• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di dusun Sukunan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Novita Razak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di dusun Sukunan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Novita Razak"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Oleh :

Novita Razak

S820908002

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Novita Razak

S820908002

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr.H.Sugiyanto,SU (...) (...) NIP 194804041975011001

Pembimbing II Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. (...) (...) NIP 195902011985032002

Mengetahui

Ketua Program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup

(3)

commit to user

iii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH DI DUSUN SUKUNAN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disusun oleh :

Novita Razak

S820908002

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal :

Jabatan Nama Tanda tangan Ketua Prof. Dr.H.Sigit Santosa, M.Pd. (...)

Sekretaris Prof. Drs. Indro Wuryatno, M.Si. (...) Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U. (...)

2. Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. (...)

Surakarta, April 2010 Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Pendidikan Universitas Sebelas Maret Kependudukan dan Lingkungan Hidup

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Novita Razak NIM : S820908002

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Partisipasi Masyarakat

dalam Pengelolaan sampah di Dusun Sukunan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya,

dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, April 2010 Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Dengan untaian kasih sayang dan rasa terima kasih yang mendalam, tesis ini

kupersembahkan untuk :

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur penulis panjatkan kepada pencipta alam raya ini.

Hanya kepada Allah SWT yang patut disembah dan kepada-MU lah rasa terima kasih ini pertama kali penulis haturkan karena hanya dengan ijin, petunjuk serta limpahan rahmat, kesehatan dan kasih sayang-MU jualah akhirnya karya tulis ini dapat penulis selesaikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan

mengikuti pendidikan pada Program Pendidikan Kependudukan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Sigit Santosa, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan bimbingan di Program Studi Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup.

3. Prof. Dr. H. Sugiyanto, SU. selaku pembimbing pertama yang telah banyak

membantu memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Prof. Dr. Siswandari, M. Stats. selaku pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk

(7)

commit to user

vii

5. Para dosen Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Para dosen Penguji Program Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan wawasan ilmu kepada penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Kependudukan dan

Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selalu saling memberikan motivasi,ide, kritik dan saran.

8. Masyarakat Sukunan yang telah membantu penulis dalam penelitian ini, khususnya Bapak Iswanto, Ibu Endah Iswanto, Ketua Paguyuban Sukunan Bersemi (PSB) Bapak Suharto, Mbak Harti, dan seluruh informan yang dengan kerelaan hati telah membantu kelancaran penyusunan tesis ini.

9. Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa, (PPLH Regional Jawa) Bapak Alm. Sudarsono, SH. yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melanjutkan studi.

10.Para Pejabat & rekan-rekan di PPLH Regional Jawa yang telah memberikan

motivasi dan bantuannya selama penulis melanjutkan studi.

11.Keluarga Drs. R.H. Katamsa di Surakarta (Ibu Katamsa, Natalia Shinto,

Dionysius) terima kasih atas semua bantuannya selama penulis menyelesaikan studi.

(8)

commit to user

viii

mendampingi dalam suka dan duka, dan selalu saling mengingatkan untuk kebaikan. (semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua).

13. Kedua orang tua tercinta : Ayahanda Abdul Razak dan Ibunda Chadidjah

Ibrahim yang telah memberikan bantuan moril dan materil, serta tidak pernah berhenti mendoakan penulis untuk keberhasilan dalam berbagai hal. Untuk

saudara-saudaraku di Makassar : Irawaty Razak, Linda A. Razak dan Handayani Razak, terima kasih atas supportnya dari jauh.

14.Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil sehingga dapat terselesaikannya tesis ini.

Akhirnya dengan menyadari terbatasnya kemampuan yang ada pada diri penulis, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, Amin….

Surakarta, April 2010 Penulis

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN TESIS... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 4

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……… A. Kajian Teoretis……… 6

1. Sampah dan Pengelolaan sampah………. 6

(10)

commit to user

x

4. Motivasi………... 30

B. Penelitian yang relevan ……… 33

C. Kerangka Berpikir ……… 34

BAB III . METODE PENELITIAN ………. 36

A. Lokasi dan waktu penelitian……… 36

B. Jenis dan Sumber data ……… 36

C. Teknik pengumpulan data...………... 37

D. Instrumen penelitian... ………... 40

E. Teknik Sampling ………... 41

F. Validitas Data... ………. 42

G. Teknik Analisis Data ………. 43

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 45

A. Deskripsi daerah penelitian………... 45

1. Wilayah Dusun Sukunan ……… 45

2. Penduduk Dusun Sukunan……… 47

3. Sejarah pengelolaan sampah di Sukunan ………….. 48

4. Fasilitas pengolahan sampah di Sukunan…………. 50

B. Persepsi masyarakat tentang pengelolaan sampah ……… 57

C. Motivasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan sampah……….. 60

D. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah…… 65

BAB V . PENUTUP ………. ………... 71

(11)

commit to user

xi

B. Implikasi ………. 72

C. Saran ……… 72

DAFTAR PUSTAKA ……… 73

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hierarki Pengelolaan Sampah... 9

2. Alur Manajemen Persampahan ... 12

3. Bagan Pengolahan sampah swakelola... 17

4. Alur penanganan sampah organik menjadi kompos pada tingkat rumah tangga... 17

5. Kerangka pikir sistem partisipasi masyarakat... 34

6. Denah Dusun Sukunan ... 46

7. Lokasi 5 RT di Dusun Sukunan... 47

8. Komposter untuk sampah organik dari rumah tangga... 51

9. Komposter komunal untuk sampah pekarangan... 52

10. Tempat sampah pilah di setiap rumah …... 52

11. Tempat sampah pilah di beberapa blok di Dusun Sukunan………... 53

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 76

2. Hasil Wawancara... 78

3. Instrumen diskusi... 106

4. Hasil kesimpulan diskusi... 107

5. Susunan organisasi Paguyuban Sukunan Bersemi... 109

6. Suasana Dusun Sukunan ... 110

7. Unit-unit pengolahan sampah Sukunan ... 115

8. Hasil pengolahan sampah Sukunan... 117

9. Kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan ... 120

10. Kegiatan Diskusi dengan masyarakat Sukunan... 11. Bagan Pengelolaan sampah Sukunan...

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

(15)

commit to user

xv ABSTRAK

Novita Razak, NIM : S820908002. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan

Sampah di Dusun Sukunan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yang dilihat dari persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat untuk ikut serta dan kegiatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara mendalam, dan diskusi. Untuk menjamin validitas data digunakan teknik triangulasi sumber data. Teknik sampling menggunakan purposive sampling dan snowball dan data dianalisis dengan menggunakan metode interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah adalah fasilitasi, yaitu suatu bentuk partisipasi masyarakat yang disengaja, yang dirancang dan didorong sebagai proses belajar dan berbuat oleh masyarakat untuk menyelesaikan suatu kegiatan bersama-sama. Dengan fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya. Hasil wawancara dan observasi menunjukkan persepsi positif masyarakat Sukunan terhadap kegiatan pengelolaan sampah terlihat dari tumbuhnya kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk mengelola sampah. Motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi, antara lain : motivasi dari diri sendiri untuk mendapatkan ilmu dan wawasan, alasan ekonomi, faktor kebersihan lingkungan, keterbatasan lahan dan pelestarian lingkungan. Kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yaitu : memilah, mengangkut, mengolah, mengembangkan serta turut berperan dalam pelestarian lingkungan hidup.

(16)

commit to user

xvi ABSTRACT

Novita Razak, NIM : S820908002. Community participation in waste management in Sukunan Village, Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta. Thesis. The study program of Population Education and Environmental. Post Graduate program, Sebelas Maret University Surakarta. In April 2010.

The research aims is to determine the form of community participation in waste management Sukunan seen from the perception of society Sukunan towards waste management, community motivation to participate and the activities of community participation in waste management.

This research used descriptive qualitative method. Data were collected using observation, indepth interview, and discussion. Triangulation technique was applied to obtain validity. The sampling technique was based on purposive sampling and snowball. Data were analyzed using interactive analysis.

The result shows that the form of community participation in waste management is Sukunan facilitation, a form of intentional community participation, designed and driven as a process of learning and doing by the public to complete an activity together. With facilitation, the community is positioned as himself, so he was motivated to participate and do his best. The result of interviews and observations indicate a positive perception of society Sukunan to waste management activities can be seen from the increasing awareness, willingness and ability of people to manage waste. Community motivation to participate, among other things: motivation of yourself to gain knowledge and insight, the reason for the economic, environmental hygiene factors, limited land and environmental preservation. Activities Sukunan community participation in waste management are: sorting, transporting, processing, develop and contribute to environmental conservation.

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Saat ini masalah sampah adalah sebuah isu penting yang memerlukan

penanganan secara tepat. Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah

yang semakin beragam. Dan penggunaan kemasan berupa kertas, plastik, kaleng dan bahan-bahan lainnya masih tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah

timbulan sampah perkotaan sebesar 2-4 persen/tahun. Namun hal itu tidak diikuti oleh sarana dan prasarana persampahan yang memadai sehingga sampah yang tidak tertangani menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan (Status

Lingkungan Hidup Indonesia, 2004 : 180).

Menurut Undang Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dijelaskan bahwa kondisi pengelolaan sampah di

Indonesia umumnya belum sesuai dengan metode pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap

kesehatan masyarakat dan lingkungan. Untuk itu sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara

(18)

commit to user

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai

barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada

pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah yang berpotensi melepas gas metan

yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global (Purwendro, 2006 : 20).

Sebagai upaya untuk menangani sampah tersebut, perlu dikembangkan metode-metode pengelolaan sampah yang lebih bermasyarakat. Bukan lagi

menitikberatkan pada membuang sampah tetapi pada mengelola sampah. Hal ini dimulai dengan merubah paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir menjadi paradigma baru pengelolaan sampah yang memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat

dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri (Sudrajat, 2006 : 56).

Partisipasi masyarakat dalam sistem pengelolaan sampah dapat berfungsi sebagai pengelola, pengolah, pemanfaat, penyedia dana dan pengawas. Peran

masyarakat dalam pengelolaan sampah ini secara garis besar terdiri dari :

1. Masyarakat wajib melakukan pengurangan timbulan sampah dari sumbernya,

yaitu melalui pendekatan 3R (Reuse, Reduce, Recycle) serta melakukan pemilahan sampah.

(19)

commit to user

3. Masyarakat dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan

sampah untuk kegiatan ekonomi, baik dilakukan secara perorangan, maupun bekerja sama dengan pelaku usaha.

4. Masyarakat sebagai pengolah sampah berperan sebagai sumber daya manusia untuk mengoperasikan maupun memelihara sarana dan prasarana pengolahan sampah (PPLH Regional Jawa, 2007 : 210).

Salah satu daerah yang telah berhasil melaksanakan pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi masyarakat adalah dusun Sukunan. Atas keberhasilan

dusun Sukunan menjadi “Kampung Wisata Lingkungan” maka dusun ini menjadi tempat percontohan untuk pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat.

Banyak kalangan yang telah berkunjung di dusun Sukunan ini, baik dari instansi pemerintah, sekolah,kelompok masyarakat lain, bahkan dari luar negeri. Dusun

Sukunan merupakan salah satu daerah di kabupaten Sleman yang sebagian besar masyarakatnya telah melaksanakan sistem pengelolaan sampah swakelola dengan

cara memisahkan sampah sesuai jenisnya dimulai dari rumah tangga masing-masing. Latar belakang profesi masyarakat di Sukunan ini sebagian besar adalah buruh tani, petani, buruh bangunan, pedagang, usaha kecil rumahan (tempe,tahu, sujen, emping mlinjo, bakpia, dll.) hanya sebagian kecil yang menjadi karyawan

swasta, PNS dan TNI. Melalui pengelolaan sampah mandiri diharapkan masyarakat di daerah ini dapat memperoleh manfaat sampah secara ekonomi,

(20)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan

sampah. Partisipasi ini akan dilihat dari tiga aspek, yaitu : persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat Sukunan untuk ikut

serta dalam pengelolaan sampah dan kegiatan partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah yang dilihat dari persepsi masyarakat Sukunan terhadap pengelolaan sampah, motivasi masyarakat untuk ikut serta dan kegiatan partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Dapat digunakan sebagai salah satu model partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

(21)

commit to user

3. Untuk bidang pendidikan dapat digunakan sebagai sarana pengembangan ilmu

(22)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A.Kajian Teoretis

1. Sampah dan Pengelolaan Sampah

Menurut UU No.18 th 2008 Pasal 1 ayat (1) definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting

antara lain adalah :

a. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

b. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta

kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan ini pun akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan

bangunan-bangunan, transportasi pun bertambah, dan produk pertanian, industri dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis

sampah.

c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun

(23)

commit to user

pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula (Sudrajat,

2006 : 110).

Sampah yang dikelola berdasarkan UU No. 18 tahun 2008 terdiri atas

sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak

termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,

fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Sedangkan sampah spesifik meliputi : sampah yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), sampah yang

timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.

Dalam penjelasan Slamet (2004 : 154-155) definisi sampah dapat dibedakan atas dasar sifat – sifat biologis dan kimianya, sehingga mempermudah

pengolahannya, sebagai berikut :

a. Sampah yang dapat membusuk , seperti sisa makanan. Daun, sampah kebun,

pertanian dan lainnya. Sampah ini dalam bahasa Inggris disebut garbage, yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan

demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya.. Pembusukan sampah ini akan menghasilkan

antara lain, gas metan, gas H2S yang bersifat racun bagi tubuh. Selain racun, H2S juga berbau busuk sehingga secara estetis tidak dapat diterima.

(24)

commit to user

atas kertas-kertas, plastik, logam, gelas, karet, dan lainnya yang tidak dapat

membusuk/sulit membusuk. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses

ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran, tetapi hasil dari proses

ini masih memerlukan penanganan lebih lanjut.

c. Sampah yang berupa debu/abu,. Sampah jenis ini biasanya berupa debu atau

abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah. Sampah seperti ini tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk

mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.

d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasal

dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya. Yang dimaksud dengan sampah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan

yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan

hidup manusia serta makhluk hidup lain.

(25)

commit to user

pengelolaan pada TPA. Sebelumnya dimusnahkan, sampah padat dapat pula

diolah dahulu, baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

Menurut UU No. 18 th 2008 Pasal 1 ayat (5) definisi pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang

meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam penjelasan UU tersebut dinyatakan bahwa pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan,

penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan

pemrosesan akhir.

Untuk dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan bebas sampah, diperlukan perubahan pola pikir atau cara pandang terhadap sampah. Perubahan ini dapat digambarkan dalam hierarki pengelolaan sampah berbentuk piramida

terbalik, seperti terlihat pada Gambar 1. (Sumber : SLHI, 2004 : 180)

Avoid (menghindari)

a. Tahap pertama dari pengelolaan sampah adalah menghindarkan diri untuk

(26)

commit to user

atau membeli barang yang paling sedikit menghasilkan sampah dalam

kemasannya.

b. Tahap yang kedua adalah berusaha untuk mengurangi sampah yang

dihasilkan dengan membeli barang yang dikemas dalam bahan yang ramah lingkungan.

c. Tahap berikutnya yaitu melakukan daur ulang dan pengomposan dari sampah yang dihasilkan.

d. Tahap selanjutnya jika tahap-tahap sebelumnya sulit dilakukan, adalah membuang barang-barang yang memang sudah tidak dapat digunakan

kembali (pure waste).

e. Tahap terakhir adalah tahap yang benar-benar dibutuhkan, jika tahap-tahap sebelumnya gagal dilakukan, yaitu membuang semua sampah yang dihasilkan ke TPA.(SLHI, 2004 : 181)

Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Usaha pertama adalah

mengurangi sumber sampah, baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan : meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi

sampah, meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, dan meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah, misalnya pembungkus

(27)

commit to user

Secara sistematis pengelolaan sampah di kota besar dapat dilakukan

dengan dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Kedua sistem ini masing-masing terdapat kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Pengelolaan Sistem Sentralisasi

Kebanyakan pemukiman masih menerapkan pola pengelolaan sampah

secara sentralistik. Sistem sentralisasi pengolahan sampah adalah pengolahan sampah yang terpusat dari daerah yang cakupannya luas. Pengolahan sampah

yang dilakukan di tingkat TPA. Di setiap sub-area tidak diadakan pengolahan sampah, hanya aktivitas pengumpulan sampah. Kelebihan sistem ini terlihat dari

bisa dikelolanya sampah dengan beberapa sistem anaerob dan aerob. Kelemahan pada pengolahan sampah sistem sentralisasi yaitu biaya pengangkutan sampah cukup besar dan lahan yang dibutuhkan untuk pengumpulan dan pengolahan cukup luas.

Pengelolaan Sistem Desentralisasi

Berbeda dengan sistem sentralisasi, sistem desentralisasi mensyaratkan

pengolahan sampah pada daerah hulu atau penghasil sampah pertama. Pada sistem ini, di setiap di setiap sub-area tidak hanya aktivitas pengumpulan sampah,

tetapi juga pengolahannya sampai menjadi produk yang bisa dimanfaatkan lagi. Kelebihan sistem desentralisasi memungkinkan luas lahan yang dibutuhkan untuk

(28)

commit to user

cakupan daerah yang lebih kecil, misalnya tingkat kelurahan, atau tingkat

kecamatan (Purwendro, 2006 :11-12).

Sebagaimana dijelaskan Sudrajat (2006:52) Sistem yang cocok diterapkan

di Indonesia adalah sistem desentralisasi, karena sistem ini bertujuan mengurangi arus sampah ke TPA dengan membagi-bagi pengolahan sampah tersebut di

•Sanitary Landfill àMethane capture dan energy

(29)

commit to user

Alur manajemen persampahan ini tujuannya untuk mengurangi timbulan

sampah di TPA. Berbagai macam usaha yang dilakukan agar sampah bisa ditanggulangi bersama mulai dari masyarakat, dunia usaha (swasta) hingga

pemerintah. Sampah yang berasal dari sumber antara lain : rumah, pasar, kantor, sekolah dan tempat lainnya dipilah berdasarkan jenis organik dan an organik.

Tentunya dalam proses pemilahan tersebut harus ditunjang oleh pra sarana yang memadai. Sampah organik diolah menjadi kompos, sedangkan an organik disortir

kembali untuk barang yang bisa digunakan kembali atau pun dijual ke pengumpul. Peran pemerintah salah satunya adalah memberikan insentif bisa

berupa jaminan pembelian kompos, dan bantuan pengadaan alat (alat pencacah sampah organik maupun pencacah plastik) sehingga dengan bantuan tersebut kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dapat berjalan optimal. Pengolahan dapat dilakukan secara langsung oleh masyarakat itu sendiri,

namun bisa juga dilakukan di TPS kawasan atau TPS wilayah kota. Jika berjalan dengan baik maka bisa diprediksi sampah yang ditampung dalam TPS kawasan

atau pun TPS wilayah kota jumlahnya lebih berkurang. Akan lebih baik lagi jika di TPS wilayah juga dilakukan pengolahan sampah oleh pihak pemda yang

bekerja sama dengan pihak swasta. Dengan langkah-langkah pengolahan sampah dekat dengan sumber dan TPS wilayah maka diharapkan sampah kota yang

masuk ke TPA jumlahnya berkurang hingga 20 %.

(30)

commit to user

(penggunaan kembali) dan Recycle (daur ulang). Khusus dalam pengelolaan

sampah di tingkat permukiman diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat dengan mekanisme sebagai berikut :

Langkah pertama

Penyampaian gagasan tentang sistem pengelolaan sampah swakelola kepada

tokoh masyarakat, antara lain Pengurus RW, Pengurus RT, PKK, Dasawisma, Takmir Masjid, Pemuda, dan sebagainya. Pada tahap ini harus ada orang

(diutamakan orang dalam kampung itu sendiri) yang mampu melakukan sosialisasi dan motivasi secara mantap dan jelas. Momentum ini sangat

menentukan tanggapan tokoh masyarakat untuk menerima atau menolak terhadap sistem pengelolaan sampah yang ditawarkan.

Langkah Kedua

Pembentukan Tim Pengelola Sampah Kampung. Tim ini sangat penting

peranannya dalam mengawal keberlangsungan sistem pengelolaan sampah yang akan dijalankan oleh masyarakat. Mereka yang duduk dalam tim sebaiknya dipilih

mereka yang mempunyai sikap peduli terhadap lingkungan, berdedikasi tinggi, bertanggung jawab dan mampu bekerjasama dengan masyarakat. Tugas tim ini

adalah melakukan sosialisasi, edukasi, evaluasi dan motivasi secara terus menerus kepada masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan sampah

swakelola.

Langkah Ketiga

(31)

commit to user

Langkah Keempat

Sosialisasi, edukasi dan motivasi diarahkan kepada seluruh lapisan masyarakat (anak-anak hingga orang tua) dengan metode demonstrasi, Tanya jawab dan

perlombaan-perlombaan. Selain itu dapat melalui media lain, misalnya lagu yang berisikan ajakan kepada masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah

dengan benar.

Langkah Kelima

Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah dilakukan beberapa latihan, misalnya latihan memisahkan sampah sesuai jenisnya,

latihan membuat kompos, latihan membuat kerajinan daur ulang dari sampah dan lain-lain.

Langkah keenam

Menyiapkan sarana pendukung dalam pelaksanaan pengelolaan sampah. Sarana

pendukung yang diperlukan dalam pengelolaan sampah misalnya tempat sampah yang sudah terpilah, tong/drum sampah, gentong untuk tempat kompos, gerobak

sampah, bak kompos, alat daur ulang dan TPS kampung. Pengadaan dan pengerjaan semua sarana sebaiknya dilakukan oleh msyarakat sendiri secara

gotong royong. Tujuannya agar masyarakat mempunyai rasa memiliki sarana tersebut sehingga nantinya juga akan memeliharanya.

Langkah Ketujuh

(32)

commit to user

pemuda atau penduduk. Dalam tahap ini perlu disepakati mekanisme dan

tanggung jawab antara pihak kampung dengan pihak lain tersebut. Pengepul sampah yang berada di sekitar daerahnya dapat dijadikan sebagai pihak rekanan

(swasta) yang menerima dana membeli sampah-sampah yang telah dipilah oleh masyarakat.

Langkah kedelapan

Masyarakat diminta untuk segera menerapkan sistem pengelolaan sampah

swakelola sesuai dengan mekanisme yang disepakati, dimulai dari kegiatan pemilahan sampah sesuai jenisnya di rumah tangga masing-masing sampai

memasukkan ke dalam tong sampah terdekat. Langkah Kesembilan

Kegiatan pengelolaan sampah perlu dipantau dan dievaluasi oleh suatu tim pengelola sampah kampung secara terus menerus. Hasilnya dibahas dalam rapat

tim untuk menentukan upaya tindak lanjut dan menyusun strategi yang dapat dilakukan.

Langkah Kesepuluh

Pelaporan hasil kegiatan pengelolaan sampah, termasuk hasil penjualan harus

(33)

commit to user

Gambar 3. Bagan Pengolahan sampah produktif

(34)

commit to user

Dari langkah-langkah tersebut terlihat setiap orang ikut berperan dalam

melakukan pengolahan sampah. Dalam Sudrajat (2006 : 203) disebutkan seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan perekonomian masyarakat serta

perkembangan teknologi khususnya bagi industri, maka volume sampah juga meningkat dan bervariasi jenis limbahnya. Untuk itu dikembangkan beberapa

metode agar lebih berkualitas dalam melakukan pengelolaan lingkungan, salah satunya adalah dengan mengembangkan sistem 3R menjadi 5R, yaitu :

Re-think; suatu konsep pemikiran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan

akan beroperasi.

Reuse; atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan

suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakuan fisika/kimia/biologi.

Reduction; atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang

dapat mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran diawal produksi.

Recovery; adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan/energi dari suatu

limbah untuk kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika/kimia/biologi.

Recycling; atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan

limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai

melalui perlakuan fisika/kimia/biologi.

(35)

commit to user

menitikberatkan pada pengelolaan sampah ketika sampah tersebut telah dihasilkan

(end of pipe solution), yaitu berupa kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pendekatan

ini akan memberatkan beban TPA dengan lahan yang terbatas.

Sedangkan menurut Slamet (2004 : 156-157) pengelolaan sampah

berupa :

a. Komposting, baik bagi jenis sampah organik, hanya diperlukan konsentrasi

dan perbandingan Nitrogen, Phospor, dan Kalium (N.P.K), minat konsumen akan kompos, tempat atau lahan untuk komposting, serta kelayakan

sosial-ekonomis;

b. Insenerasi untuk refuse, perlu diperhatian kualitas sampah yang ada, korosivitas jenis refuse, dan kelayakan sosial-ekonomis;

c. Proses lain seperti pembuatan bahan bangunan dari buangan industri yang

mempunyai sifat seperti semen, dan seterusnya.

Meskipun banyak teknik pengolahan sampah yang telah dijelaskan dalam

teori, namun pada kenyataannya saat ini sampah sulit dikelola oleh karena berbagai hal :

a. Cepatnya perkembangan teknologi, lebih cepat daripada kemampuan masyarakat untuk mengelola dan memahami persoalan persampahan.

b. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan.

(36)

commit to user

d. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan

permasalahan pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah yang turun kadar estetikanya, bau, dan memperbanyak

populasi lalat dan tikus.

e. Kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga

ketidak-mampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya sehingga cepat

menjadi sampah.

f. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir

sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah; juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan tanah. g. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya dipakai

tempat pembuangan sampah.

h. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.

i. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang

panas.

j. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kebersihan.

k. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini

kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah.

(37)

commit to user

Untuk itu beban pemerintah dalam hal pengelolaan sampah harus dibantu

melalui peran aktif masyarakat untuk mengolah sampah yang dihasilkan dengan cara swakelola. Pengelolaan sampah diusahakan semakin dekat dengan sumber

penghasil sampah (masyarakat), maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan. Dalam pengelolaan sampah di tingkat permukiman diperlukan suatu sistem

pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat, artinya semua cara atau langkah yang terdapat dalam sistem tersebut dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan

penanganan sampah yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Tujuan pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah mendidik dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar dapat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, produktif, komprehensif dan ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan

kebersihan, kenyamanan dan kesehatan lingkungan (PPLH Reg. Jawa :356). Seperti yang dijelaskan oleh Chandra (2007 : 121) bahwa pengelolaan

sampah yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat dan lingkungannya, antara lain :

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

b. Sampah dapat digunakan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan lebih dulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.

(38)

commit to user

d. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya dengan

sampah.

e. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat.

2. Partisipasi Masyarakat

Pengertian partisipasi menurut Robert Chambers dalam Daniel (2005 : 59)

adalah partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses Partisipasi adalah proses pemberdayaan masyarakat sehingga

mampu menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapinya. Pengertian partisipasi (participation dalam kamus Inggris) adalah pengambilan bagian, pengikutsertaan. Dengan demikian pengertian partisipasi adalah pengambilan bagian/pengikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan

proses pembangunan mulai dari perencaaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) sampai kepada monitoring dan evaluasi

(controlling) selanjutnya disingkat dengan POAC.

Partisipasi bukanlah proses alami, tetapi melalui proses pembelajaran

sosialisasi. Ada beberapa bentuk partisipasi, antara lain : (1) inisiatif/spontan, yaitu masyarakat secara spontan melakukan aksi bersama. Ini adalah bentuk

(39)

commit to user

suatu kegiatan bersama-sama, (3) induksi, yaitu masyarakat dibujuk berpartisipasi

melalui propaganda atau mempengaruhi melalui emosi dan patriotisme, (4) koptasi, yaitu masyarakat dimotivasi untuk berpartisipasi untuk

keuntungan-keuntungan materi dan pribadi yang telah disediakan untuk mereka, (5) dipaksa, yaitu masyarakat berpartisipasi di bawah tekanan atau sanksi-sanksi yang dapat

diberikan penguasa. Bentuk partisipasi yang diharapkan adalah inisiatif/spontanitas, namun sering tidak terjadi, sehingga diperlukan upaya dari

luar. Memilih proses No.3,4, dan 5 hasilnya akan relatif bersifat sementara. Dan partisipasi tidak akan banyak bermanfaat bagi masyarakat. Yang paling baik

adalah melalui fasilitasi. Dengan fasilitasi, masyarakat diposisikan sebagai dirinya, sehingga dia termotivasi untuk berpartisipasi dan berbuat sebaik-baiknya (Daniel, 2005 : 60).

Partisipasi masyarakat diartikan sebagai proses yang di dalamnya

masyarakat (yang kemungkinan akan terkena dampak negatif pembangunan) turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini mutlak

diperlukan terutama dalam menyelesaikan secara tuntas berbagai persoalan lingkungan hidup. Caranya ialah dengan melibatkan semua kekuatan masyarakat

secara dini dalam proses pengambilan keputusan dan pembangunan. Selain itu upaya perlindungan lingkungan akan lebih efektif bila partisipasi atau kerja sama

(40)

commit to user

Selanjutnya menurut Mitchell (2003 : 261) partisipasi mempunyai arti

penting sekurang-kurangnya dalam lima hal berikut ini, yaitu sebagai (1) masukan kebijaksanaan, (2) strategi, (3) komunikasi, (4) media pemecahan publik,

(5) terapi sosial dalam arti cara untuk menghilangkan keterasingan dari warga masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan. Sebagai masukan kebijaksanaan,

partisipasi dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat yang mungkin akan terkena dampak negatif suatu kegiatan pembangunan mempunyai hak untuk

dimintai pendapatnya.

Dalam definisi partisipasi tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur

terjadinya partisipasi adalah harus ada tujuan kelompok lebih dahulu; harus ada dorongan untuk menyumbang atau melibatkan diri bagi tercapainya tujuan kelompok; keterlibatan tersebut meliputi baik fisik, mental maupun emosi; harus ada rasa tanggung jawab bersama demi tercapainya tujuan kelompok. Selanjutnya

agar tindakan bersama tersebut lebih berstandar pada prakarsa dan partisipasi masyarakat sendiri dibutuhkan adanya kompetensi masyarakat terhadap proses

pembangunan di lingkungan kehidupannya. (Zuandi, 2008 : 19)

Pada hakekatnya partisipasi merupakan pemberdayaan masyarakat dengan

peningkatan kemampuan dan penguatan kelembagaan komunitas lokal melalui proses belajar berbasis pengalaman (Halvorsen, 2003;535).

(41)

commit to user

Persoalan lingkungan hidup sebenarnya juga muncul karena partisipasi

masyarakat, terutama yang terkena dampak penting, tidak ada. Partisipasi itu tidak hanya berarti bahwa masyarakat turut mengelola lingkungan secara fisik, namun

juga melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan penting, dan membuat mereka merasa memiliki kegiatan itu.

Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan (pedesaan) merupakan aktualisasi dari ketersediaan dan kemauan anggota masyarakat untuk

berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program/proyek yang dilaksanakan. Alasan atau pertimbangan untuk mengajak masyarakat turut

berpartisipasi adalah anggota masyarakat dianggap bahwa :

a. Mereka mengetahui sepenuhnya tentang permasalahan dan kepentingannya/kebutuhan mereka.

b. Mereka memahami sesungguhnya tentang keadaan lingkungan sosial dan

ekonomi masyarakatnya.

c. Mereka mampu menganalisis sebab dan akibat dari berbagai kejadian di

masyarakat.

d. Mereka mampu merumuskan solusi untuk mengatasi permasalahan dan

kendala yang dihadapi.

e. Mereka mampu memanfaatkan sumberdaya pembangunan (SDA,SDM, dana,

(42)

commit to user

f. Anggota masyarakat dengan upaya meningkatkan kemauan dan kemampuan

SDM-nya sehingga dengan berlandaskan pada kepercayaan diri dan keswadayaan yang kuat mampu mengurangi dan bahkan menghilangkan

sebagian besar ketergantungan terhadap pihak luar (Adisasmita, 2006: 40-41). Apapun usaha pengelolaan sampah, baik skala besar maupun kecil, bila

harus mencapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat, maka faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan adalah peran serta masyarakat.

Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi bila perlu juga berubah sikap sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampah, perbaikan

kualitas sampah, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat sampah, sampai pada penyediaan lahan, dan pemusnahan sampah. Tanpa partisipasi masyarakat, program persampahan tidak akan tuntas pengelolaannya. (Slamet, 2004 : 158).

Selain hal tersebut menurut Budiharjo (2003 :179) tingkat partisipasi

masyarakat juga dipengaruhi oleh sistem nilai budaya dan sikap masyarakat yang dominan dalam suatu wilayah. Hal ini menyebabkan partisipasi masyarakat relatif sangat berhasil di suatu lingkungan masyarakat tetapi mungkin saja tidak berhasil di wilayah lainnya. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk berpartisipasi adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat akan berpartisipasi jika menganggap ada manfaat dan penting; b. Partisipasi yang dilakukan akan membawa ke arah perubahan yang lebih baik; c. Partisipasi diberikan akan diperhatikan dan dihargai, bukan hanya sebagai

(43)

commit to user

d. Masyarakat merasa mampu untuk berpartisipasi dan akan didukung pihak lain

dalam kegiatan tersebut;

e. Struktur dan proses dalam partisipasi tidak asing bagi masyarakat setempat

atau sesuai dengan tata cara dan nilai setempat.

Menurut Sutrisno (1995 : 98), partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan

pembangunan tidak dapat muncul begitu saja, harus ada insentif agar masyarakat bersedia memahami permasalahan yang sedang dihadapi dan secara sukarela

bersedia berkorban bagi kelancaran pembangunan. Partisipasi masyarakat banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, adanya instruksi pemerintah, insentif

dan supervise, kepemimpinan yang kuat, kesepakatan warga tentang pemenuhan kebutuhan yang sangat mendadak, kekhawatiran dikucilkan, manfaat yang langsung diperoleh, tokoh formal dan informal, sistim nilai masyarakat, tingkat pendidikan, faktor ekonomi, politik dan sebagainya.

Partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor selain

tersebut di atas, dimana menurut Suparjan (2003 : 250) adalah kepemimpinan yang kuat, insentif dan supervisi, instruksi pemerintah, contoh dari proyek swadaya lain, kesepakatan warga tentang kebutuhan yang mendesak, manfaat yang diperoleh secara langsung dan pengorbanan yang diberikan, kekuatiran untuk dikucilkan, serta adanya tokoh informal dan formal.

(44)

commit to user

a. Merumuskan persoalan dengan lebih efektif.

b. Mendapatkan informasi dan pemahaman di luar jangkauan dunia ilmiah.

c. Merumuskan alternatif penyelesaian masalah yang secara sosial akan dapat diterima

d. Membentuk perasaan memiliki terhadap rencana dan penyelesaian, sehingga memudahkan penerapan.

Meskipun pendekatan partisipatif mungkin memerlukan waktu lebih lama

pada tahap - tahap awal perencanaan dan analisis, di dalam proses selanjutnya, pendekatan ini akan mengurangi atau menghindari adanya pertentangan.

Sementara beberapa pengelola lingkungan mungkin merasa terancam dan tertentang dengan pendekatan partisipasi, karena menyadari bahwa merupakan tugas merekalah untuk merumuskan persoalan dan mengembangkan penyelesaiannya, saat ini di negara-negara demokratik dengan masalah yang

semakin kompleks, lebih banyak pengelola memandang positif pendekatan ini (Mitchell, 2003 : 253-254).

Pengertian partisipatif menurut Robert Chambers dalam Daniel (2005 : 59) adalah partisipasi dalam arti bahwa masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses. Dengan demikian pengertian partisipasif adalah pengambilan

bagian/keikutsertaan atau masyarakat terlibat langsung dalam setiap tahapan proses pembangunan mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian

(45)

commit to user

3. Persepsi Masyarakat

Pengelolaan lingkungan hidup yang diintegrasikan dalam suatu kegiatan

masyarakat, tidak terlepas dari keterlibatan maupun keikutsertaan masyarakat. Dalam hal ini, kuantitas dan kualitas bentuk peran serta masyarakat dalam

meningkatkan kemampuan dan mengembangkan potensi dirinya tergantung bagaimana ia dapat menerima, mengolah dan menyimpulkan serta mempersepsikan di dalam alam pikirannya, segala informasi dan rangsangan tindakan yang ia terima. Sebagaimana disampingkan oleh Moskowitz dan Orgel

(Walgito, 1999 :46), bahwa persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasikan terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu

sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu.

Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri

individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar individu, tetapi juga berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi dirinya sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri (self-perception). Karena dalam

persepsi itu merupakan aktivitas yang intergrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka

(46)

commit to user

Persepsi dari setiap individu merupakan langkah awal yang menentukan

dalam menyumbangkan keberhasilan upaya partisipasi potensi optimalnya. Dengan demikian, dalam partisipasi masyarakat untuk meningkatkan

kemampuannya yang terpenting adalah memberikan rangsangan dan tindakan sebagai informasi yang dapat diterima individu secara nalar sesuai kemampuan

daya pikirnya. Selanjutnya diikuti dengan menumbuhkan motivasi untuk mengubah perilaku menjadi lebih baik serta mau berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

4. Motivasi

Dalam partisipasi masyarakat, perlu memberikan motivasi kepada mereka yang sebelumnya kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan hidup

menjadi pengelola sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan sangat diharapkan.

Motivasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri seseorang dan tidak nampak dari luar. Motivasi akan terlihat melalui perilaku seseorang yang dapat dilihat. Motivasi merupakan faktor penting yang mendukung prestasi kerja, di samping faktor lain seperti kemampuan, keahlian dan kesediaan atau motivasi

seorang karyawan untuk bekerja biasanya ditujukan oleh aktivitas yang terus menerus dan yang berorientasikan tujuan (Uno, 2007: 50).

Sedangkan menurut Iswanto (1994 : 9) motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri

(47)

commit to user

dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan

atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang didasarinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong

seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Uno (2007 : 48), motivasi instrinsik timbul tidak memerlukan

rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhan. Sedangkan motivasi ekstrinsik timbul

karena adanya rangsangan dari luar individu. Imbalan instrinsik (misalnya suatu perasaan keberhasilan dalam hal melaksanakan tugas tertentu, yang sangat

menarik dan menantang) merupakan bagian integral dari tugas yang dihadapi, dan hal tersebut ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut.

Dalam Sarwono (1999 : 25) disebutkan bahwa motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat

keadaan dalam diri individu muncul, terarah dan mempertahankan perilaku. motivasi menjadi hasrat atau dorongan terhadap seseorang agar mau melakukan

sesuatu.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya

adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian

(48)

commit to user

mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan. Motivasi

yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat

motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh individu lain.

Adisasmita (2004 : 150-151) tingkat pertisipasi masyarakat sangat

dipengaruhi oleh motivasi masyarakat, dimana dia membedakan dalam 5 (lima) motif yang melatarbelakangi masyarakat berpartisipasi :

a. Motif psikologis, yaitu motivasi adanya kepuasan pribadi, pencapaian prestasi,

atau rasa mencapai sesuatu, meskipun tidak menghasilkan uang atau barang. Untuk meningkatkan partisipasi berarti memberikan kesempatan kepada setiap

warga masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengatakan aspirasinya serta keleluasaan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia.

b. Motif sosial, yaitu untuk memperoleh status sosial dan untuk menghindari

diri dari terkena pengendalian kontrol. Orang akan berpartisipasi dalam suatu kegiatan pembangunan jika berakibat meningkatkan status sosial dan barpartisipasi juga karena takut terkena sanksi sosial.

c. Motif keagamaan, dimana motif ini didasarkan pada kepercayaan kepada kekuatan agama yang berada di luar dirinya. Agama sebagai ideologi sosial

(49)

commit to user

d. Motif ekonomi, yaitu adanya keuntungan yang seringkali mendorong orang

untuk mengambil keputusan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pengambilan keputusan berpartisipasi dalam masyarakat bila menghasilkan

manfaat keuntungan bagi dir/kelompoknya dan kerugian yang diperoleh lebih kecil akibat ikut berpartisipasi dari pada tidak ikut berpartisipasi.

e. Motif politik, motif yang didasarkan oleh kekuasaan, partisipasi seseorang/kelompok tertentu akan ditentukan oleh besar kecilnya kekuasaan yang diperoleh dari partisipasi dan kegiatan yang diikuti. Makin besar yang

diperoleh dari keterlibatan dalam kegiatan akan makin meningkat partisipasinya.

B. Penelitian yang Relevan

1. Manajemen swakelola sampah Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta oleh Surahmah Asti Mulasari, Tugas Akhir

Universitas Gajah Mada tahun 2007. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui manfaat swakelola sampah dan tingkat keberhasilan swakelola

sampah di Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor.

2. Mekanisme partisipasi masyarakat dalam program rekonstruksi pasca bencana

alam, (studi kasus pembangunan perumahan korban gempa dan tsunami di kelurahan Suak Indrapuri dan Desa Peunaga Cut Ujong Kabupaten Aceh Barat., oleh Hasmi Zuandi., Pascasarjana UGM .Tesis. 2007.

(50)

commit to user

C. Kerangka Berpikir

Dari uraian latar belakang serta permasalahan yang telah dirumuskan, sistem partisipasi masyarakat dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka

pikir sebagai berikut :

Gambar 5. Kerangka berpikir sistem partisipasi masyarakat

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri diperlukan upaya-upaya

yang dapat merubah persepsi masyarakat yang dahulu beranggapan bahwa sampah itu merupakan barang yang tidak berguna dan harus dibuang menjadi

pandangan baru bahwa sampah itu dapat digunakan kembali dan bisa menghasilkan. Dari perubahan persepsi tersebut akan menimbulkan pengaruh positif pada masyarakat terhadap kegiatan pengolahan sampah mandiri. Dengan

persepsi yang benar, diharapkan akan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan sampah. Sikap positif yang mempertimbangkan etika lingkungan, serta bermanfaat baik ekonomi, sosial

(51)

commit to user

maupun lingkungan, akan mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan

pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian hasil partisipasi ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat Sukunan, tetapi

juga meningkatkan kemampuan masyarakat dalam ilmu pengetahuan, pengelolaan lingkungan hidup, khususnya dalam mengelolah sampah yang dihasilkan setiap

rumah tangga dan juga dalam pengendalian pencemaran lingkungan hidup yang terjadi akibat dari kegiatan sehari-hari, serta pelestarian lingkungan yang

(52)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Waktu

penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Desember 2009.

B.Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan di lapangan dan wawancara dengan masyarakat

Sukunan. Data sekunder merupakan informasi yang telah tersedia di lapangan berupa : jumlah penduduk, denah wilayah Sukunan, sistem pengelolaan sampah Sukunan dan kliping perkembangan program pengelolaan sampah Sukunan.

Materi atau obyek yang diteliti adalah partisipasi masyarakat, dalam hal ini antara lain : prasarana pengelolaan sampah di Sukunan, masyarakat Sukunan dan kegiatan pengelolaan sampah di Sukunan.

2. Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

(53)

commit to user

yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat. Dalam penelitian kualitatif ini,

data yang diperlukan berupa jenis informasi yang penting untuk dikaji, sebagian besar berupa data kualitatif. Menurut Lofland ( Moleong, 2009 : 157) sumber data

utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan.

Untuk mendapatkan data yang berupa kata-kata peneliti mengadakan wawancara sendiri dengan beberapa nara sumber, antara lain:

a. Penduduk Dusun Sukunan (8 orang) sebagai tim pengelolaan sampah ;

b.Pelopor kegiatan pengelolaan sampah di Dusun Sukunan (Iswanto);

c. Ketua RW dan Ketua RT;

d.Ketua Paguyuban Sukunan Bersemi (PSB) Suharto.

Sehubungan dengan yang diteliti adalah partsipasi masyarakat, maka penulis

mencoba menggali informasi dari tokoh masyarakat di Sukunan dan orang-orang yang punya peran dalam tim pengelolaan sampah Sukunan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

(54)

commit to user

tuntutan, kepedulian dan lain sebagainya, yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba,

(dalam Moleong, 2009 : 186)

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat,

tidak dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama. Kelenturan dan kelonggaran cara ini akan mampu mengorek kejujuran

informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, yang berkaitan dengan perasaan, sikap dan persepsi mereka terhadap kegiatan pengelolaan sampah

(Sutopo, 1996 : 137).

2. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan (observasi) adalah suatu metode pengumpulan data dengan melibatkan peneliti pada objek penelitian yang terjadi. Observasi dilaksanakan pada masyarakat Sukunan. Pengamatan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

informasi secara langsung tentang prasarana pengolahan sampah, kegiatan masyarakat Sukunan khususnya dalam penngelolaan sampah, atau aktifitas

masyarakat dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan, kondisi lingkungan dusun Sukunan yang membuktikan sampah terolah melalui

keberadaan pra sarana dan hasil olah sampah. Hasil observasi digunakan untuk membahas lebih dalam tentang permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Hasil

observasi disajikan dalam dokumentasi pada lampiran 6,7 dan 8.

(55)

commit to user

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Manfaat observasi adalah sebagai berikut :

a. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami

konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak

dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan.

c. Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat

sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan lembaga.

e. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi

responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

(56)

commit to user

3. Diskusi

Diskusi tentang perkembangan pengelolaan sampah dilakukan pada saat pertemuan warga masyarakat Sukunan di rumah Ketua Paguyuban Sukunan

Bersemi (PSB) pada hari Sabtu tanggal 9 Januari 2010 pukul 19.00- 21.00 WIB. Diskusi dihadiri oleh 12 orang terdiri dari ketua PSB, pelopor kegiatan

pengelolaan sampah, ketua RT, ketua kelompok pemuda, para koordinator unit. Kelompok diskusi terbagi 2 untuk membahas perkembangan kegiatan pengelolaan

sampah dan evaluasi hasil pelaksanaan pengelolaan sampah di Sukunan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari : 1) Observasi/pengamatan, pengamatan dilakukan secara langsung oleh peneliti pada dusun Sukunan baik dari segi

lingkungan maupun kegiatan masyarakat. 2). Wawancara mendalam/indepth interview, wawancara dilakukan peneliti kepada beberapa narasumber yang

mengetahui dengan baik proses dan perkembangan pengelolaan sampah di Sukunan. 3). Diskusi dilakukan dengan mengumpulkan data dari beberapa narasumber, baik dari tokoh masyarakat Sukunan maupun anggota masyarakat.

Isi instrumen adalah sebagai berikut : 1). Instrumen observasi : hal-hal yang diobservasi adalah prasarana pengolahan sampah, kegiatan masyarakat

(57)

commit to user

sampah, motivasi masyarakat Sukunan untuk ikut serta dan bentuk partisipasi

masyarakat Sukunan dalam pengelolaan sampah. 3). Instrumen diskusi : catatan tentang hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa informan.

E.Teknik Sampling

Dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teknik cuplikan yang bersifat selektif, dengan memilih narasumber/informan yang dianggap mengetahui proses dan perkembangan program pengelolaan sampah di Sukunan, sehingga

kemungkinan pilihan informasi dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Teknik sampling semacam ini

menggunakan teknik “purposive sampling” yang bersifat internal, yang memberi kesempatan bahwa keputusan bisa diambil begitu peneliti mempunyai suatu

pikiran umum yang muncul mengenai apa yang sedang dipelajari, dengan siapa akan bicara, kapan perlu melakukan observasi yang tepat (time sampling) dan juga berapa jumlah serta macam dokumen yang ditelaah (Sutopo,1996 :35).

Teknik “purposive sampling” atau sample bertujuan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan memperoleh variasi data/informasi

sebanyak-banyaknya. Dalam penelitian ini, pemilihan sampel tidak ditentukan terlebih dahulu darimana atau dari siapa tetapi setelah berjalan pemilihan sampel

(58)

commit to user

berkelanjutan. Jika informasi yang didapatkan dari beberapa sampel sama atau

terjadi pengulangan data maka penarikan sampel dianggap cukup dan diakhiri.

F. Validitas Data

Dalam penelitian ini untuk menghindari ketidak percayaan data dilakukan teknik triangulasi sumber guna mempertinggi kebenaran data, yakni dengan mengecek dari beberapa sumber yang berbeda mengenai masalah yang sama. Langkah untuk mendapatkan kebenaran informsi setiap informan, dilakukan

teknik recheck, yaitu upaya meneliti data hasil wawancara dari informan untuk memperoleh tingkat kebenaran informasi dari informan.

Langkah yang digunakan penulis dalam memperoleh validitas data sesuai dengan langkah-langkah yang diutarakan Moleong (2009: 175 – 179) yaitu :

1. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan yang sedang dicari dan kemudian memasukkan hal-hal tersebut secara rinci.

2. Teknik trangulasi data (sumber), adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu dan untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding data itu ( Moleong, 2009: 178). Jenis yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi

(59)

commit to user

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini dilakukan analisis interaktif yang berbentuk siklus

(Matthew, 2002 : 20). Analisis data dilakukan secara terus menerus dari awal pengumpulan data hingga proses verifikasi yang berlangsung mulai dari awal

penelitian sampai dengan penelitian selesai. Dengan demikian proses analisis terjadi secara interaktif, dan menguji antar komponen secara siklus yang berlangsung terus menerus dalam waktu cukup lama. Dengan demikian data hasil kesimpulan telah teruji dengan selektif dan akurat.

Dalam analisis model interaktif ini meliputi komponen-komponen yakni :

pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

1. Pengumpulan data

Data yang didapat dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci.

2. Reduksi data

Laporan dirangkum serta dipilih-pilih, difokuskan pada hal yang penting dan diperlukan.

3. Sajian data

Gambar

Gambar 1. Hierarki  pengelolaan sampah
Gambar 2. Alur Manajemen Persampahan.
Gambar 3.  Bagan Pengolahan sampah produktif
Gambar 5.  Kerangka berpikir sistem  partisipasi masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

menghindari terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan yang terlibat dalam aktivitas penjualan kredit, otorisasi yang benar atas transaksi dan aktivitas

Kiinteiden vaikutusten estimoinnissa vaikuttaa siltä, että työvoiman rakenne, kuten koulutettujen tai naisten osuus , ei vaikuta tuottavuuteen.. Toisaalta satunnaisten

Berdasarkan hasil yang di dapat dalam analisis regresi linier berganda dengan pengujian secara simultan diketahui bahwa variabel motivasi kerja (X1), disiplin (X2) dan insentif

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui: 1) pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha, 2) pengaruh lingkungan keluarga terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas laboratorium sebagai penunjang praktikum Biologi di SMA N 1 Polanharjo Klaten tahun pelajaran 2017/2018 memiliki kategori

PERBANDINGAN HASIL LARIAN ASAL COGNAC DAN HASIL LARIAN KAEDAH-KAEDAH PENYARINGAN DATA LEWAH Perbandingan keputusan antara hasil larian kaedah kod Prüfer, hasil larian kaedah

Melalui diskusi kelompok dan tanya jawab dengan guru, peserta didik dapat menyebutkan macam macam pemuaian dalam kehidupan sehari-hari.. Melalui diskusi kelompok dan

Maharaja Sri Jayasakti adalah seseorang yang mempunyai kedudukan sebagai raja pada masa pemerintahan kerajaan Bali Kuno yang berkisar dari tahun 1055 M sampai tahun 1072