagai dasar pemahaman konsep matematika pada jenjang yang

lebih tinggi. Misalnya, konsep pecahan yang melibatkan konsep-konsep dasar

lain seperti konsep penjumlahan, konsep bilangan bulat, dan faktor kelipatan.

Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah dasar harus

mampu menanamkan dasar-dasar matematika dengan baik agar pada jenjang

berikutnya, siswa tidak merasa kesulitan dalam menerima materi dengan

tingkat kesulitan yang lebih tinggi.

Suryanto (2010: 56) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif

menekankan pentingnya belajar sebagai suatu proses personal, dimana setiap

siswa aktif mengolah informasi dari lingkungan atau dunia nyata. Pengetahuan

dan pengalaman personal ini dapat dibangun oleh siswa saat melakukan

interaksi dengan lingkungan. Selain itu, pembelajaran diharapkan dapat

mengarah pada suatu pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan

secara luas kepada siswa untuk menemukan pengalaman konkret dan

bermakna. Pengalaman tersebut dapat diperoleh saat siswa menemukan

masalah kemudian mencari strategi-strategi yang dapat dipakai untuk

membangun pengetahuan dan pengalamannya tersebut.

Siswa akan aktif dalam pembelajaran matematika apabila mereka

diberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuan matematika yang telah

(20)

dimiliki saat memecahkan masalah. Dalam hal ini, guru tidak menunjukkan

cara pemecahan masalah. Guru hanya membantu siswa untuk memahami

permasalahan yang ada melalui pemberian pertanyaan-pertanyaan pancingan

yang mengarah pada pemahaman permasalahan. Selain itu, siswa juga diberi

kesempatan untuk memberikan tanggapan serta ide-ide pemecahan masalah

untuk memecahkan permasalahan yang diberikan. Hal ini dapat

membangkitkan rasa percaya diri siswa akan strategi yang digunakannya.

Pembelajaran pecahan seharusnya dilaksanakan dengan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri strategi-strategi

pemecahan masalah yang ada. Pembelajaran pecahan dapat diawali dengan

menyajikan masalah-masalah kontekstual yang dekat dengan siswa. Hal ini

bertujuan agar siswa dapat menemukan masalah-masalah yang ada. Kemudian

siswa mencari sendiri cara untuk memecahkan permasalahan tersebut. Hal ini

dapat memunculkan berbagai ide siswa yang berupa strategi pemecahan

masalah sehingga siswa dapat memahami bahwa ada berbagai strategi untuk

memecahkan satu permasalahan.

Berdasarkan pengalaman selama probaling yang dilakukan penulis

dilapangan ditemukan bahwa pembelajaran pecahan di kelas IV-A SD Negeri

Tegalrejo II kurang melibatkan siswa saat pembelajaran. Saat pembelajaran

tidak terlihat adanya ide-ide siswa yang muncul untuk memecahkan suatu

permasalahan. Materi pecahan disampaikan guru secara langsung, artinya

tidak ada pemberian permasalahan kontekstual terlebih dahulu sebelum guru

memberikan materi tersebut. Selain itu, permasalahan-permasalahan yang

(21)

diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan pengetahuan siswa akan strategi

pemecahan masalah terhadap satu permasalahan kurang. Selain itu, siswa

menjadi kurang berlatih untuk menemukan sendiri strategi pemecahan

masalah. Siswa juga jarang terlihat bertanya kepada guru saat pembelajaran

karena permasalahan yang diberikan guru dapat diselesaikan dengan cara yang

telah diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengembangkan perangkat

pembelajaran yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI.

Hal ini diharapkan agar siswa aktif menemukan strategi-strategi pemecahan

masalah sendiri dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, diperoleh

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan mengenai

penjumlahan pecahan yang menggunakan kontribusi siswa dengan

pendekatan PMRI di kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo?.

2. Bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran penjumlahan

pecahan yang menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di

(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan pokok yang akan dicapai dalam penelitian pengembangan ini

sebagai berikut:

1. Mengetahui perangkat pembelajaran apa saja yang dikembangkan pada

topik penjumlahan pecahan yang menggunakan kontribusi siswa dengan

pendekatan PMRI di kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo .

2. Mengembangkan perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang

menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IV-A

SD Negeri Tegalrejo II.

D. Batasan Istilah

Beberapa istilah yang harus dibatasi dalam penelitian ini adalah :

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana

yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di

kelas serta untuk digunakan oleh guru dan siswa dalam proses

pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi Silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, Bahan Ajar,

dan Evaluasi.

2. Pecahan

Pecahan adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan dalam

bentuk , a dan b adalah bilangan bulat, b ≠ 0 atau b bukan faktor dari a, a

bukan kelipatan dari b.

(23)

3. Kontribusi Siswa

Kontribusi siswa adalah sumbangan atau peran serta siswa dalam

pembelajaran yang berupa ide-ide strategi pemecahan masalah yang

digunakan dalam rangka membangun pengetahuannya sendiri.

4. PMRI

PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang

menggunakan situasi-situasi baik konkret maupun abstrak yang dapat

dibayangkan oleh siswa dengan bertumpu kepada realitas dalam

kehidupan sehari-hari.

E. Spesifikasi Produk

Produk pengembangan perangkat pembelajaran matematika ini akan

digunakan pada pembelajaran penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI

di kelas IV. Perangkat pembelajaran ini dikembangkan dengan menggunakan

kontribusi siswa. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi:

1. Silabus

Silabus yang dikembangkan penulis merupakan rencana

pembelajaran pada materi penjumlahan pecahan yang mencakup

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Penggunaan

(24)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP yang dikembangkan penulis berisi panduan yang memiliki

komponen-komponen penting rencana pembelajaran serta

langkah-langkah yang akan dilakukan guru dan siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Penggunaan kontribusi siswa terlihat pada uraian

langkah-langkah pembelajaran.

3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS yang dikembangkan penulis berupa lembaran kertas yang

berisi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa serta soal-soal

atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.

Penggunaan kontribusi siswa terlihat pada penyajian soal-soal.

Soal-soal disajikan ke dalam bentuk Soal-soal cerita yang berisi

permasalahan-permasalahan yang harus dipecahkan siswa menggunakan strategi

pemecahan masalah yang ditemukan siswa sendiri.

4. Evaluasi

Evaluasi yang dikembangkan penulis berupa bentuk tindakan

yang bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap siswa dalam

pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Penggunaan kontribusi siswa terlihat pada bentuk

penilaian. Penilaian kognitif memperlihatkan adanya sumbangan siswa

yang berupa ide strategi pemecahan masalah. Penilaian afektif

memperlihatkan adanya kontribusi siswa dalam hal pengungkapan

pendapat atau komentar dengan suara lantang dan menyampaiakan

(25)

adanya kontribusi siswa saat menyelesaikan permasalahan dengan

menggunakan alat peraga.

5. Bahan Ajar.

Bahan ajar yang dikembangkan penulis berisi materi-materi

penjumlahan pecahan yang menjadi panduan guru untuk diajarkan

kepada siswa agar standar kompetensi yang telah ditentukan dapat

tercapai. Penggunaan kontribusi siswa terlihat pada pemberian

soal-soal latihan berupa permasalahan-permasalahan yang kontekstual

disertai gambar penunjangnya, petunjuk belajar, dan petunjuk kerja

yang dapat diajarkan guru dengan melibatkan peran serta siswa dalam

penyampaian materi.

F. Pentingnya Pengembangan

Pengembangan perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang

menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI dibuat untuk

mendukung pembelajaran penjumlahan pecahan di sekolah dasar.

Pengembangan perangkat pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan

peran serta atau keterlibatan siswa saat pembelajaran serta untuk mengenalkan

pembelajaran matematika khususnya penjumlahan pecahan dengan

(26)

G. Manfaat Pengembangan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak,

antara lain :

1. Bagi Siswa

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat

memberi pemahaman materi pada siswa dengan memberi kesempatan

pada siswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan

caranya sendiri sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam menerapkan

pendekatan PMRI saat pembelajaran matematika sehingga ide-ide siswa

yang berupa strategi-strategi pemecahan masalah dapat muncul.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sekolah untuk menambah arsip

sekolah mengenai hasil penelitian pengembangan khususnya berkaitan

dengan penggunaan kontribusi siswa pada pembelajaran penjumlahan

pecahan dengan pendekatan PMRI di kelas IV Sekolah Dasar.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat membantu peneliti dalam rangka menambah

wawasan tentang penggunaan kontribusi siswa pada pembelajaran

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Perangkat Pembelajaran

Ibrahim dalam Trianto (2009: 201) mengatakan bahwa perangkat

pembelajaran merupakan perangkat yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi: Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS),

Instrumen Evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), Media Pembelajaran,

dan Buku Ajar Siswa. Suhadi dalam Andi (2008: 1), perangkat

pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh

guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, serangkaian perangkat

pembelajaran yang harus dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi

pembelajaran di kelas.

Edu (2009: 1) juga mengemukakan pengertian perangkat

pembelajaran sebagai salah satu wujud persiapan yang dilakukan oleh guru

sebelum mereka melakukan proses pembelajaran. Rusdi (2008)

mengungkapkan perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media yang

digunakan dalam proses pembelajaran oleh guru dan siswa. Media yang

digunakan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Buku Siswa

(BS), Buku Pegangan Guru (BPG), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan

Tes Hasil Belajar (THB).

(28)

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang harus

dipersiapkan seorang guru dalam menghadapi pembelajaran di kelas serta

untuk digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini meliputi:

silabus, RPP, LKS, evaluasi, dan bahan ajar. Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Silabus

BSNP dalam Sanjaya (2009: 54) menyatakan bahwa silabus

merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Trianto (2009:

201) mengatakan pengertian silabus yaitu :

”Rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”.

Berdasarkan pengertian silabus dari beberapa ahli diatas,

penulis menyimpulkan bahwa silabus merupakan rencana

pembelajaran pada suatu tema tertentu yang berisi standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian,

(29)

Langkah-langkah pengembangan silabus pada penelitian ini

menggunakan langlah-langkah pengembangan silabus menurut

Arikunto (2008: 171-173) sebagai berikut :

1. Mengisi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)

Mengkaji SK dan KD dalam satu mata pelajaran dengan

melihat adanya keterkaitan SK dan KD tersebut.

2. Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran

Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian

KD dengan mempertimbangkan potensi siswa, kebermanfaatan

bagi siswa, kebutuhan siswa, serta alokasi waktu.

3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan

pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

melalui interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, lingkungan, dan

sumber belajar dalam rangka pencapaian kompetensi dasar.

4. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar

yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan

indikator harus bisa diukur atau diobservasi.

5. Penentuan jenis penilaian

Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian

(30)

6. Menentukan alokasi waktu

Alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar yang

dicantumkan dalam silabus didasarkan pada minggu efektif.

Alokasi waktu tersebut merupakan perkiraan waktu rerata untuk

menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan siswa.

7. Menentukan sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK, KD, materi

pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BSNP dalam Sanjaya (2009: 59) menyatakan bahwa RPP

merupakan program perencanaan yang disusun sebagai pedoman

pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan proses pembelajaran.

Trianto (2009: 214) RPP adalah panduan langkah-langkah yang akan

dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam

skenario kegiatan. Komponen-komponen penting yang ada dalam

rencana pembelajaran meliputi: Standar Kompetensi (SK), Kompetensi

Dasar (KD), hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, strategi

pembelajaran, sumber pembelajaran, alat dan bahan, langkah-langkah

kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.

Berdasarkan pengertian RPP dari beberapa ahli diatas, penulis

menyimpulkan pengertian RPP adalah suatu panduan yang berisi

komponen-komponen penting rencana pembelajaarn serta

(31)

pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran disesuaikan

dengan materi yang akan diajarkan.

c. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Trianto (2009: 222) mengatakan ”LKS adalah panduan siswa

yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau

pemecahan masalah. LKS memuat sekumpulan kegiatan-kegiatan yang

harus dilakukan siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam

rangka pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian

hasil belajar yang harus ditempuh siswa. Amin (1997: 39) menjelaskan

LKS adalah salah satu bentuk media cetak yang berupa lembaran

kertas yang berisi informasi dan soal atau pertanyaan-pertanyaan yang

harus dijawab oleh siswa.

Berdasarkan pengertian LKS dari beberapa ahli diatas, penulis

menyimpulkan bahwa pengertian LKS adalah salah satu media cetak

yang berupa lembaran kertas yang berisi kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan siswa serta soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan yang harus

dijawab oleh siswa. Pengembangan LKS didasarkan melalui

penyediaan media belajar serta soal-soal pemahaman sehingga situasi

belajar lebih bermakna bagi pemahaman siswa.

d. Evaluasi

Komite Studi Nasional tentang Evaluasi dari UCCA dalam

Khasanah (2012: 9) menyatakan bahwa evaluasi merupakan suatu

proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian

(32)

Harjanto (2008: 277) mengatakan tujuan evaluasi yaitu untuk

mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai di mana

tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam emncapai tujuan

pengajaran.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

evaluasi merupakan suatu bentuk tindakan yang bertujuan untuk

melakukan penilaian terhadap siswa saat pembelajaran. Penilaian yang

dikembangkan meliputi penilaian pada aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Penilaian pada aspek kognitif digunakan untuk

mengukur pemahaman siswa melalui soal-soal. Penilaian pada aspek

afektif digunakan untuk menilai sikap atau perilaku siswa saat

pembelajaran. Penilaian pada aspek psikomorik digunakan untuk

menilai keterampilan siswa. Penilaian pada aspek afektif dan

psikomotorik diukur melalui instrumen penilaian berupa rubrik.

e. Bahan Ajar

Trianto (2009: 227) mengatakan bahwa bahan ajar adalah

bahan yang berisi materi-materi sebagai panduan guru yang akan

diajarkan kepada siswa. Saputri (2011: 18) menyimpulkan pengertian

bahan ajar adalah sebuah perangkat yang berisikan materi yang

digunakan guru dalam pembelajaran agar mencapai standar

kompetensi yang ditentukan. Majid (2008: 173) mengatakan bahwa

bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang berisi materi yang

digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan

(33)

Berdasarkan pengertian bahan ajar dari beberapa ahli tersebut,

penulis menyimpulkan bahwa bahan ajar sebagai suatu perangkat yang

berisi materi-materi yang menjadi panduan guru untuk diajarkan

kepada siswa agar standar kompetensi yang telah ditentukan dapat

tercapai.

Pengembangan bahan ajar didasarkan pada kompetensi yang

akan dicapai yang berisi informasi pendukung, soal-soal latihan,

petunjuk kerja, serta petunjuk belajar.

2. Hakikat Matematika

Depdiknas (2003: 1), menjelaskan bahwa matematika berasal dari

bahasa latin manthanein atau mathema yang artinya belajar atau yang

dipelajari. Jadi matematika merupakan ilmu yang masih dipelajari bukan

ilmu yang sudah ada. Soedjadi (1999-2000: 11), matematika merupakan

ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan berkembang.

Materi-materi yang ada pada matematika berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari sehingga materi-materi matematika berkembang sesuai dengan

kebutuhan saat itu.

Hudoyo dalam Triastuti (2006), pembelajaran matematika

dapat diartikan sebagai kegiatan yang menekankan pada eksplorasi

matematika, model berfikir matematik, dan pemberian tantangan atau

masalah yang berkaitan dengan matematika. Sebagai akibatnya siswa

mampu membedakan pola-pola dan struktur matematika, serta siswa dapat

(34)

Adams dan Hamm dalam Wijaya (2012: 5-6) menyebutkan

empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika.

a. Matematika sebagai suatu cara untuk berfikir.

Matematika mempunyai peran dalam proses mengorganisasi

gagasan, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan antardata.

b. Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan.

Dalam mempelajari matematika diharapkan menggunakan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa sehingga konsep matematika

yang mereka pelajari dapat dengan mudah dipahami.

c. Matematika sebagai suatu alat.

Konsep matematika dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari sebagai alat untuk memecahkan suatu masalah.

d. Matematika sebagai suatu bahasa atau alat untuk berkomunikasi.

Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena

simbol matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah

dari bahasa yang berbeda. Semua manusia yang ada di bumi ini akan

saling memahami apabila suatu bahasa matematika dinyatakan dengan

angka matematika.

3. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) a. Pengertian PMRI

Freudenthal mengatakan bahwa ”Matematika merupakan suatu

bentuk aktivitas manusia”. Hal ini melandasi pengembangan

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. PMRI merupakan hasil

(35)

pada realitas dan kehidupan sehari-hari (Suryanto, 2010: 37). Artinya,

pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah-masalah

nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Wijaya (2012: 20) menyatakan bahwa ada juga pihak yang

menganggap bahwa Pendidikan Matematika Realistik adalah suatu

pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu menggunakan

masalah sehari-hari. Hal itu dikarenakan kata ”realistik” sering disalahartikan sebagai ”real world”, yaitu dunia nyata. Sebenarnya

kata ”realistik” berasal dari bahasa Belanda ”zich realiseren” yang

artinya untuk dibayangkan atau ”to imagine”. Hal tersebut membuat

Van den Heuvel-Panhuizen dalam Wijaya (2012: 20) ”Kata realistik

tersebut tidak hanya menunjukkan adanya suatu koneksi dengan dunia

nyata (real world) tetapi lebih mengacu pada fokus Pendidikan

Matematika Realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan

suatu situasi yang bisa dibayangkan (imaginable)oleh siswa”.

Berdasarkan teori diatas, peneliti menyimpulkan bahwa PMRI

merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang

menggunakan situasi-situasi baik konkret maupun abstrak yang dapat

dibayangkan oleh siswa dengan bertumpu kepada keadaan nyata dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Prinsip PMRI

Prinsip pada pendekatan PMRI ini mengadaptasi prinsip dari

(36)

pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan RME

terdapat tiga prinsip utama, yaitu:

1) Guided Re-invention (Penemuan kembali secara terbimbing) dan

Progressive Mathematization (Matematisasi progresif)

Prinsip Guided Re-invention ialah penekanan pada

“penemuan kembali” secara terbimbing. Melalui masalah

kontekstual yang realistik (yang dapat dibayangkan atau dipahami

oleh siswa), yang mengandung topik-topik matematika tertentu

yang disajikan, siswa diberi kesempatan untuk membangun dan

menemukan kembali ide-ide dan konsep-konsep matematis. Setiap

siswa diberi kesempatan untuk merasakan situasi dan mengalami

masalah kontekstual yang memiliki berbagai kemungkinan dalam

pemecahan masalahnya.

Prinsip Progressive Mathematization menekankan

“matematisasi” atau “pematematikaan”, yang dapat diartikan

sebagai “upaya yang mengarah ke pemikiran matematis”. De

Lange dalam Wijaya (2011: 42) membagi matematisasi menjadi

dua, yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal.

Gravemeijer dalam Dhoruri (2000: 3-4) menyatakan bahwa

matematisasi horizontal merupakan proses penalaran dari dunia

nyata ke dalam simbol-simbol matematika. Sedangkan

matematisasi vertikal merupakan proses penalaran yang terjadi di

(37)

penyelesaian soal, mengkaitkan antar konsep-konsep matematis

atau menerapkan rumus-rumus matematika.

Matematisasi Horisontal dan Vertikal

De Lange dalam Wijaya (2011: 44)

Bagan II. 1. Bagan Prinsip Progressive Mathematization

2) Didactical Phenomenology (Fenomenologi didaktis)

Prinsip ini menekankan fenomena pembelajaran yang

bersifat mendidik dan menekankan pentingnya masalah

kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada

siswa.

3) Self-developed Model (Membangun sendiri model)

Dalam mempelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip atau

materi lain yang terkait dengan matematika melalui

masalah-masalah konteksual, siswa perlu mengembangkan sendiri

model-model atau cara-cara menyelesaikan masalah tersebut.

(38)

model atau cara-cara tersebut dimaksudkan sebagai wahana untuk

mengembangkan proses berpikir siswa, dari proses berpikir yang

paling dikenal siswa, ke arah proses berpikir yang lebih formal.

Jadi dalam pembelajaran guru tidak memberikan informasi atau

menjelaskan tentang cara penyelesaian masalah, tetapi siswa

sendiri yang menemukan penyelesaian tersebut dengan cara

mereka sendiri.

c. Karakteristik PMRI

Suryanto (2010: 44) menyatakan bahwa terdapat 5 karakteristik

matematika realistik, yaitu:

1) Penggunaan konteks

Pembelajaran menggunakan masalah kontekstual, terutama

pada taraf penemuan konsep baru, sifat-sifat baru, atau

prinsip-prinsip baru. Konteks yang dimaksud adalah lingkungan siswa

yang nyata baik aspek budaya maupun aspek geografis. Di dalam

PMRI hal itu tidak selalu diartikan konkret tetapi dapat juga yang

telah dipahami atau dapat dibayangkan oleh siswa.

2)Penggunaan model

Penggunaan model dapat bermacam-macam, dapat konkret

berupa benda, atau semikonkret berupa gambar atau skema, yang

kesemuanya dimaksudkan sebagai jembatan dari konkret ke

abstrak atau dari abstrak ke abstrak yang lain. Jembatan dapat

(39)

yaitu yang disebut “model of”, dan dapat pula berupa model yang

sudah lebih umum, yang mengarahkan siswa ke pemikiran abstrak

atau matematika formal, yaitu yang disebut “model for”.

3) Penggunaan kontribusi siswa

Dalam pembelajaran perlu sekali diperhatikan sumbangan

atau kontribusi dari siswa, yang berupa ide, variasi jawab, atau

variasi cara pemecahan masalah. Kontribusi siswa itu dapat

memperbaiki atau memperluas konstruksi yang perlu dilakukan

atau produksi yang perlu dihasilkan sehubungan dengan

pemecahan masalah kontekstual.

4) Penggunaan format interaktif

Dalam pembelajaran pasti sangat diperlukan adanya

interaksi, baik antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan

guru yang bertindak sebagai fasilitator, juga mungkin dapat terjadi

antara siswa dengan sarana, atau antara siswa dengan matematika

bahkan dengan lingkungan. Bentuk interaksi itu bermacam-macam,

misalnya diskusi, negosiasi, memberi penjelasan atau komunikasi,

dan sebagainya.

5) Intertwinning (Pemanfaatan keterkaitan)

Keterkaitan antara topik, konsep, operasi, dan sebagainya

sangat kuat sehingga sangat dimungkinkan adanya interaksi antara

(40)

dan bidang pengetahuan lain untuk lebih mempertajam

kebermanfaatan belajar matematika.

4. Pecahan

Husein (2008: 2) mengatakan bilangan rasional adalah bilangan

yang dapat dinyatakan dalam bentuk , a adalah bilangan bulat dan b

adalah bilangan asli. Bilangan rasional dibagi menjadi dua, yaitu:

bilangan bulat apabila a habis dibagi b dan bilangan pecahan apabila a

tidak habis dibagi b. Atik, dkk (2008: 28) mengatakan ”Bilangan yang

dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan a dan b adalah bilangan bulat, b

≠ 0, dan b bukan faktor dari a disebut bilangan pecahan”. Copeland (1974:

159-160) said ”The form is used to represent the idea of a fractional number with a and b being integers and b not zero”. Marsigit (2009: 34)

menyimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan

dalam bentuk , dengan a dan b bilangan bulat, b ≠ 0 dan b bukan faktor

dari a.

Berdasarkan pengertian-pengertian pecahan dari beberapa ahli

diatas, penulis menyimpulkan bahwa pecahan adalah suatu bilangan yang

dapat dinyatakan dalam bentuk , a dan b adalah bilangan bulat, b ≠ 0 atau

b bukan faktor dari a, a bukan kelipatan dari b.

Narno, dkk (2009: 28-29) mengatakan bahwa dilihat dari

(41)

pecahan dengan penyebut yang sama dan penjumlahan pecahan dengan

penyebut yang berbeda.

a. Penjumlahan pecahan dengan penyebut yang sama

Cara menjumlahkan pecahan yang berpenyebut sama, yaitu

tinggal menjumlahkan pembilang dengan pembilang dan penyebut

tetap atau tidak dijumlahkan, seperti yang dirumuskan berikut ini :

, dengan a, b, c, merupakan bilangan bulat atau b ≠ 0.

Misal pada contoh dibawah ini :

+ =

Gambar II. 1. Contoh penjumlahan pecahan berpenyebut sama

b. Menjumlahkan pecahan dengan penyebut yang beda.

Cara menjumlahkan pecahan yang dengan penyebut yang beda

tidak sama dengan menjumlahkan pecahan dengan penyebut yang

sama. Caranya adalah mengubahnya menjadi penjumlahan dengan

penyebut sama atau senilai, seperti yang dirumuskan berikut ini :

,

dengan a, b, c, d merupakan bilangan bulat, c dan d ≠ o.

Selain itu penjumlahan pecahan dengan penyebut tidak sama

dapat dilakukan dengan cara mencari pecahan yang senilai. Misal

(42)

+

+ =

Gambar II. 2. Contoh penjumlahan pecahan berpenyebut beda

5. Penggunaan Kontribusi

Suryanto (2010: 44) dalam pembelajaran perlu sekali diperhatikan

sumbangan atau kontribusi siswa, yang berupa ide, atau variasi jawab, atau

variasi cara pemecahan masalah. Hal ini dimaksudkan bahwa siswa harus

aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika dan strategi pemecahan

masalah dengan bimbingan guru. Kontribusi siswa tidak hanya bermanfaat

dalam membantu siswa memahami konsep matematika, tetapi juga

sekaligus mengembangkan aktifitas dan kreativitas siswa. Gravemeijer

dalam Susento (2004: 12) berpendapat bahwa karakteristik kontribusi

siswa adalah siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika strategi

pemecahan masalah dengan fasilitas dari guru, yakni melalui reivensi

terbimbing.

Berdasarkan pengertian kontribusi siswa diatas, penulis

menyimpulkan bahwa kontribusi siswa adalah sumbangan atau peran serta

siswa dalam pembelajaran yang berupa ide-ide strategi pemecahan

masalah yang digunakan dalam rangka membangun pengetahuannya

(43)

Pengalaman dan pengetahuan pribadi yang dimiliki anak serta

keberanian dalam mengambil resiko mempunyai pengaruh yang besar

terhadap kemampuan untuk berfikir kreatif dan inovatif. Adams dan

Hamm dalam Wijaya (2012: 56) menyimpulkan bahwa mempelajari

kreativitas bukan berarti mempelajari suatu pengetahuan baru, melainkan

mempelajari bagaimana mengelola pengetahuan yang sudah dimiliki

siswa.

Kontribusi siswa tersebut dapat diperoleh melalui penggunaan

open-ended problem. Sawada dalam Wijaya (2012: 61) menyebutkan lima

manfaat penggunaan open-ended problem, yaitu :

a. Siswa menjadi lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan

menjadi lebih sering mengekspresikan gagasan mereka.

b. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk menggunakan

pengetahuan dan keterampilan matematuka secara komprehensif.

c. Setiap siswa dapat bebas memberikan berbagai tanggapan yang

berbeda untuk masalah yang mereka kerjakan.

d. Penggunaan soal open-ended memberikan pengalaman penalaran

kepada siswa.

e. Soal open-ended memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa

untuk melakukan kegiatan penemuan yang menarik serta menerima

(44)

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelusuran pustaka, penulis menemukan penelitian yang

relevan dengan penelitian ini. Penelitian tersebut sebagai berikut :

1. Hadziqotul Aizah (2007) dengan penelitiannya yang berjudul ”Kreativitas

Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan PMRI di

Kelas IVA SD N Percobaan 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan

pendekatan PMRI di kelas IVA SD N Percobaan 2 Depok Sleman pada

pokok bahasan pecahan.

Hasil penelitian ini adalah siswa mampu berfikir lancar dengan

memberikan cara-cara yang serupa dalam aktivitas terbuka, memberikan

lebih dari satu jawaban dalam soal terbuka, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang serupa ketika berdiskusi kelompok, dan menyelesaikan

masalah dengan cepat dan tepat waktu yang diberikan oleh guru.

Penelitian ini juga menunjukkan kreativitas siswa yang berupa

menentukan dan menangggapi pendapat dalam diskusi kelompok maupun

forum kelas serta mengambil keputusan dan kelancaran bertanya dalam

forum kelas dan mengubah kegunaan benda-benda di sekitar siswa selain

benda-benda yang disediakan guru dan alat tulis sebagai alat bantu dalam

pembelajaran belum muncul.

2. Mei Hardiyanti Rahayu (2012) dengan penelitiannya yang berjudul

”Pengembangan Bahan Ajar Dengan Pendekatan Matematika Realistik

(45)

ini bertujuan untuk menghasilakn bahan ajar berupa RPP dan LKS yang

valid, praktis, dan efektif.

Hasil dari penelitian ini adalah (1) RPP dan LKS yang disusun

adalah sangat valid, (2) RPP dan LKS yang dihasilkan praktis/mudah

digunakan dalam pembelajaran matematika, (3) RPP dan LKS dengan

pendekatan matematika realistik efektif untuk digunakan dalam

pembelajaran siswa kelas IX B dan IX C SMP N 6 Magelang.

Relevansi dari penelitian di atas adalah penulis sama-sama ingin

mengembangkan perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang dapat

memunculkan kontribusi siswa dalam pembelajaran. Kontribusi siswa yang

dimaksud adalah peran serta atau sumbangan siswa yang berupa ide-ide

strategi pemecahan masalah.

C. Kerangka Berfikir

PMRI merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang

menggunakan situasi-situasi baik konkret maupun abstrak yang dapat

dibayangkan oleh siswa dengan bertumpu kepada keadaan nyata dalam

kehidupan sehari-hari. Artinya, pembelajaran yang menggunakan pendekatan

PMRI menggunakan masalah-masalah kontekstual yang dekat dengan

kehidupan siswa sebagai awal untuk menggali pengetahuan awal siswa. Selain

itu, pembelajaran yang menggunakan pendekatan PMRI juga melibatkan

peran serta siswa saat pembelajaran. Hal itu akan membuat siswa lebih

memahami materi pembelajaran yang disampaikan guru karena siswa

menemukan sendiri cara pemecahan masalah yang diberikan guru. Pendekatan

(46)

dalam pembelajaran matematika. Kelima karakteristik tersebut adalah

penggunaan permasalahan kontekstual sebagai starting point, adanya

interaktivitas, adanya penggunaan kontribusi siswa, adanya penggunaan

pemodelan, serta adanya intertwining saat proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diprediksikan bahwa penggunaan

pendekatan PMRI dapat memunculkan keterlibatan siswa dalam

pembelajaran. Ide-ide siswa yang berupa strategi pemecahan masalah akan

muncul saat mereka diberi kebebasan untuk menemukan sendiri strategi

pemecahan masalah. Apabila terdapat berbagai strategi pemecahan masalah

yang muncul maka diharapkan adanya pemberian tanggapan dari siswa atas

strategi pemecahan masalah tersebut. Hal ini dikarenakan siswa yang

mempunyai strategi pemecahan masalah yang berbeda dengan temannya akan

mengungkapkan strateginya tersebut agar siswa tahu benar salahnya strategi

yang ditemukannya.

Oleh karena itu, penulis mengembangkan perangkat pembelajaran

penjumlahan pecahan dengan menggunakan kontribusi siswa melalui

pendekatan PMRI. Hal itu bertujuan agar pembelajaran penjumlahan pecahan

di kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II berlangsung dengan adanya keterlibatan

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perangkat pembelajaran

apa saja yang dikembangkan pada topik penjumlahan pecahan yang

menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI serta untuk

mengembangkan perangkat pembelajaran penjumlahan pecahan yang

menggunakan kontribusi siswa dengan pendekatan PMRI di kelas IV-A SD

Negeri Tegalrejo II. Jadi jenis penelitian yang digunakan adalah jenis

penelitian yang menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau

Research and Development (R&D).

Borg and Gall (1988) menyatakan bahwa penelitian dan

pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam

pendidikan dan pembelajaran. Sugiyono (2010:407) menyatakan bahwa

metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tertentu. Trianto (2010:243) berpendapat bahwa Penelitian dan

Pengembangan Research and Development ( R&D) adalah metode penelitian

untuk mengembangkan produk atau menyempurnakan produk. Produk

tersebut dapat berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku,

modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau laboraturium tetapi juga

perangkat lunak (software), seperti program komputer, model pembelajaran,

dan lain-lain.

(48)

Sugiyono (2010:409) mengungkapkan langkah-langkah penggunaan

metode penelitian dan pengembangan dapat ditunjukkan pada gambar berikut :

Bagan III. 1. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono

Tahap-tahap penelitian di atas diuraikan sebagai berikut :

1. Potensi dan Masalah

Peneliti mencari potensi-potensi yang dimiliki pada tempat yang

akan dilaksanakan penelitian serta mencari masalah-masalah yang

menyimpang dari harapan peneliti.

Potensi dan Masalah

Desain Produk

Revisi Desain

Ujicoba Pemakaian Revisi

Produk Ujicoba Produk

Validasi Desain

Revisi produk Pengumpulan

data

(49)

2. Pengumpulan Data

Setelah masalah-masalah ditemukan kemudian dilakukan

pengumpulan data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan

pembuatan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah

tersebut.

3. Desain Produk

Apabila peneliti akan menghasilkan metode mengajar baru maka

peneliti harus membuat rancangan metode mengajar yang baru. Rancangan

metode mengajar yang baru dirancang berdasarkan penilaian terhadap

metode mengajar yang lama sehingga dapat ditemukan

kelemahan-kelemahan terhadap metode tersebut.

4. Validasi Desain

Setelah rancangan-rancangan pada desain produk dibuat kemudian

rancangan-rancangan tersebut divalidasi. Validasi ini dilakukan dengan

cara menghadirkan beberapa pakar atau ahli yang sudah berpengalaman

untuk menilai produk yang baru dirancang tersebut.

5. Revisi Desain

Setelah desain produk divalidasi oleh para ahli maka diketahui

kelemahan-kelemahannya. Kelemahan-kelemahan yang ada tersebut

kemudian diperbaiki oleh peneliti.

6. Uji Coba Produk

Pada bidang teknik desain produk yang telah dibuat tidak dapat

(50)

sebagai prototipe. Prototipe inilah yang digunakan sebagai ujicoba. Pada

bidang pendidikan produk tersebut langsung dapat diujicobakan.

7. Revisi Produk

Setelah diadakan pengujian terhadap produk tersebut dan hasilnya

menunjukkan lebih baik dibandingkan dengan produk lama maka produk

baru tersebut baru dapat diberlakukan pada subyek yang lebih luas.

8. Ujicoba Pemakaian

Setelah pengujian produk tersebut berhasil maka selanjutnya

produk tersebut dapat digunakan pada tingkat subyek yang lebih luas lagi.

Produk baru tersebut juda masih harus dinilai kelemahan atau

kekurangannya untuk perbaikan lebih lanjut.

9. Revisi Produk

Revisi produk ini dilaksanakan apabila produk baru tersebut

diberlakukan pada tingkat subyek yang lebih luas terdapat kelemahan dan

kekurangan.

10.Pembuatan Produk Masal

Apabila produk baru tersebut telah dinyatakan efektif dalam

beberapa kali pengujian maka produk baru tersebut dapat diterapkan oleh

setiap subyek.

B. Desain dan Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pengembangan yang digunakan penulis adalah

hasil dari modifikasi prosedur penelitian pengembangan menurut Sugiyono.

Prosedur penelitian pengembangan ini hanya sampai pada tahap kelima yaitu

(51)

pengembangan menurut Sugiyono membutuhkan waktu yang lama dan

melibatkan banyak pihak.

Penulis memodifikasi prosedur penelitian menurut Sugiyono dengan

menghentikan tahapan sampai revisi sebelum dilakukan ujicoba produk

dengan alasan keterbatasan waktu yang dimiliki penulis. Hal ini dikarenakan,

penelitian pengembangan ini merupakan penelitian yang bersifat multiyear

(dari tahun ke tahun), yaitu materi penjumlahan pecahan diajarkan pada

semester genap di tahun berikutnya. Artinya, uji coba yang kedua itu hanya

dapat dilakukan 1 tahun kemudian. Oleh karena itu, penulis tidak melakukan

tahap ujicoba tetapi memodifikasi tahapan tersebut dengan melakukan

implementasi produk. Selain itu, tahap selanjutnya dapat dilanjutkan oleh

peneliti lain yang tertarik untuk melanjutkan penelitian ini.

Langkah-langkah penelitian pengembangan yang dilakukan penulis

dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Bagan III. 2. Langkah-langkah penelitian pengembangan

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Revisi Validasi

Desain

(52)

Uraian langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Potensi dan Masalah

Penulis melakukan analisis kebutuhan untuk mengetahui adanya

masalah-masalah yang ada di SD Negeri Tegalrejo II yang menyimpang

dari harapan penulis. Penulis melakukan analisis kebutuhan dengan

melakukan wawancara dengan guru kelas IVA SD Negeri Tegalrejo II dan

mengamati proses pembelajaran matematika di kelas.

2. Pengumpulan data

Penulis mengumpulkan data-data hasil wawancara melalui

pedoman wawancara dan hasil pengamatan pembelajaran matematika di

kelas melalui lembar pengamatan. Setelah itu, penulis melakukan kajian

literatur dengan mencari sumber-sumber bahan untuk dijadikan acuan

sebagai pendukung untuk mengembangkan suatu produk perangkat

pembelajaran yang dapat mengatasi masalah-masalah yang menyimpang

dari harapan penulis.

3. Desain Produk

Penulis membuat suatu produk yang berupa pengembangan

perangkat pembelajaran setelah memahami masalah-masalah yang ada

serta mengkaji sumber-sumber bahan yang terkait yang diharapkan dapat

memecahkan masalah-masalah tersebut. Perangkat pembelajaran yang

dikembangkan meliputi silabus, RPP, LKS, evaluasi, dan bahan ajar.

4. Validasi Desain

Perangkat pembelajaran yang telah penulis buat selanjutnya

(53)

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pada

perangkat pembelajaran sebelum diimplementasikan.

Pada tahap ini, perangkat pembelajaran yang sudah divalidasi ahli

tersebut kemudian direvisi. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang ada pada perangkat pembelajaran agar

menjadi lebih baik. Setelah direvisi, perangkat pembelajaran yang berupa

LKS dan soal evaluasi dilakukan uji keterbacaan terhadap siswa. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui bahwa perangkat pembelajaran tersebut sudah

dapat dipahami oleh siswa atau belum.

5. Revisi

Revisi ini dilakukan setelah uji keterbacaan untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang menjadikan perangkat pembelajaran tersebut

sulit untuk dimengerti. Setelah revisi dilakukan kemudian perangkat

pembelajaran tersebut disebut sebagai produk.

6. Implementasi Produk

Perangkat pembelajaran yang disebut sebagai produk kemudian

diimplementasikan. Implementasi dilakukan untuk meyakinkan

penulisbahwa perangkat pembelajaran yang telah dibuat dapat

diujicobakan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Pada penelitian ini, populasi dan sampel belum ditentukan karena

produk belum akan diujicobakan. Penulis mengimplementasikan perangkat

pembelajaran yang dikembangkan pada sampel terbatas. Implementasi pada

(54)

Tegalrejo II pada semester dua tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah 34

siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan serta satu

guru kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo II.

D. Instrument Penelitian

Instrument pada penelitian ini berupa rekaman video beserta

transkripsinya, pedoman wawancara, lembar pengamatan, dan instrument

validitas. Rekaman video digunakan untuk merekam seluruh kegiatan dari

awal sampai akhir pembelajaran berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk

memudahkan penulis mengamati secara keseluruhan dan lebih teliti

kejadian-kejadian yang terjadi selama penelitian berlangsung serta untuk mengingatkan

kembali saat peneliti melaksanakan pengolahan data.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui pelaksanaan

pembelajaran matematika menurut guru, pemahaman siswa mengenai materi

pelajaran, serta pengetahuan guru mengenai metode-metode pembelajaran

yang digunakan guru. Penulis melakukan wawancara dengan guru kelas IVA

SD Negeri Tegalrejo II dengan mengacu pada pedoman wawancara.

Lembar pengamatan digunakan untuk mengamati kejadian-kejadian

penting berdasarkan isi dari lembar pengamatan pada saat pembelajaran

berlangsung. Sebelum lembar pengamatan digunakan terlebih dahulu

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.

Instrument validitas digunakan untuk menguji kelayakan perangkat

(55)

E. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara. Analisis

data secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui hasil

validitas perangkat pembelajaran yang berupa angka-angka. Data kualitatif

diperoleh melalui hasil wawancara guru, pengamatan di kelas, dan hasil

validitas perangkat pembelajaran serta rekaman video beserta transkripsinya

hasil implementasi perangkat pembelajaran. Data kuantitatif ini kemudian

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai paparan data hasil analisis

kebutuhan berdasarkan pengamatan dan wawancara, paparan desain

pengembangan, dan paparan hasil implementasi produk pada sampel terbatas.

A. Paparan dan Analisis Data Hasil Analisis Kebutuhan

Penelitian pengembangan ini diawali dengan melaksanakan analisis

kebutuhan. Analisis kebutuhan tersebut dilakukan dengan dua cara. Cara

pertama, melakukan wawancara dengan guru kelas IV-A SD Negeri Tegalrejo

II dengan menggunakan pedoman wawancara. Cara kedua, dengan melakukan

pengamatan di kelas dengan menggunakan lembar pengamatan.

Cara pertama yaitu melakukan wawancara. Wawancara dengan guru

kelas IV-A dilakukan sebelum melakukan pengamatan di dalam kelas.

Wawancara tersebut memberikan informasi kepada penulis bahwa materi yang

sedang diajarkan saat ini adalah menuliskan dan mengurutkan pecahan pada

garis bilangan. Saat diwawancarai guru menjelaskan bahwa materi-materi

yang dirasa sulit bagi guru dan siswa adalah materi pecahan. Guru juga

menjelaskan kegitan-kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan. Ia

menjelaskan bahwa ia biasa mengawali pembelajaran tanpa memberikan suatu

apersepsi tetapi langsung masuk materi pelajaran.

Metode pembelajaran yang biasa digunakan guru hanya ceramah dan

penugasan. Selama pembelajaran siswa diminta mendengarkan penjelasan dari

guru kemudian siswa diberi soal latihan untuk dikerjakan. Guru biasa

(57)

mengacu pada buku paket dalam mengajarkan materi pecahan. Setelah itu,

guru memberikan soal-soal latihan dari buku paket, apabila dirasa masih

kurang guru biasanya memberikan soal-soal tambahan yang dibuatnya sendiri.

Guru juga mengalami kesulitan saat mengajarkan materi pecahan. Hal ini

dikarenakan guru jarang menggunakan alat peraga saat melakukan

pembelajaran. Guru merasa kesulitan mencari alat peraga yang sesuai dengan

materi pecahan. Selain itu, siswa juga jarang mempelajari kembali materi

pelajaran di rumah. Saat guru ditanya mengenai pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan PMRI, ia belum mengenal pendekatan PMRI.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, guru terlihat belum melibatkan

siswa saat pembelajaran. Tidak ada pengungkapan pendapat serta pemberian

tanggapan terhadap hasil jawaban siswa. Metode pembelajaran yang

digunakan guru masih terbatas pada ceramah dan penugasan. Hal ini yang

menyebabkan tidak adanya keterlibatan siswa saat pembelajaran sehingga

materi yang disampaikan kurang dipahami siswa.

Cara kedua yaitu melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan

sebanyak tiga kali pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Materi

pelajaran pada saat dilakukan pengamatan adalah letak pecahan senilai pada

garis bilangan. Guru menggunakan garis bilangan yang digambar di papan

tulis kemudian menuliskan pecahan-pecahan pada garis bilangan tersebut

secara urut. Pada garis bilangan tersebut, pada awalnya digambarkan garis

bilangan yang mempunyai lima titik kemudian dituliskan empat pecahan pada

garis bilangan. Guru bertanya kepada siswa nilai pecahan yang belum

(58)

bilangan kemudian meminta siswa untuk melengkapi nilai pecahan pada garis

bilangan.

Contoh :

Gambar IV. 1 Garis bilangan

Kemudian siswa menjawab . Guru tidak menggunakan alat peraga yang

lain selain menggambarkan garis bilangan di papan tulis dan meminta siswa

menggambarkan garis bilangan sebanyak sepuluh gambar garis bilangan.

Pada lembar pengamatan juga terbaca bahwa guru melakukan tanya

jawab sendiri, artinya guru bertanya kepada siswa dan siswa tidak ada yang

menjawab maka guru langsung menjawab pertanyaan sendiri. Guru juga

mengatakan apabila siswa ditanya terkait kepahaman akan materi dan siswa

hanya diam maka dianggap sudah mengerti. Pada saat pembelajaran terlihat

siswa tenang, tidak ada yang bertanya, tetapi saat siswa diberi soal latihan oleh

guru ada beberapa siswa yang terlihat bingung. Ketika siswa disuruh maju

untuk menjawab soal, ada siswa yang salah menuliskan jawaban. Guru

menyimpulkan sendiri hasil pembelajaran tanpa melibatkan siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan dari ketiga pengamatan yang dilakukan

terlihat bahwa dari awal hingga akhir kurang adanya interaktivitas antara guru

dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Hal ini terbukti pada saat guru

melakukan tanya jawab, tidak ada siswa yang menjawab pertanyaan dari guru,

siswa hanya diam mendengarkan penjelasan dari guru sehingga pada saat siwa

diberi soal latihan siswa tidak dapat mengerjakan soal. Guru terlihat kurang

Gambar

Tabel IV. 4. Rangkuman Karakteristik Kontribusi Siswa ..................................
Gambar II. 1. Contoh penjumlahan pecahan berpenyebut sama
Gambar II. 2. Contoh penjumlahan pecahan berpenyebut beda
Gambar IV. 1 Garis bilangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari semua perubahan pada kedua bentuk antena ini diketahui bahwa lebar saluran catu yang disisipkan dibawah patch dan penyetelan stub pendek memegang peranan penting dalam

Menimbang bahwa dalam rangka penyeragaman pelaksanaan perjalanan dinas dan peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara di lingkungan Kementerian Energi dan

Perumusan masalah penelitian ini strategi Public Relations PELINDO III dalam mengelola corporate image melalui kegiatan Corporate Social Responsibility , yang

Setiap Pihak yang melakukan penerbitan Unit Penyertaan DIRE Syariah wajib mematuhi ketentuan Prinsip Syariah di Pasar Modal. DIRE Syariah memenuhi Prinsip Syariah di Pasar Modal

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian antara kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriteria yang digunakan

Unjuk kerja suatu menara pendingin bergantung pada nilai efektifitas, bilangan NTU, dan kapasitas pendinginan yang dihasilkan.Untuk menara pendingin terbuka

(1) Kecuali ditentukan lain dalam Surat Perjanjian ini, maka untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib mengutamakan jasa dan produksi Dalam Negeri

Dari hasil uji coba yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pada citra dengan kontur tepi yang banyak lekukan, komponen konveks yang dihasilkan