• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPTIF LINGUISTIK FORENSIK Ika Arifiant

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Temuan bentuk tindak tutur dalam penelitian ini adalah penerapan teori Grace (1975) seperti pada paparan berikut ini.

Pematuhan dan Pelanggaran maxim/ bidal kuantitas

A : apakah sekarang ini saudara dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani dan bersidia memberikan teterangan dengan yang sebenar – benarnya ?

B : ya, saya sekarang ini dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani dan bersedia memberikan keterangan dengan sebenar – benarnya.

Tuturan wacana diatas termasuk dalam kategori pematuhan prinsip kerjasama bidal kuantitas, pematuhan ini terdapat pada jawaban B yang dengan maksud menjawab pertanyaan A yang pada saat itu keadaan B memang benar – benar sehat jasmani maupun rohaninya dan mampu memberikan keterangan yang sebenar – benarnya.

524 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

A : apakah saudara masih tetap pada keterangan saudara dalam berita acara pemeriksaan tertanggal 7 juni 2013?

B : ya, saya masih pada keterangan saya dalam berita acara pemeriksaan tertanggan 7 juni 2013.

Tuturan tersebut termasuk dalam kategori pematuhan prinsip kerja sama bidal kuantitas. Karena tuturan B memberikan kontribusi yang seca kuantitas memadai pada komunikasi, dengan tuturan tersebut sudah memberikan alasan yang secara prinsip kerjasama telah mematuhi bidal kuantitas.

A : pada pemeriksaan tertanggan 7 juni 2013 saudara mengatakan bahwa saudara bertujuan menikahi untuk mempunyai keturunan, tetapi saudara merasa belum mampu untuk melakukan hubungan seksul dengan istri saudara, karena tidak percaya diri atau takut sendiri dengan kemampuan saudarauntuk melakukan hubungan seksual, dan saudara mengakui bahwa telah lalai atau menelantarkan istri saudara, yaitu tidak memberikan nafkah batin, apa penyebabnya hingga saudara tidak percaya diri dengan kemampuan saudara?

B : yang menyebabkan saya tidak percaya diri dengan kemampuan saya karena saya merasa tertekan, setiap bertemu dengan istri saya Mei selalu ada pertengkaran, sehingga saya menjadi malas untuk melakukan hubungan seksual dengan istri saya.

Pada tuturan B merupakan pematuhan prinsip kerja sama bidal kuantitas karena tuturan tersebut memberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai pada tahapan komunikasi, dengan maksud tuturan B telah memberikan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan tuturan A.

Pertanyaan BAP no (8)

A : pada pemeriksaan tertanggal 7 Juni 2013, saudara mengatakan bahwa saudara terakhir memberikan nafkah lahir kepada istri saudara pada bulan Desember

525 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

2011, apakah sejak saat itu saudara tidak pernag memberikan nafkah lahir maupun batin?

B : ya benar, sejak bulan Desember 2011 sampai dengan sekaranf saya sudah tidak pernah memberikan nafkah lahir maupun batin kepada istri saya

Tuturan penggalan diatas merupakan dalam kategori pematuhan prinsip kerjasama bidal kuantitas. Karena pematuhan ini terdapat pada tuturan B dengan bermaksud menjawab tuturan A yang pada saat itu B memang tidak pernah memberikan nafkah lahir maupun batin kepada istrinya. Kontribusi yang secara kuantitas memadai pada setiap tahapan komunikasi di atas.

Pertanyan BAP no (9)

selanjutnya, siapa yang bertanggung jawab atas kehidupan sehari – hari istri

A : apa maksud dan tujuan saudara tidak bertanggung jawab atas kehidupan sehari – hari istri saudara?

B : saya tidak bertanggung jawab atas kehidupan istri saya karena sejak saat itu perkawinan kami bermasalah, sehingga saya merasa sudah tidak bertanggung jwab atas istri saya.

Penggalan tuturan diatas termasuk dalam pematuhan prinsip kerjasama bidal kuantitas, karena pada tuturan B bermaksud menjawab pertanyaan dari A “apa maksud dan tujuan saudara tidak bertanggung jawab atas kehidupan sehari – hari istri saudara?” dan pada saat itu B memang sudak tidak bertanggung jawab atas kehidupan istrinya, bisa dibuktikan dengan tuturan B diatas. termasuk dalam pematuhan prinsip kerja sama bidal kuantitas karena tuturan tersebut secara kuantitas memadai setiap tahapan komunikasi.

Pelanggaran maxim/ bidal kualitas Pertanyaan BAP no (4)

A : apa yang menyebabkan setiap saudara bertemu dengan istri saudara terjadi pertengkaran?

B : yang menyebabkan setiap bertemu istri saya terjadi pertengkaran adalah sifat keras istri saya, seperti contoh setiap saya ke Semarang diminta mengantar istri

526 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

saya untuk memberikan les ke rumah yang akan diberikan pelajaran les dan istri saya selalu terburu – buru dan meminta saya untuk mengemudikan kendaraan dengan kencang sehingga saya tertekan.

Tuturan B tersebut termasuk katefori pelanggaran prinsip kerjasama bidal kuantitas karena tuturan itu secara kuantitas berlewah. Kontribusi yang disumbangkan pada jawaban B tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, yaitu terlalu banyak. sementara itu tuturan A hanya memberikan sedikit kontribusi terhadap berlangsungnya tuturan tersebut. Seandainya tuturan B itu hanya menjawab “yang menyebabkan setiap bertemu istri saya terjadi pertengkaran adalah sifat keras istri saya” tuturan tersebut tidak melanggar bidal kuantitas.

Pertanyaan BAP no (14)

A : apakah dalam pemeriksaan ini ada keterangan yang ingin saudra tambahkan? B : Sudah cukup

Pematuhan prinsip kerja sama bidal kuantitas terdapat pada tuturan diatas tuturan B “ sudah cukup” dengan maksud tidak ada yang ingin di tambahkan lagi dalam keterangan yang di pertanyakan oleh A, sehingga tuturan penggalan wacana ini memberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai pada setiap tahapan komunikasi.

Pertanyaan BAP no (15)

A : apakah dalam pemeriksaan ini saudara merasa diancam, dipaksa, ditekan dan dipengaruhi oleh penyidik atau pihak lain?

B : tidak

Pematuhan prinsip kerja sama bidal kuantitas terdapat pada tuturan diatas tuturan B “ Tidak” dengan maksud tidak ada paksaan, ancaman tekanan atau dipengaruhi pihak lain seperti yang di pertanyakan A.sehingga tuturan penggalan wacana ini memberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai pada setiap tahapan komunikasi.

Pematuhan Maksim/ bidal kualitas Pertanyaan BAP no (5)

527 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

A : pada tanggal 7 juni 2013, terhadap diri saudara telah dilakukan pemeriksaan medis RS Bhayangkara dengan hasil saudara dinyatakan sehat sebagai seorang laki – laki, selanjutnya mengappa saudra tidak memberikan nafkah batin atau tidak melakukan hubungan seksual dengan istri saudara?

B : saya tidak memberikan nafkah batin atau tidak melakukan huungan seksual dengan istri saya, karena saya merasa tertekan dengan sifat keras istri saya dan saya pernah mengatakan bahwa saya mau melakukan hubungan seksual apanila bersedia pindah mengikuti saya.

Penggalan tuturan diatas merupakan pematuhan prinsip kerjasama bidal kualitas, karena penututr B memang mengatakan hal yang sebenarnya. Tuturan B yang di tuturkan bermaksud menjawab tuturan A.

Pertanyaan BAP no (6)

A : apakah saudara sudah mencoba atau berusaha untuk melakukan hubungan seksual dengan istri saudara selama masa perkawinan saudara?

B : saya belum pernah berusaha melakukan hubungan seksual dengan istri saya, karena setiap bertemu selalu terjadi pertengkarn dan saya merasa tertekan. Penggalan tuturan di atas termasuk pematuhan prinsip kerjasama bidal kuantitas, karena tuturan B mempunyai maksud menjawab pertanyatan tuturan A “apakah saudara sudah mencoba atau berusaha untuk melakukan hubungan seksual dengan istri saudara selama masa perkawinan saudara?” sehingga tuturan penggalan wacana ini memberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai pada setiap tahapan komunikasi.

Pertanyaan BAP no (7)

saudara belum pernah mencoba atau berusaha untuk melakukan hubungan seksual, tetapi saudata sudah merasa tidak mampu, apakah saudara sudak berusaha untuk mencari masalahnya, sehingga saudara dapat melakukan hubungan seksual dengan istri saudara?

528 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

B : saya hanya merasa tertekan dengan sifat keras istri saya, sehingga saya merasa tidak mampu untuk melakukan hubungan seksual.

Tuturan penggalan wacana termasuk dalam kategori pematuhan prinsip kerjasama bidal kuantitas, pematuhan ini terdapat pada tuturan B yang dengan maksud menjawab pertanyaan dari A yang memang pada saat itu keadaan B yang hanya merasa tertekan dengan istrinya pernyataan tersebut dibuktikan dengan tuturan B “saya hanya merasa tertekan dengan sifat keras istri saya, sehingga saya merasa tidak mampu untuk melakukan hubungan seksual” yang memberikan kontribusi yang secara kuantitas memadai pada setiap tahapan komunikasi.

Pertanyaan BAP no (11)

A : apakah saudara telah memberikan kehidupan , perawatan dan pemeliharaan terhadap istri saudara?

B : sejak bulan Desember 2011, saya tidak memberikan kehidupan perawatan dan pemeliharaan terhadap istri saya.

Pematuhan prinsip kerja sama bidal kualitas terdapat pada tuturan diatas tuturan.

B “sejak bulan Desember 2011, saya tidak memberikan kehidupan perawatan dan pemeliharaan terhadap istri saya”. dengan maksud memberitahukan kepada A bahwa B memang tidak memberikan kehidupan dan perawatan sejak Desember 2011, tuturan penggalan wacana ini memberikan informasi yang sebenar-benarnya, sehingga tuturan diatas termasuk dalam kategori pematuhan prinsip kerja sama bidal kualitas.

Pertanyaan BAP no (12)

A : pada pemeriksaat tertanggal 7 Juni 2013 saudara mengatakan bahwa mengalami kelainan seksual atau ketidakoercayaan diri untuk melakukan hubungan seks sejak 3 tahun lalu , atau sebelum saudara melakukan pernikahan dengan sdr Oei Mei Mei, selanjutnya apa maksud saudara menikahi sdr Oei Mei Mei sedangkan saudara tidak mampu melakukan hubungan seksual?

529 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

B : pada keterangan saya tertanggal 7 Juni 2013, sebenarnya tidak benar, karena saya ebetulnya tidak mengalami kelainan seksual, hanya karena perasaan tertekan saya atas sifat istri saya dan saya mempunyai tujuan menikahi istri saya untuk memiliki keluarga dan mempunyai keturunan.

Penggalan tuturan diatas termasuk dalam pematuhan prinsip kerjasama bidal kualitas, karena pada tuturan B memang menjawab dengan sebenar – benarnya dengan maksud menjawab pertanyaan A. Sehingga tuturan diatas termasuk dalam kategori pematuhan prinsip kerja sama bidal kualitas.

Pertanyaan BAP no (13)

A : saudara merasa tertekan dengan sifat keras istri saudara sehingga saudara memutuskan untuk tidak bertanggung jawab lagi terhadap istri saudara sejak bulan Desember 2011. Apakah saudara telah mengajukan perceraian tersebut? B : saya belum pernah mengajukan perceraian karena pada saat itu, saya sudah berusaha menawarkan ke istrisaya untuk bersedia mengikuti saya, akan tetapi dia tidak mau dan kerena dari pihak kami menunggu keputusan dari keluarga maka saya belum mengajukan perceraian atau hal – hal lain.

Penggalan tuturan diatas merupakan pematuhan prinsip kerja sama bidal kualitas, karena pada tuturan B memang belum pernah mengatukan perceraian kepada istrinya dengan maksud menyakinkan A yang menanyakan kepada B “Apakah saudara telah mengajukan perceraian tersebut?” dan B menjawab dengan sebenar – benarnya dengan bukti pada tuturan B diatas.

SIMPULAN

Penerapan teori grace (1975) dalam penelitian ini adalah pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama kuantitas dan pematuhan bidal kualitas. BAP yang telah dilakukan penyidik dapat menjadi kajian pragmatik yang masih langka khususnya dengan objek ranah kepolisian yang susah untuk ditembus.

SARAN

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya pada bidang pragmatik, dan dapat ditindaklanjuti pada bidang linguistik forensik. Kajian pragmatik

530 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

dan linguistik forensik merupakan bidang linguistik terapan yang layak untuk diteliti dalam rangka upaya pengembangan keilmuan linguistik.

DAFTAR PUSTAKA

Abushihab, Ibrahim. 2015. A Pragmatic Stylistic Framework for Text Analysis.International Journal of Education. Vol 7 (1): 110-118.

http://www.macrothink.org/journal/index.php/ije/article/viewFile/701 (Diakses pada tanggal 17 Februari 2016).

Al-Qaderi, Issa Ali Umar. 2015. Conversational Implicature in Arabic: A Pragmatic Analysis of Applying Flouting the Maxims to the Yemeni Dialect. International Journal of Education. Vol 7 (6): 53-68. http://macrothink.org/journal/index.php/ijl/article/view/8745 Diakses pada tanggal 17 Februari 2016).

Brow, Penelope dan S.C. Levinson. 1978. Universals in Language Usage:Politness Pheomena dalam Ester N.Goody (ed) Question ang Politness. Cambrige University Press. Hal 56-342.

Cumings, Louise.2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Grice, H. Paul. 1975. Logic and Conversation dalam Cole, Dater dan S. Morgen (ed). Pragmatik: A. Reader. New York:Oxford University Press.

Mey, Jacob. L. 1994. Pragmatics: An Introduktion. Oxford & Cambrige, USA: Black Well.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. CV. IKIP Semarang Press.

Waluyo, Bambang. 2004. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika.

Wang, Na. 2013. An analysis of the pragmatic functions of “swearing” in interpersonal talk. Griffith Working Papers in Pragmatics and Intercultural

Communication 6 (2013): 71-79.

https://www.griffith.edu.au/__data/assets/pdf_file/0007/589453/Na- Wang.pdf. (Diakses pada tanggal 17 Februari 2016).

531 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

SINTAKS MODEL GRAPHIC ORGANIZER BERBASIS

METAKOGNITIF DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER