perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN FIDUSIA (KREASI)
OLEH PERUM PEGADAIAN DITINJAU DARI
UNDANG – UNDANG NO. 42 TAHUN 1999
TENTANG JAMINAN FIDUSIA
(Studi di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi
Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
Erlinda Frisca Dewi
NIM.E0006273
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih
Dan Penyayang
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulisan Hukum (Skripsi)
PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN FIDUSIA (KREASI)
OLEH PERUM PEGADAIAN DITINJAU DARI
UNDANG – UNDANG NO. 42 TAHUN 1999
TENTANG JAMINAN FIDUSIA
(Studi di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta)
Oleh
Erlinda Frisca Dewi
NIM.E0006273
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 13 Juli 2010
Dosen Pembimbing
Pranoto, S.H.,M.H.
NIP. 196412191989031002
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PEGADAIAN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NO. 42 TAHUN
1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA
(Studi di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta)
Oleh
Erlinda Frisca Dewi
NIM.E0006273
Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada
Hari
Tanggal
:
: Rabu
: 21 Juli 2010
DEWAN PENGUJI
1. Endang Mintorowati, S.H.,M.H.
NIP. 194905051980032001
Ketua
2. Yudho Taruno Muryanto, S.H.,M.Hum.
NIP. 197910142003121001
Sekretaris
3. Pranoto, S.H.,M.H.
:………
:………
:………
NIP. 196412191989031002
Anggota
Mengetahui
Dekan,
MohammadcommitJamin, S.H.M.Hum
NIP. 196109301986011001
iv
perpustakaan.uns.ac.id
Nama
NIM
PERNYATAAN
: Erlinda Frisca Dewi
: E0006273
digilib.uns.ac.id
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul
PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN FIDUSIA (KREASI) OLEH PERUM
PEGADAIAN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NO. 42 TAHUN
1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA (Studi di Perum Pegadaian Cabang
Purwotomo Surakarta) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi
tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan
saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan
hukum (skripsi) ini.
Surakarta, Juli 2010
yang membuat pernyataan
Erlinda Frisca Dewi
NIM.E0006273
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Erlinda Frisca Dewi, E.0006273.2010. PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN
FIDUSIA (KREASI) OLEH PERUM PEGADAIAN DITINJAU DARI
UNDANG – UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN
FIDUSIA (Studi di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta)
Purwotomo berdasarkan pada Undang – Undang No. 42 tentang Jaminan Fidusia.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif.
Sumber penelitian yang digunakan meliputi bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan sumber penelitian yang
digunakan yaitu wawancara dan studi kepustakaan. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan teknik analisis kualitatif dengan interaktif model yaitu komponen
reduksi data dan penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan data,
kemudian diolah dan dianalisis untuk menjawab permasalahan yang diteliti.
Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan dari sumber penelitian yang diolah,
sehingga pada akhirnya dapat diketahui mengenai faktor – faktor yang menjadi
pertimbangan Perum Pegadaian memberikan Kredit Angsuran Fidusia dan telaah
Kredit Angsuran Fidusia berdasarkan pada Undang – Undang No. 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan bahwa
faktor – faktor yang menjadi pertimbangan Perum Pegadaian memberikan Kredit
Angsuran Fidusia adalah peran pemerintah dalam rangka pembangunan nasional,
kebutuhan ekonomi masyarakat, upaya untuk meraih pasar baru, menghindarkan
masyarakat dari praktek ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar
lainnya, serta upaya untuk menarik nasabah. Pemberian kredit angsuran fidusia di
Pegadaian Cabang Puwotomo Surakarta menyimpang dari Undang – Undang No.
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yaitu pada Pasal 11 sampai Pasal 18.
Pegadaian tidak mengindahkan peraturan bahwa semua benda yang dibebani
jaminan fidusia wajib didaftarkan.
Kata Kunci : Kredit, Jaminan Fidusia, Perum Pegadaian.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Erlinda Frisca Dewi, E.0006273.2010. FIDUCIARY LOANS (KREASI) BY
PAWNING VIEWED FROM LEGISLATION NUMBER 42 YEAR 1999
ABOUT FIDUCIARY (Studies in Pawnshop Purwotomo Surakarta Branch).
This study aimed to find out about factors - factors that are considered
Pawnshop provide a credit of fiducia, and granting a credit of fiducia review at the
Pawnshop Purwotomo Branch based on Legislation Number 42 Year 1999 about
Fiduciary.
interactive components of the model: data reduction and presentation of data is
done in conjunction with data collection, then processed and analyzed to answer
the problem under study. The last step is to draw conclusions from research
sources were processed, which in turn can be known about factors – factors that
are considered Pawnshop provide a credit of fiducia and granting a credit of
fiducia review at the Pawnshop Purwotomo Branch based on Legislation Number
42 Year 1999 about Fiduciary.
Based on the research and discussion produced the conclusion that factors
-factors that are considered Pawnshop provide a credit of fiducia is the role of
government in the framework of national development, the economic needs of
society, efforts to reach new markets, prevent the public from the practice of debt
bondage, dark pawnshops, usury and loan other unnatural, as well as efforts to
attract customers. Granting a credit of fiduciary in Pawnshop Puwotomo Surakarta
Branch deviate on the Legislation Number 42 Year 1999 about Fiduciary is in
Article 11 to Article 18. Pawnshop not heed the rules that all the objects that bear
on fiduciary shall be registered.
Keywords: Credit, Fiduciary, Pawnshop.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“. . . . maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah
ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.”
(An-Nasr: 3)
Sesungguhnya dibalik kesulitan terdapat kemudahan
mit der Geschäft , Glauben und Gebet, alles wird möglich.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
digilib.uns.ac.id
Atas
berkat
rahmat
Allah
SWT,
karya
ini
saya
persembahkan untuk:
Kedua orang tuaku, ayahanda Suroto dan ibunda
Hartini, terimakasih atas doa dan kasih sayang
yang telah engkau berikan.
Saudaraku
tersayang,
kakakku
Hendraris
Prawokoudi dan adikku Bayu Arfianto, terimakasih
atas doa dan dukungan serta kasih sayang kalian.
Bayu
Adi
Prasetyo,
yang
telah
memberikan
Sahabat – sahabatku ”Rembo”.
KATA PENGANTAR
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Segala puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas
rahmat-NYA sehingga Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Penulisan
Hukum yang berjudul“PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN FIDUSIA
(KREASI) OLEH PERUM PEGADAIAN DITINJAU DARI UNDANG –
UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA (Studi di
Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta)”. Penulisan Hukum atau
Skripsi ini merupakan tugas wajib yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa
untuk melengkapi syarat memperoleh derajat sarjana (S1) dalam Ilmu Hukum
Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis sadar bahwa Penulisan Hukum atau Skripsi ini jauh dari sempurna,
sehingga adanya saran dan masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Penulis tetap berharap semoga Penulisan Hukum atau Skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan khasanah keilmuan yang ada di masyarakat.
kepada:
1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Ambar Budhisulistyawati , S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum
Perdata yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Pranoto, S.H., M.H., selaku Pembimbing penulisan skripsi yang telah
sabar memberikan bimbingan, saran, kritik, dan motivasi bagi Penulis untuk
menyelesaikan penulisan hukum ini.
4. Ibu Dr. I Gusti Ayu Ketut RH, S.H., M.M., selaku pembimbing akademis, atas
nasehat yang berguna bagi penulis selama penulis belajar di Fakultas Hukum
UNS.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan
skripsi ini.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Ketua Bagian PPH Bapak Lego Karjoko S.H., M.Hum., dan Mas Wawan
anggota PPH yang banyak membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
7. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Hukum UNS, yang telah membantu
menyediakan bahan referensi yang berkaitan dengan topik penulisan hukum.
8. Kepala serta Pegawai Perum pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta, Bapak
Sonny Bintoto Yudho, Bapak Suhardi, S.H, Bapak Giman, Ibu Danni yang
telah memberikan waktu dan tempat kepada penulis untuk melakukan
penelitian dan wawancara.
9. Ayahanda dan Ibunda tercinta atas cinta dan kasih sayang, doa, dukungan,
semangat dan segala yang telah diberikan yang tidak ternilai harganya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.
10. Saudaraku tersayang, kakakku Hendraris Prawokoudi, S. AP. dan Adikku
Bayu Arfianto yang selalu memberikan doa, kasih sayang dan dukungannya.
11. Bayu Adi Prasetyo, S. SOS., terimakasih telah menjadi tempat keluh kesah
penulis.
12. Aan Galih Prabowo, S.H., terimakasih telah memberikan banyak informasi,
bantuan dan dukungan kepada penulis.
Kumalasari, Meutika Azizah, Puri Tunjungsari, dan Niko Yudananta
terimakasih atas persahabatan kita, bantuan dan dukungannya.
14. Teman – teman bermainku Yeusi Mayla, Yousi C. Fuandine, Adit, Piggi,
Galih, Sony Hananto dan Sekar Tanjung ”etta”, terimakasih atas semangat dan
dukungannya.
15. Teman-teman kuliahku di Fakultas Hukum UNS angkatan 2006.
16. Semua pihak yang ikut dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum atau Skripsi ini masih jauh dari
sempurna baik dari segi subtansi ataupun teknis penulisan, untuk itu saran dan
kritik dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat penulis harapkan demi
perbaikan atau penyempurnaan penulisantohukum selanjutnya. Demikian semoga
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk
penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.
Surakarta,
Juli 2010
Penulis
ERLINDA FRISCA DEWI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...
HALAMAN PERSETUJUAN...
xii
i
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN...
HALAMAN PERNYATAAN...
ABSTRAK ...
HALAMAN MOTTO...
HALAMAN PERSEMBAHAN...
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI...
DAFTAR GAMBAR...
iv
v
vi
viii
ix
x
xiii
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Perumusan Masalah...
C. Tujuan Penelitian...
D. Manfaat Penelitian...
E. Metode Penelitian...
F. Sistematika Penulisan Hukum...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ...
1. Tinjauan tentang Kredit
a. Pengertian Kredit ...
b. Unsur – Unsur Kredit...
c. Jenis Kredit ...
...
3. Tinjauan tentang Kredit Angsuran Fidusia………...
4. Tinjauan tentang Pegadaian……….………….
a. Pengertian Pegadaian………...
b. Visi dan Misi Perum Pegadaian………….………….
c. Tujuan pegadaian……….
xiii
1
6
6
7
8
13
15
15
15
16
17
17
18
21
23
23
25
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Produk Pegadaian………
5. Tinjauan tentang Undang – Undang No. 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan fidusia…….……….
B. Kerangka Pemikiran...
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
aktor – Faktor yang Menjadi Pertimbangan Perum
Pegadaian Memberikan Kredit Angsuran Fidusia…………..
B.
elaah Pemberian Kredit Angsuran Fidusia di Perum
Pegadaian Cabang Purwotomo Berdasarkan Pada Undang –
26
27
31
F
33
T
Fidusia...
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ...
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xiv
40
77
78
[image:14.595.169.435.241.499.2]perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Model Analisis Interaktif...
Gambar 2. Kerangka Pemiikiran...
commit to user
13
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arah pembangunan jangka panjang pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Tujuan yang hendak dicapai adalah mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan sprirituil berdasarkan
Pancasila, dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembangunan itu harus
dilaksanakan disegala bidang di seluruh tanah air bukan untuk golongan tertentu saja
atau untuk sebagian dari masyarakat tetapi untuk seluruh masyarakat dan benar-benar
dapat dirasakan oleh seluruh rakyat.
Perkembangan perekonomian yang semakin pesat biasanya diiringi dengan berbagai persoalan-persoalan ekonomi yang semakin komplek sehingga menjadikan
masyarakat untuk berpikir lebih jauh dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Bagi masyarakat kelas menengah keatas yang memiliki kondisi sosial yang
mapan baik dilihat dari segi pekerjaan, tingkat pendapatan maupun pendidikan,
masyarakat pada lapisan ini relatif mampu untuk memenuhi standar hidup yang layak
dan biasanya masalah ekonomi yang mereka hadapi bukan lagi pada hal – hal yang
bersifat mendasar melainkan adalah masalah dunia usaha yang mereka kelola.
Sebaliknya bagi masyarakat kelas menengah kebawah atau golongan ekonomi lemah yang kondisi sosial ekonominya kurang baik atau belum memenuhi
standar hidup yang layak, problem ekonomi yang dihadapi adalah kebutuhan yang
sifatnya mendasar untuk keperluan hidup sehari-hari atau yang sifatnya konsumtif
sehingga dua golongan masyarakat tadi mencari alternatif yang menguntungkan
dalam memenuhi kebutuhan ekonominya dengan cara yang berbeda.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, pemerintah
berusaha memberikan kemudahan untuk memperoleh kredit, untuk lebih
mengarahkan pada pembangunan pertumbuhan ekonomi dari bawah, pemberian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
kredit tidak saja dilaksanakan oleh bank tetapi dapat dilakukan oleh siapapun yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pinjaman atau piutang seperti lembaga
keuangan bukan bank.
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian menjadi Perusahaan Umum (Perum)
Pegadaian merupakan peraturan yang bijaksana dari pemerintah dengan mendirikan
lembaga jaminan yang diantaranya adalah Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang secara resmi mempunyai izin untuk
melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk
penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai.
Tujuan Perusahaan Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian adalah :
1. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai, dan jasa di bidang
keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perudang-udanganan yang
berlaku;
2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktek riba dan pinjaman tidak wajar lainnya.
Mengindahkan prinsip – prinsip ekonomi serta terjaminnya keselamatan kekayaan negara perusahaan mengadakan usaha-usaha sebagai berikut:
1. Menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat, aman, dan benar.
2. Usaha – usaha lain yang berhubungan dengan perusahaan (Mariam Darus
Badrulzaman, 1994: 160).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perusahaan Umum Pegadaian dalam menjalankan aktivitasnya adalah untuk memberikan jasa pelayanan kredit atas dasar hukum gadai dan berlaku untuk siapa
saja dengan syarat jaminan berupa benda – benda bergerak seperti emas, intan,
permata, alat – alat elektronik, kendaraan bermotor, dan lain – lain. Benda yang
bergerak yang menjadi jaminan itu harus berada dalam kekuasaan kreditur pemegang
gadai. Masyarakat yang membutuhkan dana diwajibkan menyerahkan benda bergerak
sebagai jaminan kepada Perum Pegadaian. Meskipun banyak lembaga keuangan yang
menawarkan pinjaman atau kredit, namun Perum Pegadaian menjadi pilihan
msyarakat yang membutuhkan dana karena lembaga ini mampu menyediakan dana
secara cepat dengan prosedur yang mudah. Hal ini sesuai dengan semboyan dari
Perum Pegadaian yaitu Mengatasi Masalah Tanpa Masalah.
Akibat perkembangan perekonomian yang semakin pesat dan munculnya persoalan – persoalan ekonomi yang semakin komplek sehingga menjadikan
masyarakat untuk berpikir lebih jauh dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Salah satu upaya Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian dalam mengatasi
persoalan – persoalan tersebut yaitu dengan mengembangkan usaha kreditnya melalui
penyaluran kredit kepada masyarakat dengan jaminan fidusia didasarkan pada
Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dengan tujuan untuk
memberikan kemudahan – kemudahan kepada masyarakat didalam memenuhi
kebutuhan ekonominya dan menunjang pelaksanaan kebijakan dan program
pemerintah di bidang ekonomi melalui penyaluran uang pinjaman.
Pemberian kredit dengan jaminan fidusia oleh Perum Pegadaian ini yaitu melalui suatu produk yang diberi nama Kredit Angsuran Fidusia disingkat KREASI
yang obyek jaminannya adalah kendaraan bermotor. Kredit tersebut diberikan dalam
rangka membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pada
masyarakat kecil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
namun masih memerlukan benda – benda itu untuk dapat dipakai. Dalam hal ini yang
berpindah adalah hak milik atas benda itu sebagai jaminan atas dasar kepercayaan,
sedangkan bendanya sendiri tetap di tangan debitur, sehingga tetap dapat
dipergunakan. Penyerahan secara fidusia ini disebut penyerahan hak milik atas dasar
kepercayaan (Fiduciare Eigendoms Overdracht).
Penyerahan kepemilikan benda tanpa menyerahkan fisik benda sama sekali yang disebut dengan ”Constitutum Prosessorium” dalam hal fidusia ini pada
prinsipnya dilakukan melalui proses 3 (tiga) fase yaitu sebagai berikut :
1. Fase Perjanjian Obligatoir (Obligatoir Overeenskomst)
Dari segi hukum dan dokumetasi hukum, proses jaminan fidusia diawali oleh sesuatu perjanjian obligatoir (Obligatoir Overeenskomst). Perjanjian overenskomst
tersebut berupa perjanjian pinjam uang dengan jaminan fidusia di antara pihak
pemberi fidusia (debitur) dengan pihak penerima fidusia (kreditur).
2. Fase Perjanjian Kebendaan (Zakelijke Overeenskomst)
Perjanjian kebendaan tersebut berupa penyerahan hak milik dari debitur kepada kreditur yang dilakukan secara constitutum possessorium yaitu penyeraahan hak
milik tanpa menyerahkan fisik benda.
3. Fase Perjanjian Pinjam Pakai
Benda jaminan atas asas penguasaan dan manfaatnya dinikmati oleh debitur (Munir Fuady, 2003: 5-6).
Pegadaian mempunyai konsisten dalam membantu masyarakat bawah dalam pengembangan UMKM. Pegadaian kini telah hadir untuk semua golongan
masyarakat baik masyarakat bawah maupun masyarakat menengah keatas, namun
Pegadaian tetap mengedepankan misi sosialnya yaitu membantu masyarakat agar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
terhindar dari praktek ijon, riba dan pinjaman yang tidak wajar lainnya. Kehadiran kantor cabang pegadaian dibeberapa kota menunjukkan bahwa pegadaian banyak
diminati oleh masyarakat.
Keunggulan dari Pegadaian Cabang Purwotomo ini adalah tetap mengedepankan prinsip suatu pegadaian yaitu membawa misi sosial yang terkhusus
sebenarnya sudah tidak diperbolehkan akan tetapi Pegadaian Cabang Purwotomo ini
masih menerima dengan alasan sosial.
Pegadaian Cabang Purwotomo merupakan pegadaian tingkat ke dua. Kecepatan, keramahtamahan, serta pelayanan yang optimal dan tepat menjadikan
Pegadaian Cabang Purwotomo sebagai pilihan masyarakat semua golongan untuk
mengatasi masalah tanpa masalah.
Program pengembangan UMKM di Pegadaian Cabang Purwotomo ini dapat berkembang secara signifikan, dengan terbukti banyaknya nasabah yang datang ke
Pegadaian ini. Salah satu kredit yang diminati gadai konvesional KCA dan Kredit
Angsuran Sistem Fidusia (Kreasi). Hingga sekarang ini, omset yang diperoleh adalah
Rp. 6 M/bulan. Contohnya seperti gadai konvensional KCA disediakan dana sebesar
RP. 200.000.000,00/harinya, sedangkan kredit angsuran fidusia targetnya mencapai
Rp. 300.000.000,00 sampai Rp. 500.000.000,00/bulan.
Kredit angsuran fidusia adalah kredit dengan sistem Fidusia, yang diberikan kepada UMKM untuk pengembangan usahanya. Prosedur pengajuan sederhana, cepat
dan mudah. Jangka waktu pinjaman fleksibel, mulai dari 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan
dan 36 bulan. Sewa modal (bunga pinjaman) hanya 0,9%/bulan. Agunan BPKB
kendaraan bermotor dan sepeda motor, sehingga kendaraan dapat tetap dipergunakan
untuk mendukung operasional perusahaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Bedasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul ”PEMBERIAN KREDIT ANGSURAN FIDUSIA (KREASI) OLEH
PERUM PEGADAIAN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NO. 42 TAHUN
1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA (Studi di Perum Pegadaian Cabang
Purwotomo Surakarta)”.
B. Perumusan Masalah
Masalah – masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
kredit angsuran fidusia?
2. Apakah pemberian kredit angsuran fidusia tersebut telah mengacu pada Undang -Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk memecahkan masalah agar suatu penelitian dalam menyajikan data akurat dan dapat memberi manfaat. Berdasarkan hal tersebut
maka penulisan hukum ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menjadi pertimbangan Perum Pegadaian memberikan kredit angsuran fidusia di Perum Pegadaian cabang Purwotomo
Surakarta.
b. Untuk mengetahui telaah pemberian kredit angsuran fidusia di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo berdasarkan pada Undang – Undang No. 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk meningkatkan kualitas pengetahuan penulis tentang kredit dengan jaminan fidusia melalui kredit angsuran fidusia di Perum Pegadaian Cabang
Purwotomo Surakarta.
b. Untuk menambah wawasan dan memperluas pemahaman akan arti pentingnya Ilmu Hukum dalam teori dan praktik.
c. Untuk memperoleh data – data sebagai bahan penulisan hukum guna memenuhi syarat dalam mencapai gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
a. Memberikan pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat bagi perkembangan hukum perdata, khususnya dalam hukum jaminan mengenai faktor – faktor
yang menjadi pertimbangan Perum Pegadaian memberikan kredit dengan
jaminan fidusia di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta.
b. Memberikan informasi bagaimana peraturan perundang – undangan mengenai jaminan fidusia, khususnya terhadap pemberian kredit angsuran fidusia.
c. Hasil dari penelitian ini dapat di pakai sebagai acuan terhadap penelitian – penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan serta pengetahuan bagi para pihak yang berkompeten dan terkait langsung dengan penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
b. Meningkatkan wawasan dalam pengembangan pengetahuan bagi peneliti akan permasalahan yang diteliti, dan dapat dipergunakan sebagai bahan masukan dan
referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada hal yang sama.
c. Melatih penulis dalam mengungkapkan permasalahan tertentu secara sistematis dan berusaha memecahkan permasalahan yang ada tersebut dengan
metode ilmiah.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam sebuah penelitian mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai pedoman guna mempermudah dalam
mempelajari, menganalisa dan memahami permasalahan yang sedang diteliti. Dengan
demikian metodologi penelitian merupakan unsur yang mutlak harus ada di dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan (Soerjono Soekanto, 2008: 7).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis dalam penelitian menggunakan metode penulisan yaitu :
1. Jenis Penelitian
penelitian empiris. Penelitian hukum empiris adalah penelitian yang menggunakan
data primer sebagai data utama, dimana penulis langsung melakukan penelitian
pada data primer di lapangan. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian
data primer di lapangan yaitu di Perum Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah deskriptif. Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala – gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama
untuk mempertegas hipotesa – hipotesa, agar dapat membatu didalam memperkuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
teori – teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori – teori baru (Soerjono Soekanto, 2008: 10).
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data yang dinyatakan
responden secara lisan atau tulisan, dan juga perilakunya yang nyata diteliti dan
dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2008: 250).
4. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data atau fakta – fakta yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui penelitian lapangan termasuk keterangan dari
responden yang berhubungan dengan obyek penelitian, sehingga dapat
memperoleh hasil yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Data primer dalam
penelitian ini dilakukan di Kantor Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data primer, data ini diperoleh melalui studi kepustakaan, buku-buku, literatur,
tulisan ilmiah, koran, majalah, peraturan perundang-undangan, dan sumber
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu perilaku warga masyarakat melalui penelitian (Soerjono
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Soekanto, 2008: 12). Dalam hal ini, sumber data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lokasi penelitian dari pihak yang berwenang dalam
memberikan keterangan secara langsung mengenai permasalahan yang diteliti.
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah Kepala Kantor
Pegadaian Cabang Purwotomo Surakarta.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder berupa bahan dokumen, peraturan perundang-undangan, laporan, arsip, literatur, dan hasil penelitian lainnya yang
mendukung sumber data primer. Sumber data sekunder yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata);
b) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;
c) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) Pegadaian menjadi Perusahaan
Umum (Perum) Pegadaian;
d) Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan
Fidusia.
e) Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian;
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berisi penjelasan mengenai bahan hukum primer, yang terdiri dari buku, artikel, karya ilmiah, majalah,
makalah, koran, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, yaitu kamus, dan bahan-bahan dari internet.
6. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Wawancara
Wawancara adalah suatu pengumpulan data dengan mengadakan sejumlah tanya jawab secara langsung dengan sumber data primer.
2) Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan di lapangan.
b. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder, dalam penelitian
ini penulis mengumpulkan data sekunder dari peraturan perundang-undangan,
buku-buku, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
teknik analisis kualitatif yaitu proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Lexy J. Moleong, 2002: 103).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif dengan interaktif model yaitu komponen reduksi data dan penyajian data
dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data terkumpul
maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang,
maka perlu ada verifikasi dan penelitian kembali mengumpulkan data lapangan
(H.B. Sutopo, 2002: 91-93).
Menurut H.B. Sutopo, ketiga komponen tersebut adalah:
a.
b.
c.
Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, penyederhanaan, dan abstraksi dari data (fieldnote).
Penyajian Data
[image:25.595.122.489.226.499.2]Merupakan suatu realita organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian data dapat meliputi berbagai jenis matriks,
gambar atau skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.
Kesimpulan atau Verifikasi
Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai hal yang ditemui, dengan melakukan pencatatan-pencatatan, peraturan-peraturan,
pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin,
arahan sebab akibat, dan berbagai preposisi kesimpulan yang diverifikasi.
Teknik analisis kualitatif model interaktif dapat digambarkan dalam bentuk rangkaian yang utuh antara ketiga komponen diatas (reduksi data, penyajian data,
serta penarikan kesimpulan dan verifikasinya) sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Model Analisis Interaktif
F. Sistematika penulisan Hukum
Dalam memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika penulisan karya ilmiah yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka
penulis menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika
penulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang saling berkaitan dan
berhubungan. Sistematika dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan hukum.
: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dikemukakan kerangka teori mengenai tinjauan umum tentang kredit, tinjauan umum tentang jaminan fidusia, tinjauan
umum tentang kredit angsuran fidusia (KREASI), tinjauan umum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
tentang Perum Pegadaian, tinjauan umum tentang Undang – Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Di samping itu,
memuat kerangka pemikiran dari penulis mengenai Pemberian Kedit
Angsuran Fidusia (KREASI) oleh Perum Pegadaian Ditinjau dari
Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 Tantang Jaminan Fidusia
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahas sekaligus menjawab permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Pertama, mengenai faktor – faktor
yang menjadi pertimbangan Perum Pegadaian memberikan kredit
angsuran fidusia. Kedua mengenai, telaah pemberian kredit angsuran
fidusia di Pegadaian Cabang Purwotomo berdasarkan pada Undang –
Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
: PENUTUP
Dalam bab ini berisi simpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi obyek penelitian dan saran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Kredit
digilib.uns.ac.id
b.
Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan (truth atau faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah
kepercayaan. Kepercayaan dapat dilihat dari dua segi yaitu :
1) Segi kreditur, percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan.
2) Segi debitur, percaya bahwa kreditur dapat menerima debitur.
Ketentuan pada Pasal 1 angka 11 Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mendefinisikan ”kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, bersadarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam – meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga”.
Menurut Drs. OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi
pada waktu yang akan datang (H. Budi Untung, 2000: 1).
Unsur – Unsur Kredit
Unsur – unsur yang terdapat dalam kredit dapat digolongkan menjadi:
1) Kepercayaan
Kepercayaan yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalambentuk uang, barang, atau jasa, akan benar – benar
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
c. 2)
3)
4)
Waktu
Waktu yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.
Degree of risk
Degree of risk yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi
dengan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Dengan adanya
unsur resiko maka timbullah jaminan dalam pemberian kredit.
Prestasi
Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi
modern sekarang ini didasarkan pada uang maka transaksi kredit yang
menyangkut uang yang sering digunakan dalam praktek perkreditan
(Thomas Suyatno, H.A. dkk, 2003: 14).
Jenis Kredit
Berdasarkan tujuannya kredit dapat digolongkan menjadi:
1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses konsumsi;
2) Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi;
3) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang – barang untuk dijual lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
2.
a.
Tinjauan Umum Tentang Jaminan Fidusia
Jaminan
Jaminan adalah tangungan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan, yaitu bahwa debitur harus
Pasal 1131 KUHPerdata menetapkan segala barang – barang bergerak dan tak bergerak milik
debitur, baik yang sudah
ada maupun yang akan ada,
menjadi jaminan untuk
perikatan – perikatan
perorangan debitur itu.
Pasal 1132 KUHPerdata menentukan bahwa barang – barang itu menjadi jaminan bersama
bagi semua kreditur
terhadapnya, hasil
penjualan
barang – barang itu dibagi
menurut perbandingan pi uta ng ma sin g – ma sin g ke cu ali bil a dia nta ra
para kreditur itu ada alasan-alasan sah untuk didahulukan.
Ketentuan di atas bersifat umum, arti jaminan itu adalah semua harta benda debitur baik benda bergerak maupun benda tetap, benda-benda yang
sudah ada maupun yang masih akan ada, semua benda itu menjadi jaminan bagi
seluruh perutangan debitur dan berlaku untuk semua kreditur.
Menurut Subekti, jaminan yang baik dan ideal dapat dilihat dari:
1) Dapat secara mudah membantu perolehan kredit bagi pihak yang memerlukannya
2) Tidak melemahkan potensi atau kekuatan si penerima kredit untuk melakukan atau meneruskan usahanya
3) Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi yaitu bila perlu dapat mudah
diuangkan untuk melunasi utangnya si penerima atau pengambil kredit
(Subekti, 1989: 19).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Kegunaan jaminan adalah untuk:
1) Memberikan hak dan kekuasaan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari hasil penjualan barang – barang jaminan tersebut, apabila
nasabah melakukan cidera janji, yaitu tidak membayar kembali utangnya
pada waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.
2) Menjamin agar nasabah berperan serta di dalam transaksi untuk membiayai usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan usaha atau
proyeknya dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya, dapat
dicegah atau sekurang – kurangnya kemungkinan untuk dapat berbuat
demikian diperkecil terjadinya.
3) Memberi dorongan kepada debitur (tertagih) untuk memenuhi perjanjian kredit. Khususnya mengenai pembayaran kembali sesuai dengan syarat –
syarat yang telah disetujui agar ia tidak kehilangan kekayaan yang telah
dijaminkan kepada bank (Thomas Suyatno, dkk, 2003: 88).
Fidusia menurut asal katanya berasal dari kata”fides” yang berarti
kepercayaan. Sesuai dengan
arti kata ini, maka hubungan
hukum antara debitur
(pemberi kuasa) dan kreditur (penerima fidusia) merupakan hubungan hukum
yang berdasarkan kepercayan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 42 tahun 1999 Pasal 1 (ayat 1, ayat 2) menyatakan bahwa:
1)
2)
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang No. 4
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagaimana agunan bagi pelunasan hutang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
Keterangan di atas sesuai dengan pendapat Sri Soedewi Masjchum Sofwan bahwa pada Fiduciare Eigendoms Overdracht (FEO) yang dipindahkan
itu adalah hak milik atas benda sebagai jaminan atas kepercayaan sedangkan
bendanya masih tetap berada pada tangan si berhutang sehingga dapat
digunakan untuk menjalankan usahanya. Terjadi penyerahan secara
Constitutum Posessorioum yaitu barang yang diserahkan dibiarkan tetap dalam
penguasaan pihak pemberi jaminan, dalam arti yang diserahkan hanya hak
milik saja (Sri Soedewi Masjchum Sofwan, 1977: 41).
Ivan P. Mangatchev mengemukakan definisi fidusia menjadi dua istilah hukum yaitu:
1)
2)
Dominium, which signifies full ownership. Full means the widest right over property. Owner is free do decide or dispose of his property as he wish. Dominium is exclusive – the owner may do anything, which is not prohibited by the law. He had the absolute power over this property and may require from any third parties to respect his right.
Artinya adalah:
1) Dominium, yang menandakan kepemilikan penuh. Pemenuhan harta mencakup semua hak atas benda. Pemilik bebas memutuskan atau membuang harta saat ia inginkan. Dominium adalah hak eksklusif pemilik dapat melakukan apa saja, yang tidak dilarang oleh hukum. Ia memiliki kuasa mutlak atas benda ini dan mungkin memerlukan dari pihak ketiga untuk menghormati haknya.
2) Detention, yang berarti kepemilikan atas harta tertentu, tetapi lebih sempit dari dominium. Pemilik tidak memiliki kepemilikan atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
benda seperti dalam dominium.
digilib.uns.ac.id
20
Istilah ini hanya untuk menggambarkan hak kreditur dalam memiliki harta benda untuk keamanan utang.
Sifat Jaminan Fidusia meliputi:
1) Sifat mendahului (droit de preference)
Dalam jaminan fidusia seperti halnya hak agunan atas kebendaan lainnya seperti yang diatur dalam pasal 1150 KUHPerdata, hak tanggungan
(Undang – Undang No. 4 Tahun 1996) dan hipotik, maka jaminan fidusia
menganut prinsip ”droit de preference” hak didahulukan sebagaimana
dimaksud adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan
piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi obyek jaminan fidusia.
2) Droit de suit
Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas
benda persediaan yang menjadi obyek jaminan fidusia (Mariam Darus
Badrulzaman, 1994: 79).
Benda – benda yang menjadi obyek jaminan fidusia sebagai berikut:
1) Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum, 2) Dapat atas benda berwujud,
3) Dapat juga atas benda tidak berwujud, termasuk piutang,
4) Benda bergerak,
5) Benda tidak bergerak,
6) Benda tidak bergerak yang dapat diikatkan dengan hipotik,
7) Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan
diperlukan suatu akte pembebanan fidusia tersendiri,
8) Dapat atas satu satuan atau jenis benda,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
9) Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda, 10) Termasuk hasil dari benda yang telah menjadi obyek fidusia,
11) Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi obyek
jaminan fidusia,
12) Benda persediaan (inventory, stock perdagangan) dapat juga menjadi obyek
jaminan fidusia.
Terhadap pembebanan fidusia yang berobyekkan barang persediaan ini dalam hukum Anglo Saxon dikenal dengan nama floating lien atau loating
chargo. Disebut dengan floating (pembebanan) karena jumlah benda yang
menjadi obyek jaminan sering berubah – ubah sesuai dengan persediaan stock
mengikuti irama pembelian dan penjualan dari benda tersebut (Munir Fuady,
2003: 23).
Pengalihan jaminan fidusia terdapat dalam Pasal 19 Undang – Undang No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menetapkan bahwa pengalihan hak
atas piutang yang dijamin dengan jaminan fidusia mengakibatkan beralihnya
hukum segala hak dan kewajiban penerima fidusia kepada kreditur baru.
Peralihan itu didaftarkan oleh kreditur baru kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.
Pasal 25 Undang – Undang No. 42 Tentang Jaminan Fidusia menyatakan secara tegas bahwa jaminan fidusia hapus karena:
1)
2)
3)
Hapusnya hutang yang dijamin dengan fidusia
Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia, atau
Musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
3. Tinjauan Umum Tentang Kredit Angsuran Fidusia (KREASI)
Pada dasarnya pegadaian adalah lembaga keuangan bukan bank yang memberikan pinjaman atas dasar hukum gadai. Akan tetapi sekarang pegadaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat. Gadai merupakan jaminan dengan menguasai bendanya sedangkan hipotik/Hak tanggungan merupakan
jaminan dengan tanpa menguasai bendanya. Jaminan dengan menguasai bendanya
bagi kreditor akan lebih aman karena mengingat pada benda bergerak mudah
untuk dipindahtangankan dalam arti dijual lelang jika debitur wanprestasi,
walaupun mudah untuk berubah nilainya.
Seiring dengan perkembangan, kebutuhan masyarakatpun semakin komplek sehingga gadai dirasa tidak sesuai karena masyarakat membutuhkan
gadai dimana barang jaminan tersebut tetap dapat digunakan, yang berpindah
hanya hak kebendaannya saja yang dikuasai oleh kreditur. Masyarakat
membutuhkan gadai namun bendanya dapat digunakan untuk aktivitas, kemudian
muncullah yang disebut dengan fidusia, dimana pengalihan hak kepemilikan suatu
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Adanya permasalahan tersebut maka Pegadaian mengembangkan pelayanannya dengan memberikan kredit dengan jaminan fidusia. Dasar hukum
Perum Pegadaian memberikan Jaminan Fidusia adalah berdasarkan pada Pasal 8
Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum Pegadaian,
maksud dan tujuan Perum Pegadaian adalah untuk membantu masyarakat untuk
mendapatkan dana yaitu dapat dilakukan dengan cara:
a. Penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai
b. Penyaluran uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia, pelayanan jasa titipan, pelayanan jasa sertifikasi logam mulia dan batu, unit toko emas, dan industri
perhiasan emas serta usaha – usaha lainnya yang dapat menunjang tercapainya
maksud dan tujuan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, dengan
persetujuan Menteri Keuangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemberian kredit dengan jaminan fidusia di Perum Pegadaian yaitu melalui kredit angsuran fidusia, yang pada dasarnya pemberian kredit tersebut
mengunakan sistem fidusia. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai:
a. Pengertian Kredit Angsuran Fidusia
Kredit angsuran fidusia adalah kredit angsuran dengan sistem fidusia. Produk ini merupakan pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro dan
kecil dalam rangka pengembangan usaha dengan konstruksi pinjaman secara
fidusia dan pengembalian pinjaman dilakukan melalui angsuran.
b. Tujuan Kredit Angsuran Fidusia
Membantu mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta menyejahterakan masyarakat.
c. Subyek Kredit Angsuran Fidusia
Calon nasabah kredit angsuran fidusia adalah seseorang atau suatu lembaga usaha mikro – kecil.
d. Obyek Kredit Angsuran Fidusia
Obyek kredit angsuran fidusia dibatasi pada kendaran bermotor roda empat atau lebih, baik plat hitam maupun plat kuning, dan kendaraan bermotor
roda dua yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Perum Pegadaian.
4. Tinjauan Umum Tentang Pegadaian
a. Pengertian Pegadaian
Pegadaian (pawnshop) adalah salah satu bentuk Lembaga Pembiayaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas berpenghasilan rendah yang
membutuhkan dana dalam waktu segera. (Abdulkadir Muhammad dan Rilda
Murniati, 2000: 105).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang debitur
atau oleh orang lain atas namanya, yang memberikan kekuasaan kepada
kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut didahulukan dari
kreditur – kreditur lainnya, dengan pengecualian biaya lelang barang tersebut
dan biaya pemeliharan setelah barang itu digadaikan, harus dilunasi lebih
dahulu.
Pegadaian mempunyai tugas pokok yaitu memberi pinjaman kepada masyarakat atas dasar hukum gadai agar masyarakat tidak dirugikan oleh
kegiatan lembaga keuangan informal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan
dana mendesak dari masyarakat (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2009:
212).
Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang
memberikan kredit kepada masyarakat dengan corak khusus yang telah dikenal
di Indonesia sejak tahun 1901 (Hermansyah, 2005: 14). Kelembagaan
pegadaian menurut Peraturan pemerintah No. 10 Tahun 1990 adalah lembaga
pegadaian berbentuk Perum (Perusahaan Umum) dan berada dibawah naungan
Kantor Menteri Negara BUMN.
Peter J. Drake berpendapat terbentuknya pegadaian disebabkan oleh:
From the earliest times, traditional codes of law buttressed the
importance of indebtedness and its inevitable consequences of bondage and debt slavery for those peasants who could not make ends meet. It was easy to fall into such situations because of high rates of interest resulting from low savings and scarce capital in the agricultural economy. Peter Boomgaard traces the history of debt, interest, and bondage within legal frameworks from 1400 to 1800. Feudal laws still pertained as the economy moved increasingly from agriculture to trade and commerce. With Dutch colonization came further laws that
promoted the documentation and enforcement of debt contracts. Thus, there was long-run continuity in the legal and political regulation of
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
credit. The institutional legacy of the colonists also included
cooperative societies, which were introduced around 1901. Indonesians took readily to cooperatives because they were compatible with
indigenous traditions of collectivism (Peter J. Drake, 2010: 107).
Menurut keterangan di atas dapat diartikan bahwa:
mencatat sejarah tentang utang, bunga, dan perbudakan dalam kerangka kerja hukum dari tahun 1400-1800. Hukum feodal berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dari pertanian, perdagangan, dan perniagaan. Dengan datangnya penjajahan Belanda membawa hukum lebih lanjut mengenai dokumentasi dan penegakan kontrak utang. Maka, ada kesinambungan jangka panjang dalam peraturan hukum dan politik tentang kredit. Hal tersebut merupakan warisan kelembagaan koloni dan termasuk koperasi masyarakat, yang diperkenalkan sekitar 1901. Indonesia mengadopsi ketentuan tersebut karena sesuai dengan tradisi/adat.
b. Visi dan Misi Perum Pegadaian
1)
2)
Visi Perum Pegadaian
Pada Tahun 2013 Pegadaian menjadi ”Champion” dalam pembiayan mikro dan kecil berbasis gadai dan fidusia bagi masyarakat menengah kebawah.
Misi Perum Pegadaian
a) Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi
keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro, kecil
dan menengah atas dasar hukum gadai dan fidusia.
b) Memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dana
melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik secara konsisten.
c) Melaksnakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
c. Tujuan Pegadaian
1) Membantu masyarakat golongan ekonomi lemah mengatasi kesulitan akan dana yang dibutuhkan segera.
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lapisan bawah yang
berpenghasilan rendah dengan mencegah dan menghindari praktek lintah
darat dan pegadian gelap dengan bunga yang tinggi.
3) Melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional (Abdulkadir Muhamad dan Rilda
Murniati, 2000: 100).
Berkaitan untuk mencapai tujuan tersebut, pegadaian melaksanakan berbagai usaha. Beberapa usaha tersebut adalah:
1) Kredit cepat aman adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai dengan prosedur pelayanan yang mudah, aman dan cepat. Dalam hal ini
pemerintah melindungi rakyat kecil yang tidak memiliki akses kedalam
perbankan.
2) Krasida adalah kredit angsuran sistem gadai. Krasida merupakan
pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro dan kecil (dalam rangka
mengembangkan usaha) atas dasar gadai yang pengembalian pinjamannya
dilakukan melalui angsuran.
3) Kreasi adalah kredit dengan sistem fidusia, yang diberikan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mengembangkan usahanya.
4) Krista adalah kredit usaha rumah tangga, yang diberikan kepada Usaha Rumah Tangga untuk pengembangan Usahanya.
5) Ar-Rahn (Gadai Syariah) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip – prinsip Syariah, dimana nasabah hanya akan dipungut biaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
administrasi dan Ijaroh (biaya jasa simpanan dan pemeliharaan barang jaminan).
6) Jasa Titipan adalah jasa titipan barang bagi masyarakat yang ingin
menitipkan barang – barang berharga miliknya agar aman dari gangguan,
pencurian dan kerusakan.
7) Jasa Taksiran adalah suatu layanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui besar nilai riil barang yang dimiliki, baik untuk dijadikan
jaminan pinjaman maupun untuk dijual (www.pegadaian.co.id) [9 Januari
2010 pukul 10.00].
5. Tinjauan Umum Tentang Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
kepentingan. Krisis ditandai dengan permasalahan yang dihadapi oleh perusahan –
perusahaan pertanian di Negara Belanda. Lahirlah lembaga jaminan fidusia yang
keberadaannya didasarkan pada yurisprudensi.
Indonesia pada masa itu untuk mengatasi masalah tersebut, dibentuk peraturan tentang ikatan panen atau Oogstverband (Staatsblad 1886 Nomor 57).
Peraturan tersebut mengatur tentang pinjaman uang, dengan adanya peraturan ini
maka dimungkinkan untuk mengadakan jaminan atas barang – barang bergerak
namun barang itu masih berada dalam kekuasaan debitur.
Perkembangan selanjutnya fidusia telah mengalami perkembangan yaitu mengenai kedudukan para pihak. Pada zaman Romawi dulu, kedudukan penerima
fidusia adalah sebagai pemilik atas barang yang difidusiakan, akan tetapi sekarang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
sudah diterima bahwa penerima fidusia hanya berkedudukan sebagai pemegang jaminan saja.
Perkembangan yang menyangkut kedudukan debitur, hubungannya dengan pihak ketiga dan mengenai obyek yang dapat difidusiakan. Mengenai
obyek fidusia ini, Hoge Raad Belanda dan Mahkamah Agung di Indonesia
berpendapat bahwa fidusia hanya dapat dilakukan atas barang – barang bergerak.
Namun dalam praktek kemudian orang – orang menggunakan fidusia untuk barang
– barang tidak bergerak.
Eksistensi jaminan fidusia dalam praktik sehari – hari dikenal dengan nama”Fiduciare Eidendoms Overdracht” yang disingkat FEO. Kebiasaan
tersebut lahir berdasarkan yurisprudensi yang diberlakukan di Belanda, oleh Arrest
HOGE RAAD tanggal 25 Januari 1929, yang dikenal dengan nama”Bierbrouweri
j- Arrest”.
FEO mempunyai makna pengalihan hak milik secara kepercayaan. Peraturan Jaminan FEO timbul berkenaan dengan ketentuan dalam Pasal 1152 ayat
(2) B.W. yang mengatur tentang gadai tidak dapat digunakan untuk lembaga
fidusia. Kekuasaan atas benda yang digadaikan tidak boleh berada pada pemberi
gadai (debitur). Ketentuan ini berakibat pemberi gadai tidak dapat memanfaatkan
Melihat permasalahan di atas, di Indonesia dibentuk Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Berlakunya undang – undang tentang
Jaminan Fidusia tersebut, maka Indonesia mempunyai aturan sendiri tentang
jaminan fidusia dalam hukum positif nasional.
Timbulnya Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dibuat untuk memacu aktifitas perekonomian dengan jaminan kepastian
hukum terutama bagi pengusaha – pengusaha kecil untuk menghadapi ekonomi
global sehingga dapat diharapkan lebih tahan dan tidak mudah terpengaruh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
menghadapi perubahan perekonomian yang sangat pesat serta semakin kompleks antara lain disebabkan keterlambatan pertumbuhan hukum terhadap kebutuhan –
kebutuhan dalam masyarakat.
Asas – asas yang terkandung dalam Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 meliputi:
a. Sifat asesor atau accessoir.
Sifat accesoir oleh undang – undang disebut sebagai perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok tercantum pada Pasal 4. Pasal 7 menerangkan guna
pelunasan utang debitur kepada kreditur. Sebelum utang dalam perjanjian
pokok lunas, termasuk akibat – akibatnya, hak agunan yang timbul akibat
penyerahan jaminan fidusia, tidak dapat dihapuskan termasuk jika piutang
dialihkan kreditur lain.
b.
c.
Bentuk akta harus autentik.
Formalitas umum dari perjanjian benda jaminan dibuat dalam bentuk notariil akta dalam Bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia, tercantum
pada Pasal 5 ayat (1). Bentuk pembebanan notariil akta dimaksudkan agar akta
jaminan fidusia dibuat dihadapan pejabat yang berwenang, yang oleh undang –
undang telah menunjuk untuk itu guna mendapatkan nilai otentisitas dan
memiliki kekuatan hukum yang mengikat sebagai alat bukti kuat bagi para
pihak maupun kepada pihak ketiga termasuk ahli waris maupun orang yang
meneruskan hak tersebut.
Hal ini merupakan hal baru dari yang telah diamanatkan oleh undang – undang dengan tata cara dan
permasalahan tersendiri. Saat
pendaftaran yaitu saat
ahirnya jaminan dan memberikan kepada penerima fidusia hak kebendaan atau
zakelijke zekerheid atau hak agunan yang memiliki hak mendahului atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
preferensi. Oleh karena itu hukumnya wajib mendaftarkan jaminan fidusia kepada Kantor Pendaftaran Fidusia tercantum pada Pasal 11 ayat (1), 12 ayat
(2), 13 ayat (1). Hak agunan mengandung sifat absolut dan mengikuti benda
tersebut ditangan siapapun ia berada atau droit de suit yang haknya tidak akan
hapus kerena adanya kepailitan atau likuidasi, tercantum pada Pasal 27 ayat (3),
dialihkannya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia pada Pasal 20,
demikian pula terhadap keuntungan, pada Pasal 10-a, 21 ayat (4), dan klaim
asuransi yang timbul, pada Pasal 10b, 25 ayat (2). Pengalihan kebendaan yang
dimaksud oleh Undang – Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
dilakukan dengan cara contitutum possesorium, yaitu benda yang diserahkan
hak kepemilikannya secara fisik masih dikuasai oleh pemberi fidusia untuk
kepentingan penerima fidusia. Penyerahan hak kepemilikan menurut undang –
undang ini semata – mata untuk keperluan agunan bagi pelunasan utang, seperti
pada Pasal 1 butir 2 jo Pasal 27, sebagai sesuatu yang menimbulkan hak agunan
sebagai perwujudan jaminan kebendaan yang mempunyai hak mendahului atau
preferen.
d.
e.
Mengandung unsur pidana.
Pidana diancamkan kepada para pihak yang beriktikad buruk yang bermaksud dengan sengaja memasukkan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara
apapun memberikan keterangan secara menyesatkan membuat penyerahan
jaminan fidusia menjadi batal tercantum pada Pasal 35, termasuk juga terhadap
mereka yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda menjadi
obyek fidusia kecuali benda persediaan, tercantum pada Pasal 23 ayat (2) dan
Pasal 36.
Mempunyai hak preferen.
Dikatakan mempunyai hak preferen bahwa penerima fidusia mempunyai hak yang didahulukan daripada kreditur lainnya, termasuk tidak akan terhapus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
karena adanya kepailitan dari pemberi fidusia tercantum pada Pasal 27 (A. A. Andi Prajitno, 2009: 27-31).
B. Kerangka Pemikiran
Dibawah ini adalah bagan alur kerangka pemikran dari penulis:
UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
Fakor – Faktor Sudah/Belum
Sesuai
[image:42.595.155.478.216.508.2]Kredit Jaminan Fidusia Oleh Perum Pegadaian
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Pembangunan jangka panjang pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Perkembangan ekonomi yang
semakin pesat biasanya juga diringi dengan berbagai persoalan – persoalan ekonomi
yang semakin komplek sehingga menjadikan masyarakat untuk berpikir lebih jauh
dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang
berkesinambungan maka pemerintah berusaha memberikan kemudahan untuk
memperoleh kredit, pemberian kredit tidak saja dilaksanakan oleh bank akan tetapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dilakukan oleh siapapun yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pinjaman seperti lembaga keuangan bukan bank.
Adanya Perum Pegadaian merupakan usaha pemerintah tujuannnya adalah untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat didalam memenuhi kebutuhan
ekonominya. Perum Pegadaian dalam mengatasi persoalan – persoalan perekonomian
tersebut dengan cara mengembangkan usaha kreditnya melalui penyaluran kredit
kepada masyarakat dengan jaminan fidusia didasarkan pada Undang – Undang No.
42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dengan tujuan untuk memberikan
kemudahan – kemudahan kepada masyarakat didalam memenuhi kebutuhan
ekonominya dan menunjang pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di
bidang ekonomi melalui penyaluran uang pinjaman. Bentuk dari kredit dengan
jaminan fidusia itu diberikan melalui kredit angsuran fidusia disingkat KREASI yang
tujuannya untuk mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah.
Dalam hal ini penulis mencoba untuk mengetahui faktor – faktor yang menjadi pertimbangan Perum Pegadaian dalam memberikan kredit dengan jaminan
fidusia melalui kredit angsuran fidusia dan telaah pemberian kredit angsuran fidusia
di Pegadaian Cabang Purwotomo berdasarkan pada Undang – Undang No. 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Memberikan Kredit Angsuran Fidusia
Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan dengan Bapak Sonny Bintoro Yudho selaku Kepala Cabang Perum Pegadaian Purwotomo Surakarta yang
membidangi masalah Kredit Angsuran Fidusia, hari Rabu, tanggal 14 April 2010,
pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai, mengenai faktor – faktor yang menjadi
pertimbangan Perum Pegadaian memberikan Kredit Angsuran Fidusia adalah sebagai
berikut:
1. Peran Pemerintah Dalam Rangka Pembangunan Nasional
Pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pembangunan nasional, bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka.
Pelaksanaan pembangunan nasional sektor utama yang harus dibangun adalah dibidang ekonomi, dimana didalamnya peran masyarakat golongan
ekonomi keatas maupun kebawah sangat diperlukan untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan nasional ini yang tujuannya adalah menciptakan
kesejahteraan masyarakat yang merata.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merata adalah dengan mendirikan lembaga keuangan, baik
lembaga keuangan perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank. Lembaga
keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan kredit dengan syarat – syarat
yang tidak memberatkan masyarakat dengan jaminan ringan kepada masyarakat
luas, khususnya bagi golongan ekonomi menengah ke bawah. Dimana golongan
ekonomi menengah ke bawah lebih banyak menginginkan kredit untuk memenuhi
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
kebutuhan sehari – hari, sedangkan ekonomi menengah ke atas membutuhkan kredit untuk menambah modal usahanya.
Pembangunan nasional juga diarahkan pada sektor usaha melalui pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Salah satu upaya yang
kredit. Penyaluran kredit untuk UMKM dapat dilakukan oleh bank maupun
lembaga non bank. Perum Pegadaian merupakan lembaga keuangan atau
perkreditan yang dikelola oleh pemerintah yang kegiatan utamanya melaksanakan
penyaluran uang pinjaman atau kredit atas dasar hukum gadai. Penyaluran uang
pinjaman tersebut dilakukan dengan cara yang mudah, cepat, dan aman sehingga
tidak memberatkan bagi masyarakat yang melakukan pinjaman di pegadaian.
Perum pegadaian mempunyai kelebihan yaitu pihak debitur tidak perlu menjual barang – barangnya, melainkan hanya dijadikan jaminan pengajuan kredit
di perum pegadaian. Adanya perum pegadaian diharapkan oleh pemerintah agar
dapat membantu pendanaan untuk mengembangkan kegiatan UMKM di
masyarakat yang berguna untuk perekonomian Negara, maka perum pegadaian
memberikan jasa atau layanan kredit sebagai bentuk upaya mengembangkan
kegiatan UMKM adalah melalui kredit angsuran fidusia.
2. Kebutuhan Ekonomi Masyarakat
Seiring dengan pekembangan jaman maka kebutuhan ekonomi
masyarakatpun semakin bertambah dan komplek, sehingga menjadikan
masyarakat untuk berpikir lebih jauh dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Bagi masyarakat ekonomi menengah keatas yang memiliki kondisi
sosial yang mapan baik dilihat dari segi pekerjaan, tingkat pendapatan maupun
pendidikan, masyarakat pada lapisan ini relatif mampu untuk memenuhi standar
hidup yang layak dan biasanya masalah ekonomi yang mereka hadapi bukan lagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
pada hal – hal yang bersifat mendasar melainkan adalah masalah dunia usaha yang mereka kelola.
Bagi masyarakat kelas menengah ke bawah atau golongan ekonomi lemah yang kondisi sosial ek