• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

1.Wilayah Dusun Sukunan

Suasana Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, tidak jauh berbeda dengan desa lainnya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dusun ini pun dikelilingi hamparan sawah serta saluran irigasi dan aneka pepohonan rindang seperti khas alam pedesaan di Indonesia. Jaraknya hanya sekitar 3 km dari batas kota sisi barat kota Yogyakarta. Masuk jalan Wates Km.4, ke sebelah utara melewati jalan beraspal mulus sepanjang 2 Km sampailah ke jantung dusun Sukunan.

Melewati gerbang dusun yang luasnya 42 ha itu, kita langsung disuguhi pemandangan yang mungkin jarang terlihat di dusun lainnya. Yang paling menonjol adalah kebersihannya, baik di lingkungan rumah warga maupun jalan umum. Sulit sekali menemukan sampah yang bertebaran di jalan maupun halaman rumah warga.

Di berbagai tempat strategis di pinggir jalan seputar dusun sudah dilengkapi tempat sampah berupa 3 drum sampah pakai penutup dan saling berdampingan. Masing-masing drum dihiasi lukisan dan aneka kreasi warga Sukunan dan diberi label: sampah logam dan kaca, sampah plastik, serta sampah kertas. Alhasil semua drum sampah, jauh dari kesan jorok atau bau.

commit to user

Tidak jauh dari drum sampah terdapat pula papan tulisan berisi ajakan agar

menggunakan drum sampah semestinya, demi menjaga kebersihan lingkungan. Sedangkan di berbagai gerbang masuk dusun terdapat tulisan berupa, “Pemulung dilarang masuk, sampah dikelola warga“. Penghijauan pun terasa di mana-mana. Kebanyakan warga menanam aneka tanaman di sekitar rumah mereka, membuat suasana dusun semakin sejuk dan nyaman.

Dusun Sukunan menempati area kampung seluas 42 Ha dengan batasan wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Dusun Patran,

b. Sebelah timur berbatasan dengan Dusun Banyumeneng

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Dusun Kanoman & Dusun Tegalyoso d. Sebelah Barat berbatasan Dusun Cokrowijayan.

commit to user

Gambar 7. Lokasi 5 RT di Dusun Sukunan

2. Penduduk Dusun Sukunan

Dusun Sukunan berpenduduk ± 1200 jiwa dengan 300 Kepala Keluarga (KK) yang terbagi menjadi 5 Rukun Tetangga. Yaitu RT 5, RT 6, RT 7, RT 8, dan RT 9. Sebagian besar KK-nya berpendidikan rendah dan berpendapatan menengah ke bawah. Hampir keseluruhan mereka bekerja sebagai buruh tani, tani, buruh bangunan, pedagang, usaha recil rumahan (tempe, tahu, sujen, emping mlinjo, peyek belut, bakpia, dsb). Hanya sebagian kecil yang menjadi karyawan swasta. Dengan latar belakang pendidikan yang rata-rata hanya tamatan SD dan SMP Dusun Sukunan bisa menjadi tempat percontohan pengelolaan sampah yang mandiri.

commit to user

3.Sejarah pengelolaan sampah di Sukunan

Sistem pengelolaan sampah di Sukunan dilatar belakangi oleh permasalahan sampah yang dialami oleh masyarakat, khususnya petani. Pada tahun 2000 beberapa petani mulai mengeluh karena semakin banyaknya sampah yang masuk ke lahan persawahan mereka, mulai dari jenis plastik, kaca, kaleng, bungkus makanan snack,dan lain-lain. Sampah tersebut sangat mengganggu dan merugikan para petani karena tanaman padi menjadi rusak. Plastik yang terbenam ke tanah menghalangi perakaran padi, sehingga kesuburan dan hasil panen juga tidak maksimal dan menurun. Pecahan kaca dan beling sering mengakibatkan luka bagi petani saat mengerjakan sawahnya. Selain itu, petani harus mengeluarkan waktu dan tenaga ekstra untuk membersihkan sampah dari sawahnya.

Seiring dengan perkembangan kota, Sukunan yang termasuk kampung di wilayah perbatasan kota juga mengalami perubahan. Semakin bertambahnya penduduk dan masuknya pendatang ke Sukunan, semakin banyak pula rumah yang dibangun. Akhirnya perumahan penduduk semakin padat dan pekarangan menjadi sempit bahkan ada yang tidak memiliki halaman rumah lagi. Sampah yang dihasilkan juga semakin banyak, sementara lahan yang biasa dapat dipakai untuk membuang sampah di lahan pekarangan tidak ada lagi. Mereka bingung harus menempatkan sampahnya dimana, akhirnya mereka membuangnya pada lahan-lahan kosong milik orang lain atau di tepi jalan, bahkan juga di saluran irigasi dan sungai.

Melihat berbagai persoalan tersebut, Bapak Iswanto, seorang penduduk yang sebagai pendatang di dusun Sukunan berusaha menggugah semangat dan

commit to user

mendorong warga Sukunan untuk mencari solusi atau cara yang tepat dalam

mengelola sampah tersebut. Dimulai dengan mengajak beberapa anggota ronda, tetangga, tokoh masyarakat untuk ikut dalam pengelola sampah. Saat itu yang mau ikut hanya 4 orang saja dan warga Sukunan yang lain belum tertarik untuk bergabung. Maka tahun 2002 mulai dilakukan percobaan-percobaan pembuatan kompos secara sederhana pada tingkat rumah tangga guna mengatasi sampah organik. Akhirnya dapat ditemukan model pembuatan kompos dengan memakai gentong tanah.

Setelah menyelesaikan masalah sampah organik alami, pada tahun 2003 kegiatan dilanjutkan untuk mencari cara menyelesaikan masalah sampah lainnya (anorganik). Studi lapangan ke beberapa tempat/pihak dilakukan, antara lain ke Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Kwarasan, TPS Tambakboyo dan Alun-Alun Utara, bahkan hingga ke TPA Piyungan. Wawancara dengan pemulung dan beberapa pengepul sampah pun dilakukan demi mendapatkan informasi untuk penanganan jenis ini. Hasilnya dapat diketahui bahwa ternyata hampir semua sampah dapat dimanfaatkan atau bernilai ekonomis setelah dilakukan pemilahan.

Pada awal tahun 2004 proses sosialisasi dan implementasi sistem dilakukan dengan langkah –langkah sebagai berikut :

a. Penyampaian gagasan kepada tokoh dan masyarakat kemudian dilanjutkan dengan pembentukan Tim Pengelola Sampah kampung Sukunan.

b. Pendidikan dan sosialisasi sistem kepada seluruh lapisan masyarakat mulai anak-anak hingga orang tua.

commit to user

c. Kegiatan sosialisasi kepada anak-anak melalui model permainan dan

perlombaan yang diorganisir oleh pemuda/pemudi.

d. Kegiatan sosialisasi kepada kaum muda mudi Sukunan menggunakan metode demonstrasi tanya jawab.

e. Kegiatan sosialisasi kepada orang tua oleh tokoh masyarakat dan Tim Pengelola Sampah dengan metode demonstrasi dan tanya jawab.

f. Kegiatan sosialisasi dan motivasi kepada masyarakat umum melalui lagu mars Sukunan Bersemi.

g. Sarana penampungan/tong sampah dari drum bekas disiapkan oleh masyarakat.

h. Pemuda/pemudi Sukunan membuat tong sampah dari mengelas, membersihkan, mengecat, dan melukisi secara gotong royong.

i. Tiga buah drum sampah untuk plastik, kertas, kaca-logam ditempatkan pada masing-masing titik tersebar di 23 lokasi kampung.

j. Drum sampah yang sudah terpasang digunakan untuk menempatkan sampah sesuai jenisnya oleh masyarakat.

4.Fasilitas Pengolahan sampah Sukunan

Sukunan memiliki beberapa unit dalam pengolahan sampah, antara lain : unit kompos, unit kerajinan sampah plastik, unit kerajinan sampah kain dan unit kerajinan sampah styrofoam & bengkel. Dari berbagai unit tersebut memiliki tugas masing-masing dan juga mempunyai pra sarana sebagai penunjang dalam kegiatan pengolahan sampah organik dan an organik, antara lain :

commit to user

a. Pengolahan sampah organik

Komposter atau tempat pengomposan. Terdiri atas dua bagian : komposter untuk sampah organik dari rumah tangga atau sampah dari dapur (sisa makanan, sisa sayuran, lauk, nasi, dll) dan komposter komunal yang digunakan untuk sampah pekarangan yang berupa sampah daun.

commit to user

Gambar 9. Komposter komunal untuk sampah pekarangan.

b. Pengolahan sampah non organik.

Setiap sampah rumah tangga memisahkan sampah sesuai jenisnya di tempat sampah pilah, seperti sampah plastik, kertas dan kaca,logam. Setelah tempat sampah pilah tersebut penuh, lalu dibawa dan dimasukkan ke dalam drum telah disediakan di beberapa blok dusun Sukunan. Seperti terlihat pada gambar berikut :

commit to user

Gambar 11. Tempat sampah pilah di beberapa blok dusun Sukunan.

Setelah drum di beberapa blok sudah penuh sampah plastik, kertas, logam dan kaca yang terdapat di dalam drum diambil oleh petugas untuk dikumpulkan di TPS. Sampah kemudian disortir dan kelompokkan berdasarkan nilai jualnya, seperti kertas koran, kardus, kertas HVS, selanjutnya dipacking dan siap untuk dijual. Sampah logam dan kaca juga disortir berdasarkan harga jualnya, seperti ember, besi, kuningan, botol kaca, aluminium, tembaga, dan sebagainya. Masing-masing dipacking berdasarkan jenisnya.

Khusus sampah plastik yang berupa plastik sachet minuman, snack dan refil merupakan bahan utama unit kerajinan daur ulang yang dikumpulkan dari masyarakat/warung/toko/kafe. Hampir semua jenis bentuk barang kerajinan dapat dibuat seperti : aneka jenis tas, dompet,topi,tempat koran, map,dll. Unit kerajinan memiliki beberapa mesin jahit yang digunakan untuk membuat kerajinan dari

commit to user

sampah plastik sachet minuman, snack dan refil, seperti contoh pada gambar

berikut :

commit to user

Selain unit kerajinan plastik, unit bengkel juga melakukan pengolahan

sampah an organik, yaitu salah satunya adalah pembuatan produk daur ulang dari styrofoam atau gabus putih menjadi bataco, pot, dan lain-lain. Unit Bengkel juga berperan menyediakan pra sarana untuk pengelolaan sampah yaitu : drum/tong sampah, komposter/gentong, tempat sampah pilah.

Berdasarkan fasilitas-fasilitas itulah Sukunan memberikan pelayanan kepada masyarakat, instansi atau sekolah berupa :

1.Penyuluhan

Paguyuban Sukunan Bersemi sering melakukan sosialisasi ke kampung lain, perkantoran dan perhotelan yang ingin mencontoh. Juga diundang mengikuti workshop lingkungan dan memberi pembekalan pada mahasiswa asing.

2.Pendidikan dan Pelatihan

Selain penyuluhan, Sukunan juga memberikan pendidikan dan penyuluhan tentang pengelolaan sampah, antara lain : rancang bangun sistem pengelolaan sampah, pendidikan lingkungan bagi anak, out bond, daur ulang kertas dan plastik, daur ulang styrofoam/gabus, pembuatan kompos, pupuk cair dan inokulan/starter.

3.Penyediaan prasarana

Tidak ketinggalan juga menerima order penyediaan prasarana berupa : drum/tong sampah, komposter/gentong dan alat pemilah sampah yang biasa dipesan dari berbagai daerah. Untuk hal penyediaan, pihak Sukunan bekerja sama dengan pihak luar.

commit to user

4. Kunjungan

Sejak melaksanakan sistem pengelolaan sampah swakelola sejak tahun 2004, banyak orang datang untuk belajar pengelolaan sampah ala Sukunan, seperti dari masyarakat kampung lain termasuk dari luar DIY (Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Palembang, Banjarmasin, dll), akademisi (Poltekkes Yogyakarta, UGM, UNY, UMY), instansi pemerintah (KPDL, Kimpraswil, DKKP, Dinkes, kecamatan), LSM, Pusat Studi, termasuk dari luar negeri seperti Singapore, Australia, Jerman, UK, USA, Malaysia, dan Jepang. Dari awal menjadi daerah percontohan, kunjungan ke Sukunan meningkat setiap tahunnya, bahkan untuk satu tahun belakangan ini, jumlah pengunjung sudah mencapai lima ribu orang lebih. Berikut tabel data pengunjung yang melakukan studi banding dan pelatihan sampah di Sukunan dalam tiga tahun terakhir :

NO BULAN TAHUN 2007 2008 2009 1 Januari 79 98 400 2 Februari 57 92 495 3 Maret 32 73 295 4 April 52 87 739 5 Mei 34 93 580 6 Juni 65 111 583 7 Juli 85 110 500 8 Agustus 82 159 420 9 September 46 182 100 10 Oktober 26 200 420 11 November 78 147 329 12 Desember 44 124 491 TOTAL (orang) 680 1476 5352

Tabel 1. Data pengunjung studi banding & pelatihan di Sukunan.

commit to user

B. Persepsi Masyarakat Tentang Pengelolaan Sampah

Respon manusia terhadap lingkungan hidupnya sangat bergantung pada bagimana individu itu mempersepsikan lingkungannya. Manusia menilai lingkungan berdasarkan dua cara pendekatan yaitu pendekatan konvensional yang menganggap bahwa persepsi sebagai kumpulan penginderaan yang dalam bahasa Inggris disebut sensation. Persepsi merupakan kesadaran diri manusia terhadap dunia sekeliling yang diterima melalui rangsangan panca indera. Setelah manusia menginderakan obyek lingkungannya, ia memproses hasil penginderaaannya itu dan timbulah makna tentang objek itu pada diri manusia bersangkutan yang dinamakan persepsi. Pendekatan kedua adalah pendekatan ekologik yang menyatakan bahwa persepsi terjadi secara spontan dan langsung, jadi bersifat holistik (Gibson dalam Sarwono, 1999 : 46).

Pada hakekatnya persepsi adalah suatu penilaian kesan yang dialami oleh setiap orang, dalam memahami informasi tentang lingkungannya. Jadi secara sederhana dapat didefinisikan persepsi adalah penilaian kesan dimana seseorang melakukan pemilihan, pengorganisasian atau penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari lingkungan. Tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap yang pada gilirannya nanti akan mendorong terjadinya perubahan dan tindakan.

Persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah erat kaitannya dengan penilaian masyarakat tentang sampah, cara melakukan pengolahan sampah, maksud dan tujuan pengelolaan sampah, manfaat sampah serta bagaimana mengembangkannya.

commit to user

Dari hasil wawancara dengan para informan didapatkan informasi bahwa

pada ada umumnya mereka mengetahui tentang sampah dan cara pengolahannya. Namun hal ini mereka ketahui setelah mendapatkan sosialisasi tentang sampah sejak tahun 2004. Hal yang mereka ketahui adalah jika sampah yang dihasilkan dari rumah bisa menghasilkan uang dari penjualan sampah organik maupun sampah an organik.

Untuk sampah organik, masyarakat memilah sampah dapur kemudian memasukkan dalam komposter agar bisa dijadikan kompos. Keuntungannya kompos yang akan dihasilkan bisa untuk dipakai buat tanaman di halaman rumah atau pun dijual. Sama halnya dengan sampah anorganik, plastik, kaca logam, kertas, yang bisa dikumpul dan dan dijual ke pengumpul.

Namun beberapa informan juga mengakui bahwa sebelum adanya program pengelolaan sampah di Sukunan, sampah asal dibuang dimana saja sehingga kampung terlihat kotor/jorok. Persepsi masyarakat pada awalnya beranggapan bahwa sampah seharusnya dibuang karena tidak berguna. Sebagian warga menimbun sampah di dalam tanah, buang ke sungai atau juga membakar. Dan hal ini pun diakui oleh Ketua Paguyuban Sukunan Bersemi yang menjelaskan bahwa perubahan persepsi masyarakat yang awalnya tidak mengerti cara olah sampah menjadi paham memang memerlukan waktu. Ketika saat itu Ketua Paguyuban bersama tiga anggota tim sampah lainnya harus keliling ke tiap-tiap rumah untuk memberikan pemahaman kepada warga tentang kegunaan sampah, cara memilah dan mengolah sampah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengingatkan agar masyarakat tidak membuang sampah lagi ke sungai, sawah atau di tempat umum

commit to user

lainnya. Dan sejalan dengan respon yang baik dari masyarakat, akhirnya

sosialisasi tersebut berhasil dan membuat masyarakat tergerak untuk mau mengolah sampah, terutama dimulai dari rumah masing-masing.

Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang sampah, cara melakukan pengolahan sampah dan tujuan pengolahan sampah berawal dari proses sosialisasi yang dilakukan oleh tim sampah. Kegiatan inilah yang secara perlahan bisa merubah persepsi masyarakat Sukunan sehingga bersedia ikut serta dalam program pengelolaan sampah. Dengan perubahan ini maka program pengelolaan sampah bisa berkembang lebih jauh lagi dan bisa ditransfer ke wilayah lain. Untuk itulah Dusun Sukunan telah berhasil menjadi daerah percontohan dalam hal pengelolaan sampah.

Berdasarkan persepsi masyarakat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah menyadari bahwa ternyata hampir semua sampah dapat dimanfaatkan atau bernilai ekonomis setelah dilakukan pemilahan (atau dengan kata lain dapat dijual).

Selain itu, masyarakat juga pada umumnya mengerti bahwa salah satu dampak dari kegiatan pengolahan sampah tersebut juga untuk pelestarian lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan masyarakat yang menambah tanaman pot di sepanjang jalan RT mereka dengan tujuan untuk menambah penghijauan di lingkungan mereka agar kampung terlihat asri.

Kemajuan masyarakat Sukunan ini tentang arti sampah, cara pengolahan sampah dan tujuan pengolahan sampah ini menunjukkan persepsi masyarakat yang positif. Persepsi yang positif tentang pengolahan sampah berimplikasi baik

commit to user

terhadap pengembangan program-program pengelolaan sampah yang

dilaksanakan di Sukunan. Hal ini terbukti dengan berkembangnya Sukunan menjadi Desa Wisata Lingkungan pada awal 2009. Antusias masyarakat Sukunan terhadap perkembangan kampung mereka menjadi desa wisata lingkungan membawa rasa bangga. Apalagi yang datang di kampung ini dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri.

C. Motivasi Masyarakat dalam Kegiatan Pengelolaan Sampah

Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Faktor tersebut yang menjadi alasan utama bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi masyarakat Sukunan dalam hal ini alasan utama yang mendorong mereka untuk turut berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah dijelaskan oleh beberapa narasumber.

Keikutsertaan beberapa orang dalam kegiatan pengolahan sampah karena dilatar belakangi motif psikologis, yaitu mendapatkan ilmu dan wawasan baru. Adisasmita (2004 : 150) menjelaskan bahwa motif psikologis, yaitu motivasi adanya kepuasan pribadi, pencapaian prestasi, atau rasa mencapai sesuatu, meskipun tidak menghasilkan uang atau barang. Untuk meningkatkan partisipasi berarti memberikan kesempatan kepada setiap warga masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengatakan aspirasinya serta keleluasaan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia.

Dari hasil wawancara didapatkan penjelasan mengenai motivasi mereka untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah di Sukunan.

commit to user

Alasan pertama adalah karena faktor pengetahuan atau tertarik karena

mendapatkan pengetahuan baru tentang cara olah sampah. Dengan bertambahnya pengetahuan, maka mereka diberi kesempatan untuk bisa menerapkan pengetahuan tersebut, dalam hal ini sampah yang berada di sekitar rumah (terdekat).

Alasan lain yang menjadi dorongan mereka untuk melakukan pengolahan sampah adalah motif ekonomi, yaitu adanya keuntungan yang seringkali mendorong orang untuk mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Pengambilan keputusan berpartisipasi dalam masyarakat bila menghasilkan manfaat keuntungan bagi diri/kelompoknya dan kerugian yang diperoleh lebih kecil akibat ikut berpartisipasi dari pada tidak ikut berpartisipasi.

Mendaur ulang sampah bisa menambah income (pemasukan) bagi mereka, karena dengan membuat kerajinan daur ulang dari plastik dan kerajinan dari kain perca sehingga bisa menghasilkan barang yang bisa dipakai lagi, misalnya tas, dompet, tempat pensil, tempat koran/majalah dan lain-lain. Barang-barang tersebut dijual dan hasilnya diberikan kepada orang yang membuatnya sekaligus bisa menyumbang untuk menambah kas.

Sama halnya yang dijelaskan oleh Koordinator Pengrajin Sampah, dalam hal pembagian hasil penjualan kerajinan daur ulang itu dibagikan untuk pengrajin, modal dan kas. Sebagai rinciannya adalah berikut ini : Pembagian hasil dari kerajinan adalah 70 % untuk pengrajin, 25 % untuk bahan dan 5 % untuk kas PKK. Itulah sebabnya di setiap barang kerajinan tersebut ada tercantum nama yang membuatnya, sehingga memudahkan koordinator untuk memberikan kepada

commit to user

masing-masing pengrajin. Pembuatan kerajinan plastik tetap rutin dilakukan

untuk penyediaan stock di sekretariat.

Selain faktor ekonomi, alasan lain motivasi anggota masyarakat untuk berpartisipasi adalah faktor kebersihan lingkungan. Ternyata salah satu implikasi dari pengolahan sampah adalah nilai ekologis yakni lingkungan menjadi bersih dan asri.

Dari penjelasan salah satu anggota tim sampah, alasan simple yang mendasar adalah karena melihat dampak dari kegiatan pengolahan sampah yaitu kampung jadi bersih, sangat berbeda dengan kondisi dulu sebelum adanya program pengolahan sampah.

Keinginan mereka agar tetap menjaga kampung tetap terlihat asri dengan melakukan salah satu kegiatan bersama yaitu membuat taman di masing-masing RT dengan tujuan menambah penghijauan. Hal itu tercetus dengan sendirinya bukan instruksi/perintah dari siapa pun. Mereka menambah tanaman atau bunga dalam pot di sepanjang jalan masuk RT dengan tujuan agar lingkungan terlihat bersih, asri dan hijau.

Sukunan yang dulunya adalah dusun yang terletak di pinggir kota juga mengalami perubahan seiring dengan perkembangan kota. Semakin bertambahnya penduduk dan masuknya pendatang ke kampung Sukunan berakibat perumahan penduduk semakin padat dan pekarangan menjadi sempit bahkan ada yang tidak memiliki halaman rumah. Akibatnya lahan yang dipakai untuk membuang sampah sudah tidak ada lagi. Kondisi tersebut ternyata menjadi salah satu motivasi

commit to user

beberapa orang untuk mau melakukan pengolahan sampah. Motivasi awalnya

adalah karena tidak punya lahan untuk membuang sampah.

Pelopor dari tim sampah Sukunan juga mengakui hal ini, yaitu motivasi untuk melakukan pengolahan sampah karena tidak memiliki lahan untuk membuang sampah. Sejak pindah ke Sukunan, masalah pertama yang dihadapi adalah kesulitan untuk mencari tempat untuk membuang sampah, sehingga setiap hari harus membawa sampah ke kantor untuk membuang di TPS kantor.

Karena telah berhasil melakukan pengolahan sampah organik, daur ulang plastik, daur ulang kertas, maka untuk pengembangannya masyarakat Sukunan ternyata termotivasi untuk lebih kreatif lagi dalam mengolah sampah. Tidak hanya terhenti untuk sampah – sampah rumah tangga, mereka mulai merambah jenis sampah lain untuk mencari solusi bagaimana mengurangi volume sampah yang timbul.

Seiring dengan perkembangan pesat industri, jenis sampah saat ini berbeda dengan sampah zaman dulu. Jenis sampah saat ini cenderung didominasi oleh sampah pabrikan hasil modifikasi sintesis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dan sebagainya. Apabila sampah-sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat bagi yang menghirupnya dan akan memperburuk kualitas lingkungan udara. Misalnya hasil pembakaran plastik menghasilkan gas Dioxin yang mempunyai daya racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin sendiri termasuk kategori racun supertoxin (di atasnya toxin) dan bersifat karsinogenik (mengumpul di dalam tubuh dan tidak dapat dikeluarkan) yang di dalamnya mengandung 72

commit to user

ikatan kimia berbahaya dan dapat masuk ke dalam jaringan tubuh manusia

terutama bagian saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem dan pernapasan termasuk salah satunya penyebab kanker. Pembakaran styrofoam juga akan menghasilkan CFC (Chloro flour Carbon) yang dapat merusak lapisan ozon

Dokumen terkait