• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1. Lokasi Penelitian

Lokasi bagi penelitian ini merupakan pasar tradisional dan pasar modern yang menjual sayur selada sekitar Kota Medan. Terdapat 55 pasar tradisional dan 58 pasar modern di Kota Medan. Sampel bagi penelitian ini dipilih berdasarkan metode cluster sampling. Sebanyak 20 pasar tradisional dan 20 pasar modern telah mengikuti penelitian ini.

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel bagi penelitian ini adalah sayur selada yang dibeli dari pasar tradisional dan pasar modern. Sebanyak 60 sampel sayur selada telah mengikuti penelitian ini yaitu 40 sampel dari pasar tradisional dan 20 sampel dari pasar

modern. Sayur selada yang diperiksa mempuyai karakteristik segar dan tidak

kotor secara fisik.

5.1.3. Hasil Analisa Data

Jenis pasar yang mengikuti penelitian ini serta jumlahnya dapat dilihat pada tabel dibawah yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Sampel sayur selada diambil dari 20 pasar tradisional (50%) dan 20 pasar modern (50%).

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis pasar yang mengikuti penelitian

Jenis pasar N %

Tradisional 20 50.0

Modern 20 50.0

Higiene sayur selada dapat dilihat dari segi kontaminasi parasit. Sayur selada dikatakan tidak higiene apabila ditemukan parasit. Tabel di bawah menunjukkan frekuensi hasil uji penemuan parasit dari kedua-dua pasar. Pasar tradisional menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit pada 34 sampel (85.0%) dan hasil negatif pada 6 sampel (15.0%) dari jumlah 40 sampel. Manakala pasar

modern pula menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit pada 18 sampel

(90.0%) dan hasil negatif pada 2 sampel (10.0%) dari jumlah 20 sampel.

Tabel 5.2 Frekuensi hasil uji penemuan parasit berdasarkan pasar

Pasar

Penemuan parasit

(+) % (-) % Total

Tradisional 34 85.0 6 15.0 40 100.0%

Modern 18 90.0 2 10.0 20 100.0%

Tabel frekuensi hasil uji penemuan parasit berdasarkan pasar menunjukkan tidak ada perbandingan higiene pada sayur selada yang dijual di pasar trdisional dengan pasar modern. Hal ini dibukt ikan melalui uji chi square yang memberikan nilai χ² hitung = 0.29, df = 1 dengan nilai kemaknaan 5%.

Tabel chi square menunjukkan, χ² table = 3,481. Keputusannya adalah nilai χ²

hitung < χ² table, maka Ho gagal ditolak.

Sampel pada penelitian ini dapat memilki higienitas tinggi dengan perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia dijual. Tabel di bawah ini menunjukkan frekuensi hasil perlakuan yaitu mencuci sayur selada sebelum ia dijual di pasar tradisional dan pasar modern. Pengusaha dari pasar tradisional dengan jawaban ada mencuci sayur selada sebelum ia dijual menunjukkan hasil 6 sampel (15.0%) dan dengan jawaban tidak ada pula menunjukkan 34 sampel (85.0%) dari total 40 sampel. Pengusaha dari pasar modern dengan jawaban ada

pula menunjukkan hasil 2 sampel (10.0%) dan dengan jawaban tidak ada pula menunjukkan 18 sampel (90.0%) dari total 20 sampel.

Tabel 5.3 Frekuensi hasil perlakuan yaitu dengan mencuci sayur selada sebelum ia dijual di pasar

Pasar

Perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia dijual Ada % Tidak ada % Total

Tradisional 6 15.0 34 85.0 40 100.0%

Modern 2 10.0 18 90.0 20 100.0%

Frekuensi hasil jenis parasit berdasarkan pasar dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pasar tradisonal menunjukkan parasit free living jantan dan betina

Strongyloides menduduki tempat teratas dengan frekuensi 14 sampel (35.0%).

Jenis parasit kedua terbanyak yang ditemui pada sayur selada pasar tradisional adalah larva Rhabditiform Strongyloides dengan frekuensi 12 sampel (30.0%). Tempat seterusnya diduduki oleh telur hookworm dan diikuti dengan telur

toxocora dengan frekuensi enam sampel (15.0%) dan dua sampel (5.0%) masing-

masing. Manakala enam sampel (15.0%) menunjukkan hasil negatif bagi kontaminasi parasit.

Pasar modern pula, didahului dengan parasit jenis larva Rhabditiform

Strongyloides dengan frekuensi tujuh sampel (35.0%). Jenis parasit kedua

terbanyak yang ditemui pada sayur selada pasar modern adalah parasit free living jantan dan betina Strongyloides dengan frekuensi enam sampel (30.0%). Tempat seterusnya diduduki oleh telur hookworm dan diikuti dengan telur toxocora dengan frekuensi empat sampel (20.0%) dan satu sampel (5.0%) masing-masing. Manakala dua sampel (10.0%) menunjukkan hasil negatif bagi kontaminasi parasit.

Tabel 5.4 Frekuensi hasil jenis parasit berdasarkan pasar

Jenis parasit

Pasar tradisional Pasar modern Frekuensi % Frekuensi %

Telur Hookworm 6 15.0 4 20.0 Telur Toxocora 2 5.0 1 5.0 Larva

Rhabditiform Ss 12 30.0 7 35.0

Free Living ♂ &

Ss 14 35.0 6 30.0 Tidak ada 6 15.0 2 10.0

Total 40 100.0 20 100.0

5.2 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan pembahasan seperti berikut. Secara umumnya pengusaha memberikan barangan yang berkualitas dan bebas dari kontaminan kepada pembelinya tidak kira pasar tradisional maupun pasar modern. Tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 34 sampel (85.0%) dari 40 sampel pasar tradisional menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit, dan 18 sampel (90.0%) dari 20 sampel pasar modern menujukkan hasil positif bagi kontaminasi parasit. Hal ini bertentangan dengan pendapat Sinaga dan Pariman (2004), yang mengatakan bahwa barang yang dijual di pasar modern mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin dari pasar tradisional karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Ini bermakna tidak ada perbedaan higiene pada sayur selada yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari pengusaha sayur selada dari kedua pasar tradisional dan pasar modern dalam membekalkan yang berkualitas dan aman bagi pembelinya. Tetapi pengusaha yang mencuci sayur selada sebelum ia dijual menunjukkan hasil negatif

kontaminasi parasit. Menurut Astawan (2010), kontaminasi cacingan dapat terjadi terutama pada sayuran yang menjalar di permukaan tanah karena para petani seringkali menggunakan pupuk kotoran ternak(bahkan kotoran manusia) untuk meningkatkan kesuburan tanah. Tetapi dengan menjaga kualitas dan sarana pengolahan makanan lalapan dapat meningkatkan kualitas higienitas (Scharff, 2010).

Berdasarkan hasil wawancara pada tabel 5.3 dapat dikatakan bahwa dengan tidak mencuci sayur selada sebelum dijual dapat meningkatkan angka kejadian kontaminasi parasit. Hal ini sesuai dengan Gandahusada (2000), yang mengatakan kebiasaan memakan lalapan tanpa dibersihkan terlebih dahulu dapat meningkatkan food borne illnesses. Kesemua pengusaha pasar tradisional dengan

pasar modern yang ada mengamalkan perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia

dijual menunjukkan hasil negatif bagi kontaminasi parasit. Hal ini sesuai dengan Prabu (2008), yang mengatakan bahwa penerapan atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan (foodborne illness atau foodborne disease).

Hasil pada tabel 5.4 menunjukkan parasit jenis strongyloides jantan dan betina yang free living ditemui paling banyak di pasar tradisional. Manakala bagi pasar modern pula parasit yang paling banyak ditemui merupakan jenis larva

rhabditiform strongyloides. Hal ini mungkin karena lokasi dan lingkungan

berkembang biak setiap parasit berbeda.

Keterbatasan pada penelitian ini adalah wawancara tidak dilakukan dengan detail.

Dokumen terkait