• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Higiene Sayuran yang Dijual di Pasar Tradisional dengan Pasar Modern.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Higiene Sayuran yang Dijual di Pasar Tradisional dengan Pasar Modern."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL PENELITIAN

Perbedaan Higiene Sayuran yang Dijual di Pasar Tradisional

dengan Pasar Modern

Oleh:

GITA A/P KARUPPIAH

070100234

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Perbedaan Higiene Sayuran yang Dijual di Pasar Tradisional dengan Pasar Modern

Nama : Gita a/p Karuppiah NIM : 070100234

Pembimbing Penguji

(dr. Lambok Siahaan, MKT) (dr. Datten Bangun, Msc, Sp.FK)

(dr. Rina Amelia)

Medan, 12 Desember 2010 Universitas Sumatera Utara

Fakultas kedokteran Dekan

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan Judul :

PERBEDAAN HIGIENE SAYURAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DENGAN PASAR MODERN

Yang dipersiapkan oleh :

GITA A/P KARUPPIAH 070 100 234

Laporan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Seminar Hasil Penelitian.

Medan, 26 November 2010

Disetujui, Dosen Pembimbing

(4)

ABSTRAK

Konsumsi sayur selada yang tidak higiene yaitu tanpa dicuci terlebih dahulu akan menyebabkan kontaminasi parasit. Oleh sebab itu kesadaran tentang pentingnya higiene pada sayur selada sebaiknya dimiliki baik oleh pengusaha maupun pembeli. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan di antara higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.

Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang bersifat analitik. Sampel sayur selada diperoleh dari 20 pasar tradisional dan 20 pasar modern yang kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode sentrifugasi dan pewarnaan lugol. Data diolah dengan program SPSS versi 17,0.

Dari penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan, sayur selada dari pasar tradisional dan pasar modern menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit yaitu masing-masing 34 sampel positif (85.0%) dan 18 sampel positif (90.0%). Dan dari segi perlakuan yaitu dengan mencuci sayur selada sebelum ia dijual menunjukkan hasil yang sama dengan kontaminasi parasit.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pada sayur selada yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern. Hanya dengan mengamalkan perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia dijual dapat mengatasi kontaminasi parasit.

(5)

ABSTRACT

Consuming not hygienic lettuce which is not cleaned previously will cause parasite contamination. Therefore awareness of the importance of hygiene in lettuce should be owned by the seller or buyer. This research was conducted to know the higiene difference between lettuce sold in traditional markets with the modern markets.

This research is performed in an analytical cross sectional manner. Samples of lettuce were obtained from 20 traditional markets and 20 modern markets are then examined in the laboratory using centrifugation method and lugol staining. Data were analysed using the SPSS version 17,0 programme.

From the research done, it is known that lettuce from the traditional market and modern market showed a positive result of parasite contamination of each 34 positive samples (85.0%) and 18 positive samples (90.0%). And in terms of processing like washing the lettuce prior to selling showed similar result with the parasit contamination condition.

Based on the results of this study, it can be concluded that there is no difference between the lettuce sold in traditional markets and modern markets. Only with the proper processing like washing the lettuce prior to selling will overcome the parasite contamination.

Keywords: Difference, parasite contamination, traditional markets, modern

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah yang berjudul “ Perbedaan Higiene Sayuran yang Dijual di Pasar

Tradisional dengan Pasar Modern ” berhasil diselesaikan.

Di dalam penulisan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini ternyata penulis mendapat

banyak bantuan baik dari segi moril, materiil dan spiritual dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A.

Siregar, Sp. PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. dr.LAMBOK SIAHAAN, MKT selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Dosen-dosen mata kuliah Community Research Program yang sudi

membantu sewaktu penulis mengalami kesulitan dalam proses penyusunan

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Keluargaku tercinta yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis baik

bersifat materi maupun non materi.

5. Teman-teman penulis yang ikut memberi ide dan saling memberi motivasi

sehingga dapat selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua

pihak.Demikian dan terima kasih.

Medan, 26 November 2010

(7)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………4

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……..14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………..14

3.2. Definisi Operasional....………..15

3.3. Hipotesis…………..………..16

BAB 4 METODE PENELITIAN………...17

4.1. Rancangan Penelitian..………17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………..17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………...17

4.4. Metode Pengumpulan Data………...18

(8)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….19

5.1. Hasil Penelitian……...……….19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….19

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel………...19

5.1.3. Hasil Analisa Data…..……....……….………... 19

5.2. Pembahasan………...………..……….22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………...24

6.1. Kesimpulan………..………...24

6.2. Saran………...………24

DAFTAR PUSTAKA………..25

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis pasar yang mengikuti penelitian 19 Tabel 5.2 Frekuensi hasil uji penemuan parasit berdasarkan pasar 20

Tabel 5.3 Frekuensi hasil perlakuan yaitu dengan mencuci sayur 21 selada sebelum ia dijual di pasar

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Daftar riwayat hidup 2 Ethical clearance 3 Uji Chi Square

(12)

ABSTRAK

Konsumsi sayur selada yang tidak higiene yaitu tanpa dicuci terlebih dahulu akan menyebabkan kontaminasi parasit. Oleh sebab itu kesadaran tentang pentingnya higiene pada sayur selada sebaiknya dimiliki baik oleh pengusaha maupun pembeli. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan di antara higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.

Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang bersifat analitik. Sampel sayur selada diperoleh dari 20 pasar tradisional dan 20 pasar modern yang kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode sentrifugasi dan pewarnaan lugol. Data diolah dengan program SPSS versi 17,0.

Dari penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan, sayur selada dari pasar tradisional dan pasar modern menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit yaitu masing-masing 34 sampel positif (85.0%) dan 18 sampel positif (90.0%). Dan dari segi perlakuan yaitu dengan mencuci sayur selada sebelum ia dijual menunjukkan hasil yang sama dengan kontaminasi parasit.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pada sayur selada yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern. Hanya dengan mengamalkan perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia dijual dapat mengatasi kontaminasi parasit.

(13)

ABSTRACT

Consuming not hygienic lettuce which is not cleaned previously will cause parasite contamination. Therefore awareness of the importance of hygiene in lettuce should be owned by the seller or buyer. This research was conducted to know the higiene difference between lettuce sold in traditional markets with the modern markets.

This research is performed in an analytical cross sectional manner. Samples of lettuce were obtained from 20 traditional markets and 20 modern markets are then examined in the laboratory using centrifugation method and lugol staining. Data were analysed using the SPSS version 17,0 programme.

From the research done, it is known that lettuce from the traditional market and modern market showed a positive result of parasite contamination of each 34 positive samples (85.0%) and 18 positive samples (90.0%). And in terms of processing like washing the lettuce prior to selling showed similar result with the parasit contamination condition.

Based on the results of this study, it can be concluded that there is no difference between the lettuce sold in traditional markets and modern markets. Only with the proper processing like washing the lettuce prior to selling will overcome the parasite contamination.

Keywords: Difference, parasite contamination, traditional markets, modern

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah yaitu

disebut juga sebagai Soil Transmitted Helminths (STH). Spesies cacingan STH

antara lain Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing

cambuk), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing tambang).

Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,

kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak

menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein

serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia

(Yulionto, 2007; Gandahusada, 2000).

Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi,

terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi

terjangkit penyakit ini. Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010,

Pembangunan Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pembangunan nasional, pembangunan tersebut mempunyai tujuan untuk

mewujudkan manusia yang sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang

tinggi (Depkes, 2003). Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang

mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan mutu kehidupan yang

berkualitas (Surat Keputusan Menkes, 2006).

Kebiasaan hidup kurang higienis dan pupuk kotoran hewan/ manusia yang

digunakan pada perkebunan dapat meningkatkan food borne illnesses. Infeksi

parasit terutama parasit cacing merupakan masalah kesehatan masyarakat.

Penyakit infeksi ini bisa menyebabkan morbiditas. Penyakit cacingan tersebar

luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Angka infeksi tinggi, tetapi intensitas

(15)

Makanan instan atau makanan siap saji (junk food) yang kurang akan

kandungan serat, memicu meningkatkan berbagai penyakit degeneratif. Maka

masyarakat memilih lalapan (sayuran mentah) sebagai pola makan alternatif

untuk menyeimbangkan konsumsi makanan sehari-hari. Kebiasaan makan

sayuran mentah ini, sudah mentradisi di suku-suku tertentu di Indonesia sehingga

kelihatannya sulit diubah. Namun, dari segi keamanannya, lalapan mentah

beresiko terkontaminasi pestisida atau telur cacingan. Kontaminasi cacingan

dapat terjadi terutama pada sayuran yang menjalar di permukaan tanah atau

ketinggiaannya dekat dengan tanah. Para petani seringkali menggunakan pupuk

organik berupa humus atau kotoran ternak (bahkan kotoran manusia) untuk

meningkatkan kesuburan tanah (Astawan, 2010).

Kurangnya prosedur kebersihan dapat menyebabkan berbagai penyakit,

seperti sakit perut, diare, dan keracunan makanan. Oleh karena itu, kualitas dan

sarana pengolahan makanan lalapan harus selalu dijaga dan mendapatkan

perhatian serta pengawasan sehingga dengan adanya perhatian dan pengawasan

ini dapat meningkatkan kualitas higienitas dan sanitasi. Dari pengamatan yang

dilakukan oleh Federal Centers for Disease bahwa di Amerika Serikat terdapat

76 juta orang menderita foodborne illness setiap tahun. Terlebih lagi didasari

dengan kelalaian manusia dan ketidakpedulian pengolah makanan tentang

higienitas dari makanan (Scharff, 2010).

Meski sejauh ini belum dilaporkan adanya kasus orang yang keracunan

atau meninggal gara-gara mengkonsumsi lalapan mentah, tapi tak ada salahnya

kita lebih memerhatikan keamanan pangan yang dikonsumsi (Astawan, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang higiene

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan di

antara higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional dan pasar

modern.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui adanya kontaminasi telur cacing pada sayuran.

2. Mengetahui adanya perlakuan pada sayuran sebelum sayuran dijual di pasar

tradisional dan pasar modern.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi masyarakat: faham tentang bahaya memakan sayuran tanpa dibersihkan

terlebih dahulu.

2. Bagi pengusaha: dapat meningkatkan tahap higiene sayuran.

3. Bagi Petugas Kesehatan Masyarakat: mengetahui derajat higiene sayuran

yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern sehingga dapat

merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk meningkatkannya.

4. Bagi peneliti: dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta

mengasah kemampuan analisis penelitian sekaligus menambah ilmu melalui

penelitian tentang topik penelitian.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Higiene

Menurut Brownell (1986) dalam Jie (2009), higine adalah cara orang

memelihara dan melindungi kesehatan. Menurut Gosh (1986) dalam Jie (2009),

higiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang

membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun

melalui masyarakat. Menurut Prescott (1986) dalam Jie (2009), higiene

menyangkut dua aspek yaitu yang menyangkut individu (personal hygiene) dan

yang menyangkut lingkungan (environment). Secara umumnya, higiene adalah

seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan. Higiene adalah

ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan.

Pengertian higiene saat ini terkait teknologi mengacu kepada kebersihan. Higiene

juga mencakup usaha perawatan kesehatan diri (higiene personal), yang

mencakup juga perlindungan kesehatan akibat pekerjaan (Akhirany, 2004).

Higiene sayuran adalah semua kondisi dan tindakan untuk menjamin keamanan

dan kelayakan sayuran pada semua tahap dalam rantai makanan (Deptan, 2009;

CAC, 2003). Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara

menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan

rantai perpindahan penyakit tersebut. Terkait makanan, sanitasi didefinisikan

sebagai penerapan atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya

pencemaran (kontaminasi) makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan

oleh makanan (foodborne illness atau foodborne disease) (Prabu, 2008).

Keamanan pangan (food safety) adalah jaminan agar makanan tidak

membahayakan konsumen pada saat disiapkan dan atau dimakan menurut

penggunaannya. Sedangkan kelayakan pangan (food suitability) adalah jaminan

agar makanan dapat diterima untuk konsumsi manusia menurut penggunaannya

(18)

2.2 Sayuran Mentah (lalapan)

Sayuran adalah salah satu bahan makanan yang merupakan sumber

protein dan mineral bagi tubuh manusia. Sebelum dimakan umumnya sayuran

dimasak lebih dahulu. Selama sayuran dimasak dengan panas yang cukup tidak

ada masalah. Masalah timbul bila sayuran dimakan tanpa dimasak lebih dahulu.

Dalam hal ini, bersama sayuran biasa ikut bakteri, virus atau parasit patogen yang

cepat atau lambat akan menimbulkan penyakit (Djaafar dan Rahayu, 2005).

Sayuran mentah (lalapan) nilai gizinya lebih baik daripada sayuran

matang, tapi lebih berisiko tertular bakteri penyakit.

Cacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang sifatnya merugikan,

manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada

nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara

nematoda usus tedapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan

disebut Soil Transmitted Helminths yang terpenting adalah Ascaris lumbricoides, Secara garis besar, lalapan

dibedakan atas lalapan mentah dan lalapan matang. Jenis sayuran yang umum

dipakai sebagai lalapan mentah adalah selada, daun kemangi, daun poh-pohan,

daun jambu mete, kenikir, terong bulat, kacang panjang, tomat, mentimun dan

kol. Untuk lalapan matang, umumnya menggunakan bahan wortel, labu siam,

kacang panjang, buncis, kecipir, daun singkong, bayam, kangkung, paria (pare)

dan kol. Faktor utama yang perlu dicurigai dalam mengkonsumsi lalapan mentah

adalah kontaminasi cacing berbahaya. Untuk meningkatkan kesuburan tanah

sebagai media tempat tumbuh sayuran, petani sering menggunakan pupuk kotoran

manusia. Terutama sayuran yang menjalar di permukaan tanah atau yang

ketinggiannya dekat dengan tanah. Pencemaran sayuran oleh telur cacing telah

dilaporkan beberapa kali di Jakarta baik pada sayuran yang dijual di pasar

maupun sayuran di kebun (Astawan, 2010).

(19)

Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura (Gandahusada,

2000).

a) Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat

bertelur yang terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam

lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam

waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan

menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus

menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan di alirkan ke jantung lalu

mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu

melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea

melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga

menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu

menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut

memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing

dewasa (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

Gangguan yang dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru

adalah perdarahan pada dinding alveolus yang disebut Sindroma loeffler.

Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang

penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang,

diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi

gangguan penyerapan makanan (Malabsorbtion). Keadaan yang serius, bila

cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus

(Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

Gejala penyakit cacingan memang tidak nyata dan sering dikacaukan

dengan penyakit-penyakit lain. Pada permulaan mungkin ada batuk-batuk dan

eosinofelia. Orang (anak) yang menderita cacingan biasanya lesu, tidak bergairah,

(20)

lumbricoides perutnya nampak buncit (karena jumlah cacing dan perut kembung),

biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes), dan seperti batuk

pilek. Perut sering sakit, diare, dan nafsu makan kurang. Telur cacing gelang

keluar bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari,

telur tersebut tumbuh menjadi infektif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur

yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat

pula melalui tangan yang kotor (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

b) Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan

keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas

menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi

larva filariform yang dapat menembus kulit. Setelah menembus kulit, larva ikut

aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh

darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut

tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi

terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan

(Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan

giginya pada dinding usus dan menghisap darah. Infeksi cacing tambang

menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita

mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja

serta menurunkan produktifitas (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

Gejala klinik karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak

bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi

kerja menurun, dan anemia (anemia hipokrom micrositer). Di samping itu juga

(21)

c) Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)

Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk

ke dalam mukosa usus. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja,

telur menjadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3–6 minggu di

dalam tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva

dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang

matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari dinding

telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke

usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan

mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar

30-90 hari (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

Infeksi cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala

klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala. Sedangkan infeksi cacing cambuk

yang berat dan menahun terutama pada anak menimbulkan gejala seperti diare,

disenteri, anemia, berat badan menurun dan kadang-kadang terjadi prolapsus

rektum (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

Yang penting untuk penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah

dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab, dan teduh dengan suhu

optimum kira 30 derajat celcius. Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagi

pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frekuensi di Indonesia masih sangat

tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar antara

30-90 %. Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan

pengobatan penderita trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan

tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama anak. Mencuci tangan

sebelum makan, mencuci dengan baik sayuran yang dimakan mentah adalah

penting apalagi di negera-negera yang memakai tinja sebagai pupuk

(22)

2.4 Pasar

Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran

bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam

arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini

lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa

barang atau jasa. Sedangkan secara umum pasar merupakan tempat pertemuan

antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional, pasar modern, bursa kerja, bursa

efek adalah contoh pasar (Lilananda, 2009; Arobaya, 2010).

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli

serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan

biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau

gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola

pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan

berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik,

jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang

lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya

terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai

pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar

Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang

Pasar modern

(Arifin,

2007; Setiawan et al, 2008).

tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar

jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan

pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada

dalam

dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan

makanan seperti, buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang

dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern

adalah

(23)

Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya,

jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Pasar

menurut jenisnya (Lilananda, 2009)

a) Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi. Misalnya

menjual beras, sandal, lukisan. Contohnya adalah Pasar Mergan di Malang,

Pasar Kramat Jati.

:

b) Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi.

Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik.

Pasar menurut jenis barang yang dijual dapat dibagi menjadi pasar ikan, pasar

buah. Pasar menurut lokasi misalnya Pasar Kebayoran yang berlokasi di

Kebayoran Lama. Pasar menurut hari dinamakan sesuai hari pasar itu dibuka.

Misalnya Pasar Rabu dibuka khusus hari Rabu. Pasar menurut luas

jangkauan (Lilananda, 2009)

a) Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu

dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan

penawaran dalam satu daerah. :

b) Pasar Lokal kayak gaber membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat

produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan

dan penawaran dalam satu kota.

c) Pasar Nasional membeli dan menjual produknya yaitu jembut dalam satu

negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional

melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.

d) Pasar Internasional membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa

juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.

Pasar menurut wujud (Lilananda, 2009)

a) Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata.

(24)

dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen juga

dapat dengan mudah dibedakan.

b) Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat

mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung. Biasanya

dapat melalui internet, pemesanan telepon. Barang yang diperjual belikan

tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur,

rekomendasi. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen

bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan konsumen

sekaligus.

Beberapa pasar tradisional di Kota Medan (Lilananda, 2009):

a)

b) Pasar Petisah menjadi acuan berbelanja yang murah dan berkualitas.

merupakan salah satu pasar tradisional tua di Medan yang sudah

ada sejak zaman kolonial. Menyediakan beragam kebutuhan pokok dan sayur

mayur.

c)

d)

yang terletak di Jalan Beruang.

e)

merupakan salah satu pasar tradisonal yang cukup tua

dan menjadi trade mark Kota Medan. Terletak di persimpangan Jalan

Sisingamangaraja dan Jalan Sakti Lubis.

f)

yang terletak di Jalan Thamrin yang bersebelahan dengan

Thamrin Plaza.

Beberapa pasar modern di Kota Medan (Lilananda, 2009):

merupakan pasar yang terkenal sebagai tempat

perdagangan pakaian bekas dan menjadi lokasi favorit baru para pemburu

pakaian bekas setelah Pasar Simalingkar dan Jalan Pancing.

a) Brastagi plaza

b) Hypermarket

(25)

d) Carrefour

e) Supermarket

Modernisasi pasar ,atau pusat perbelanjaan modern, menjanjikan suasana

belanja yang jauh lebih nyaman dan higienis sehingga menarik

masyarakat untuk meninggalkan pasar tradisional yang kumuh dan kotor. Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Medan (2010) dicatatkan 15 mall/

plaza/ hypermarket, 14 supermarket, 29 pasar swalayan, dan 55 pasar tradisional.

Terdapat pengelompokan dan jenis barang di pasar menurut kebersihan,

yaitu (Lilananda, 2009):

a) Kelompok bersih (kelompok jasa, kelompok warung, toko).

b) Kelompok kotor, tidak bau (kelompok hasil bumi, buah-buahan).

c) Kelompok kotor dan berbau (kelompok sayur dan bumbu).

d) Kelompok kotor, bau, basah (kelompok kelapa).

e) Kelompok bau, basah, kotor, dan busuk (kelompok ikan basah dan daging).

Biasanya kelompok bersih diletakan di depan dan kelompok kotor, bau,

basah, dan busuk di belakang. Pengelompokan ini bertujuan agar tidak

tercampur baur dan juga agar pembeli tidak kebingungan mencari barang. Salah

satu hal yang paling mendasar yang membedakan antara pasar tradisional dan

modern adalah transaksi yang dilakukan dimana pelakunya antara orang per

orang. Dan barang yang biasa diperjualbelikan adalah barang kebutuhan pokok

(Lilananda, 2009).

Citra atau image pasar tradisional pada saat ini identik sebagai area

perbelanjaan yang kumuh dan kotor dengan sebuah kelebihan yang cukup penting

yaitu harga yang sangat murah. Dengan kelebihan tersebut otomatis pasar

tradisional menjadi tempat favorit bagi seluruh masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain sebagai produsen kebutuhan sehari-hari,

selama ini pasar tradisional telah banyak memberi lapangan pekerjaan dan

(26)

Apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa pemerintah kurang membatasi

perkembangan pusat perbelanjaan modern (Lilananda, 2009).

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan

tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya

(Prabu, 2008):

a) Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

b) Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan

selanjutnya.

c) Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari

pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.

d) Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang

(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

Variabel Bebas

Kontaminasi Telur Cacing

(pupuk kotoran manusia)

Variabel Terikat

Higiene Sayuran

Variabel Pengganggu

Perlakuan

(28)

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

1. Sayuran adalah makanan yang kaya dengan manfaat. Sayuran terbagi dua

yaitu sayuran mentah (lalapan) dan sayuran matang (sudah dimasak).

Sayuran mentah memiliki nilai gizi yang lebih baik dari sayuran matang.

Tetapi lebih beresiko tertular telur dan larva cacing penyakit. Sewaktu

membeli, pedagangnya telah diwawancara untuk mengetahui ada tidaknya

perlakuan (pengolahan) sebelum sayuran itu dijual.

2. Sayuran dikatakan terkontaminasi cacing apabila ditemukan telur dan larva

cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing tambang pada sayuran. Sampel

sayuran yang telah diguna pada penelitian ini adalah sayur selada.

Pemeriksaan laboratorium yang telah digunakan untuk memeriksa

kontaminasi telur cacing parasit adalah dengan teknik senrifugasi (Hadidjaja,

1994). Cara pemeriksaan sampel adalah seperti berikut:

a) Merendam dan menyikat sayur selada ke dalam cairan NaOH 0,2%

sebanyak 1liter dalam beker glass 1000 ml selama 30menit.

b) Sayur selada dikeluarkan lembar demi lembar dari dalam larutan.

c) Menyaring air rendaman, kemudian dimasukkan ke dalam beker glass lain

dan didiamkan selama kurang lebih 1jam.

d) Air yang ada di permukaan beker glass dibuang, air bagian bawah beker

glass beserta endapannya diambil dengan volume 10-15ml menggunakan

pipet, dimasukkan ke dalam tabung ependorf.

e) Air endapan disentrifugasi dengan kecepatan 1500 putaran per menit

selama 5menit.

f) Air pada bagian atas ependorf dibuang, endapan diambil menggunakan

pipet Pasteur dan teteskan di atas kaca objek yang sebelumnya diberi

lugol.

g) Kaca objek ditutup dengan kaca penutup, kemudian diperiksa dibawah

(29)

3. Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai

dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada

proses tawar-menawar; Terdiri dari kios-kios atau gerai yang dibuka oleh

penjual; Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari; Umumnya terletak

dekat kawasan permukiman masyarakat agar memudahkan pembeli untuk

mencapai pasar; Para pedagang saling berebut dalam menarik perhatian para

langganannya untuk mencari keuntungan sebanyak mungkin.

4. Pasar modern adalah tempat dimana penjual dan pembeli tidak bertransaksi

secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam

barang sehingga tidak dapat ditawar lagi (fixed price); Berada dalam suatu

bangunan modern; Barang yang dijual selalunya dapat bertahan lama dan

bervariasi; Pelayanan dilakukan secara mandiri.

3.3 HIPOTESIS

Tidak ada perbedaan pada higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan secara

cross sectional. Survey cross sectional adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek dengan

cara pendekatan, observasi dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

“Point time approach” (Notoatmodjo, 2002).

4.2 Lokasi dan waktu penelitian 4.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di pasar tradisional dan pasar modern

sekitar Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah berlangsung selama 6 bulan, mulai dari peneliti

menentukan judul, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung

dari bulan Februari 2010 hingga November 2010.

4.3 Populasi dan sampel penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasar tradisional dan pasar

modern yang menjual sayur selada di Kota Medan tahun 2010.

4.3.2 Sampel

Dalam menentukan besarnya sampel, digunakan metode pengambilan

(31)

4.4 Metode pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

mengambil sampel sayur selada dari 20 pasar tradisional (masing-masing 2

sampel) dan 20 pasar modern (masing-masing 1 sampel) dengan menggunakan

wadah plastik. Selanjutnya sampel diperiksa di Laboratorium Departemen

Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.5 Pengolahan dan Analisa Data

Hasil dari pemeriksaan laboratorium telah dimasukkan ke dalam tabel

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1. Lokasi Penelitian

Lokasi bagi penelitian ini merupakan pasar tradisional dan pasar modern

yang menjual sayur selada sekitar Kota Medan. Terdapat 55 pasar tradisional dan

58 pasar modern di Kota Medan. Sampel bagi penelitian ini dipilih berdasarkan

metode cluster sampling. Sebanyak 20 pasar tradisional dan 20 pasar modern

telah mengikuti penelitian ini.

5.1.2. Karakteristik Sampel

Sampel bagi penelitian ini adalah sayur selada yang dibeli dari pasar

tradisional dan pasar modern. Sebanyak 60 sampel sayur selada telah mengikuti

penelitian ini yaitu 40 sampel dari pasar tradisional dan 20 sampel dari pasar

modern. Sayur selada yang diperiksa mempuyai karakteristik segar dan tidak

kotor secara fisik.

5.1.3. Hasil Analisa Data

Jenis pasar yang mengikuti penelitian ini serta jumlahnya dapat dilihat

pada tabel dibawah yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Sampel sayur

selada diambil dari 20 pasar tradisional (50%) dan 20 pasar modern (50%).

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis pasar yang mengikuti penelitian

Jenis pasar N %

Tradisional 20 50.0

Modern 20 50.0

(33)

Higiene sayur selada dapat dilihat dari segi kontaminasi parasit. Sayur

selada dikatakan tidak higiene apabila ditemukan parasit. Tabel di bawah

menunjukkan frekuensi hasil uji penemuan parasit dari kedua-dua pasar. Pasar

tradisional menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit pada 34 sampel (85.0%)

dan hasil negatif pada 6 sampel (15.0%) dari jumlah 40 sampel. Manakala pasar

modern pula menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit pada 18 sampel

(90.0%) dan hasil negatif pada 2 sampel (10.0%) dari jumlah 20 sampel.

Tabel 5.2 Frekuensi hasil uji penemuan parasit berdasarkan pasar

Pasar

Penemuan parasit

(+) % (-) % Total

Tradisional 34 85.0 6 15.0 40 100.0%

Modern 18 90.0 2 10.0 20 100.0%

Tabel frekuensi hasil uji penemuan parasit berdasarkan pasar

menunjukkan tidak ada perbandingan higiene pada sayur selada yang dijual di

pasar trdisional dengan pasar modern. Hal ini dibukt ikan melalui uji chi square

yang memberikan nilai χ² hitung = 0.29, df = 1 dengan nilai kemaknaan 5%.

Tabel chi square menunjukkan, χ² table = 3,481. Keputusannya adalah nilai χ²

hitung < χ² table, maka Ho gagal ditolak.

Sampel pada penelitian ini dapat memilki higienitas tinggi dengan

perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia dijual. Tabel di bawah ini

menunjukkan frekuensi hasil perlakuan yaitu mencuci sayur selada sebelum ia

dijual di pasar tradisional dan pasar modern. Pengusaha dari pasar tradisional

dengan jawaban ada mencuci sayur selada sebelum ia dijual menunjukkan hasil 6

sampel (15.0%) dan dengan jawaban tidak ada pula menunjukkan 34 sampel

(34)

pula menunjukkan hasil 2 sampel (10.0%) dan dengan jawaban tidak ada pula

menunjukkan 18 sampel (90.0%) dari total 20 sampel.

Tabel 5.3 Frekuensi hasil perlakuan yaitu dengan mencuci sayur selada sebelum ia dijual di pasar

Pasar

Perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia dijual Ada % Tidak ada % Total

Tradisional 6 15.0 34 85.0 40 100.0%

Modern 2 10.0 18 90.0 20 100.0%

Frekuensi hasil jenis parasit berdasarkan pasar dapat dilihat pada tabel di

bawah ini. Pasar tradisonal menunjukkan parasit free living jantan dan betina

Strongyloides menduduki tempat teratas dengan frekuensi 14 sampel (35.0%).

Jenis parasit kedua terbanyak yang ditemui pada sayur selada pasar tradisional

adalah larva Rhabditiform Strongyloides dengan frekuensi 12 sampel (30.0%).

Tempat seterusnya diduduki oleh telur hookworm dan diikuti dengan telur

toxocora dengan frekuensi enam sampel (15.0%) dan dua sampel (5.0%)

masing-masing. Manakala enam sampel (15.0%) menunjukkan hasil negatif bagi

kontaminasi parasit.

Pasar modern pula, didahului dengan parasit jenis larva Rhabditiform

Strongyloides dengan frekuensi tujuh sampel (35.0%). Jenis parasit kedua

terbanyak yang ditemui pada sayur selada pasar modern adalah parasit free living

jantan dan betina Strongyloides dengan frekuensi enam sampel (30.0%). Tempat

seterusnya diduduki oleh telur hookworm dan diikuti dengan telur toxocora

dengan frekuensi empat sampel (20.0%) dan satu sampel (5.0%) masing-masing.

Manakala dua sampel (10.0%) menunjukkan hasil negatif bagi kontaminasi

(35)

Tabel 5.4 Frekuensi hasil jenis parasit berdasarkan pasar

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan

pembahasan seperti berikut. Secara umumnya pengusaha memberikan barangan

yang berkualitas dan bebas dari kontaminan kepada pembelinya tidak kira pasar

tradisional maupun pasar modern. Tetapi hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa 34 sampel (85.0%) dari 40 sampel pasar tradisional menunjukkan hasil

positif kontaminasi parasit, dan 18 sampel (90.0%) dari 20 sampel pasar modern

menujukkan hasil positif bagi kontaminasi parasit. Hal ini bertentangan dengan

pendapat Sinaga dan Pariman (2004), yang mengatakan bahwa barang yang dijual

di pasar modern mempunyai kualitas yang relatif lebih terjamin dari pasar

tradisional karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara ketat sehingga

barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan ditolak. Ini bermakna

tidak ada perbedaan higiene pada sayur selada yang dijual di pasar tradisional

dengan pasar modern.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari

pengusaha sayur selada dari kedua pasar tradisional dan pasar modern dalam

membekalkan yang berkualitas dan aman bagi pembelinya. Tetapi pengusaha

(36)

kontaminasi parasit. Menurut Astawan (2010), kontaminasi cacingan dapat

terjadi terutama pada sayuran yang menjalar di permukaan tanah karena para

petani seringkali menggunakan pupuk kotoran ternak(bahkan kotoran manusia)

untuk meningkatkan kesuburan tanah. Tetapi dengan menjaga kualitas dan sarana

pengolahan makanan lalapan dapat meningkatkan kualitas higienitas (Scharff,

2010).

Berdasarkan hasil wawancara pada tabel 5.3 dapat dikatakan bahwa

dengan tidak mencuci sayur selada sebelum dijual dapat meningkatkan angka

kejadian kontaminasi parasit. Hal ini sesuai dengan Gandahusada (2000), yang

mengatakan kebiasaan memakan lalapan tanpa dibersihkan terlebih dahulu dapat

meningkatkan food borne illnesses. Kesemua pengusaha pasar tradisional dengan

pasar modern yang ada mengamalkan perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia

dijual menunjukkan hasil negatif bagi kontaminasi parasit. Hal ini sesuai dengan

Prabu (2008), yang mengatakan bahwa penerapan atau pemeliharaan kondisi yang

mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit yang

disebabkan oleh makanan (foodborne illness atau foodborne disease).

Hasil pada tabel 5.4 menunjukkan parasit jenis strongyloides jantan dan

betina yang free living ditemui paling banyak di pasar tradisional. Manakala bagi

pasar modern pula parasit yang paling banyak ditemui merupakan jenis larva

rhabditiform strongyloides. Hal ini mungkin karena lokasi dan lingkungan

berkembang biak setiap parasit berbeda.

Keterbatasan pada penelitian ini adalah wawancara tidak dilakukan

(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa kesimpulan diantaranya ialah,

1. Sayur selada yang terkontaminasi parasit dari pasar tradisional adalah

sebanyak 34 sampel (85.0%).

2. Sayur selada yang terkontaminasi parasit dari pasar modern adalah sebanyak

18 sampel (90.0%).

3. Hasil menunjukkan perbedaan higiene pada sayur selada yang dijual di pasar

tradisional dengan pasar modern tidak bermakna.

4. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan mengamalkan perlakuan seperti

mencuci sayur selada sebelum ia dijual dapat menurunkan angka kejadian

kontaminasi parasit.

6.2 Saran

Bedasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran diantaranya ialah,

1. Kepada pengusaha sayuran agar melakukan perlakuan/ pengolahan sebelum

sayuran dijual kepada pembeli dalam upaya membekalkan sayuran yang

berkualitas bagi pembeli.

2. Kepada pembeli agar dapat mencuci dan memasak terlebih dahulu sayuran

yang dibeli dari pasar sebelum mengkonsumsinya sebagai langkah untuk

mencegah infeksi parasit.

3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk mengadakan penelitian yang

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Akhirany, N., 2004. Pedoman Pengawasan Biosecurity and Hygiene Terhadap

Produk Unggas. Available

from : disnaksulsel.info/index.php?option=com_docman&task=doc_download& gid=14

Arifin, H., 2007. Pasar Tradisional Versus Modern. Available

from:

[Accessed 01 Mei 2010]

Maret 2010]

Arobaya, A.Y., 2010. Pasar Tradisional Versus Modern. Available from: 30 Maret 2010]

Astawan, M., 2010. Kandungan Gizi Aneka Bahan Makanan. Available from: http://www.ruangkeluarga.com /kesehatan/lalapan-sayuran-mentah-juga mengandung-bahaya-20100310-530.html

Codex Alimentarius Commission(CAC), 2003. Recommended International Code of

Practice General Principles of Food Hygiene. Available from:

[Accessed 03 Mei 2010]

[Accessed 26 April 2010]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Indonesia Sehat 2010 dan

Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/ Kota. Available

from:

Departemen Pertanian, 2009. Konsep Pedoman Sanitasi dan Hygiene Agroindustri

Perdesaan. Available

Djaafar, T.F., dan Rahayu, S., 2005. Cemaran Mikroba pada Produk Pertanian,

Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya. Available

(39)

Gandahusada, S., 2000. Parasitologi Kedokteran edisi ke 3. Jakarta: EGC, 34-67.

Hadidjaja, P., 1994. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. Available from:

Jie, A., 2009. Pengertian Hygiene dan Sanitasi. [Accessed 14 Maret 2010]

Available from:

Lilananda, 2009. Pasar Tradisional. Available from:

Muslim, H.M., 2005. Parasitologi untuk Keperawatan. Available from:

Notoatmodjo, S., 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 68-74.

Pemerintah Kota Medan, 2010. Perdagangan dan Jasa. Available

from: [Accessed 13

maret 2010]

Prabu, P., 2008. Higiene dan Sanitasi Makanan. Available

from:

Scharff, R., 2010. Food Poisoning Illnesses Cost Americans Billions. Available from:

Setiawan, I., Suciawati, Hasanah, L., dan Edi, 2008. Wawasan Sosial Ilmu

Pengetahuan Sosial SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional, 197-208.

Koperasi dan UKM. Jakarta : Tidak Diterbitkan. Available from

Sinaga, Pariaman. 2004. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Kementerian

(40)

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 424/MENKES/SK/VI, 2006. Pedoman

Pengendalian Cacingan. Available

from: 07 Maret 2010]

Yulianto, E., 2007. Skripsi : Hubungan Higiene Sanitasi dengan Kejadian Penyakit

(41)

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gita A/P Karuppiah

Tempat/ Tanggal Lahir : Selangor/ 08 September 1986

Agama : Hindu

Alamat : No.11A, Bendahara Villa, Kuala Selangor

Riwayat Pendidikan : 1. SRKT Vageesar

2. SMK Sultan Abdul Aziz

3. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pelatihan : 1. Persatuan Bulan Sabit Merah

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia

Indonesia Cawangan Medan (PKPMI)

(42)
(43)
(44)

PT 39 + Tidak ada Free living Ss

PT 40 + Tidak ada Larva Ss

Pasar Modern Hasil Perlakuan/ Pengolahan sebelum dijual

Ho= Tidak ada perbedaan higiene antara sayur selada yang dijual di pasar

tradisional dengan pasar modern

b. Uji statistic:uji chi square (type independency)

c. Nilai kemaknaan 5%

d. Perhitungan

(45)

χ² = Σ (O-E) E

Nilai observasi : 34 6 18 2

Tabel : 2x2 df = (b-1)(k-1) = 1

Nilai ekspektasi:

Sel Nilai Observasi Perhintungan

Nilai Ekspektasi

dibandingkan antara χ² hitung dengan χ² table

f. Keputusan

(46)

Frequencies: Pasar Tradisional

Statistics

Kontaminasi STH Perlakuan sebelum dijual

N Valid 40 40

Missing 0 0

Frequency Table

Kontaminasi STH

Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

- 6 15.0 15.0 15.0

+ 34 85.0 85.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Perlakuan sebelum dijual

Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

ada 6 15.0 15.0 15.0

tidak 34 85.0 85.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Frequencies: Pasar Modern

Statistics

Kontaminasi STH Perlakuan sebelum dijual

N Valid 20 20

Missing 0 0

Frequency Table

Kontaminasi STH

Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

- 2 10.0 10.0 10.0

+ 18 90.0 90.0 100.0

(47)

Perlakuan sebelum dijual

Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

ada 2 10.0 10.0 10.0

Pasar Tradisional Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

* Kontaminasi STH 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Pasar Tradisional * Kontaminasi STH Crosstabulation

(48)
(49)

PT 8 0 1 1

PT 9 0 1 1

Total 6 34 40

2. Perlakuan/ pengolahan sebelum dijual

Case Processing Summary

Cases

Pasar Tradisional Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

* Perlakuan sebelum dijual

40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Pasar Tradisional * Perlakuan sebelum dijual Crosstabulation

(50)
(51)

Crosstabs: Pasar Modern

1. Kontaminasi STH

Case Processing Summary

Cases

Pasar Modern Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

* Kontaminasi STH 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Pasar Modern * Kontaminasi STH Crosstabulation

(52)

PM 7 1 0 1

PM 8 0 1 1

PM 9 0 1 1

Total 2 18 20

2. Perlakuan/ pengolahan sebelum dijual

Case Processing Summary

Pasar Modern * Perlakuan sebelum dijual Crosstabulation

(53)

PM 20 0 1 1

PM 3 0 1 1

PM 4 0 1 1

PM 5 0 1 1

PM 6 0 1 1

PM 7 1 0 1

PM 8 0 1 1

PM 9 0 1 1

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis pasar  yang mengikuti penelitian
Tabel 5.2 Frekuensi hasil uji penemuan parasit berdasarkan pasar
Tabel 5.3 Frekuensi hasil perlakuan yaitu dengan mencuci sayur selada
+3

Referensi

Dokumen terkait

Used by permission of Viking Books, an imprint of Penguin Publishing Group, a division of Penguin Random House LLC.. &#34;Acquainted With the Night&#34; from the book THE POETRY

Menurut Prayitno (2004:23) bahwa ada beberapa teknik yang bisa diterapkan dalam pembelajaran antara lain terknik bermain peran. Bermain peran dapat dijadikan sebagai salah

POLA PEMANFAATAN RUANG VERTIKAL DAN JELAJAH HARIAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI BLOK BARAT HUTAN BATANG TORU,..

[r]

Pada dasarnya setiap perusahaan ingin mendapatkan laba optimal dalam setiap produksinya, oleh karena itu manajer harus memperhatikan laba dari tiap produksi dengan memperhatikan

 Terdapatnya hambatan impuls supra atau intraventrikular Aritmia adalah kelainan eletrofisiologi dalam hal kecepatan, irama, tempat asal dari rangsangan (impuls), atau

Hubungan sikap dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar bayi pada analisis diperoleh hasil uji statistic chi- square nilai α = 0,001 (&lt;0,05), Nilai tersebut

[r]