• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Penyakit Kulit pada Pasien AIDS di Pusyansus Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari Januari 2009-Desember 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Penyakit Kulit pada Pasien AIDS di Pusyansus Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari Januari 2009-Desember 2010."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENYAKIT KULIT PADA PASIEN AIDS DI PUSYANSUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI

2009-DESEMBER 2010

Oleh:

LOSHINI DEWI ATHITHAN 080100294

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

POLA PENYAKIT KULIT PADA PASIEN AIDS DI PUSYANSUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI

2009-DESEMBER 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

LOSHINI DEWI ATHITHAN 080100294

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pola Penyakit Kulit pada Pasien AIDS di Pusyansus Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari Januari 2009-Desember 2010.

Nama : Loshini Dewi Athithan NIM : 080100294

________________________________________________________

Pembimbing Penguji I

dr. Kristo A. Nababan, Sp.KK dr. Evo Elidar, Sp Rad

NIP: 196302081989031004 NIP : 196309271990102002

Medan, Januari 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ii

ABSTRAK

Objektif: AIDS merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia.Sejak AIDS pertama kali diidentifikasi pada awal tahun 1980, tidak terhitung jumlah orang yang telah diinfeksi oleh epidemi AIDS global ini. Saat ini, diperkirakan sebanyak 34 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS di seluruh dunia. Penelitian ini difokuskan pada prevalensi dan spektrum penyakit kulit yang terlihat pada populasi pasien AIDS. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan desain potong-melintang. Data diambil dengan meninjau hasil catatan rekam medis pasien AIDS rawat inap dan jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.Sedangkan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah sejumlah pasien AIDS yang dirujuk ke SMF Kulit dan Kelamin sejak Januari 2009-Desember2010, yaitu sebanyak 91 orang. Hasil: 91 pasien telah diambil datanya dalam penelitian ini. Penyakit kulit dari sampel tersebut didokumentasikan. Gambaran dermatologis yang paling sering didiagnosis adalah kandidiasis oral (32,8%) dan erupsi obat ( 11,2%). Kaposi Sarkoma adalah sangat jarang terlihat(0,8%).

Kesimpulan: Penyakit kulit memberikan kontribusi yang signifikan terhadap morbiditas penderita AIDS. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan sehingga dapat memberikan pencegahan dan pengobatan penyakit kulit yang diderita pasien HIV/AIDS.

(5)

iii

ABSTRACT

Objective: AIDS is a major health problem in many parts of the world. Since AIDS was first identified in the early 1980s, an unprecedented number of people have been affected by the global AIDS epidemic. Today, there are an estimated 34 million people living with HIV and AIDS worldwide.This study focused on the prevalence and spectrum of skin disorders seen in a population of AIDS patients.

Methods: A descriptive statistic with cross sectional design studies was conducted by reviewing the records of patients attending a HIV/AIDS out-patient and in-patient clinic in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.While the sample in this study were AIDS patients who were referred to the Department of Dermatology from January 2009- December 2010, as many as 91 people.

Results: Ninety-one(91) patients were included in the study. Skin disorders were documented of the patients in this series. The most frequently diagnosed dermatological disorders were oral candidiasis(32.8%) and drug eruption(11.2%). Kaposi’s sarcoma was rare(0.8%). Conclusions: Dermatological disorders contribute significantly to the morbidity of AIDS patients. The result are expected to be useful to Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan that can provide prevention and treatment of skin disorders suffered by patients with AIDS.

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Bersyukur kepada tuhan karena dengan berkat rahmah dan restuNya saya dapat

menyiapkan laporan hasil penelitian ini dengan baik. Tidak lupa juga saya ucapkan terima

kasih pada kedua-dua ibu bapa saya yaitu Bapak Athithan dan Ibu Anjalai karena dengan

sokongan dan doa mereka akhirnya, saya dapat juga menyiapkan tugasan ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Kristo A. Nababan, Sp.KK selaku dosen

pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan

kesabarannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugasan ini dengan baik. Tambahan pula,

beliau juga telah memberikan banyak idea-idea yang dapat saya terapkan dalam menyiapkan

tugasan ini.

Selain itu, saya ingin berterima kasih pada teman-teman saya khususnya Kumar, Ika dan

Lider yang telah membantu baik moral atau materi, memberikan masukan serta motivasi

demi selesainya tugasan ini dengan baik.

Saya menyadari bahwa hasil penelitian ini mungkin ada kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa

yang akan datang. Turut diharapkan penelitian ini akan bermanfaat kepada peneliti dan

pembaca sekalian dalam masa yang akan datang.

Medan, 12 Desember 2011

LOSHINI DEWI

(7)

v

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan ... i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT ...iii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR LABEL...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah………3

1.3 Tujuan Penelitian……….3

1.3.1 Tujuan Umum………..3

1.4 Manfaat Penelitian ………..4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. AIDS ... 5

2.1.1 Definisi AIDS ... 5

2.1.2 Klasifikasi AIDS ... 5

2.1.3 Patogenesis HIV...6

2.1.4 Diagnosis Infeksi HIV...9

2.1.5 Pengobatan...10

2.2 Penyakit Kulit dan AIDS ... 11

(8)

vi

2.2.2 Kelainan Kulit pada Pasien AIDS...11

2.2.3 Variasi Kelainan Kulit pada Pasien AIDS ... 11

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 19

3.1. Kerangka Konsep ... 19

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 19

BAB 4. METODE PENELITIAN...21

4.1. Jenis Penelitian...21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.2.1. Tempat Penelitian...21

4.2.2. Waktu Penelitian... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.3.1 Populasi Penelitian………. 21

4.3.2 Sampel Penelitian ...22

4.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.5 Pengolahan Dan Analisis Data ... 22

BAB 5 HASIL PEMBAHASAN...23

5.1. Hasil Penelitian ... 23

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 23

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel...23

5.1.3. Hasil Analisis Data ...25

5.2. Pembahasan ...28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...30

6.1. Kesimpulan... ...30

6.2. Saran...30

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Siklus Hidup HIV 8

Gambar 2.2 Infeksi Virus pada pasien AIDS 13

Gambar 2.3 Infeksi Jamur pada pasien AIDS 14

Gambar 2.4 Infeksi Bakteri pada pasien AIDS 15

Gambar 2.5 Dermatitis 17

(10)

ii

ABSTRAK

Objektif: AIDS merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia.Sejak AIDS pertama kali diidentifikasi pada awal tahun 1980, tidak terhitung jumlah orang yang telah diinfeksi oleh epidemi AIDS global ini. Saat ini, diperkirakan sebanyak 34 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS di seluruh dunia. Penelitian ini difokuskan pada prevalensi dan spektrum penyakit kulit yang terlihat pada populasi pasien AIDS. Metode: Rancangan penelitian yang digunakan adalah statistik deskriptif dengan desain potong-melintang. Data diambil dengan meninjau hasil catatan rekam medis pasien AIDS rawat inap dan jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.Sedangkan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah sejumlah pasien AIDS yang dirujuk ke SMF Kulit dan Kelamin sejak Januari 2009-Desember2010, yaitu sebanyak 91 orang. Hasil: 91 pasien telah diambil datanya dalam penelitian ini. Penyakit kulit dari sampel tersebut didokumentasikan. Gambaran dermatologis yang paling sering didiagnosis adalah kandidiasis oral (32,8%) dan erupsi obat ( 11,2%). Kaposi Sarkoma adalah sangat jarang terlihat(0,8%).

Kesimpulan: Penyakit kulit memberikan kontribusi yang signifikan terhadap morbiditas penderita AIDS. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan sehingga dapat memberikan pencegahan dan pengobatan penyakit kulit yang diderita pasien HIV/AIDS.

(11)

iii

ABSTRACT

Objective: AIDS is a major health problem in many parts of the world. Since AIDS was first identified in the early 1980s, an unprecedented number of people have been affected by the global AIDS epidemic. Today, there are an estimated 34 million people living with HIV and AIDS worldwide.This study focused on the prevalence and spectrum of skin disorders seen in a population of AIDS patients.

Methods: A descriptive statistic with cross sectional design studies was conducted by reviewing the records of patients attending a HIV/AIDS out-patient and in-patient clinic in Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.While the sample in this study were AIDS patients who were referred to the Department of Dermatology from January 2009- December 2010, as many as 91 people.

Results: Ninety-one(91) patients were included in the study. Skin disorders were documented of the patients in this series. The most frequently diagnosed dermatological disorders were oral candidiasis(32.8%) and drug eruption(11.2%). Kaposi’s sarcoma was rare(0.8%). Conclusions: Dermatological disorders contribute significantly to the morbidity of AIDS patients. The result are expected to be useful to Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan that can provide prevention and treatment of skin disorders suffered by patients with AIDS.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit menular

dengan angka kematian yang tinggi dan dapat menjangkiti seluruh lapisan

masyarakat dari mulai bayi sampai dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Di

Indonesia, sejak tahun 1987 perkembangan jumlah kasus AIDS maupun HIV (+)

cenderung meningkat pada setiap tahunnya. Berdasarkan data UNAIDS(United

Nations Programme on HIV/AIDS) pada tahun 2009 diperkirakan 33.400.000

penduduk di dunia telah terinfeksi HIV yang masih hidup dan terdapat lebih

kurang 1.800.000 anak-anak dan dewasa yang meninggal akibat AIDS. Menurut

laporan UNAIDS, diketahui jumlah penderita HIV di Asia Tenggara adalah

4.100.000 orang dan di Indonesia diperkirakan sebanyak 310.000 orang. Secara

epidemiologi dikenal fenomena gunung es, artinya bila ada satu kasus yang

tercatat maka diasumsikan terdapat 200 kasus yang sama yang tidak tercatat

(Komisi Penanggulangan AIDS, 2009).

Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan laju pertambahan

infeksi AIDS tercepat di dunia (Wahyuningsih, 2009). Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, sejak tanggal 1 Oktober 1987 hingga Desember

2009 mencatat 23.819 kasus HIV dan 19973 orang di antaranya telah menderita

AIDS Berdasarkan estimasi Depkes dan KPAN pada tahun 2006, jumlah orang

dengan AIDS di Indonesia adalah 193.030 orang. Di Sumatera Utara, jumlah

kasus HIV sejak tahun 1992-April 2009 tercatat sebanyak 1680 orang dan 872

diantaranya telah menderita AIDS. Angka kejadian tertinggi di Sumatera Utara

(13)

Orang yang terinfeksi HIV akan mengalami gangguan kekebalan tubuh yang

ditandai dengan penurunan kadar CD4+ dalam tubuhnya (Wahyuningsih, 2009).

Penurunan sistem kekebalan tubuh menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap

penyakit. Salah satu manifestasinya dapat dilihat pada kulit (Brown, 2005).

Seringkali kulit menjadi organ pertama yang dipengaruhi selama perjalanan

(14)

Penelitian yang dilakukan Boon K.G. pada tahun 2007 mendapatkan, 80-95%

pasien HIV mempunyai kelainan kulit, bahkan UCSF (University California San

Fransisco) menyebutkan, prevalensi kelainan kulit pada pasien AIDS mencapai

100%. Kelainan kulit ini menjadi penyebab morbiditas yang tinggi, yang

mempengaruhi kualitas hidup pasien AIDS. Beberapa kelainan kulit termasuk

HIV Defining Illness, yaitu kelainan kulit yang khas pada pasien HIV dan menjadi

indikasi untuk dilakukan tes serologi HIV (Johnson, 2008). Tahun 1980, Sarkoma

Kaposi, dijadikan salah satu tanda seseorang terinfeksi dan sejak saat itu 56

kelainan kulit lainnya telah diidentifikasi berhubungan dengan HIV (Thompson et

al, 2008).

Beberapa kelainan kulit lainnya adalah Herpes Zoster, Dermatitis Seboroik,

Folikulitis, dan Papular Pruritic Eruption (Colven, 2008). Sebuah penelitian di

Singapura terhadap pasien AIDS mendapatkan Papular Pruritic Eruption sebagai

manifestasi kulit terbanyak, diikuti Psoriasis, Dermatitis Seboroik, Xerosis,

Herpes Simpleks, Reaksi Erupsi Obat, Kandidiasis Oral, Eksema, Herpes Zoster,

Hiperpigmentasi dan beberapa kelainan kulit lainnya (Goh et al, 2007). Selain itu,

di India mendapatkan prevalensi kelainan kulit yang sedikit berbeda, yakni

Herpes Zoster (31,5%), Kandidiasis (26,3%), Dermatitis Seboroik (18,4%),

Dermatofitosis (13,2%), Moluskum Kontangiosum (13,2%), dan Papular Pruritic

Eruption (7,9%) (Jindal et al, 2009).

Apabila dilihat pada penelitian di Negara barat, penelitian dan data mengenai

kelainan kulit pada pasien AIDS di Asia masih sangat sedikit, termasuk di

Indonesia. Pahadal, terdapat beberapa perbedaan pola kelainan kulit pada pasien

AIDS di Eropa dan Amerika Utara dengan pasien AIDS di Asia ( Goh et al,

2007). Jadi untuk membandingkan dan mengetahui pola kelainan kulit pada

(15)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diteliti,

yaitu: Apa saja kelainan kulit yang diderita pasien AIDS di Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan dari 01 Januari 2009 – 31 Desember 2010?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui kelainan kulit yang diderita pasien AIDS di Rumah Sakit

Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui distribusi penderita AIDS berdasarkan demografi, yaitu usia

dan jenis kelamin.

2. Mencari pola kelainan kulit pada pasien AIDS berdasarkan jenis kelamin.

3. Melihat data mengenai kelainan kulit terbanyak diderita pasien AIDS di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan 01 Januari 2009 – 31

Desember 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik sebagai sumber rujukan

tambahan mengenai jenis kelainan kulit pada pasien HIV/AIDS.

2. Peneliti untuk mengetahui informasi mengenai penyakit AIDS dan

kelainan kulit yang

diderita pasien AIDS.

3. Masyarakat sebagai rujukan dan bimbingan untuk yang ingin melakukan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AIDS

2.1.1 Definisi AIDS

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome.

Acquired berarti anda dapat terinfeksi olehnya. Immune Deficiency artinya suatu

kelemahan dalam sistem tubuh yang berfungsi melawan penyakit.

Syndrome artinya sekumpulan masalah kesehatan yang menyebabkan penyakit.

AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV, Human Immunodeficiency Virus.

Apabila anda terinfeksi HIV, maka tubuh anda akan mencoba untuk melawan

infeksi tersebut. Tubuh akan membentuk "antibodi", yaitu molekul-molekul

khusus untuk melawan HIV(Komisi Penanggulangan AIDS, 2011).

2.1.2 Klasifikasi AIDS

Terdapat beberapa klasifikasi HIV/AIDS. Adapun sistem klasifikasi yang biasa digunakan untuk dewasa dan remaja dengan infeksi HIV adalah menurut

WHO dan CDC (Center For Disease Control and Prevention)

CDC mengklasifikasikan HIV/AIDS pada remaja (>13 tahun dan dewasa)

berdasarkan dua sistem, yaitu dengan melihat jumlah supresi kekebalan tubuh

yang dialami pasien serta stadium klinis. Jumlah supresi kekebalan tubuh

ditunjukkan oleh limfosit CD4(Shriffif, 2000).

(1) Infeksi HIV Akut

Tahap ini disebut juga sebagai infpeksi primer HIV. Keluhan muncul setelah

2-4 minggu terinfeksi. Keluhan yang muncul berupa demam, ruam merah pada

(17)

(2) Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis

Pada tahap ini, tes serologi sudah menunjukkan hasil positif tetapi gejala

asimtomatis. Pada orang dewasa, fase ini berlangsung lama dan penderita bisa

tidak mengalami keluhan apapun selama sepuluh tahun atau lebih(Murtiastutik,

2008).

(3) Persisten Generalized Lymphadenopathy (PGL)

Pada fase ini ditemukan pembesaran kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat

selain limfonodi inguinal. Pembesaran ini terjadi karena jaringan limfe berfungsi

sebagai tempat penampungan utama HIV. Pembesaran menetap, menyeluruh,

simetri, dan tidak nyeri tekan(Murtiastutik, 2008).

(4) AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)

Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat pengobatan,

akan berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV bergantung pada

karakteristik virus dan hospes. Usia kurang dari lima tahun atau lebih dari 40

tahun, infeksi yang menyertai, dan faktor genetik merupakan faktor penyebab

peningkatan progresivitas. Beberapa penderita mengalami gejala konstitusional,

seperti demam dan penurunan berat badan, yang tidak jelas penyebabnya.

Beberapa penderita lain mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan.

Penderita yang mengalami infeksi oportunistik dan tidak mendapat pengobatan

anti retrovirus biasanya akan meninggal kurang dari dua tahun kemudian

(Murtiastutik,2008).

2.1.3 Patogenesis HIV

Penularan dapat terjadi melalui kontaminasi selaput lendir oleh darah atau

cairan tubuh penderita AIDS, melalui air susu ibu penderita AIDS kepada bayi

atau melalui plasenta. Masa inkubasi virus AIDS 13 bulan - 5

(18)

virus menginvasi tubuh yang sehat, virus akan dideteksi dan diidentifikasi oleh

makrofag. Makrofag akan memberitahu sel T agar waspada. Sel T diaktivasi dan

mengadakan multiplikasi dalam pelbagai jenis sel T. Helper T cell (sel T

penolong) akan menstimulasi sel B. Sel B mengadakan multiplikasi dan

memproduksi antibodi yang akan menyerang dan mematikan virus yang

masuk(Lan, 2006).

HIV menginfeksi sel dengan mengikat permukaan sel sasaran yang

memiliki reseptor membran CD4, yaitu sel T-helper (CD4+). Glikoprotein

envelope virus, yakni gp120 akan berikatan dengan permukaan sel limfosit CD4+,

sehingga gp41 dapat memperantarai fusi membran virus ke membran sel. Setelah

virus berfusi dengan limfosit CD4+, RNA virus masuk ke bagian tengah

sitoplasma CD4+. Setelah nukleokapsid dilepas, terjadi transkripsi terbalik

(reverse transcription) dari satu untai tunggal RNA menjadi DNA salinan

(cDNA) untai-ganda virus. cDNA kemudian bermigrasi ke dalam nukleus CD4+

dan berintegrasi dengan DNA dibantu enzim HIV integrase. Integrasi dengan

DNA sel penjamu menghasilkan suatu provirus dan memicu transkripsi mRNA.

mRNA virus kemudian ditranslasikan menjadi protein struktural dan enzim virus.

RNA genom virus kemudian dibebaskan ke dalam sitoplasma dan bergabung

dengan protein inti. Tahap akhir adalah pemotongan dan penataan protein virus

menjadi segmen- segmen kecil oleh enzim HIV protease. Fragmen-fragmen virus

akan dibungkus oleh sebagian membran sel yang terinfeksi. Virus yang baru

terbentuk (virion) kemudian dilepaskan dan menyerang sel-sel rentan seperti sel

CD4+ lainnya, monosit, makrofag, sel NK (natural killer), sel endotel, sel epitel,

sel dendritik (pada mukosa tubuh manusia), sel Langerhans (pada kulit), sel

mikroglia, dan berbagai jaringan tubuh (Lan, 2006).

Selanjutnya sel yang berkembang biak akan mengundang bahan genetik virus.

RNA dari HIV mulai membentuk DNA dalam struktur yang belum sempurna,

disebut proviral DNA, yang akan berintegrasi dengan genome sel induk secara

laten (lama). Kerana DNA dari HIV bergabung/integrasi dengan genome sel

(19)

HIV tersebut selalu ikut memperbanyak diri dan akan tetap dibawa oleh sel induk

ke generasi berikutnya. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa sekali mendapat

infeksi virus AIDS maka orang tersebut selama hidupnya akan terus terinfeksi

virus, sampai suatu saat (bagian LTR) mampu membuat kode dari

messenger.RNA (cetakan pembuat gen) dan mulai menjalankan proses

pengembangan partikel virus AIDS generasi baru yang mampu ke luar dan sel

induk dan mulai menyerang sel tubuh lainnya untuk menimbulkan gejala umum

penyakit AIDS (full blown).(Djoerban,2006).

Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di

infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga

ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat

laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel limfosit T4.

Setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada penderita

akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut, dimulai

dengan masa induksi (window period), yaitu penderita masih tampak sehat, dan

(20)

Gambar 2.1: Siklus Hidup HIV

Sumber: Taylor, 2008

2.1.4 Diagnosis Infeksi HIV

Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap

HIV. Pertama, tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) yang bereaksi

terhadap antibodi dalam serum. Apabila hasil ELISA positif, dikonfirmasi dengan

tes kedua yang lebih spesifik, yaitu Western blot. Bila hasilnya juga positif,

dilakukan tes ulang karena uji ini dapat memberikan hasil positif-palsu atau

negatif-palsu. Bila hasilnya tetap positif, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada

tahap ini dilakukan pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi

derajat penyakit dan dimulai usaha untuk mengendalikan infeksi (Lan, 2006).

Di negara berkembang, tes serologi maupun antigen HIV belum memadai.

Untuk memudahkan diagnosis, WHO menetapkan kriteria diagnosis HIV/AIDS

apabila terdapat dua gejala mayor dan satu gejala minor di bawah ini

(WHO,2005).

a. Gejala mayor

Penurunan berat badan > 10% berat badan

Diare kronis > 1 bulan

Demam > 1 bulan

Gangguan neurologis dan kesadaran

Demensia

b. Gejala Minor

Batuk > 1 bulan

Pruritus dermatitis menyeluruh

Infeksi umum yang rekuren

(21)

Infeksi Herpes simpleks yang meluas atau menjadi kronik progresif

Limfadenopati generalisata

2.1.5 Pengobatan

Terapi yang diberikan berupa kombinasi penghambat reverse transcriptase dan penghambat protease. Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahawa

obat-obat antivirus yaitu indinavir, retrovir dan lamivudin yang diberikan sebagai

kombinasi dapat meningkatkan CD4 dan menghilangkan HIV pada 24/26 sampai

tingkat unmeasurable genes pada HIV(Djuanda,2007).

Tabel 2.1: HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy)

Golongan Obat dan Mekanisme Kerja Nama Obat

Nucleoside Reverse Transcriptase

Inhibitor (NRTI)

Menghambat reverse transcriptase

HIV, sehingga pertumbuhan rantai

DNA dan replikasi HIV berhenti.

Abacavir (ABC)

Didanosin (ddl)

Lamivudine (3TC)

Stavudine (d4T),

Zidovudin (ZDZ atau AZT)

Nonnucleoside Reverse Transcriptase

Inhibitor (NNRTI)

Menghambat transkripsi RNA HIV

menjadi DNA.

Nevirapin (NVP)

Efavirenz (EFV)

Protease Inhibitor (PI)

Menghambat protease HIV, yang

mencegah pematangan virus HIV.

Indinavir (IDV)

Ritonavir (RTV, r)

Lopinavir (LPV)

Nelvinafir (NFV)

Saquinavir (SQ

(22)

2.2 Penyakit Kulit dan AIDS 2.2.1 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit sangat kompleks, elastis dan senstitif. Fungsi

utama kulit ialah proteks, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu

tubuh(termasuk termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan Vitamin D

dan keratinisasi(Wasitaatmadja SM,2007).

2.2.2. Kelainan Kulit pada Pasien AIDS

Kelainan kulit adalah simptom umum pada perjalanan penyakit HIV,

sebagai akibat dari penurunan sistem imun atau berhubungan dengan pengobatan

antiretrovirus. Penurunan fungsi sel langerhans yang terinfeksi HIV menjadi

penyebab kelainan pada kulit. Penyebab kelainan ini bisa karena infeksi,

non-infeksi maupun proses keganasan (Johnson, 2008). Kelainan kulit ini sangat luas,

bervariasi, dan unik (Colven, 2008). Semakin berkurang kadar CD4+ pada tubuh,

maka keparahan kelainan kulit akan semakin meningkat, bertambah jumlahnya,

dan sulit ditangani (Dlova, 2004).

Secara global, lebih dari 95% penderita HIV belum mempunyai akses

intervensi pengobatan sehingga banyak manifestasi kulit yang berkaitan dengan

penyakit HIV menjadi kronis dan progresif (Murtiastutik, 2008).

2.2.3. Variasi Kelainan Kulit pada Pasien AIDS

(23)

menurun secara mendadak. Berikut adalah informasi variasi kelainan kulit pada

pasien AIDS.

(1) Infeksi oppurtunistik(Other Infections Accociated with HIV)

Infeksi oportunistik menjadi lebih sering terjadi pada penyakit HIV

stadium lanjut yang tidak diobati. Infeksi oportunistik meliputi:

a. Virus

Herpes Simplex Virus(HSV) muncul dengan gambaran krusta pada

bibir, muka dan bagian tubuh lainnya. Krusta semakin besar, dalam, dan

menimbulkan rasa nyeri. Pada pasien HIV/AIDS infeksi HSV

berlangsung lama dan prognosis buruk serta penyembuhan juga

mengambil masa yang lama. (Australasian College of Dermatologists,

2001). Permulaan herpes biasanya diawali dengan panas dan pedih,

blister yang berisi sedikit cairan yang ruptur dan membentuk kerak di

atas sebelum penyembuhan.

Ruam herpes zoster (shingles) adalah karena reaktivasi dari virus cacar

air, yang lain wujud secara alamiah dalam tubuh sejak kecil. Ciri khas

penyakitnya dimulai dengan nyeri radikular diikuti dengan eritema

sepanjang dermatom. Gambaran klinis HZV pada pasien HIV meningkat

sepanjang dermatom kranialis(Murtiastutik,2008).

Moluskum kontangium adalah infeksi virus benignan. Namun pada

pasien immunokompromisi, luka menyebar dan menjadi unresponsif

terhadap pengobatan(Acebes,2001).

Banyak studi secara konsisten menunjukkan adanya peningkatan

kejadian HPV pada pasien HIV. Gambaran klinis adalah veruka atau kutil,

(24)

mempunyai gambaran seperti kembang kol dan sering pada tangan. Pada

daerah punggung tangan dan wajah (plane wart) kutil ini kecil, rata bagian

atas, dan kemerahan sedangkan di telapak kaki kutil bergerombol (mosak).

Kutil kelamin (anogenital wart) atau dikenal dengan kondiloma akuminata

dapat timbul dalam vagina, uretra, serviks, vulva, penis, dan anus (New

Zealand Dermatological Society Incorporated,2011).

Oral Hairy Leukoplakia (OHL) merupakan lesi spesifik pada penyakit

HIV yang disebabkan oleh virus Ebstein-Barr. OHL memberikan

gambaran hiperplasia, plak epitelial berwarna keputihan pada bagian

lateral lidah, biasanya bilateral tetapi tidak simetris(Acebes, 2001).

Gambar 2.2: Infeksi Virus pada pasien AIDS

Sumber: New Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011.

b. Jamur

Candida Albicans adalah pathogen saprotif fakultatif yang secara

umumnya berkolonisasi di traktus orofaring individu. Pada pasien

HIV-seropositif, ini mungkin menjadi marker yang mengindikasi kompromi

mekanisme pertahanan mukosa (Acebes, 2001).

Infeksi jamur sering terjadi di daerah vagina, aksilla, inguinal dan

mulut. Oral candidiasis thrush muncul dengan tompok putih pada lidah

(25)

mulut atau tenggorokan dan kadang kala disertai rasa sulit

menelan(Australasian College of Dermatologists, 2001).

Antara infeksi jamur lain ialah tinea. Tinea merujuk kepada infeksi oleh

dermatofitosis. Infeksi bisa muncul di berbagai tempat seperti kulit(Tinea

kapitis), kumis(Tinea barbae), badan(Tinea korporis), kuku(Tinea

unguium) dan kaki(Tinea pedis).( New Zealand Dermatological Society

Incorporated, 2011).

Histoplasmosis pula adalah infeksi dari Histoplasma capsulatum

yang menyerang individu yang lemah sistem imunnya seperti pasien

AIDS. Kelainan kulit tampak sebagai makula eritematus, plak keratin atau

nekrotik, menyerupai moluskum kontangiosum, pustul, folikulitis, lesi

akneiformis, rosacea, psoriasis, atau ulkus( Laurent,2011).

Gambar 2.3: Infeksi Jamur pada pasien AIDS

Sumber: Maurer, 2005.

c. Infeksi Bakteri

Infeksi bakteri yang paling umum terjadi adalah impetigo yang

dikarakteristir dengan penyebaran lesi dan pustula(Acebes, 2001).

Impetigo merupakan infeksi superfisial yang mempunyai dua bentuk

klinis, yaitu nonbulosa dan bulosa. Lesi di tubuh bisa timbul di bagian

manapun. Pada impetigo nonbulosa lesi awal berupa pustula kecil dan bila

pecah akan terjadi eksudasi dan krusta. Pada impetigo bulosa timbul

(26)

terjadi eksudasi dan terbentuk krusta, dan stratum korneum pada bagian

tepi lesi mengelupas kembali (Colven, 2008).

Folikulitis adalah infeksi pada bagian superfisial folikel rambut

dengan gambaran pustula kecil dengan dasar kemerahan pada bagian

tengah folikel. Skabies pula adalah disebabkan kutu yang hidup di kulit

manusia. Hal ini dapat menyebar melalui seks dan kontak erat. Ia ditandai

dengan tanda-tanda gatal dan ruam di kulit pada bagian genital dan selang

jari(Acebes, 2001).

Selulitis sering terjadi pada bagian tungkai, walaupun bisa terdapat

pada bagian tubuh lain. Daerah yang terkena menjadi eritema, terasa panas

dan bengkak, serta terdapat lepuhan-lepuhan pada daerah nekrosis( New

Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011).

Gambar 2.4 Infeksi bakteri pada pasien AIDS

Sumber: New Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011.

(2) Neoplasma

a. Sarkoma Kaposi

Sarkoma Kaposi sering terjadi pada pria dengan HIV yang

berhubungan seks dengan pria lain yang diduga mungkin karena infeksi

(27)

nyeri kecuali membesar. Ukuran dan jumlah lesi Sarkoma mencerminkan

tingkat kekebalan tubuh terhadap virus HIV(Handoko, 2003).

(3) Dermatitis

a. Dermatitis Seboroik

Dermatitis ini umum pada pasien yang terinfeksi HIV. Gambaran

klinisnya berupa skuama eritematosa yang umumnya mengenai wajah, pipi,

dahi, alis, hidung dan telinga. Selain itu juga ditandai dengan eritema

irregular, putih atau kuning dengan penampilan yang berminyak. Kondisi

biasanya kronis(Acebes, 2001).

b. Psoriasis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan histopatologi. Lesi

kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat- tempat yang mudah

terkena trauma, antara lain: siku, lutut, sakrum, kepala dan genitalia. Lesi

kulit berupa makula eritematus dengan batas jelas, tertutup skuama tebal dan

transparan yang lepas pada bagian tepi dan lekat di bagian tengah. Bisa

terjadi kelainan kuku, di mana permukaan kuku menjadi keruh, kekuningan

dan terdapat cekungan (pitting), menebal dan terdapat sublingual

hyperkeratosis sehingga kuku terangkat dari dasarnya (Murtiastutik, 2008).

c. Papular Pruritus Eruption (PPE)

PPE adalah ruam yang paling banyak dilihat pada infeksi dengan HIV.

Ini adalah bentuk prurigo. Antara 18-46% pasien AIDS mempunyai kondisi

ini pada satu waktu. Ruam ini sangat gatal dan disertai benjolan merah yang

simetris. Ini juga merupakan tanda HIV yang sudah ke tahap lanjut di mana

jumlah limfosit CD4 kurang dari 200 x 109 L( New Zealand Dermatological

(28)

d. Folikulitis Eosinofilik

Folikulitis Eosinofilik merupakan kelainan kulit pruritus kronis yang

terjadi pada pasien dengan penyakit HIV lanjut. Secara klinis tampak papula

folikulitis kecil berwarna merah muda sampai merah, edematous (bisa

berupa pustula), simetris di atas garis nipple di dada, lengan proksimal,

kepala dan leher. Perubahan sekunder meliputi ekskoriasi, papul ekskoriasi,

liken simpleks kronis, prurigo nodularis juga infeksi S.aureus (Murtiastutik,

2008).

e. Kelainan pigmen

Post inflammatory hyperpigmentation dan hypopigmentation (PIH)

merupakan kelainan yang sering didapatkan setelah akibat kelainan kulit lain

dan terapi antiretrovirus. Pengobatan dengan zidovudine (AZT)

menyebabkan hiperpigmentasi terutama pada pasien kulit hitam. Perubahan

warna kulit menyebabkan keluhan kosmetik terutama bila terjadi pada

wajah, leher, dan ekstremitas atas. Jika kelainan kulit berlangsung lama,

perubahan pigmen dapat menetap dan progresif (Johnson, 2008).

Gambar 2.5 Dermatitis

(29)

(4) Xerosis/Kulit kering

Xerosis sering ditemui sebagai komplikasi dari penyakit defisiensi imun.

Pasien mengeluh kering dan gatal yang menjadi lebih buruk oleh banyak

stimulus.

90% pasien dengan AIDS mengalami kelainan kulit . Berikut merupakan

lampiran kelainan kulit pada pasien AIDS dan hubungannya dengan jumlah CD4

di sebuah penelitian di India Utara.

Tabel 2.2: Manifestasi kulit pada pasien HIV dan hubungannya dengan

tahap CD4 .

Disease No of Patients(%) CD4 Mean

Oral candidiasis 78(42.2%) 237.2(348.2)

Drug rashes 25(13.6%) 201.8(356.1)

Dermatophyte Infection 22(11.7%) 267.1(391.8)

Seborrhoeic Dermatitis 13(7.0%) 165.7(328.1)

Molluscum

Contagiosum

12(6.5%) 195.3(331.9)

Recurrent Herpes

Zooster

12(6.5%) 138.3 (395.8)

Scabies 10(5.4%) 290.8 (374.9)

Warts 6(3.3.%) 127.5 (387.8)

Psoriasis 4(2.2%) 180.8 (393.2)

(30)
(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Dari kerangka pemikiran di atas dapat dibuat bagian kerangka konsep sebagai berikut:

Gambar 3.1: Kerangka konsep tentang pola kelainan kulit pada pasien AIDS.

3.2 Variabel dan definisi operasional variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien AIDS dan penyakit kulit.

Cara pengukuran yang digunakan dalam mengambil data bagi pasien AIDS ialah

obervasi,yaitu pengambilan data sekunder dari rekam medis. Bagi mengukur variabel

penyakit kulit, dilakukan dengan cara mengobservasi dari rekam medis dan memasukkan ke

dalam tabel yang disediakan. Hasil pengukuran bagi penelitian pula diukur dengan melihat

ada tidaknya manifestasi kelainan kulit pada pasien AIDS di Pusyansus Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik, Medan. Semua pasien AIDS yang dirujuk ke Satuan Medis

Fungsional Kulit dan kelamin juga dicatat. Definisi operasional diterangkan secara terperinci

pada halaman berikutnya.

(32)
[image:32.595.103.493.134.657.2]

Tabel 3.2 Definisi operasional variabel.

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala

Penyakit Kulit

Pasien AIDS

Penyakit yang berhubungan dengan

jaringan penutup permukaan tubuh

yang berhubungan dengan AIDS.

Penyebab kelainan kulit bisa

disebabkan oleh infeksi

oportunistik, non-infeksi, atau

proses keganasan.

Individu yang terinfeksi dengan

HIVdi mana jumlah sel T CD4+ di

bawah 200 per µL darah.Selain itu,

juga telah dilakukan tes serologi

ELISA dan Western Blot untuk

menegakkan diagnosis (Lan, 2006).

Pasien AIDS (Aquired Immune

Deficiency Syndrome) adalah orang

yang telah mengalami kumpulan

gejala-gejala penyakit karena

terjadi penurunan imunitas tubuh

oleh HIV(Djoerban, 2006).

Rekam

Medis

Rekam

Medis

Nominal

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bersifat cross-sectional yang bertujuan untuk melihat jenis penyakit kulit pada pasien AIDS di RSUP Haji Adam Malik Medan dari

Januari 2009- Desember 2010.

4.2 Waktu dan tempat penelitian 4.2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik,Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit rujukan provinsi di Sumatera Utara

dan Barat.

.4.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan. Penelitian dimulakan dari menentukan judul,

menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari Februari 2011 hingga

Desember 2011.

4.3 Populasi dan sampel 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien AIDS rawat inap dan rawat jalan di RSUP

Haji Adam Malik sejak Januari 2009-Desember 2010. Populasi pada penelitian ini berjumlah

(34)

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling.

� = � 1 + �(�2)

n= jumlah sampel

d= penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi ditetap sebesar 0, 1

N= jumlah populasi

Penggunaan rumus di atas dikarenakan jumlah populasi kurang dari

10.000(Notoadmojo,2005). Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan

tingkat ketepatan relatif adalah sebesar 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh dengan

memakai rumus tersebut adalah sebanyak 91.46 orang yang akan dibundarkan menjadi 91

sampel(Notoatmodjo, 2005).

4.4 Teknik pengumpulan data

Data diperoleh melalui data sekunder yaitu melalui rekam medis pasien. Data ini

diperoleh dari unit rekam medisRSUP Haji Adam Malik Medan .

4.5 Pengolahan dan analisis data

Semua data yang terkumpul dicatat dan dilakukan editing dan coding, kemudian

dimasukkan ke dalam program komputer SPSS(Statistical Product and Service Solution for

Windows 17.0) untuk dianalisis lebih lanjut. Jenis analisis statistik yang digunakan adalah

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan, di mana rumah sakit ini

merupakan rumah sakit kelas A dan merupakan Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang

meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau.

Rumah Sakit ini dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17

Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6

September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan

bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Data diambil dari unit

rekam medis rumah sakit yang merupakan basis data dan pusat riwayat kesehatan pasien.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien AIDS RSUP Haji Adam Malik

dari Januari 2009 sampai dengan Desember 2010 yang didiagnosis menderita penyakit kulit.

Selama periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2010 diperoleh kunjungan 1071

(36)

5.1.2.1 Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih adalah sebanyak 91 pasien AIDS, yang

terdiri dari pasien rawat inap dan rawat jalan, yang dirujuk ke Satuan Medis Fungsional Kulit

dan Kelamin Adam Malik Medan selama tahun 2009 dan 2010. Dari keseluruhan sampel,

karakteristik yang dapat diamati adalah kelompok usia dan jenis kelamin.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik subjek penelitian

[image:36.595.76.526.352.535.2]

sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel berdasarkan Usia

Kelompok umur Jumlah %

< 11 2 2.2

11-20 4 4.4

21-30 39 42.9

31-40 32 35.2

41-50 10 11

>50 4 4.4

Total 91 100

Berdasarkan penelitian,dari 91 sampel diperoleh kelompok umur yang paling banyak

menderita penyakit kulit adalah pada kelompok umur 21-30 sebanyak 39 orang(42,9%).

Kemudian diikuti dengan kelompok 31-40 sebanyak 32 orang(35,2%) dan 41-50 sebanyak

10 orang(11%). Frekuensi terkecil terdapat pada kelompok umur kurang dari 11 tahun

(37)

5.1.2.2. Jenis Kelamin

Data lengkap distribusi frekuensi karakteristik sampel berdasarkan

[image:37.595.69.526.245.337.2]

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 73 80.2

Perempuan 18 19.8

Total 91 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahawa sebagian besar penderita AIDS yang dirujuk

ke SMF Kulit dan Kelamin adalah laki-laki, sebanyak 73 orang(80,2%) sedangkan

perempuan sebanyak 18 orang(19,8%). Rasio antara laki-laki dan perempuan yaitu 4:1.

5.1.3. Hasil Analisis Data

Berikut adalah hasil data lengkap mengenai kelainan kulit yang diderita pasien AIDS di

RSUP Haji Adam Malik Medan sejak tahun 2009-2010:

(38)
[image:38.595.70.530.133.599.2]

Tabel 5.3 Pola Kelainan Kulit pada 91 pasien AIDS

Kelainan kulit Jumlah %

Dermatitis kontak 6 4,5

Dermatitis seboroik 7 5,2

Dermatofitosis 2 1,5

Erupsi Obat 15 11,2

Follikulitis 10 7,5

Furunkulosis 5 3,7

Herpes Simpleks 4 3,0

Herpes Zoster 3 2,2

Hiperpigmentasi ARV 4 3,0

Impetigo 7 5,2

Kandidiasis Oral 44 32,8

Kondiloma Akuminata 1 0,8

Pioderma 4 3,0

Psoriasis 2 1,5

Prurigo Nodularis 9 6,7

Sarkoma Kaposi 1 0,8

Scabies 2 1,5

Toxoplasmosis 5 3,7

Urtikaria 3 2,2

_________________________________________________________________

Total 134 100

Dari 91 pasien AIDS yang dirujuk ke bagian kulit, didapati 134 kelainan kulit.

Kandidiasis oral dan erupsi obat merupakan merupakan kelainan kulit yang paling diderita

pasien, yaitu masing –masing 44 orang(32,8%) dan 15 orang(11,2%). Kelainan kulit yang

juga banyak dijumpai adalah follikulitis dan prurigo nodularis masing- masing 10

orang(7,5%) dan9 orang( 6,7%). Hanya 1 pasien(0, 8%) yang menderita sarkoma kaposi

yaitu keganasan pada kulit yang sering diderita pasien stadium lanjut.

(39)

Tabel 5.4. Pola Kelainan Kulit berdasarkan Jenis Kelamin Kelainan Kulit Jenis Penyakit Kulit Total Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Dermatitis Kontak 6 0 6

Dermatitis Seboroik 6 1 7

Dermatofitosis 2 0 2

Erupsi Obat 10 5 15

Follikulitis 9 1 10

Furunkulosis 5 0 5

Herpes Simpleks 4 0 4

Herpes Zoster 3 0 3

Hiperpigmentasi ARV 3 1 4

Impetigo 6 1 7

Kandidiasis Oral 36 8 44

Kondiloma Akuminata 1 0 1

Pioderma 3 1 4

Psoriasis 1 1 2

Prurigo Nodularis 5 4 9

Sarkoma Kaposi 1 0 1

Scabies 0 2 2

Toxoplasmosis 5 0 5

Urtikaria 2 1 3

Total 108 26 134

Dari tabel 5.4. dapat ditemukan 108 kelainan kulit pada 73 pasien laki-laki

(80,6%) yang dirujuk ke Departemen Kulit dan Kelamin. Kelainan kulit yang paling banyak

diderita pasien laki-laki adalah kandidiasis oral sebanyak 36 kasus(33,3%), diikuti erupsi obat

(40)

pasien perempuan, didapati 26 kelainan kulit(19,4%). Kelainan kulit yang paling banyak

diderita adalah kandidiasis oral sebanyak 8 kasus(30,8%), diikuti erupsi obat sebanyak 5

kasus(19,2%) dan prurigo nodularis sebanyak 4 kasus(15,4%).

5.2. Pembahasan

Menurut hasil penelitian berdasarkan kelompok usia, frekuensi kelainan kulit pada

pasien AIDS terbanyak adalah pada kelompok usia 21-30 sebanyak 39 orang(42,9%) dan

31-40 sebanyak 32 orang(35,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan Ditjen PP dan PL

Depkes RI tahun 2009, kelompok umur yang paling banyak menderita HIV/AIDS adalah

kelompok usia 20-29 tahun (9.801 orang) dan golongan umur kedua terbanyak adalah

golongan 30-39 tahun (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

2009). Selain itu, hal ini juga sesuai dengan berbagai data mengenai HIV/AIDS, di mana

kelompok usia yang paling banyak terkena HIV/AIDS adalah kelompok usia produktif. Hal

ini turut terbukti melalui salah satu penelitian yang dilakukan oleh Jindal pada 38 pasien yang

menderita kelainan kulit, di mana 73,7% pasien berada pada usia 21-40 tahun(Jindal et al,

2009).

Dari hasil penelitian frekuensi kelainan kulit pada pasien AIDS berdasarkan jenis

kelamin, kelainan paling banyak didapati pada laki-laki. Jika ditinjau pada data milik rekam

medis di RSUP Haji Adam Malik Medan, dari jumlah seluruh kunjungan pada tahun 2009

sebanyak 404 orang(78,8%) penderita AIDS adalah laki-laki dan 109 orang(21,2%) adalah

perempuan. Menurut laporan Ditjen PP dan PL Depkes RI tahun 2009, rasio penderita

HIV/AIDS laki-laki dan perempuan adalah 3:1. Salah satu penelitian yang dilakukan Goh et

al pada 96 pasien yang diteliti, 83sampel (86%) adalah laki-laki(Goh et al, 2007). Namun,

terdapat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Jindal et al, di mana perempuan

(52,6%) lebih banyak daripada pria (47,4%).

Menurut hasil penelitian mengenai kelainan kulit yang paling banyak diderita pasien

AIDS pada 91 pasien sejak tahun 2009-2010, didapati 134 kelainan kulit. Kelainan kulit yang

banyak diderita pasien adalah kandidiasis oral 44 orang(32,8%), erupsi obat 15 orang(11,2%)

dan follikulitis 10 orang(7,5%)Selain itu, kelainan kulit yang juga banyak dijumpai adalah

(41)

Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Jindal, di mana herpes dermatitis

seboroik merupakan antara kelainan kulit yang banyak ditemukan pada pasien AIDS. Pada

penelitian yang dilakukan Goh, didapati prurigo merupakan kelainan kulit yang paling

banyak diderita, yaitu sebanyak 31 kasus dari 94 pasien(33%). Hanya dijumpai satu kelainan

kulit berupa keganasan, seperti sarkoma kaposi yang banyak dilaporkan pada pasien

HIV/AIDS di negara barat(Jindal et al, 2009).

Dari tabel 5.4. mengenai kelainan kulit yang paling banyak ditemukan pada pasien

AIDS berdasarkan jenis kelamin pula, didapati 108 kelainan kulit dari

134 kelainan kulit pada 73 pasien laki-laki( 80,6%) dari total keselurahan kelainan kulit.

Kandidiasis oral merupakan kelainan kulit yang paling banyak dijumpai pada pasien laki-laki

36 orang (33.3%) , diikuti erupsi obat 10 orang(9,26%) dan follikulitis 9 orang(8,33%).

Sedangkan pada 18 pasien perempuan, didapati 26 kelainan kulit (19,4%). Kelainan kulit

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pola penyakit kulit pada pasien AIDS

di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari Januari 2009-Desember 2010,

didapati:

1. Penyakit kulit merupakan salah satu manifestasi pada pasien AIDS.

2. Proporsi penderita AIDS berdasarkan demografi adalah:

a)Kelompok usia terbanyak adalah 21-30 sebanyak 39 orang(42,9%) dan 31-40

sebanyak 32 orang(35,2%).

b)Laki-laki lebih banyak menderita penyakit kulit iaitu sebanyak 73 orang

(80,2%) dibanding dengan perempuan sejumlah 18 orang(19,8%).

3. Kandidiasis oral merupakan kelainan kulit yang paling banyak ditemukan 44

orang(32,8%), diikuti erupsi obat 15 orang(11,2%) dan follikulitis 10 orang

(7,5%).

4. Dermatitis seboroik dan impetigo juga adalah antara penyakit kulit terbanyak

pada pasien dengan masing-masing sebanyak 7 orang(5,2%).

5. Kelainan kulit yang paling banyak diderita pasien laki-laki dan perempuan

adalah kandidiasis oral sebanyak 44 orang(32,8%) dan erupsi obat 15

orang(11,2%). Tidak ada perbedaan penyakitnya dari segi kelamin.

(43)

6.2. Saran

1. Penelitian ini diharapkan agar dapat memberi edukasi kepada pasien dan petugas

kesehatan mengenai pola penyakit kulit agar dapat ditangani segera.

2. Masukan kepada pihak Unit Rekam Medis Adam Malik Medan agar

pencatatan rekam medis pasien lebih baik dan lengkap.

3. Pada hasil pemeriksaan pasien AIDS, diharap nilai CD4 turut dicatat untuk

memudahkan penentuan stadium terapi pasien.

4. Pasien yang menderita kelainan kulit akibat erupsi obat sebaiknya diberi

keterangan golongan obat penyebab alergi.

5. Penelitian ini diharap dapat menjadi salah satu pedoman untuk penelitian

yang berkaitan dan lebih lanjut.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Acebes, L.O., Intxaurraga, A.G. 2001. Dermatoses in the AIDS. Diperoleh dari:

http://ibmi.mf.uni-lj.si/acta-apa/acta-apa-01-1/2-clanek.html. [Diakses: 1 April

2011].

Attili, S.S., et al. 2008. Relationship Between Skin Diseases and CD4 Cell

Counts in a Hospital-based Cohort of HIV-infected Adults in North India.

Journal, Indian Academy of Clinical Medicine, 9(1): 20-24.

Australasian College of Dermatologists, 2001. HIV and Skin Disease. Australia.

Diperoleh dari: http://www.dermcoll.asn.au/public/a-z_of_skin-hiv_and_the_skin.

asp. [Diakses: 1 April 2011].

Colven, R., 2008. Generalized Cutaneus Manifestations of STD and HIV

Infection: Typical Presentations, Differential Diagnosis, and Management.

Dalam: Holmes, K.K. (eds). Sexually Transmitted Disease. Ed.4.United

States/China: The McGraw-Hill Companies: 1177-1197.

Djoerban, Z., Djauzi, S., 2006. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam: Sudoyo, A.W.

(eds). Ilmu Penyakit Dalam. Vol.III. Ed.4. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit

Dalam: 1803-1808.

Dlova, N., Mosam, A., 2007. Cutaneous Manifestations of HIV/AIDS: Part 1.

The Southern African Journal of HIV Medicine. 12-17.

Dr. Soekidjo Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ke-3.

Goh, B.K., et al. 2007. Spectrum of Skin Disorders in Human Immunodeficiency

Virus-Infected Patients in Singapore and The Relationship to CD4+ Lymphocyte

(45)

Handoko, R.P., 2003. Penyakit Virus. Dalam: Djuanda,R. (eds). Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Ed.3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

107-115.

Hunter, J.A., Savin, J.A., Dahl, M.V., 2003. Eczema and Dermatitis. Dalam:

Malde,R. Clinical Dermatology. USA: Blackwell Science, 70-106.

Jindal, N., Aggarwal A., Kaur, S. 2009. HIV Seroprevalence and HIV Associated

Dermatoses Among Patients Presenting with Skin and Mucocutaneus Disorders.

Indian J Dermatol Venereol Leprol , 75 (3): 283- 286.

Johnson, R.A., 2008. Cutaneus Manifestation of Human Immunodeficiency Virus

Disease. Dalam: Wolff, K. (eds). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Vol.II. Ed.7. United States: Mcgraw-Hill, 1927-1940.

Komisi Penanggulangan AIDS, 2011. A brief history of HIV/AIDS. Diperoleh

dari: http://www.aidsindonesia.or.id/dasar-hiv-aids. [Diakses: 15 Maret 2011].

Krentz,M., 2002. HIV Conditions. Dalam: Knoop, J.K. (ed). Atlas of Emergency

Medicine. Vol.II. Ed.7. Spain: The McGraw-Hill Companies.

Lan, V.M., 2006. Virus Imunodefisiensi Manusia (HIV) dan Sindrom

Imunodefisiensi Didapat (AIDS). Dalam: Hartanto,H. (eds). Patofisiologi:

Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Vol I. Ed.6. Jakarta: EGC, 224-245.

Laurent, F.C., et al. 2011. New insights into HIV-1-primary skin disorders.

Journal of the International AIDS Society, 14(5): 2-7.

Maurer, T.A., 2005. Dermatologic Manifestations of HIV. Top HIV Med. Vol

13(5): 149-154.

Murtiastutik, D., 2008. Kelainan Kulit pada Pasien HIV/ AIDS. Dalam: Barakbah,

J. (eds). Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Ed.2. Surabaya: Airlangga University

(46)

Murtiastutik, D., 2008. Terapi Antiretrovirus pada HIV/AIDS. Dalam: Barakbah,

J. (eds). Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Ed.2. Surabaya: Airlangga University

Press; 221-231.

New Zealand Dermatological Society Incorporated, 2011. Skin conditions relating

to HIV infection. New Zealand: New Zealand Dermatological Society

Incorporated. Diperoleh dari:

http://www.dermnetnz.org/viral/human-immunodeficiency-virus.html. [Diakses: 1 April 2011].

Shriffif, K 2000. CDC(Center For Disease Control and Prevention) AIDS

Definition. Diperoleh dari: http://www.righto.com/theories/aidsdef.html.

[Diakses: 1 April 2011].

Taylor, B.S., Sobieszczyk, M.E., McCutchan, F.E., Hammer, S.M., 2008. The

Challenge of HIV-1 Subtype Diversity. The New England Journal of Medicine.,

358: 1592.

Thompson, D.S., Bain, B., Innis E. 2008. The Prevalence of Mucocutaneus

Disorders among HIV-Positive Patients Attending an Out-Patient Clinic in

Kingston, Jamaica. West Indian Med J, 57(1): 54-57.

UNAIDS, 2011. Global summary of the AIDS epidemic. Switzerland: UNAIDS.

Diperoleh dari: http://www.unaids.org/documents/20101123_epislides_core_en.

pdf. [Diakses: 15 Maret 2011].

Wahyuningsih, R., 2009. Ancaman Infeksi Jamur pada Era HIV/AIDS. Majalah

Kedokteran Indonesia, 59: 569-572.

Wasitaatmadja, S. M., 2002. Faal Kulit. Dalam: Djuanda,A. (eds). Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin. Ed.3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 7-8.

World Health Organization, 2005. Interim WHO Clinical Staging of HIV/AIDS

(47)

DATA RIWAYAT HIDUP

Nama : Loshini Dewi Athithan

Tempat/Tanggal Lahir : Pulau Pinang, Malaysia/ 8 April 1989

Agama : Hindu

Alamat : Jl.Dr Mansyur,Gg.Sehat No 1,20135 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 2001 lulus Sekolah Kebangsaan Seberang Jaya 1

2. Tahun 2006 lulus BM High School

3. Tahun 2008 lulus Nirwana College

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pelatihan : 1. Kem Kepimpinan Pengawas 2001

2. Kem Rakan Muda 2004

Riwayat Organisasi : 1. Timbalan Pengawas Sekolah 2006

2. Editor Sidang Redaksi Majalah ‘The Bukit’

3. Project Manager Usahawan Muda

4. Penolong Pengurus Belian Syarikat De Hs Icons

5. Setiausaha Program Unity Night Anjuran KKIM 08/10

6. Naib Setiausaha Kelab Kebudayaan India Malaysia –PKPMI

(48)

FREQUENCIES VARIABLES=KelompokUsia /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\Acer\Desktop\losh spss.sav

Statistics

kelompok usia responden N Valid 91

Missing 0

FREQUENCIES VARIABLES=Jeniskelamin /ORDER=ANALYSIS.

kelompok usia responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid <11 2 2.2 2.2 2.2

(49)

Frequencies

Statistics

jeniskelamin responden N Valid 91

Missing 0

jeniskelamin responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-Laki 73 80.2 80.2 80.2

(50)

Frequency Table

[DataSet1] C:\Users\Acer\Desktop\losh spss.sav

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Dermatitis Kontak

(51)

t'*'\

KEMENTERIAI\I KESEHATAFI

RI

DIREKTORAT JENDERAL

BTNA

I'PAYA ITESEI{ATAil

RUiUAfi

SEITit

UMUM

PUSAT

HADAIWMALIK

Jl.Bunga Lau No. 17 Medan 20136

Telp. (061) 8360?81

836M05

Nomor

Lampiran Perihal

: L8.02.03.tr.4.3o2

: Izin Penelitian

Medan, 12 Olri,ob"*r'r 201 1

ffli$i%,

tks,"-RSUP. H. Adam Malik

di

Medan

Perlu kami infomrasikan surat izin Penelitian ini berlangsung paling lambat selama

I

(satu) bulan

terhitung sejak tanggal surat ini dikeluarkan

Demikian karni sampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih'

Menghunjuk surat Pembantu Dekan

I

Fakultas Kedokteran

-

Universitas Sumatera Utara

No.7g5iH5.2.1.lispB nawtanggal 1l Juni 2011Perihal : Izin Penelitianmakabersamainikami

ilj*1*

p"o"ritinurun*iswa -Iersebut

untuk

dibantu dalam pelaksanaannya.Adapun nama Peneliti/Ivlahasiswa yang akan melaksanakan penelitian tersebut adalah :

Loshini Dewi Athithan

080100294

Fakultas KedoLteran - USU

npola Penyahit

Kalit

Pada pasien

4ry

di

Pasyanvus -RSUP

H

Adam

Malik Medan ilari

iinuari

Zilog'Oesemr 2010"

Nama

NIM

Institusi

Judul

lt{rJ

po"qrt""h,^

bu,

tt

1

4'b*nP

'

/

Ann'0

,,

Tembusan:

1.

Kepala Birlang

Diklit

RSUP H. Adam Malik Medan

2.

Pertinggal

Drs.

Palffisu-AP!

(52)

-l

-

HEALTH

RESEARCH

ETIIICAL

COMMITTEE

Of

North

Sumatera

c/o

MEDICAL

SCHOOI

UNfVERSTTAS SIJvIA-TERA

UTARA

JL Dr. Mansyur No 5 Medan' 20155 - INDONESIA

Tel: +6!61-82f1045;8210555 Fax: +62{1-82162ffi,E-mail: komet-fkusu@yahoo.com

PERSETUJUAN KOMISI ETIK TENTAI\IG

PELAKSANAAFT PENELITIAN BIDANG KESETTATAN

Nomor:

3l

/KOMET/trI< USU/2011

Yang bertanda tangan di bawah ini, Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara" setelatr dilaksanakan pembahasan dan penilaian usulan penelitian yang berjudul:

* Pola Penyakit Kulit Pada Pasien AIDS Di Pusyansus Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Dari Januari 2009 - 2010

"

Yang menggunakan

manusia.de*-Jrffi*

sebagai subjek penelitian dengan ketua

Pelaksana/Peneliti Utama: Loshini Dewi Athithan

Dari Institusi : Fakultas Kedo}teran USU

Dapat disetujui pelaksanaannya selama

tidak

bertentangan dengan nilai-nilai

kemanusiaan dan kode etikpenelitian biomedik

(53)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

A B C D E F G H I

Usia Jeniskelamin KelompokUsia DermatitisKontak DermatitisSeboroik Dermatofitosis ErupsiObat Follikulitis Furunkulosis

2 Laki-Laki <11 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

1 Laki-Laki <11 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

39 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

30 Laki-Laki 21-30 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

34 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

38 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

33 Perempuan 31-40 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

40 Perempuan 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

33 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

50 Laki-Laki >50 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

23 Laki-Laki 21-30 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

23 Perempuan 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

48 Laki-Laki 41-50 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

29 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

28 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

32 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

39 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak

50 Laki-Laki >50 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

31 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

25 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

36 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak

40 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

17 Laki-Laki 11-20 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

32 Perempuan 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

23 Laki-Laki 21-30 Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

50 Laki-Laki >50 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

28 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya

29 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

24 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak

(54)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

J K L M N O P Q R

HerpesSimpleks HerpesZoster HiperpigmentasiARV Impetigo KandidiasisOral KondilomaAkuminata Pioderma Psoriasis PrurigoNodularis

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Ya

Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya

Tidak Tidak Ya Tidak Ya Tidak Tidak Tidak Tidak

(55)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

S T U V

SarkomaKaposi Scabies Toxoplasmosis Urtikaria

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

Tidak Tidak Tidak Tidak

(56)

33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62

A B C D E F G H I

35 Perempuan 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak

20 Laki-Laki 11-20 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

31 Laki-Laki 31-40 Tidak Ya Tidak Tidak Ya Tidak

33 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Tidak

28 Perempuan 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

38 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak

30 Laki-Laki 21-30 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

35 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

25 Perempuan 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

36 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

33 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

29 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

25 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

42 Laki-Laki 41-50 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

37 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

26 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

48 Perempuan 41-50 Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak

33 Laki-Laki 31-40 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

26 Perempuan 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

19 Laki-Laki 11-20 Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak

26 Laki-Laki 21-30 Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak

20 Laki-L

Gambar

Gambar 2.3:  Infeksi Jamur pada pasien AIDS
Gambar 2.4 Infeksi bakteri pada pasien AIDS
Tabel 2.2: Manifestasi kulit pada pasien HIV dan hubungannya dengan tahap CD4 .
Tabel 3.2  Definisi operasional variabel.
+4

Referensi

Dokumen terkait

James R Bettman; Mary Frances Luce; John W Payne.. Journal of Consumer Research; Dec 1998; 25, 3; ABI/INFORM

• Taxes are compulsory government-imposed charges levied on citizens and their property.. • Progressive income tax is the tax

To obtain well-distributed, stable and quantity controllable features, UR-SIFT algorithm is adopted in source image, meanwhile, SIFT with lower contrast threshold

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata

[r]

Merely the application of the M4P market system framework (Figure 1) to a typical RAS system, illustrates the usefulness of this framework – but also the importance

[r]

Upaya Pengelolaan Retribusi Parkir dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Sungai Penuh menurut Perspektif. Hukum