• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Pasien Hepatitis B Terhadap Penyakit Hepatitis B di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Pasien Hepatitis B Terhadap Penyakit Hepatitis B di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN HEPATITIS B

TERHADAP PENYAKIT HEPATITIS B DI RUMAH

SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

Oleh :

Abdul Hazim bin Abdul Aziz

070100244

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN HEPATITIS B

TERHADAP PENYAKIT HEPATITIS B DI RUMAH

SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

Abdul Hazim bin Abdul Aziz

070100244

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan Pasien Hepatitis B Terhadap Penyakit Hepatitis B di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2010.

Nama : Abdul Hazim bin Abdul Aziz NIM : 070100244

Pembimbing Penguji

……….. ……… (Dr. Nuraiza Meutia, M. Biomed) (Prof. Dr. dr. Rozaimah Zain Hamid,

MS.Sp.FK)

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN Hasil Penelitian dengan Judul :

Tingkat Pengetahuan Pasien Hepatitis B Terhadap Penyakit Hepatitis B di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2010.

Yang dipersiapkan oleh :

Abdul Hazim bin Abdul Aziz 070100244

Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk disampaikan ke Ujian KTI.

Medan,24, Nopember, 2010 Disetujui,

Dosen Pembimbing

………

(5)

ABSTRAK

Hepatitis B ialah masalah kesehatan global utama yang menimbulkan beban dan penyebab utama penderitaan pasien. Hepatitis B juga merupakan suatu penyebab penting karsinoma hepatoselular dan berkemungkinan menjadi masalah kesehatan yang boleh menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortilitas dalam beberapa dekade yang akan datang. Obyektif utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit Hepatitis B di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari bulan Juli sampai Augustus, 2010.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan melihat hubungan tingkat pengetahuan pesakit Hepatitis B di Rumah Sakit Haji Adam Malik. Desain yang akan digunakan adalah secara cross-sectional study. Ini dilakukan dengan mengedarkan kuestioner yang mengandungi soalan-soalan mengenai penyakit Hepatitis B pada pasien Hepatitis B di Rumah Sakit Haji Adam Malik. Total sampel yang diambil ialah seramai 37 orang yang mewakili pasien Hepatitis B di Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.

Dari 37 responden, 26 (70,3%) mengatakan bahawa penyakit Hepatitis B adalah suatu penyakit yang serius. Apabila ditanya mengenai transmisi virus Hepatitis B, 19 (51,4%) mengatakan virus ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, 21 (56,8%) mengatakan virus Hepatitis B dapat ditularkan melalui perkongsian makanan bersama-sama dan 24 (64,9%) mengatakan virus ini dapat ditularkan dari ibu ke janin dalam kandungan. Apabila ditanya mengenai rawatan Hepatitis B, 30 (81,1%) percaya bahwa penyakit Hepatitis B dapat dirawat. Selain itu, terdapat 30 (81,1%) pasien percaya terdapat vaksin untuk mencegah penyakit Hepatitis B.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat disimpulkan yaitu tingkat pengetahuan responden masing-masing untuk pengetahuan baik sebanyak 13,51% dan pengetahuan sedang sebanyak 86,49%. Walaupun tiada responden yang mendapat skoring tingkat pengetahuan yang tidak baik, mayoritas responden yang hanya mendapat scoring sedang menunjukkan tingkat pengetahuan pasien Hepatitis B masih perlu ditingkatkan lagi.

(6)

ABSTRACT

Hepatitis B is the major health problem globally casting an enormous burden on healthcare system and major source of patient’s misery. It is also an important cause of hepatocellular carcinoma and is likely to remain a serious health problem resulting in substantial morbidity and mortality for several decades to come. Objective of the study was to determine the level of knowledge regarding hepatitis B among Hepatitis B patient in Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan from July to August.

This descriptive study was conducted on Hepatitis B patien in Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. The design used is cross-sectional study. Information was collected on pre-designed questionnaire containing questions regarding basic knowledge of disease, its causative organism, route of transmission and its prevention. A total of 37 respondents with Hepatitis B in Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan was tested.

Out of 37 respondents, 26 (70,3%) correctly responded that Hepatitis B is a major health problem. Regarding mode of transmission of HBV, 19 (51,4%) mentioned sexual intercourse or contaminated needles, 21 (56,8%) mentioned contaminated food and 24 (64,9%) mentioned from mother to child. When they were asked about the treatment of Hepatitis B, 30 (81,1%) mentioned that Hepatitis B is curable. 30 (81,1%) Hepatitis B patients knew that vaccine is available for prevention.

Based on the data gained from the questionnaire it can be concluded that 13,51% respondents received high knowledge score whereas the rest, 86,49% respondents received an average knowledge score. Although no respondents received a low knowledge score, the majority of patients still received an average knowledge score which shows that an effort to increase their level of knowledge still needs an attention.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Pasien Hepatitis B terhadap Penyakit Hepatitis B.” berhasil diselesaikan.

Di dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini ternyata penulis mendapat banyak bantuan baik dari segi moral, materil dan spiritual dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp. PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr. Nuraiza Meutia, M. Biomed, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Tenaga kerja di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik atas izin dan segala bantuan yang telah diberikan semasa menjalankan penelitian ini.

4. Keluargaku tercinta yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis baik bersifat materi maupun non materi.

5. Teman-teman penulis yang ikut memberi ide dan saling memberi motivasi sehingga dapat selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sarana dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Demikian dan terima kasih.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN HALAMAN

PERSETUJUAN……… i

ABSTRAK……….……….ii

ABSTRACT………..………..iii

KATA PENGANTAR………..………..iv

DAFTAR ISI………..……….v

DAFTAR TABEL………...……….vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...1

1.2. Rumusan Masalah………..2

1.3. Tujuan Penelitian………2

1.4 Manfaat Penelitian……….3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. HEPATITIS………..4

2.2 HEPATITS B………4

2.2.1 Etiologi………..5

2.2.2 Epidemiologi……….5

2.2.3 Masa Inkubasi………...6

2.2.4. Penularan………..6

2.2.5. Diagnosis………..7

2.2.6. Gambaran Klinis………..10

(9)

2.2.8. Vaksinasi………..13

2.3. Pengetahuan………..13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian………15

3.2. Definisi Operasional ………...15

3.3. Cara Ukur ………..……….16

3.4. Alat Ukur ……….16

3.5. Kategori...……….17

3.6. Skala Pengukuran……….17

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian……… …………..18

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……… ………..18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……… ………..18

4.4. Kriteria……… ………20

4.5. Metode Pengumpulan Data..……… ……..20

4.6. Metode Pengolahan dan Analisa Data………… …………20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian………22

5.2. Pembahasan……… ……….27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan………..29

6.2. Saran………30

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Definisi dan Kriteria Diagnostik Pasien dengan Infeksi 9 Hepatitis B

2.2 Penilaian respon terapi hepatits B kronis 11 2.3 Rekomendasi terapi hepatitis B kronis 12 5.1 Distribusi Frekwensi dan Presentasi Karakteristik 22

Responden Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin

5.2 Distribusi Frekwensi dan Presentasi Tingkat Pengetahuan 23 Responden terhadap Penyakit Hepatitis B di Ruangan

Rindu A1 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan

5.3 Distribusi Frekwensi dan Presentasi Pengetahuan Umum 24 Responden terhadap Penyakit Hepatitis B di Ruangan

Rindu A1 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan

5.4 Distribusi Frekwensi dan Presentasi Pengetahuan Responden 25 terhadap Transmisi Penyakit Hepatitis B di Ruangan

Rindu A1 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan

5.5 Distribusi Frekwensi dan Presentasi Pengetahuan Responden 26 terhadap Manajemen Penyakit Hepatitis B di Ruangan

Rindu A1 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan

5.6 Distribusi Frekwensi dan Presentasi Pengetahuan Responden 26 terhadap Vaksinasi Penyakit Hepatitis B di Ruangan

(11)

ABSTRAK

Hepatitis B ialah masalah kesehatan global utama yang menimbulkan beban dan penyebab utama penderitaan pasien. Hepatitis B juga merupakan suatu penyebab penting karsinoma hepatoselular dan berkemungkinan menjadi masalah kesehatan yang boleh menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortilitas dalam beberapa dekade yang akan datang. Obyektif utama penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit Hepatitis B di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dari bulan Juli sampai Augustus, 2010.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan melihat hubungan tingkat pengetahuan pesakit Hepatitis B di Rumah Sakit Haji Adam Malik. Desain yang akan digunakan adalah secara cross-sectional study. Ini dilakukan dengan mengedarkan kuestioner yang mengandungi soalan-soalan mengenai penyakit Hepatitis B pada pasien Hepatitis B di Rumah Sakit Haji Adam Malik. Total sampel yang diambil ialah seramai 37 orang yang mewakili pasien Hepatitis B di Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.

Dari 37 responden, 26 (70,3%) mengatakan bahawa penyakit Hepatitis B adalah suatu penyakit yang serius. Apabila ditanya mengenai transmisi virus Hepatitis B, 19 (51,4%) mengatakan virus ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, 21 (56,8%) mengatakan virus Hepatitis B dapat ditularkan melalui perkongsian makanan bersama-sama dan 24 (64,9%) mengatakan virus ini dapat ditularkan dari ibu ke janin dalam kandungan. Apabila ditanya mengenai rawatan Hepatitis B, 30 (81,1%) percaya bahwa penyakit Hepatitis B dapat dirawat. Selain itu, terdapat 30 (81,1%) pasien percaya terdapat vaksin untuk mencegah penyakit Hepatitis B.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat disimpulkan yaitu tingkat pengetahuan responden masing-masing untuk pengetahuan baik sebanyak 13,51% dan pengetahuan sedang sebanyak 86,49%. Walaupun tiada responden yang mendapat skoring tingkat pengetahuan yang tidak baik, mayoritas responden yang hanya mendapat scoring sedang menunjukkan tingkat pengetahuan pasien Hepatitis B masih perlu ditingkatkan lagi.

(12)

ABSTRACT

Hepatitis B is the major health problem globally casting an enormous burden on healthcare system and major source of patient’s misery. It is also an important cause of hepatocellular carcinoma and is likely to remain a serious health problem resulting in substantial morbidity and mortality for several decades to come. Objective of the study was to determine the level of knowledge regarding hepatitis B among Hepatitis B patient in Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan from July to August.

This descriptive study was conducted on Hepatitis B patien in Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan. The design used is cross-sectional study. Information was collected on pre-designed questionnaire containing questions regarding basic knowledge of disease, its causative organism, route of transmission and its prevention. A total of 37 respondents with Hepatitis B in Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan was tested.

Out of 37 respondents, 26 (70,3%) correctly responded that Hepatitis B is a major health problem. Regarding mode of transmission of HBV, 19 (51,4%) mentioned sexual intercourse or contaminated needles, 21 (56,8%) mentioned contaminated food and 24 (64,9%) mentioned from mother to child. When they were asked about the treatment of Hepatitis B, 30 (81,1%) mentioned that Hepatitis B is curable. 30 (81,1%) Hepatitis B patients knew that vaccine is available for prevention.

Based on the data gained from the questionnaire it can be concluded that 13,51% respondents received high knowledge score whereas the rest, 86,49% respondents received an average knowledge score. Although no respondents received a low knowledge score, the majority of patients still received an average knowledge score which shows that an effort to increase their level of knowledge still needs an attention.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis B adalah suatu penyakit

Hepatitis B" (VHB), suatu anggota

peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat

berlanjut menjadi sirosis hati ata

penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Pembawa HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN). Pada umumnya infeksi virus hepatitis B terjadi lebih lambat dibandingkan dengan infeksi virus hepatitis A. Hepatitis B cencerung relatif lebih ringan pada bayi dan anak-anak serta mungkin tidak diketahui. Beberapa penderita infeksi terutama neonatus akan menjadi karier kronis. Pada penyakit ini tidak terdapat prevalensi yang berhubungan dengan musim. Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak pasangan seksual

(14)

yang terjangkit antara 2,5% hingga 36,17% dari total jumlah penduduk. Pada penelitian prevalensi infeksi virus hepatitis B yang dilakukan terhadap 114 mahasiswa USU yang baru masuk tahun 1983 didapat prevalensi 16,6%. Data pasien hemodialisis regular di 12 kota besar di Indonesia menunjukkan, dari 2.458 pasien didapati prevalensi infeksi VHB sebanyak 4,5%, sedangkan di kota Medan adalah 6,05% dari 314 pasien (survei nasional pernefri untuk prevalensi hepatitis B/C pada pasien hemodialsis ( Lukman, 2006).

Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat sekitar 33% ibu melahirkan di Negara berkembang adalah pengidap HBsAg positif dengan perkiraan transmisi maternal 40%. Tingginya prevalensi dan penularan virus Hepatitis B di Indonesia menyebabkan peneliti tertarik untuk menilai tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengetahuan pasien hepatitis B yang dirawat di Rumah Sakit Haji Adam Malik mengenai penyakit hepatitis B?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menilai tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Menilai tingkat pengetahuan pasien penyakit hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B terkait pengetahuan umum.

(15)

c. Menilai tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B tentang manajemen.

d. Menilai tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B tentang vaksinasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Pada masyarakat, penelitian ini bermanfaat supaya masyarakat dapat menyadari bahaya penyakit hepatitis B ini. Di samping mengetahui faktor-faktor resikonya, masyarakat juga dapat mengetahui pencegahannya.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hepatitis

2.1.1. Definisi

Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Dikatakan akut apabila inflamasi (radang) hati akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung selama kurang dari 6 bulan, dan kronis apabila hepatitis yang tetap bertahan selama lebih dari 6 bulan. Keadaan kronis pada anak-anak lebih sukar dirumuskan karena perjalanan penyakitnya lebih ringan daripada orang dewasa.

2.2.HEPATITIS B

Hepatitis B adalah suatu penyakit

Hepatitis B” (HBV), suatu anggota

peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati ata

Apabila seseorang terinfeksi virus hepatitis B akut maka tubuh akan memberikan tanggapan kekebalan (immune response). Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh adekuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ke tiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal di atas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepatitis B kronis.

(17)

(hepatitis B antigen), AST (aspartate aminotransferase) dan ALT (alanine aminotransferase) serum akan meningkat, sedangkan kadar anti-HBs dan anti HBe masih negatif. Pada fase integratif (khususnya stadium 4) keadaan sebaliknya terjadi, HBsAg, HBV DNA, HBeAg dan ALT/AST menjadi negatif/normal, sedangkan antibodi terhadap antigen yaitu : anti HBs dan anti HBe menjadi positif (serokonversi). Keadaan demikian banyak ditemukan pada penderita hepatitis B yang terinfeksi pada usia dewasa di mana sekitar 95-97% infeksi hepatitis B akut akan sembuh karena imunitas tubuh dapat memberikan tanggapan adekuat

Sebaliknya 3-5% penderita dewasa dan 95% neonatus dengan sistem imunitas imatur serta 30% anak usia kurang dari 6 tahun masuk ke kemungkinan ke dua dan ke tiga; akan gagal memberikan tanggapan imun yang adekuat sehingga terjadi infeksi hepatitis B persisten, dapat bersifat carrier inaktif atau menjadi hepatitis B kronis

Menurut JB Suharjo(2006) tanggapan imun yang tidak atau kurang adekuat mengakibatkan terjadinya proses inflamasi jejas (injury), fibrotik akibat peningkatan turnover sel dan stres oksidatf. Efek virus secara langsung, seperti mutagenesis dan insersi suatu protein x dari virus hepatitis B menyebabkan hilangnya kendali pertumbuhan sel hati dan memicu transformasi malignitas, sehingga berakhir sebagai karsinoma hepa-toseluler (Suharjo J.B., 2006).

2.2.1.Etiologi

Infeksi virus hepatitis B (HBV) sebelumnya dinamai “hepatitis serum” disebabkan oleh virus kelompok hepadnavirus. Virus tersebut mengandung DNA.

2.2.2.Epidemiologi

(18)

pasien meninggal karena hepatitis B. Hepatitis B mencakup 1/3 kasus pada anak. Indonesia termasuk negara endemik hepatitis B dengan jumlah yang terjangkit antara 2,5% hingga 36,17% dari total jumlah penduduk (Rizal E.M., 2009). Ramai pembawa virus hepatitis B tidak mengetahui implikasi penyakit ini, dan mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Dalam penelitian terhadap 320 penduduk Kemboja Amerika, median skor tingkat pengetahuan mereka adalah hanya 4.8 daripada maksimal 12(Taylor VM, 2005). Dalam penelitian yang hamper sama terhadap 147 wanita Cina Kanada, responden hanya menjawab 6,9 dari 12 soalan yang benar (Thompson MJ, 2004).

2.2.3.Masa inkubasi

Pada umumnya infeksi virus hepatitis B terjadi lebih lambat dibandingkan dengan infeksi virus hepatitis A. Hepatitis B cencerung relatif lebih ringan pada bayi dan anak-anak serta mungkin tidak diketahui. Beberapa penderita infeksi terutama neonatus akan menjadi karier kronis. Masa inkubasi hepatitis B dimulai sejak pemaparan hingga awitan ikterus selama 2 – 5 bulan. Pada penyakit ini tidak terdapat prevalensi yang berhubungan dengan musim (Hetti, 2009).

2.2.4.Penularan

(19)

2.2.5.Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang ditemui dan didukung oleh pemeriksaan laboratorium. Riwayat ikterus pada para kontak keluarga, kawan-kawan sekolah, pusat perawatan bayi, teman-teman atau perjalanan ke daerah endemi dapat memberikan petunjuk tentang diagnosis. Hepatitis B kronis merupakan penyakit nekroinflamasi kronis hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B persisten. Hepatitis B kronis ditandai dengan HBsAg positif (> 6 bulan) di dalam serum, tingginya kadar HBV DNA dan berlangsungnya proses nekroinflamasi kronis hati. Carrier HBsAg inaktif diartikan sebagai infeksi HBV persisten hati tanpa nekroinflamasi. Sedangkan hepatitis B kronis eksaserbasi adalah keadaan klinis yang ditandai dengan peningkatan intermiten ALT>10 kali batas atas nilai normal (BANN).

Diagnosis infeksi hepatitis B kronis didasarkan pada pemeriksaan serologi, petanda virologi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi pemeriksaan yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA.

(20)

HBeAg positif. Pada jenis ini meskipun HBeAg negatif, remisi dan prognosis relatif jelek, sehingga perlu diterapi.

Secara serologi infeksi hepatitis persisten dibagi menjadi hepatitis B kronis dan keadaan carrier HBsAg inaktif. Yang membedakan keduanya adalah titer HBV DNA, derajat nekroinflamasi dan adanya serokonversi HBeAg. Sedangkan hepatitis kronis B sendiri dibedakan berdasarkan HBeAg, yaitu hepatitis B kronis dengan HBeAg positif dan hepatitis B kronis dengan HBeAg negatif.

Pemeriksaan virologi untuk mengukur jumlah HBV DNA serum sangat penting karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus. Ada beberapa persoalan berkaitan dengan pemeriksaan kadar HBV DNA. Pertama, metode yang digunakan untuk mengukur kadar HBV DNA. Saat ini ada beberapa jenis pemeriksaan HBV DNA, yaitu : branched DNA, hybrid capture, liquid hybridization dan PCR. Dalam penelitian, umumnya titer HBV DNA diukur menggunakan amplifikasi, seperti misalnya PCR, karena dapat mengukur sampai 100-1000 copies/ml. Ke dua, beberapa pasien dengan hepatitis B kronis memiliki kadar HBV DNA fluktuatif. Ke tiga, penentuan ambang batas kadar HBV DNA yang mencerminkan tingkat progresifitas penyakit hati. Salah satu kepentingan lain penentuan kadar HBV DNA adalah untuk membedakan antara carrier

hepatitis inaktif dengan hepatitis B kronis dengan HBeAg negatif : kadar<105copies/ml lebih menunjukkan carrier hepatitis inaktif. Saat ini telah disepakati bahwa kadar HBV DNA>105copies/ml merupakan batas penentuan untuk hepatitis B kronis.

(21)

baik pada terapi antiviral. Oleh sebab itu pasien dengan kadar ALT normal dipertimbangkan untuk tidak diterapi, kecuali bila hasil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif.

Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihkan diagnosis penyakit hati lain, prognosis dan menentukan manajemen anti viral. Ukuran spesimen biopsi yang representatif adalah 1-3 cm (ukuran panjang) dan 1,2-2 mm (ukuran diameter) baik menggunakan jarum Menghini atau Tru-cut. Salah satu metode penilaian biopsi yang sering digunakan adalah dengan Histologic Activity Index score.

Pada setiap pasien dengan infeksi HBV perlu dilakukan evaluasi awal. Pada pasien dengan HBeAg positif dan HBV DNA > 105copies/ml dan kadar ALT normal yang belum mendapatkan terapi antiviral perlu dilakukan pemeriksaan ALT berkala dan skrining terhadap risiko KHS, jika perlu dilakukan biopsi hati. Sedangkan bagi pasien dengan keadaan carrier HBsAg inaktif perlu dilakukan pemantauan kadar ALT dan HBV DNA (Suharjo J.B., 2006).

Tabel 2.1

Definisi dan Kriteria Diagnostik Pasien dengan Infeksi Hepatitis B

Keadaan Definisi Kriteria Diagnostik Hepatitis B kronis Proses nekro-inflamasi

(22)

nekroinflamasi > 4)

Carrier HBsAg inaktif Infeksi virus hepatitis B persisten tanpa disertai proses nekro-inflamasi yang signifikan

1.HBsAg + > 6 bulan 2.HBeAg - , anti HBe + 3.HBV DNA serum < 105 copies/ml

4.Kadar ALT/AST normal 5.Biopsi hati menunjukkan tidak adanya hepatitis yang signifikan (skor nekro inflamasi < 4)

(Suharjo J.B., 2006)

2.2.6.Gambaran klinis

Sebelum timbulnya ikterus biasanya didahului oleh suatu masa prodormal seperti malaise, anoreksia, dan sering gejala gastrointestinalis, disertai nyeri perut atas. Pemeriksaan laboratorium menunjukan hiperbilirubinemia, kenaikan kadar transaminase serum. Pada tes serologis didapatkan HBsAg (+), Ig M Anti HBc (+).Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B dibagi 2 yaitu :

1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari tubuh kropes.

Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu : a. Hepatitis B akut yang khas b. Hepatitis Fulminan

(23)

2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB.

2.2.7.Pengobatan Hepatitis B Kronis

Tujuan terapi hepatitis B kronis adalah untuk mengeliminasi secara bermakna replikasi VHB dan mencegah progresi penyakit hati menjadi sirosis yang berpotensial menuju gagal hati, dan mencegah karsinoma hepatoselular. Sasaran pengobatan adalah menurunkan kadar HBV DNA serendah mungkin, serokonversi HBeAg dan normalisasi kadar ALT (Suharjo J.B., 2006).

Tabel 2.2

Penilaian respon terapi hepatits B kronis

Respon terapi Keterangan

1.Biokimiawi

2.Virologi

3.Histologi

4.Respon komplit

Penurunan kadar ALT menjadi normal

Kadar HBV DNA menurun / tidak terdeteksi (<105copies/ml)

Pada pemeriksaan biopsi hati, indeks aktifitas histologi menurun paling tidak 2 angka dibandingkan sebelum terapi. Terpenuhinya kriteria : biokimiawi, virologi dan menghilangnya HbsAg.

Tabel 2.3

Rekomendasi terapi hepatitis B kronis

(24)

Observasi, terapi bila ALT meningkat

+ + > 2 x

BANN

-Mulai terapi dengan : interferon alfa, lamivudin atau adefovir

-End point terapi : serokonversi HBeAg dan timbulnya anti HBe

Durasi terapi :

i)Interferon selama 16 minggu

ii)Lamivudin minimal 1 tahun, lanjutkan 3-6 bulan setelah terjadi serokonversi HBeAg

-Mulai terapi dengan : interferon alfa, lamivudin atau adefovir. Interferon atau adefovir dipilih mengingat kebutuhan perlunya terapi jangka panjang

-End point terapi : normalisasi kadar ALT dan HBV DNA (pemeriksaan PCR) tidak terdeteksi

-Durasi terapi :

·Interferon selama satu tahun ·Lamivudin selama > 1 tahun ·Adefovir selama > 1 tahun

-Bila tidak memberikan respon/ ada kontraindikasi interferon diganti lamivudin / adefovir

(25)

- - 2 x BANN Tidak perlu terapi

± + Sirosis hati -Terkompensasi : lamivudin atau adefovir

-Dekompensasi : lamivudin (atau adefovir), interferon kontraindikasi, transplantasi hati

± - Sirosis hati -Terkompensasi : observasi

-Dekompensasi : rujuk ke pusat transplantasi hati

(Suharjo J.B., 2006).

2.2.8.Vaksinasi Hepatitis B

Kini tersedia IG HBV titer tinggi (HBIG). Sebaiknya diberikan 0,05 ml/kg HBIG secepatnya pada individu yang dimasuki darah yang terkontaminasi HBsAG. Jenis vaksin untuk hepatitis B yaitu Inaktivated viral vaccine (IVV): vaksin rekombinan dan plasma derived.. Diberikan dengan dosis 0,5 cc/dosis secara SC/IM. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif mendapat ½ dosis anak vaksin rekombinan dan 1 dosis anak vaksin plasma derived. Dosis kedua harus diberikan 1 bulan atau lebih setelah dosis pertama.

Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif mendapat 0,5 cc HBIG dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 1 dosis anak vaksin rekombinan atau 1 dosis anak vaksin plasma derived pada tempat suntikan yang berlainan. Dosis kedua direkomendasikan pada umur 1 – 2 bulan dan ketiga 6 – 7 bulan atau bersama dengan vaksin campak pada umur 9 bulan. Boster diberikan 5 tahun kemudian. Kontra indikasi pada anak dengan defisiensi imun (mutlak). Efek samping berupa reaksi lokal ringan dan demam sedang 24 – 48 jam (Dick G.,1992).

2.3. Pengetahuan

(26)

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behavior). Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu

rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni :

a. Tahu (know)

Merupakan mengingati suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingati kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang tingkat pengetahuan pasien Hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B.

3.2 Definisi Operasional

Tingkat pengetahuan hepatitis B dengan arti kata lain ialah tahap atau segala sesuatu yang diketahui tentang hepatitis B yang berkait patologis dan pencegahannya. Tingkat pengetahuan ini penting pada masyarakat untuk mengukur sejauh mana pengetahuan masyarakat mengenai penyakit hepatitis B dimana semakin rendah tingkat pengetahuan mengenai hepatitis B semakin tinggi kadar infeksi hepatitis B yang akan terjadi. Aspek yang mencakupi tingkat pengetahuan pasien yaitu:

a) Pengetahuan umum hepatitis B yaitu pengetahuan umum terhadap penyakit Hepatitis B.

b) Cara penularan hepatitis B yaitu pengetahuan mengenai cara virus hepatitis B ditularkan dari satu penderita kepada orang lain.

Tingkat pengetahuan pasien tentang:

1. Pengetahuan umum 2. Cara penularan virus 3. Manajemen

4. Imunisasi

(28)

c) Manajemen hepatitis B yaitu pengetahuan pasien hepatitis B mengenai cara hepatitis B dapat dicegah dan diobati.

d) Vaksinasi hepatitis B yaitu pengetahuan pasien hepatitis B mengenai adanya program vaksinasi hepatitis B.

3.3 Cara Ukur

Kuesioner diedarkan dan pasien hepatitis B diminta menjawab kuesioner tersebut. Seterusnya, kuesioner dikumpul semula dan dinilai tingkat pengetahuan pasien berdasarkan skor yang diperoleh.

3.4 Alat Ukur

Kuesioner, berdasarkan pada tingkat persoalan kuesioner, variabel-variabel yang akan diteliti pada tingkat pengetahuan pasien. Kuesioner sebelumnya akan diuji reliabilitas dan validitas. Kuesioner yang telah dibuktikan valid layak digunakan sebagai alat ukur tingkat pengetahuan pasien. Tingkat pengetahuan pasien dibahagikan kepada 4 bahagian yaitu pengetahuan umum mengenai hepatitis B, manajemen penyakit hepatitis B, transmisi hepatitis B dan vaksinasi hepatitis B. Sebanyak 15 soalan akan ditanya mengikut kategori masing-masing. Hasil variabel yang diharapkan ialah tingkat pengetahuan mengenai penyakit Hepatitis B. Setiap soalan dijawab dengan jawaban ”ya”, ”tidak” atau ”tidak tahu”.

a) Jawaban yang benar diberi skor 2 b) Jawaban yang salah diberi skor 1 c) Jawaban ”tidak tahu” diberi skor 0

(29)

3.5 Kategori

Tingkat pengetahuan dinilai berdasarkan skoring:

a. Tingkat pengetahuan yang baik, apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya mengenai hepatitis B (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu >23.

b. Tingkat pengetahuan yang sedang, apabila responden mengetahui hanya sebagian tentang hepatitis B (skor jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 13-23.

c. Tingkat pengetahuan yang kurang, apabila responden hanya mengetahui sebagian kecil tentang hepatitis B (skor jawaban responden <40% dari nilai tertinggi yaitu <13.

Tingkat pengetahuan dinilai berdasarkan frekuensi dan persentase:

a. Tingkat pengetahuan yang baik, apabila sebagian besar atau seluruh pasien menjawab dengan benar (jumlah responden >75% dari jumlah seluruhnya).

b. Tingkat pengetahuan yang sedang, apabila hanya sebagian pasien menjawab dengan benar (jumlah responden 40%-75% dari jumlah seluruhnya).

c. Tingkat pengetahuan yang kurang, apabila hanya sebagian kecil responden menjawab dengan benar (jumlah responden <40% dari jumlah seluruhnya).

3.6 Skala pengukuran

(30)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan melihat tingkat pengetahuan pesakit hepatitis B di Rumah Sakit Haji Adam Malik. Desain yang akan digunakan adalah secara cross-sectional study. Ini dilakukan dengan mengedarkan kuestioner yang mengandungi soalan-soalan mengenai penyakit hepatitis B pada pasien hepatitis B di Rumah Sakit Haji Adam Malik.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Divisi Bagian Penyakit Dalam di Rumah Sakit Haji Adam Malik,Medan. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober sampai Nopember 2010 pada setiap hari kerja, mulai 08.30 WIB sampai 14.00 WIB. Waktu penelitian tersebut dipilih dengan mempertimbangkan waktu buka poliklinik dan bertepatan dengan libur semester, sehingga peneliti memiliki waktu luang yang cukup agar dapat melakukan proses pengumpulan data secara maksimal.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi

a. Populasi target : Seluruh pasien hepatitis B di Rumah Sakit Haji Adam Malik dari bulan Oktober sampai

Nopember

(31)

4.3.2 Sampel

Sampel adalah subset (bagian) populasi yang diteliti, yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2008). Dari catatan rekam medis di Rumah Sakit Haji Adam Malik, pasien Hepatitis B dirawat inap di Bagian Penyakit Dalam rata-rata jumlahnya berkisar antara 60 orang dalam 2 bulan. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus berikut (Notoatmodjo, 2003) :

n =

1 + N(d2) N

Keterangan : N = jumlah populasi n = jumlah sampel

d2 = tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)

Oleh itu, dengan menggunakan rumus di atas, maka jumlah sampel yang diinginkan adalah :

n =

1 + 60(0,12) 60

n = 37

Berdasarkan rumus perhitungan sampel di atas, jumlah sampel yang didapatkan adalah 37 orang.

(32)

4.4 Kriteria

4.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi untuk menjadi responden penelitian ialah pasien hepatitis B yang dirawat di Ruang Inap Penyakit Dalam dan mengetahui bahawa dirinya telah didiagnosa sebagai penderita hepatitis B.

4.4.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria ekslusi untuk penelitian ini ialah pasien hepatitis B dalam keadaan tidak sadar atau tidak bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah pasien hepatitis B di Rumah Sakit Haji Adam Malik.Setiap responden akan diminta persetujuan terlebih dahulu atau

informed consent. Pasien yang telah bersetuju akan diberikan kuesioner dan diminta untuk menjawab soalan yang diberikan berdasarkan petunjuk yang disediakan. Seterusnya kuesioner akan dikumpul semula dan dinilai tingkat pengetahuan pasien hepatitis B berdasarkan skoring yang diperoleh. Uji validitas dilakukan pada variabel pengetahuan umum, transmisi, manajemen dan vaksinasi hepatitis B. Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui bahawa kuesioner tersebut benar-benar mengukur tingkat pengetahuan responden.

4.6 Metode Pengolahan dan Analisa Data

(33)
(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2010 di Ruang Rindu A1 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik . Rumah sakit ini terletak di pingg ir jalan yang mana merupakan jalan utama menghubungkan daerah perkampungan dan bandar. Ruang Perindu ini secara umumnya menempatkan pasien yang mengalami masalah penyakit dalam. Ruang ini lengkap dengan tenaga kerja suster dan dokter yang mencukupi.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Subyek Penelitian

Tabel 5.1

Distribusi Frekwensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin

Variabel Frekuensi (n) Persen (%)

Pendidikan terakhir

-SD 1 4

-SMP dan SMA/ Sederajat 15 40

-PT/ Sederajat 21 57

Jenis Kelamin

-Laki-laki 23 62

-Wanita 14 38

Total 37 100

(35)

mempunyai pendidikan terakhir dijenjang PT yaitu 21 orang (57%), 15 responden (40%) mendapat pendidikan sehingga SMP dan SMA dan hanya 1 responden (4%) mendapat pendidikan hingga SD.

5.1.3 Pengetahuan Responden

Skoring tingkat pengetahuan dianalisa dan dikategorikan dalam variable tingkat pengetahuan tinggi, sedang dan rendah. Dari table 5.2 tentang distribusi tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit hepatitis B, secara keseluruhannya, 5 (13,51%) dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik yaitu memperoleh lebih dari 23 poin. Selebihnya, 32 (86,49%) pasien dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu memperoleh skoring antara 13-23 poin. Tiada pasien yang dikategorikan dalam tingkat pengetahuan terhadap penyakit hepatitis B yang tidak baik. Rata-rata skoring tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B yang diperoleh adalah sebanyak 21,73.

Tabel 5.2

Distribusi Frekwensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik,

Medan Mengenai Penyakit Hepatitis B

Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 5 13,51

Sedang 32 86,49

Kurang 0 0

Total 37 100

(36)

Selain itu juga, 56,8% pasien percaya bahawa penyakit hepatitis B dapat diketahui melalui penampilan serta dapat menulari semua peringkat umur. Tingkat pengetahuan untuk bahagian pengetahuan umum adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian pengetahuan umum adalah 158 (61%).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Mengenai

Pengetahuan Umum Terhadap Penyakit Hepatitis B

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah Tidak Tahu n (%) n (%) n (%) 1. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B

penyakit yang serius

26 70,3 7 18,9 4 10,8

2. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B dapat ditularkan

23 62,2 6 16,2 8 21,6

3. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B ditularkan oleh virus

26 70,3 8 21,6 3 8,1

4. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B menyebabkan sirosis hati

(kerusakan hati)

23 62,2 8 21,6 6 16,2

5. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B menyebabkan kanker hati sekiranya tidak dirawat segera

18 48,6 8 21,6 11 21,7

6. Mengetahui dapatkah penderita hepatitis B diketahui melalui penampilannya

21 56,8 6 16,2 10 27,0

7. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B menulari semua peringkat umur

21

(37)

Dari tabel 5.4, lebih dari 50% pasien mengetahui bahawa penyakit hepatitis B dapat ditulari melalui hubungan seksual dan pengunaan jarum suntik bersama-sama. 64,9% pasien yang mengetahui penularan hepatitis B dapat berlaku pada janin dalam kandugan. Walaubagaimanapun, terdapat lebih dari 50% pasien hepatitis B yang percaya virus hepatitis B dapat ditularkan melalui makanan. Tingkat pengetahuan pasien mengenai cara penularan adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian penularan adalah 76 (51,4%).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Mengenai

Cara Penularan Terhadap Penyakit Hepatitis B

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah Tidak Tahu n (%) n (%) n (%) 1. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis

B ditularkan melalui hubungan seksual

19 51,4 14 37,8 4 10,8

2. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan melalui penggu naan jarum suntikan secara bersama-sama

19 51,4 13 35,1 5 13,5

3. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan melalui perkongsian makanan

14 37,8 21 56,8 2 5,4

4. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan dari ibu ke janin dalam kandungan

24 64,9 9 24,3 4 10,8

(38)

mengenai manajemen adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian manajemen adalah 45 (60,8%).

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Mengenai

Manajemen Terhadap Penyakit Hepatitis B

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah Tidak Tahu n (%) n (%) n (%) 1. Mengetahui apakah penyakit hepatitis B

dapat dirawat

30 81,1 2 5,4 5 13,5

2. Mengetahui apakah diagnosa awal kanker hati yang disebabkan oleh hepatitis B dapat dirawat

15 51,4 5 35,1 17 13,5

Lebih dari 80% pasien mengetahui adanya vaksinasi penyakit hepatitis B dan 73% yang percaya bahwa penyakit hepatitis B dapat dicegah dengan vaksin. Tingkat pengetahuan pasien mengenai vaksinasi adalah baik karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian vaksinasi adalah 57 (77%).

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden yang Dirawat di Ruangan Rindu A1 Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan Mengenai

Vaksinasi Terhadap Penyakit Hepatitis B

No Item Pertanyaan Pengetahuan

Benar Salah Tidak Tahu n (%) n (%) n (%) 1. Mengetahui apakah terdapat vaksin

untuk penyakit hepatitis B

30 81,1 2 5,4 5 13,5

2. Mengetahui dapatkah penyakit hepatitis B dicegah dengan vaksin

(39)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan

Dari 17 pertanyaan yang telah dirancang, maka dilakukan uji validitas untuk mengukur apakah alat ukur yang digunakan memiliki keterkaitan yang tinggi. Dari hasil uji validitas, hanya didapati 2 pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan 14 dan 15 karena memiliki korelasi rendah dengan butir pertanyaan yang lain. Pertanyaan yang tidak valid dikeluarkan dari kuesioner. Ini menjadikan hanya ada 15 soalan yang akan digunakan dalam penelitian. Hasilnya, skoring maksimal yang dapat diperoleh ialah 30 untuk setiap responden. Seterusnya, dilakukan uji reliabilitas untuk menentukan samada alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dari data, didapatkan nilai alpha 0,963 > r tabel 0,449, berarti seluruh butir pertanyaan adalah reliabel.

Dari hasil penelitian ini, rata-rata tingkat pengetahuan pasien Hepatitis B tergolong sedang yaitu 21,73. Sementara, hanya 5 (13,51%) pasien yang dikategorikan mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi. Dalam suatu penelitian yang dijalankan pada masyarakat di Khairpur, Pakistan, tingkat pengetahuan terhadap penyakit ini masih belum menyakinkan (Afsar HA, 2006). Beberapa penelitian yang dijalankan di sekitar dunia juga menunjukkan tingkat pengetahuan terhadap penyakit hepatitis B yang masih rendah (Cheung J, 2005). Didapatinya, tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada penelitian sebelumnya mungkin dikarenakan pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik sudah sering berkomunikasi dan mendapat penjelasan dari perawat, dokter atau sumber lain.

(40)

rawatan segera penyakit hepatitis B. Dalam suatu penelitian yang dijalankan di Mesir tentang tingkat pengetahuan terhadap diagnosis dan manajemen hepatitis B, hasil yang didapati tingkat pengetahuan pasien hepatitis B masih kurang (Pekesen Y,2004).

Kedua, walaupun lebih dari 50% pasien hepatitis B yang mengetahui cara penularan virus hepatitis B melalui hubungan seksual, memakai jarum suntik bergantian dan penularan dari ibu ke janin, terdapat 56,8% pasien yang percaya bahawa penyakit hepatitis B dapat ditularkan melalui makanan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Taylor VM dan Thompson MJ, di mana hanya 23,5% dan 41% dari responden mereka yang berpendapat virus hepatitis B dapat ditularkan melalui makanan. Ini menunjukkan perlunya lagi peningkatan dalam program edukasi penyakit hepatitis B kepada masyarakat.

(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner dapat disimpulkan yaitu:

1. Tingkat pengetahuan responden masing-masing untuk pengetahuan baik sebanyak 13,51% dan pengetahuan sedang sebanyak 86,49%. Walaupun tiada responden yang mendapat skoring tingkat pengetahuan yang tidak baik, mayoritas responden yang hanya mendapat skoring sedang menunjukkan tingkat pengetahuan pasien hepatitis B masih perlu ditingkatkan lagi.

2. Tingkat pengetahuan untuk bahagian pengetahuan umum adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian pengetahuan umum adalah 158 (61%).

3. Tingkat pengetahuan pasien mengenai cara penularan adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian penularan adalah 76 (51,4%).

4. Tingkat pengetahuan pasien mengenai manajemen adalah sedang karena jumlah pasien yang menjawab dengan benar untuk bahagian manajemen adalah 45 (60,8%).

(42)

6.2 Saran

(43)

Daftar Pustaka

Afsar HA, Mahmood MA, Barney N, Ali S, Kadir MM, Bilgrami M. Community knowledge, attitude and ractices regarding sexually transmitted infections in a rural district of Pakistan. J Pak Med Assoc 2006;56:50–4.

Aguslina, S., 2006. Hepatitis B Ditinjau Dari Kesehatan Masyarakat Dan Upaya Pencegahan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Barbara, A. Piasecki, 2006. Hepatitis B. Dalam: K. Rajender Reddy, Thomas Faust.1st ed. The Clinician’s Guide to Liver Disease. USA: SLACK Incorporated, 61-70 Butcher, P. G., 2003. Chronic Viral Hepatitis.

Dalam:Gastroenterology, An Illustrated Colour Text. 1st ed.USA: Elsevier Science Limited, 102-103.

Cheung J, Lee TK, The CZ, Wang CY, Kwan WC, Yoshida EM. Cross-sectional study of hepatitis B awareness among Chinese and Southeast Asian Canadians in the Vancouver-Riehmond community, Can J Gastroenterol 2005;19:245–9.

Dick, G. Imunisasi dalam Praktek. Edisi Bahasa Indonesia. Alih Bahasa: Andrianto P, Oswari J. Penerbit Hipokrates. Jakarta. 1992; 138-217. Dienstag, J. L., Isselbacher K.J., 2005. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Kasper,

Braunwald, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, 2005. Harrison’s Principle of Internal Medicine. 7th ed. USA : The McGraw-Hill Company, 1822-1826. Hetti, 2009. Hepatitis Virus. Available from:

[Accessed

(44)

Mortada, M.E., 2006. Hepatitis B (HBV). Available from: http://www.medicinenet.com/hepatitis_b/article.htm. Mukherjee, S., 2005. Overview Hepatitis B. Available from:

[Accessed 10 April]

Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Pekesen Y, Canbaz S, Leblebicioglu H, Sunbul M, Esen S, Sunter AT. Primary care physicians approach to diagnose and treatment of hepatitis C patients. BMC Gastroenterol 2004;4:3.

Pratomo, H., 1990. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana / Kependudukan. Jakarta : Unit Pelaksana Proyek Pengembangan SKM di Indonesia.

infection: an update for clinicians. Mayo Clin Proc. 2007

Aug;82(8):967-975

Rachmad, E., 2010. Jumlah Kasus Hepatitis B. Available from:

[Accessed

(45)

Rizal, M.E,, 2009. Indonesia Termasuk Negara Endemik Hepatitis B. Available from:http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=NjA0NTk=

Sastroasmoro, S., 2008. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Cetakan . [Accessed from 9 April]

Ketiga. Jakarta. CV. Sagung Seto.

Suharjo, J.B., 2006. Diagnosis dan Manajemen Hepatitis B Kronis. Available

from:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_150_Diagnosismenajemenh epatiskronis.pdf/05_150_Diagnosismenajemenhepatiskronis.html.

Taylor VM,Jackson JC, Chan N, Kuniyuki A, Yasui Y. Hepatitis B knowledge [Accessed 9 April 2010].

and practices among Cambodian American women in Seattle, Washington.

JCommunity Helath 2002; 2: 151-163

Thompson MJ,Taylor VM, Yasui Y, Hislop TG, Jackson JC, Kuniyuki A, Teh C. Hepatitis B knowledge and practices among Chinese Canadian women in Vancouver, British Columbia. Can J Public Health 2003; 94: 281-286 Wai, C.T., 2004. Misperceptions among chronic Hepatitis B in Singapore, World

(46)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Abdul Hazim bin Abdul Aziz Tempat / Tanggal Lahir : Terengganu / 24. 03. 1988

Agama : Islam

Alamat : Jl Bunga Cempaka 3, No 4, Medan Riwayat Pendidikan : 1. Sek. Ren. Keb. St Thomas

2. Sek. Men. Keb. Abdul Rahman Talib 3. Kolej Matrikulasi Pahang

Riwayat Pelatihan : Ketua Program Vital Sign

(47)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN HEPATITIS B TERHADAP

PENYAKIT HEPATITIS B

Saya yang bernama di bawah ini : Nama : Abdul Hazim bin Abdul Aziz NIM : 070100244

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dari stambuk 2007 yang melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien hepatitis B terhadap penyakit hepatitis B.

Sebelumnya penyakit hepatitis B ini merupakan suatu penyakit radang hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Saya mengharapkan kesediaan saudara/saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu dengan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan apa adanya (jujur) dimana tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Partisipasi saudara/saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga saudara/saudari bebas untuk mengundurkan diri jika tidak berkenan menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang terkait dengan identitas yang saudara/saudari berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika saudara/saudari bersedia menjadi responden penelitian ini, maka silahkan menandatangani formulir ini.

Tanggal :

(48)

Lampiran

Kuisoner tingkat pengetahuan terhadap Hepatitis B

Nama pasien: Umur:

Jenis kelamin: Tanggal:

Bulatkan jawaban yang benar.

Apakah anda tahu anda menderita penyakit Hepatitis B? ( Ya / Tidak )

1.Pengetahuan umum Hepatitis B

1.1. Apakah penyakit hepatitis B penyakit yang serius? 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

1.2. Apakah penyakit hepatitis B penyakit dapat ditularkan? 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

1.3. Apakah penyakit hepatitis B ditularkan melalui virus? 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

1.4. Apakah penyakit hepatitis B menyebabkan sirosis hati( kerusakan hati) sekiranya tidak dirawat segera?

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

1.5. Apakah penyakit hepatitis B menyebabkan kanker hati sekiranya tidak dirawat segera?

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

1.6. Dapatkah penderita hepatitis B diketahui melalui penampilannya? 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

(49)

2.Transmisi penyakit Hepatitis B

2.1. Dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan melalui hubungan seksual? 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

2.2. Dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan melalui penggunaan jarum suntikan secara bersama-sama?

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

2.3. Dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan melalui perkongsian makanan?

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

2.4. Dapatkah penyakit hepatitis B ditularkan dari ibu ke janin dalam kandungan?

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

3. Manajemen penyakit Hepatitis B

3.1. Apakah penyakit hepatitis B dapat dirawat? 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

3.2. Apakah diagnosa awal kanker hati yang disebabkan oleh hepatitis B menunjukkan gejala klinis?

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

4.Vaksinasi Hepatitis B

4.1. Apakah terdapat vaksin untuk hepatitis B? 1. Ya 2. Tidak 3. Tidak tahu

(50)

Lampiran Data Deskriptif

Responden Pertanyaan Total

(51)

Lampiran Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.963 15

Item Statistics

Mean

Std.

(52)

soalan 16 1.14 .864 14 soalan 17 1.21 .893 14

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

(53)
(54)
(55)

) .140 .228 .623 .251 .297 .195 .155 .303 .303 .112 .138 .174 .001 .209 .023

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

relation .729** .642* .678** .844** .585* .664** .660* .954** .954** .821** .417 1 .855** .431 .334 .794**

) .003 .013 .008 .000 .028 .010 .010 .000 .000 .000 .138 .000 .124 .243 .001

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

relation .655* .578* .525 .706** .537* .607* .438 .903** .903** .956** .385 .855** 1 .579* .579* .555*

) .011 .030 .054 .005 .048 .021 .117 .000 .000 .000 .174 .000 .030 .030 .039

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

relation .295 .226 .205 .411 .189 .257 .131 .485 .485 .539* .789** .431 .579* 1 .632* .334

) .305 .437 .482 .144 .517 .375 .656 .079 .079 .046 .001 .124 .030 .015 .243

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

relation .098 .028 .026 .242 .087 .157 -.174 .391 .391 .447 .358 .334 .579* .632* 1 -.056

) .738 .924 .931 .405 .766 .592 .552 .167 .167 .109 .209 .243 .030 .015 .850

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

relation .833** .746** .678** .665** .693** .770** .874** .655* .655* .626* .600* .794** .555* .334 -.056 1 ) .000 .002 .008 .010 .006 .001 .000 .011 .011 .017 .023 .001 .039 .243 .850

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

relation .857** .781** .709** .532 .746** .812** .854** .517 .517 .485 .474 .655* .421 .202 -.175 .954** ) .000 .001 .005 .050 .002 .000 .000 .058 .058 .079 .087 .011 .134 .488 .549 .000

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

relation .868** .770** .647* .682** .733** .792** .739** .677** .677** .689** .645* .797** .649* .447 .084 .939** ) .000 .001 .012 .007 .003 .001 .003 .008 .008 .006 .013 .001 .012 .109 .774 .000

14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

nificant at the 0.01 level (2-tailed).

(56)

Lampiran Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Tingkat Pengetahuan Pasien Hepatitis B Terhadap Penyakit Hepatitis B di Ruang Rindu A1

Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan

Variable Nomor Pertanyaan

Total

Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan Umum

1 0,868 Valid 0,963 Reliabel

2 0,770 Valid Reliabel

3 0,647 Valid Reliabel

4 0,682 Valid Reliabel

5 0,733 Valid Reliabel

6 0,792 Valid Reliabel

7 0,739 Valid Reliabel

Transmisi 8 0,677 Valid 0,963 Reliabel

9 0,677 Valid Reliabel

10 0,689 Valid Reliabel

11 0,645 Valid Reliabel

Manajemen 12 0,797 Valid 0,963 Reliabel

13 0,649 Valid Reliabel

Vaksinasi 14 0,939 Valid 0,963 Reliabel

Gambar

Tabel 2.1 Definisi dan Kriteria Diagnostik Pasien dengan Infeksi Hepatitis B
Tabel 2.2 Penilaian respon terapi hepatits B kronis
Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi dan Persentasi Karakteristik Responden Menurut
Tabel 5.2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar prevalensi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK) serta distribusi frekuensinya berdasarkan jenis kelamin, usia,

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien Bakterial Vaginosis terbanyak adalah dari kelompok usis 35 – 44 tahun, agama Islam, suku Batak, status perkawinan kawin,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar prevalensi hipertensi pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK) serta distribusi frekuensinya berdasarkan jenis kelamin, usia,

Melalui penelitian ini, diharapkan adanya pengontrolan tekanan darah secara intensif pada pasien dengan hipertensi agar tidak terjadi progressi dari PGK dan mengurangi resiko

Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat dengan

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana hubungan berat sesak napas yang dialami pasien PPOK (ditunjukkan dengan nilai mMRC) dengan tingkat keparahan PPOK

Stres Keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke Di Poli Stroke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.. Kuesioner

STATUS HEMODINAMIK PADA PASIEN PASCA BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM