• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2 Analisa Data

Hasil data yang diperolehi dari data rekam medis yaitu fraksi ejeksi sistolik sebelum dan setelah pemberian doxorubicin serta EKG sebelum dan setelah pemberian doxorubicin kemudian diuji di dalam analisa data menggunakan spss. Uji normalitas yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnow dengan signifikasi diatas 0.05, ini menunjukkan datanya normal. Uji pertama yang digunakan adalah uji beda mean untuk melihat perbandingan fraksi ejeksi sistolik sebelum dan setelah pemberian

doxorubicin. Uji yang dilakukan adalah uji T-dependent. Dari uji beda mean ini, didapati t= 30.760 dengan p < 0.05, maka menurut uji hipotesis ini hasil perbedaan fraksi ejeksi sistolik sebelum dan setelah pemberian doxorubicin memiliki perbedaan signifikan. Kemudian dilanjutkan dengan uji non parametric karena data tidak normal, maka uji yang dilakukan adalah uji McNemar untuk melihat perbandingan EKG sebelum dan setelah pemberian doxorubicin. Dari uji normalitas ini p < 0.05, maka menurut uji hipotesis perbedaan EKG sebelum dan setelah pemberiandoxorubicin memiliki perbedaan signifikan.

Tabel 5.7 Analisis Uji Normalitas Fraksi Ejeksi Sistolik menggunakan Kolmogorov-Smirnow.

Fraksi Ejeksi Sistolik Frekuensi Signifikasi SebelumDoxorubicin 47 0.294 SetelahDoxorubicin 47 0.482

Berdasarkan tabel 5.7, dapat dilihat signikasi sebelum dan setelah

Doxorubicin diatas 0.05. Data fraksi ejeksi sistolik adalah normal karena nilai p diatas 0.05 menggunakan uji Kolmogorov-Smirnow.

Tabel 5.8 Analisis Perbandingan Fraksi Ejeksi Sistolik Sebelum dan Setelah PemberianDoxorubicin Pada Anak PenderitaAcute Lymphoblastic Leukemia

Fraksi ejeksi sistolik SE Mean SD t Df 95% CI Signifikasi Sebelum Doxorubicin .34412 73.4681 2.35917 30.760 46 15.87 -18.09 0.000 Setelah Doxorubicin .41357 56.4915 2.83532

Berdasarkan tabel 5.8, dapat dilihat rata-rata ejeksi sistolik sebelum pemberiandoxorubicin pada anak penderitaacute lymphoblastic leukemia

doxorubicin pada anak penderita acute lymphoblastic leukemia adalah 56.49.

Dari hasil uji statistik didapati nilai T-test 30.760 dengan signifikasi 0.000 berarti p < 0.05 dengan 95% CI (15.87-18.09). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan fraksi ejeksi sistolik setelah pemberian doxorubicin pada anak penderita acute lymphoblastic leukemia.

Tabel 5.9 Analisis Perbandingan EKG Sebelum dan Setelah Pemberian

Doxorubicin Pada Anak PenderitaAcute Lymphoblastic Leukemia

Variable Frekuensi EKG normal Frekuensi EKG aritmia Signifikasi Sebelum Pemberian Doxo 47 0 0.000 Setelah Pemberian Doxo 16 32

Berdasarkan tabel 5.9, dapat dilihat EKG pada anak acute lymphoblastic leukemia sebelum pemberian doxorubicin adalah normal semua. Manakala, EKG pada anak acute lymphoblastic leukemia setelah pemberian doxorubicin diperhatikan ada 16 orang anak dengan EKG normal dan 32 orang anak dengan EKG aritmia.

Dari hasil uji statistik diapati signifikasi 0.000 berarti p < 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan EKG setelah pemberian

5.3 Pembahasan

Data yang diambil dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak anak penderita acute lymphoblastic leukemia berumur 2 tahun dengan 19.1 %. dan paling sedikit anak penderita acute lymphoblastic leukemia berusia 1 tahun, 12 tahun dan 16 tahun dengan 2.1 %. Menurut data dari National Cancer Institute pada tahun 1990 hingga tahun 1995, insidensi kejadian

acute lymphoblastic leukemia 4 kali ganda lebih banyak pada anak berusia 2 hingga 3 tahun berbanding anak berusia 1 tahun dan 10 kali ganda lebih banyak jika dibandingkan dengan anak berusia 19 tahun. Menurut penelitian Hjalgrim, et.al (2003) insidensi kejadian acute lymphoblastic leukemia paling banyak pada usia 2 hingga 5 tahun. Mengikut data, Yayasan Onkologi Anak Indonesia, tahun (2009) insidensi kejadian acute lymphoblastic leukemia paling banyak pada usia 2 hingga 5 tahun.

Penderita acute lymphoblastic leukemia mengikut data yang diambil dari bagian rekam medis di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 51.1%. Menurut penelitian Hjalgrim, et.al

(2003) insidensi kejadian acute lymphoblastic leukemia paling banyak pada laki-laki jika dibandingkan dengan perempuan. Mengikut data, Yayasan Onkologi Anak Indonesia, tahun (2009) insidensi kejadian acute lymphoblastic leukemia paling banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan.

Mengikut data yang diambil, rata-rata fraksi ejeksi sistolik sebelum pemberiandoxorubicin pada anak penderitaacute lymphoblastic leukemia

adalah 71.30 dan rata-rata fraksi ejeksi sistolik setelah pemberian

doxorubicin adalah 59.00 dan 55.00. Pada penelitian ini, dilakukan perbandingan fraksi ejeksi sistolik sebelum dan setelah pemberian

doxorubicin dengan menggunakan ujiT dependent dan hasilnya signifikan dengan nilai p adalah 0.000 berarti ada perubahan fraksi ejeksi sistolik setelah pemberian doxorubicin pada anak penderita acute lymphoblastic

leukemia. Menurut data penelitian Nousiainen T., et. al (2002) terdapat penurunan secara signifikan setelah pemberian doxorubicin dosis rendah yaitu (200 mg x m2) pada 30 orang dewasa penderita limfoma. Pada penelitian ini, dilakukan perbandingan EKG sebelum dan setelah pemberian doxorubicin dengan menggunakan uji McNemar dan hasilnya signifikan dengan nilai p adalah 0.000 berarti ada perubahan EKG setelah pemberiandoxorubicin pada anak penderitaacute lymphoblastic leukemia. Menurut data penelitian, Rudzinki T., et. al (2006) menyatakan pemberian

doxorubicin sebanyak 360 mg/m2 pada wanita kanker payudara

menyebabkan terjadinya ventrikular takikardia dan ditatalaksanakan dengan implantasi defibrillator otomatik kardioverter. Menurut data penelitian, Tekuzman G. (2007) menyatakan 29 orang pasien yang ditatalaksanakan dengan kemoterapi yang mengandungi regimen doxorubicin dengan dosis 50-480 mg/m2 dan kondisi jantung dievaluasi menggunakan monitor 24 jam elektrokardiografi (Holter). Hasil penelitian mendapati 19 pasien dari 29 pasien mengalami aritmia dengan 65.5% setelah 24 jam pemberian

doxorubicin. 18 pasien dari 29 pasien mengalami aritmia dengan 62.1% setelah 6 minggu pemberian doxorubicin. Pada penelitian Tekuzman G. (2007) menunjukkan secara signifikan pemberian doxorubin dapat menyebabkan terjadinya aritmia.

Pada penelitian telah dibuktikan bahwa terdapat perubahan kardiovaskuler setalah pemberian doxorubicin pada anak penderita acute lymphoblastic leukemia. Perubahan kardiovaskuler yang dimaksudkan di penelitian ini adalah penurunan fraksi ejeksi sistolik dan perubahan EKG. Walaupun terjadi penurunan fraksi ejeksi sistolik pada penelitian ini namun penurunan fraksi ejeksi sistolik pada anak penderita acute lymphoblastic leukemia masih dalam keadaan normal dan belum dikategori sebagai gagal jantung. Penggunaan doxorubicin di RSUP Haji Adam Malik mengikut sesuai dengan protokol pemberian pada anakacute lymphoblastic leukemia

yaitu sebanyak 7 kali pemberian selama 13 minggu pemberian kemoterapi yaitu 40 mg/m2/minggu pada fase induksi dan 30 mg/m2/minggu pada

fase konsolidasi. Pada awal protokol ini dilakukan pemeriksaan ekokardiografi untuk mengetahui apakah ada gangguan jantung dan dapat diberikan doxorubin dan pada akhir protokol ini juga akan dilakukan ekokardiografi untuk mengetahui kondisi jantung dan jika terjadi relaps

leukemia pada anak maka terapi lanjutan tidak gantikan dengan obat kemoterapi yang lain. Maka, pemberian doxorubicin menggunakan protokol ini telah mengurangi efek kardiotoksik doxorubicin sehingga kualitas hidup anak dapat diperbaiki setelah penyembuhan anak dari penyakitacute lymphoblastic leukemia.

BAB 6

Dokumen terkait