• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2010 di Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik . Rumah sakit ini terletak di pingg ir jalan yang mana merupakan jalan utama menghubungkan daerah perkampungan dan bandar. Ruang Perindu ini secara umumnya menempatkan pasien yang mengalami masalah penyakit dalam. Ruang ini lengkap dengan tenaga kerja suster dan dokter yang mencukupi.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Subyek Penelitian

Tabel 5.1

Distribusi Frekwensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin

Variabel Frekuensi (n) Persen (%)

Pendidikan terakhir

-SD 1 4

-SMP dan SMA/ Sederajat 15 40

-PT/ Sederajat 21 57

Jenis Kelamin

-Laki-laki 23 62

-Wanita 14 38

Total 37 100

Semua responden yang diteliti adalah pasien yang menghidap penyakit hepatitis B. Rata-rata umur pasien hepatitis B yang menjadi responden ialah 36,2 tahun dengan batas usia antara 18 hingga 55 tahun. Dari 37 reponden yang di uji, 23 (62%) adalah laki-laki manakala 14 (38%) adalah wanita. Mayoritas responden

mempunyai pendidikan terakhir dijenjang PT yaitu 21 orang (57%), 15 responden (40%) mendapat pendidikan sehingga SMP dan SMA dan hanya 1 responden (4%) mendapat pendidikan hingga SD.

5.1.3 Pengetahuan Responden

Skoring tingkat pengetahuan dianalisa dan dikategorikan dalam variable tingkat pengetahuan tinggi, sedang dan rendah. Dari table 5.2 tentang distribusi tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit hepatitis B, secara keseluruhannya, 5 (13,51%) dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu memperoleh lebih dari 23 poin. Selebihnya, 32 (86,49%) pasien dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu memperoleh skoring antara 13-23 poin. Tiada pasien yang dikategorikan dalam tingkat pengetahuan terhadap penyakit hepatitis B yang tidak baik. Rata-rata skoring tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B yang diperoleh adalah sebanyak 21,73.

Tabel 5.2

Distribusi Frekwensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik,

Medan Mengenai Penyakit Hepatitis B

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 5 13,51

Sedang 32 86,49

Kurang 0 0

Total 37 100

Dari penelitian yang diperoleh, terdapat 70,3% pasien yang mengetahui bahawa penyakit hepatitis B adalah suatu penyakit yang serius seperti dalam tabel 5.3. Terdapat 62.2% yang mengetahui bahawa penyakit hepatitis B dapat menyebabkan sirosis hati tetapi hanya 48,6% pasien yang mengetahui bahawa hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati sekiranya tidak dirawat dengan segera.

Selain itu juga, 56,8% pasien percaya bahawa penyakit hepatitis B dapat diketahui melalui penampilan serta dapat menulari semua peringkat umur. Tingkat pengetahuan untuk bahagian pengetahuan umum adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian pengetahuan umum adalah 158 (61%).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Mengenai

Pengetahuan Umum Terhadap Penyakit Hepatitis B

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah Tidak Tahu n (%) n (%) n (%) 1. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B

penyakit yang serius

26 70,3 7 18,9 4 10,8

2. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B dapat ditularkan

23 62,2 6 16,2 8 21,6

3. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B ditularkan oleh virus

26 70,3 8 21,6 3 8,1

4. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B menyebabkan sirosis hati

(kerusakan hati)

23 62,2 8 21,6 6 16,2

5. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B menyebabkan kanker hati sekiranya tidak dirawat segera

18 48,6 8 21,6 11 21,7

6. Mengetahui dapatkah penderita hepatitis B diketahui melalui penampilannya

21 56,8 6 16,2 10 27,0

7. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B menulari semua peringkat umur

21

Dari tabel 5.4, lebih dari 50% pasien mengetahui bahawa penyakit hepatitis B dapat ditulari melalui hubungan seksual dan pengunaan jarum suntik bersama-sama. 64,9% pasien yang mengetahui penularan hepatitis B dapat berlaku pada janin dalam kandugan. Walaubagaimanapun, terdapat lebih dari 50% pasien hepatitis B yang percaya virus hepatitis B dapat ditularkan melalui makanan. Tingkat pengetahuan pasien mengenai cara penularan adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian penularan adalah 76 (51,4%).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Mengenai

Cara Penularan Terhadap Penyakit Hepatitis B

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah Tidak Tahu n (%) n (%) n (%) 1. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis

B ditularkan melalui hubungan seksual

19 51,4 14 37,8 4 10,8

2. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan melalui penggu naan jarum suntikan secara bersama-sama

19 51,4 13 35,1 5 13,5

3. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan melalui perkongsian makanan

14 37,8 21 56,8 2 5,4

4. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan dari ibu ke janin dalam kandungan

24 64,9 9 24,3 4 10,8

Dari hasil penelitian, 81,1% pasien mengetahui bahawa penyakit hepatitis B dapat dirawat. Selain itu, terdapat 40,5% pasien yang percaya bahawa diagnosis awal kanker hati menunjukkan gejala klinis. Tingkat pengetahuan pasien

mengenai manajemen adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian manajemen adalah 45 (60,8%).

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Mengenai

Manajemen Terhadap Penyakit Hepatitis B

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah Tidak Tahu n (%) n (%) n (%) 1. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B

dapat dirawat

30 81,1 2 5,4 5 13,5

2. Mengetahui apakah diagnosa awal kanker hati yang disebabkan oleh hepatitis B dapat dirawat

15 51,4 5 35,1 17 13,5

Lebih dari 80% pasien mengetahui adanya vaksinasi penyakit hepatitis B dan 73% yang percaya bahwa penyakit hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin. Tingkat pengetahuan pasien mengenai vaksinasi adalah baik karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian vaksinasi adalah 57 (77%).

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Mengenai

Vaksinasi Terhadap Penyakit Hepatitis B

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah Tidak Tahu n (%) n (%) n (%) 1. Mengetahui apakah terdapat vaksin

untuk penyakit hepatitis B

30 81,1 2 5,4 5 13,5

2. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B dicegah dengan vaksin

5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan

Dari 17 pertanyaan yang telah dirancang, maka dilakukan uji validitas untuk mengukur apakah alat ukur yang digunakan memiliki keterkaitan yang tinggi. Dari hasil uji validitas, hanya didapati 2 pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan 14 dan 15 karena memiliki korelasi rendah dengan butir pertanyaan yang lain. Pertanyaan yang tidak valid dikeluarkan dari kuesioner. Ini menjadikan hanya ada 15 soalan yang akan digunakan dalam penelitian. Hasilnya, skoring maksimal yang dapat diperoleh ialah 30 untuk setiap responden. Seterusnya, dilakukan uji reliabilitas untuk menentukan samada alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dari data, didapatkan nilai alpha 0,963 > r tabel 0,449, berarti seluruh butir pertanyaan adalah reliabel.

Dari hasil penelitian ini, rata-rata tingkat pengetahuan pasien Hepatitis B tergolong sedang yaitu 21,73. Sementara, hanya 5 (13,51%) pasien yang dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Dalam suatu penelitian yang dijalankan pada masyarakat di Khairpur, Pakistan, tingkat pengetahuan terhadap penyakit ini masih belum menyakinkan (Afsar HA, 2006). Beberapa penelitian yang dijalankan di sekitar dunia juga menunjukkan tingkat pengetahuan terhadap penyakit hepatitis B yang masih rendah (Cheung J, 2005). Didapatinya, tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada penelitian sebelumnya mungkin dikarenakan pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik sudah sering berkomunikasi dan mendapat penjelasan dari perawat, dokter atau sumber lain.

Dalam penelitian ini saya mendapati terdapat beberapa kesalahpahaman dikalangan pasien hepatitis B. Pertama, walaupun terdapat 70,3% pasien yang mengetahui bahwa penyakit hepatitis B ini adalah suatu penyakit yang serius, hanya 48,6% pasien yang mengetahui bahawa hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati sekiranya tidak dirawat dengan segera (Suharjo J.B., 2006). Ini menunjukkan ramai yang masih belum sadar akan pentingnya diagnosis dan

rawatan segera penyakit hepatitis B. Dalam suatu penelitian yang dijalankan di Mesir tentang tingkat pengetahuan terhadap diagnosis dan manajemen hepatitis B, hasil yang didapati tingkat pengetahuan pasien hepatitis B masih kurang (Pekesen Y,2004).

Kedua, walaupun lebih dari 50% pasien hepatitis B yang mengetahui cara penularan virus hepatitis B melalui hubungan seksual, memakai jarum suntik bergantian dan penularan dari ibu ke janin, terdapat 56,8% pasien yang percaya bahawa penyakit hepatitis B dapat ditularkan melalui makanan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Taylor VM dan Thompson MJ, di mana hanya 23,5% dan 41% dari responden mereka yang berpendapat virus hepatitis B dapat ditularkan melalui makanan. Ini menunjukkan perlunya lagi peningkatan dalam program edukasi penyakit hepatitis B kepada masyarakat.

Walaubagaimanapun, terdapat limitasi dalam penelitian ini. Pertama, hasil penelitian ini tidak dapat disamakan terhadap penderita hepatitis B di lokasi geografi yang lain, dimana budaya dan tingkat edukasinya dapat berbeda. Kedua, pasien yang menjadi responden penelitian ini sudah menjadi responden untuk penelitian yang lain. Ini menyebabkan jawaban yang diperoleh mungkin sudah pernah dijawab atau tidak dijawab sepenuh perhatian semasa menjawab. Walau bagaimanapun, hasil penelitian ini telah membuktikan masih diperlukan program edukasi terhadap pasien hepatitis B tersebut dan ini telah membantu saya mencapai dua objektif. Pertama, penelitian ini dapat memberikan saya penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B. Kedua, penelitian ini telah memberikan persiapan untuk penelitian lain untuk menilai tingkat pengetahuan terhadap penyakit hepatitis B dalam masyarakat umum, yang kemungkinan lebih rendah daripada penelitian ini. Selain limitasi di atas, saya percaya penelitian ini dapat membantu tenaga kerja Departemen Kesehatan untuk meningkatkan lagi program edukasi mengenai penyakit hepatitis B.

Dokumen terkait