• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN FIDUSIA (KREASI) (Halaman 26-85)

BAB II

: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dikemukakan kerangka teori mengenai tinjauan umum tentang kredit, tinjauan umum tentang jaminan fidusia, tinjauan umum tentang kredit angsuran fidusia (KREASI), tinjauan umum

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

tentang Perum Pegadaian, tinjauan umum tentang Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Di samping itu, memuat kerangka pemikiran dari penulis mengenai Pemberian Kedit Angsuran Fidusia (KREASI) oleh Perum Pegadaian Ditinjau dari Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 Tantang Jaminan Fidusia (Studi di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta).

BAB IV

: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas sekaligus menjawab permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Pertama, mengenai faktor – faktor yang menjadi pertimbangan Perum Pegadaian memberikan kredit angsuran fidusia. Kedua mengenai, telaah pemberian kredit angsuran fidusia di Pegadaian Cabang Purwotomo berdasarkan pada Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

: PENUTUP

Dalam bab ini berisi simpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi obyek penelitian dan saran.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Kredit

digilib.uns.ac.id

b.

Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Kepercayaan dapat dilihat dari dua segi yaitu :

1) Segi kreditur, percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan.

2) Segi debitur, percaya bahwa kreditur dapat menerima debitur.

Ketentuan pada Pasal 1 angka 11 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mendefinisikan ”kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, bersadarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Menurut Drs. OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang (H. Budi Untung, 2000: 1).

Unsur – Unsur Kredit

Unsur – unsur yang terdapat dalam kredit dapat digolongkan menjadi: 1) Kepercayaan

Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalambentuk uang, barang, atau jasa, akan benar – benar

commit to user

15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.

c. 2)

3)

4)

Waktu

Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

Degree of risk

Degree of risk yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Dengan adanya unsur resiko maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.

Prestasi

Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering digunakan dalam praktek perkreditan (Thomas Suyatno, H.A. dkk, 2003: 14).

Jenis Kredit

Berdasarkan tujuannya kredit dapat digolongkan menjadi: 1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk

memperlancar jalannya proses konsumsi;

2) Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi;

3) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang – barang untuk dijual lagi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

2. a.

Tinjauan Umum Tentang Jaminan Fidusia Jaminan

Jaminan adalah tangungan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan, yaitu bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan. (H. Budi Untung, 2000: 56)

Pasal 1131 KUHPerdata menetapkan segala barang – barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan – perikatan perorangan debitur itu.

Pasal 1132 KUHPerdata menentukan bahwa barang – barang itu menjadi jaminan bersama bagi semua kreditur terhadapnya, hasil penjualan

barang – barang itu dibagi menurut perbandingan pi uta ng ma sin g – ma sin g ke cu ali bil a dia nta ra

para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.

Ketentuan di atas bersifat umum, arti jaminan itu adalah semua harta benda debitur baik benda bergerak maupun benda tetap, benda-benda yang sudah ada maupun yang masih akan ada, semua benda itu menjadi jaminan bagi seluruh perutangan debitur dan berlaku untuk semua kreditur.

Menurut Subekti, jaminan yang baik dan ideal dapat dilihat dari: 1) Dapat secara mudah membantu perolehan kredit bagi pihak yang

memerlukannya

2) Tidak melemahkan potensi atau kekuatan si penerima kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya

3) Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk melunasi utangnya si penerima atau pengambil kredit (Subekti, 1989: 19).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

Kegunaan jaminan adalah untuk:

1) Memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang – barang jaminan tersebut, apabila nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

2) Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya, dapat dicegah atau sekurang – kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat demikian diperkecil terjadinya.

3) Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat – syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah dijaminkan kepada bank (Thomas Suyatno, dkk, 2003: 88).

Fidusia menurut asal katanya berasal dari kata”fides” yang berarti

kepercayaan. Sesuai dengan arti kata ini, maka hubungan

hukum antara debitur

(pemberi kuasa) dan kreditur (penerima fidusia) merupakan hubungan hukum yang berdasarkan kepercayan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 42 tahun 1999 Pasal 1 (ayat 1, ayat 2) menyatakan bahwa:

1)

2)

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang

kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang No. 4

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagaimana agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.

Keterangan di atas sesuai dengan pendapat Sri Soedewi Masjchum Sofwan bahwa pada Fiduciare Eigendoms Overdracht (FEO) yang dipindahkan itu adalah hak milik atas benda sebagai jaminan atas kepercayaan sedangkan bendanya masih tetap berada pada tangan si berhutang sehingga dapat

digunakan untuk menjalankan usahanya. Terjadi penyerahan secara Constitutum Posessorioum yaitu barang yang diserahkan dibiarkan tetap dalam penguasaan pihak pemberi jaminan, dalam arti yang diserahkan hanya hak milik saja (Sri Soedewi Masjchum Sofwan, 1977: 41).

Ivan P. Mangatchev mengemukakan definisi fidusia menjadi dua istilah hukum yaitu:

1)

2)

Dominium, which signifies full ownership. Full means the widest right over property. Owner is free do decide or dispose of his property as he wish. Dominium is exclusive – the owner may do anything, which is not prohibited by the law. He had the absolute power over this property and may require from any third parties to respect his right.

Detention, which means possession over some property, but it is narrower than dominium. The possessor does not have the ownership over the property as in dominium. I am using this term only to describe creditor’s right to possess property for debt security (Ivan P. Mangatchev, 2009: 3).

Artinya adalah:

1) Dominium, yang menandakan kepemilikan penuh. Pemenuhan harta mencakup semua hak atas benda. Pemilik bebas memutuskan atau membuang harta saat ia inginkan. Dominium adalah hak eksklusif pemilik dapat melakukan apa saja, yang tidak dilarang oleh hukum. Ia memiliki kuasa mutlak atas benda ini dan mungkin memerlukan dari pihak ketiga untuk menghormati haknya.

2) Detention, yang berarti kepemilikan atas harta tertentu, tetapi lebih sempit dari dominium. Pemilik tidak memiliki kepemilikan atas

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

benda seperti dalam dominium.

digilib.uns.ac.id

20

Istilah ini hanya untuk menggambarkan hak kreditur dalam memiliki harta benda untuk keamanan utang.

Sifat Jaminan Fidusia meliputi: 1) Sifat mendahului (droit de preference)

Dalam jaminan fidusia seperti halnya hak agunan atas kebendaan lainnya seperti yang diatur dalam pasal 1150 KUHPerdata, hak tanggungan (Undang – Undang No. 4 Tahun 1996) dan hipotik, maka jaminan fidusia menganut prinsip ”droit de preference” hak didahulukan sebagaimana dimaksud adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. 2) Droit de suit

Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi obyek jaminan fidusia (Mariam Darus Badrulzaman, 1994: 79).

Benda – benda yang menjadi obyek jaminan fidusia sebagai berikut: 1) Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum,

2) Dapat atas benda berwujud,

3) Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang, 4) Benda bergerak,

5) Benda tidak bergerak,

6) Benda tidak bergerak yang dapat diikatkan dengan hipotik,

7) Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan

diperlukan suatu akte pembebanan fidusia tersendiri, 8) Dapat atas satu satuan atau jenis benda,

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

9) Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda, 10) Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi obyek fidusia, 11) Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi obyek

jaminan fidusia,

12) Benda persediaan (inventory, stock perdagangan) dapat juga menjadi obyek jaminan fidusia.

Terhadap pembebanan fidusia yang berobyekkan barang persediaan ini dalam hukum Anglo Saxon dikenal dengan nama floating lien atau loating chargo. Disebut dengan floating (pembebanan) karena jumlah benda yang menjadi obyek jaminan sering berubah – ubah sesuai dengan persediaan stock mengikuti irama pembelian dan penjualan dari benda tersebut (Munir Fuady, 2003: 23).

Pengalihan jaminan fidusia terdapat dalam Pasal 19 Undang – Undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menetapkan bahwa pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan jaminan fidusia mengakibatkan beralihnya hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada kreditur baru. Peralihan itu didaftarkan oleh kreditur baru kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.

Pasal 25 Undang – Undang No. 42 Tentang Jaminan Fidusia menyatakan secara tegas bahwa jaminan fidusia hapus karena: 1)

2) 3)

Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia

Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia, atau Musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia

3. Tinjauan Umum Tentang Kredit Angsuran Fidusia (KREASI)

Pada dasarnya pegadaian adalah lembaga keuangan bukan bank yang memberikan pinjaman atas dasar hukum gadai. Akan tetapi sekarang pegadaian

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

22

berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat. Gadai merupakan jaminan dengan menguasai bendanya sedangkan hipotik/Hak tanggungan merupakan jaminan dengan tanpa menguasai bendanya. Jaminan dengan menguasai bendanya bagi kreditor akan lebih aman karena mengingat pada benda bergerak mudah untuk dipindahtangankan dalam arti dijual lelang jika debitur wanprestasi, walaupun mudah untuk berubah nilainya.

Seiring dengan perkembangan, kebutuhan masyarakatpun semakin komplek sehingga gadai dirasa tidak sesuai karena masyarakat membutuhkan gadai dimana barang jaminan tersebut tetap dapat digunakan, yang berpindah hanya hak kebendaannya saja yang dikuasai oleh kreditur. Masyarakat

membutuhkan gadai namun bendanya dapat digunakan untuk aktivitas, kemudian muncullah yang disebut dengan fidusia, dimana pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak

kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Adanya permasalahan tersebut maka Pegadaian mengembangkan pelayanannya dengan memberikan kredit dengan jaminan fidusia. Dasar hukum Perum Pegadaian memberikan Jaminan Fidusia adalah berdasarkan pada Pasal 8 Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Pegadaian, maksud dan tujuan Perum Pegadaian adalah untuk membantu masyarakat untuk mendapatkan dana yaitu dapat dilakukan dengan cara:

a. Penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai

b. Penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu, unit toko emas, dan industri perhiasan emas serta usaha – usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya maksud dan tujuan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, dengan persetujuan Menteri Keuangan.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemberian kredit dengan jaminan fidusia di Perum Pegadaian yaitu melalui kredit angsuran fidusia, yang pada dasarnya pemberian kredit tersebut mengunakan sistem fidusia. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai:

a. Pengertian Kredit Angsuran Fidusia

Kredit angsuran fidusia adalah kredit angsuran dengan sistem fidusia. Produk ini merupakan pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro dan kecil dalam rangka pengembangan usaha dengan konstruksi pinjaman secara fidusia dan pengembalian pinjaman dilakukan melalui angsuran.

b. Tujuan Kredit Angsuran Fidusia

Membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta menyejahterakan masyarakat.

c. Subyek Kredit Angsuran Fidusia

Calon nasabah kredit angsuran fidusia adalah seseorang atau suatu lembaga usaha mikro – kecil.

d. Obyek Kredit Angsuran Fidusia

Obyek kredit angsuran fidusia dibatasi pada kendaran bermotor roda empat atau lebih, baik plat hitam maupun plat kuning, dan kendaraan bermotor roda dua yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Perum Pegadaian.

4. Tinjauan Umum Tentang Pegadaian a. Pengertian Pegadaian

Pegadaian (pawnshop) adalah salah satu bentuk Lembaga Pembiayaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas berpenghasilan rendah yang

membutuhkan dana dalam waktu segera. (Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, 2000: 105).

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai. Gadai menurut pasal 1150 KUHPerdata adalah hak yang diperoleh seorang kreditur

atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang debitur atau oleh orang lain atas namanya, yang memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan dari kreditur – kreditur lainnya, dengan pengecualian biaya lelang barang tersebut dan biaya pemeliharan setelah barang itu digadaikan, harus dilunasi lebih dahulu.

Pegadaian mempunyai tugas pokok yaitu memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari masyarakat (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2009: 212).

Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang

memberikan kredit kepada masyarakat dengan corak khusus yang telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1901 (Hermansyah, 2005: 14). Kelembagaan

pegadaian menurut Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1990 adalah lembaga pegadaian berbentuk Perum (Perusahaan Umum) dan berada dibawah naungan Kantor Menteri Negara BUMN.

Peter J. Drake berpendapat terbentuknya pegadaian disebabkan oleh: From the earliest times, traditional codes of law buttressed the

importance of indebtedness and its inevitable consequences of bondage and debt slavery for those peasants who could not make ends meet. It was easy to fall into such situations because of high rates of interest resulting from low savings and scarce capital in the agricultural economy. Peter Boomgaard traces the history of debt, interest, and bondage within legal frameworks from 1400 to 1800. Feudal laws still pertained as the economy moved increasingly from agriculture to trade and commerce. With Dutch colonization came further laws that

promoted the documentation and enforcement of debt contracts. Thus, there was long-run continuity in the legal and political regulation of

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

credit. The institutional legacy of the colonists also included

cooperative societies, which were introduced around 1901. Indonesians took readily to cooperatives because they were compatible with

indigenous traditions of collectivism (Peter J. Drake, 2010: 107). Menurut keterangan di atas dapat diartikan bahwa:

Zaman dulu, hukum tradisional menopang pentingnya hutang dan tidak dapat dihindarkan serta merupakan konsekuensi dari perbudakan utang bagi petani yang tidak dapat memenuhi kebutuhan. Peter Boomgaard

mencatat sejarah tentang utang, bunga, dan perbudakan dalam kerangka kerja hukum dari tahun 1400-1800. Hukum feodal berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dari pertanian, perdagangan, dan perniagaan. Dengan datangnya penjajahan Belanda membawa hukum lebih lanjut mengenai dokumentasi dan penegakan kontrak utang. Maka, ada kesinambungan jangka panjang dalam peraturan hukum dan politik tentang kredit. Hal tersebut merupakan warisan kelembagaan koloni dan termasuk koperasi masyarakat, yang diperkenalkan sekitar 1901. Indonesia mengadopsi ketentuan tersebut karena sesuai dengan tradisi/adat.

b. Visi dan Misi Perum Pegadaian 1)

2)

Visi Perum Pegadaian

Pada Tahun 2013 Pegadaian menjadi ”Champion” dalam pembiayan mikro dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat menengah kebawah.

Misi Perum Pegadaian

a) Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro, kecil dan menengah atas dasar hukum gadai dan fidusia.

b) Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dana

melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik secara konsisten. c) Melaksnakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

c. Tujuan Pegadaian

1) Membantu masyarakat golongan ekonomi lemah mengatasi kesulitan akan dana yang dibutuhkan segera.

2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lapisan bawah yang

berpenghasilan rendah dengan mencegah dan menghindari praktek lintah darat dan pegadian gelap dengan bunga yang tinggi.

3) Melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional (Abdulkadir Muhamad dan Rilda Murniati, 2000: 100).

Berkaitan untuk mencapai tujuan tersebut, pegadaian melaksanakan berbagai usaha. Beberapa usaha tersebut adalah:

1) Kredit cepat aman adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dalam hal ini pemerintah melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam perbankan.

2) Krasida adalah kredit angsuran sistem gadai. Krasida merupakan

pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro dan kecil (dalam rangka mengembangkan usaha) atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya dilakukan melalui angsuran.

3) Kreasi adalah kredit dengan sistem fidusia, yang diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya. 4) Krista adalah kredit usaha rumah tangga, yang diberikan kepada Usaha

Rumah Tangga untuk pengembangan Usahanya.

5) Ar-Rahn (Gadai Syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip – prinsip Syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut biaya

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

administrasi dan Ijaroh (biaya jasa simpanan dan pemeliharaan barang jaminan).

6) Jasa Titipan adalah jasa titipan barang bagi masyarakat yang ingin

menitipkan barang – barang berharga miliknya agar aman dari gangguan, pencurian dan kerusakan.

7) Jasa Taksiran adalah suatu layanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui besar nilai riil barang yang dimiliki, baik untuk dijadikan jaminan pinjaman maupun untuk dijual (www.pegadaian.co.id) [9 Januari 2010 pukul 10.00].

5. Tinjauan Umum Tentang Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

Terjadinya krisis dalam bidang ekonomi hukum jaminan pada pertengahan sampai dengan akhir abad 19, terjadi pertentangan berbagai

kepentingan. Krisis ditandai dengan permasalahan yang dihadapi oleh perusahan – perusahaan pertanian di Negara Belanda. Lahirlah lembaga jaminan fidusia yang keberadaannya didasarkan pada yurisprudensi.

Indonesia pada masa itu untuk mengatasi masalah tersebut, dibentuk peraturan tentang ikatan panen atau Oogstverband (Staatsblad 1886 Nomor 57). Peraturan tersebut mengatur tentang pinjaman uang, dengan adanya peraturan ini maka dimungkinkan untuk mengadakan jaminan atas barang – barang bergerak namun barang itu masih berada dalam kekuasaan debitur.

Perkembangan selanjutnya fidusia telah mengalami perkembangan yaitu mengenai kedudukan para pihak. Pada zaman Romawi dulu, kedudukan penerima fidusia adalah sebagai pemilik atas barang yang difidusiakan, akan tetapi sekarang

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

sudah diterima bahwa penerima fidusia hanya berkedudukan sebagai pemegang jaminan saja.

Perkembangan yang menyangkut kedudukan debitur, hubungannya dengan pihak ketiga dan mengenai obyek yang dapat difidusiakan. Mengenai obyek fidusia ini, Hoge Raad Belanda dan Mahkamah Agung di Indonesia berpendapat bahwa fidusia hanya dapat dilakukan atas barang – barang bergerak. Namun dalam praktek kemudian orang – orang menggunakan fidusia untuk barang – barang tidak bergerak.

Eksistensi jaminan fidusia dalam praktik sehari – hari dikenal dengan nama”Fiduciare Eidendoms Overdracht” yang disingkat FEO. Kebiasaan

tersebut lahir berdasarkan yurisprudensi yang diberlakukan di Belanda, oleh Arrest

Dalam dokumen PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN FIDUSIA (KREASI) (Halaman 26-85)

Dokumen terkait