• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBUAH STUDI KASUS FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA SISWA DI SD NEGERI 1 JUMO KECAMATAN KEDUNGJAT

KAJIAN TEOR

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya (Zuchdi dan Budiasih, 1996/1997:49). Pendapat tersebut menekankan tentang pentingnya membaca bagi peningkatan kualitas diri seseorang. Seseorang akan

572 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

‘gagap teknologi’ dan ‘gagap informasi’ apabila jarang atau tidak pernah melakukan kegiatan membaca.

Kegiatan membaca mempunyai berbagai macam tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa dia perlu membaca teks tersebut yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung. Manfaat kegiatan membaca antara lain (1) sebagai media rekreatif; (2) media aktualisasi diri; (3) media informatif; (4) media penambah wawasan; (5) media untuk mempertajam penalaran; (6) media belajar suatu keterampilan, (7) media pembentuk kecerdasan emosi dan spiritual; dsb.

Oleh karena kegiatan membaca mempunyai berbagai manfaat dalam kehidupan, maka kegiatan membaca perlu dilatihkan secara intensif dalam pembelajaran di sekolah, utamanya dimulai dari jenjang SD/MI. Pada tahap awal perkembangan membaca, anak harus belajar terlebih dahulu sistem alfabetik bahasanya, baik berupa nama abjad, bentuk huruf maupun bunyi yang dipresentasikannya. Pada tahap awal ini, kemampuan anak mengkonversi simbol ke dalam bunyi yang tepat (decoding) berlangsung sangat lambat. Hal ini terjadi karena pada saat mengidentifikasi kata, anak juga memerlukan informasi lain yang berasal dari pengalaman mereka untuk dapat mengenal kata (Perfetti dalam Torgessen dkk., 1992). Pada tahap awal perkembangan membaca, anak harus memiliki kekuatan penalaran yang mencapai tahap operasional konkret (Piaget dalam Spiegel, 1979). Usia dari 6 – 12 tahun merupakan masa usia sekolah. Pada masa ini anak banyak mengalami perkembangan dalam segi kognitif. Anak cenderung mengembangkan kemampuan belajar, persepsi, penalaran, memori, dan bahasa dengan berbagai macam cara (Elkind, dkk., 1978).

Dalam kenyataannya, pencapaian kemampuan membaca tiap anak berbeda satu sama lain. Zuchdi (2007:25) mengatakan bahwa kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin banyak waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan. Banyak faktor lain yang mempengaruhi kemampuan membaca.

573 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

Menurut Lamb dan Arnold (1976) faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis. Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Beberapa ahli mengatakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak ) dan kekurang matangan berbagai fisik merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Faktor intelektual didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Wechster (dalam Harris dan Sipay, 1980) mengemukakan Inteligensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara epektif terhadap lingkungan. Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Faktor lingkungan itu mencakup latar belakang dan pengalaman siswa dirumah dan sosial ekonomi keluarga siswa. Rubin (1993) mengemukakan bahwa orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pendidikan. Suka menantang anak untuk berpikir, dan suka mendorong anak mandiri merupakan orang tua yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik untuk belajar disekolah. Orang tua yang memiliki kesadaran akan pentingnya kemampuan membaca akan berusaha agar anak anaknya memiliki kesempatan untuk belajar membaca. Pembicaraan orang tua serta anggota keluarga lainnya dirumah juga akan mempengaruhi kemampuan membaca anak. Dalam hubungan lingkungan keluarga ini, sangat penting artinya kebiasaan bernalar diantara mereka. Cara menanggapi dan menjawab pertanyaan anak, cara mengajukan pertanyaan, serta cara orang tua memberikan alas an sangat mempengaruhi cara anak bernalar melalui bacaan. Jika orang tua gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anaknya mereka umum menghasilkan anak yang senang membaca. Faktor sosio ekonomi, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa peneliti memperlihatkan bahwa status sosio-ekonomi siswa mempengaruhi

574 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

kemampuan verbal siswa. Anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi (Crawley & Mountain, 1995) Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi,dan penyesuaian diri.

Dari kegiatan membaca yang dilaksanakan dan pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi membaca siswa diharapkan untuk mendapatkan manfaat yang optimal. Menurut Rahim (2007:1), “masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningaktkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.” Secara spesifik manfaat membaca meliputi: 1) dapat menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangat berguna dalam kehidupan; 2) dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia; 3) dapat mengayakan batin, meluaskan cakrawala kehidupan; 4) isi yang terkandung dalam teks yang dibacanya dapat segera dikethaui; 5) membaca intensif dapat menghemat energi, karena tidak terpancang pada suatu situasi, tempat dan waktu karena tidak menggangu orang di sekelilingnya. Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan dan kesempatannya dalam membaca, karena membaca merupakan kunci seseorang meraih berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan kebudayaan yang ada di dunia. Oleh karenanya penting untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan membacanya sehingga dapat mengembangkan pembelajaran berbasis masalah yang ditemukan di lapangan.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif ini bersifat alamiah, artinya peneliti melakukan penelitian terhadap suatu keadaan pada situasi dimana keadaan tersebut memang ada dan tidak dimanipulasi. Penelitian ini secara sengaja melihat dan membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam keadaan yang sebenarnya. Metode penelitian ini adalah studi

575 ISSN 2598-0610

e-ISSN 2598-0629

kasus yang merupakan studi mendalam tentang individu dan berjangka waktu relative lama, terus menerus serta menggunakan objek tunggal.

Penelitian ini bertempat di SD Negeri 1 Jumo Kecamatan Kedungjati. Subjek penelitian adalah 6 siswa yang memiliki kemampuan membaca rendah, yang berada di kelas 4, 5, dan 6. EK dan AL siswa kelas 4, NS dan TA siswa kelas 5, serta RD dan AR siswa kelas 6. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive yakni dengan pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, dan kemudian dikembangkan menggunakan teknik snowball sampling. Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumen.

Teknik uji keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini dengan teknik triangulasi data, sehingga penelitian memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi kemudian dianalisis berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Ada empat komponen yang dilakukan dengan model ini yakni pengumpulan data, reduksi data, display data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN