• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Jantung Koroner Terhadap Penyakit Yang Dideritanya Di Poliklinik Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Pasien Penyakit Jantung Koroner Terhadap Penyakit Yang Dideritanya Di Poliklinik Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER TERHADAP PENYAKIT YANG DIDERITANYA DI POLIKLINIK KARDIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

LORA INVESTISIA 090100230

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Gambaran pengetahuan pasien Penyakit Jantung Koroner terhadap penyakit yang dideritanya di poliklinik kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

Medan Nama : Lora Investisia

NIM : 090100230

Pembimbing Penguji 1

(dr. Ali Nafiah Nasution Sp.JP) (dr. Harry Agustaf Asroel Sp.THT-KL) NIP. 198104142006041002 NIP. 197008121999031002

Penguji 2

(dr. Arlinda Sari Wahyuni M.Kes) NIP. 196906091999032001

Medan, 12 Januari 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dekan

(3)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab utama kematian di beberapa negara termasuk Indonesia. Meningkatnya angka kejadian PJK disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor resiko penyakit jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini. Penyakit Jantung Koroner sebagai salah satu bentuk dari penyakit jantung dan pembuluh darah, merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai oksigen dan zat makanan pada jantung.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling, dimana didapatkan sebanyak 100 sampel. Pengambilan data menggunakan kuesioner yg berisi 20 pertanyaan dengan metode wawancara terpimpin untuk menilai tingkat pengetahuan responden.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien penyakit jantung koroner terhadap penyakit yang dideritanya di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan.

Dari 100 responden (100%) pasien Penyakit Jantung Koroner yang melakukan rawat jalan atau kontrol di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan 55 responden (55,0%) memiliki pengetahuan baik, 42 responden (42,0%) memiliki pengetahuan sedang dan 3 responden (3,0%) memiliki pengetahuan kurang.

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pasien penyakit jantung koroner yang kontrol di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai pengetahuan sedang tentang Penyakit Jantung Koroner. Pada penelitian ini didapati bahwa dari 100 responden hanya terdapat 55 responden (55%) yang mempunyai pengetahuan baik.

(4)

ABSTRACT

Coronary heart disease (CHD) is the main cause of death in several countries including Indonesia. Increasing incidence of CHD patients due to lack of public knowledge about risk factors of coronary heart disease and a lack of effort in preventing this disease. Coronary Heart Disease as a form of heart and blood vessel disease, a condition in which the coronary artery plaque build-up. This leads to narrowing of the coronary arteries. Coronary arteries are blood vessels that supply oxygen and nutrients to the heart.

This study is a descriptive research with cross sectional study. This research was conducted in the Cardiology Polyclinic H. Adam Malik General Hospital Center in Medan. Sampling technique with consecutive sampling method is used, which found as many as 100 samples. The method of research used questionnaires guided interview method to assess the level of knowledge of respondents.

This study aims to determine the level of knowledge of coronary heart disease patients against the disease in the Cardiology Polyclinic H. Adam Malik General Hospital Center in Medan.

Of the 100 respondents (100%) of Coronary Heart Disease outpatients or control patient in Cardiology Polyclinic H. Adam Malik General Hospital Center in Medan showed 55 respondents (55.0%) had good knowledge, 42 respondents (42.0%) had moderate knowledge and 3 respondents (3.0%) had less knowledge.

Based on the level of knowledge of the respondents, it can generally be concluded that coronary heart disease outpatients in Polyclinic Cardiology H. Adam Malik General Hospital Center in Medan has a moderate knowledge of Coronary Heart Disease. In this study it was found that of 100 respondents, there were only 55 respondents (55%) having good knowledge.

(5)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Gambaran pengetahuan pasien Penyakit Jantung Koroner terhadap penyakit yang dideritanya di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini tentunya penulis tidak lepas dari banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan dan dorongan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu penulis menyelesaikan proposal penelitian ini, diantaranya :

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. dr. Ali Nafiah Nasution Sp.JP selaku dosen pembimbing yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Harry A. Asroel Sp.THT selaku dosen penguji I serta dr. Arlinda Sari Wahyuni M.Kes selaku dosen penguji II yang telah bersedia menjadi penguji, memberikan masukan dan saran kepada penulis.

4. dr. Husnul Fuad Albar Sp.OT yang telah menjadi dosen penasihat akademik penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

5. Kepada Ayahanda dr. Sunaryo dan Ibunda Sirlyana yang selalu memberi dukungan, motivasi dan do’a setiap saat.

(6)

7. Teman-teman sejawat stambuk 2009 yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Richardo dan Izzad selaku teman satu dosen pembimbing yang telah memberikan waktu untuk bertukar ilmu dan memberikan banyak masukan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini. Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kedokteran.

Medan, 11 Januari 2013

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan ... 4

2.2. Penyakit Jantung koroner.. ... 7

2.2.1.Definisi ... 7

2.2.2. Epidemiologi ... 7

2.2.3. Faktor Risiko dan Etiologi ... 8

2.2.4. Patofisiologi Arteriosklerosis Koroner ... 11

2.2.5. Manifestasi Klinis ... 13

2.2.6. Diagnosis dan Pemeriksaan ... 16

2.2.7. Penatalaksanaan ... 18

(8)

BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep penelitian ... 20

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 20

BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 22

4.2. Waktu dan Tempat penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel ... 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 28

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 28

5.1.3. Pengetahuan Responden Tentang PJK ... 32

5.1.4. Tingkat Pengetahuan Responden ... 35

5.2. Pembahasan ... 40

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 43

6.2. Saran ... 43

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Penentuan Nilai dari Kuesioner Pengetahuan ... 24

Tabel 4.2. Kategori dari Kuesioner Pengetahuan... 25

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 28

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 29

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 30

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan ... 30

Tabel 5.6. Distribusi Pengetahuan Responden ... 33

Tabel 5.7. Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan ... 34

Tabel 5.8. Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Umur ... 35

Tabel 5.9. Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin 36 Tabel 5.10. Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pekerjaan ... 36

(10)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab utama kematian di beberapa negara termasuk Indonesia. Meningkatnya angka kejadian PJK disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor resiko penyakit jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini. Penyakit Jantung Koroner sebagai salah satu bentuk dari penyakit jantung dan pembuluh darah, merupakan keadaan dimana terjadinya penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner merupakan pembuluh darah yang mensuplai oksigen dan zat makanan pada jantung.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampel dengan metode consecutive sampling, dimana didapatkan sebanyak 100 sampel. Pengambilan data menggunakan kuesioner yg berisi 20 pertanyaan dengan metode wawancara terpimpin untuk menilai tingkat pengetahuan responden.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan pasien penyakit jantung koroner terhadap penyakit yang dideritanya di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan.

Dari 100 responden (100%) pasien Penyakit Jantung Koroner yang melakukan rawat jalan atau kontrol di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan 55 responden (55,0%) memiliki pengetahuan baik, 42 responden (42,0%) memiliki pengetahuan sedang dan 3 responden (3,0%) memiliki pengetahuan kurang.

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pasien penyakit jantung koroner yang kontrol di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai pengetahuan sedang tentang Penyakit Jantung Koroner. Pada penelitian ini didapati bahwa dari 100 responden hanya terdapat 55 responden (55%) yang mempunyai pengetahuan baik.

(11)

ABSTRACT

Coronary heart disease (CHD) is the main cause of death in several countries including Indonesia. Increasing incidence of CHD patients due to lack of public knowledge about risk factors of coronary heart disease and a lack of effort in preventing this disease. Coronary Heart Disease as a form of heart and blood vessel disease, a condition in which the coronary artery plaque build-up. This leads to narrowing of the coronary arteries. Coronary arteries are blood vessels that supply oxygen and nutrients to the heart.

This study is a descriptive research with cross sectional study. This research was conducted in the Cardiology Polyclinic H. Adam Malik General Hospital Center in Medan. Sampling technique with consecutive sampling method is used, which found as many as 100 samples. The method of research used questionnaires guided interview method to assess the level of knowledge of respondents.

This study aims to determine the level of knowledge of coronary heart disease patients against the disease in the Cardiology Polyclinic H. Adam Malik General Hospital Center in Medan.

Of the 100 respondents (100%) of Coronary Heart Disease outpatients or control patient in Cardiology Polyclinic H. Adam Malik General Hospital Center in Medan showed 55 respondents (55.0%) had good knowledge, 42 respondents (42.0%) had moderate knowledge and 3 respondents (3.0%) had less knowledge.

Based on the level of knowledge of the respondents, it can generally be concluded that coronary heart disease outpatients in Polyclinic Cardiology H. Adam Malik General Hospital Center in Medan has a moderate knowledge of Coronary Heart Disease. In this study it was found that of 100 respondents, there were only 55 respondents (55%) having good knowledge.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang. Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit jantung yang sangat penting karena penyakit ini diderita oleh jutaan orang dan merupakan penyebab kematian utama di beberapa negara termasuk Indonesia. Dalam sepuluh tahun terakhir, angka kematian akibat PJK di Indonesia cenderung mengalami peningkatan.

Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2000 Penyakit jantung koroner menempati urutan ketiga dari penyakit tidak menular yaitu: hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner dari pola penyakit penderita rawat inap di seluruh rumah sakit di sumatera utara dengan jumlah penderita sebanyak 354 orang yang berumur diatas 60 tahun dengan proporsi 2,66%.

Kemajuan perekonomian sebagai dampak dari pembangunan di negara-negara yang sedang berkembang menyebabkan terjadinya perubahan pola hidup. Perubahan pola hidup ini yang menyebabkan pola penyakit berubah, dari penyakit infeksi ke penyakit-penyakit degeneratif, diantaranya adalah penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular).

Meningkatnya angka kejadian PJK yang dilaporkan dari tahun ke tahun disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang faktor risiko penyakit jantung koroner dan kurangnya upaya dalam mencegah penyakit ini. Dalam ilmu epidemiologi, jika faktor risiko suatu penyakit telah diketahui maka akan lebih mudah untuk melakukan tindakan pencegahan, karena bagaimanapun mencegah lebih baik daripada mengobati.

(13)

Tingkat pengetahuan masyarakat kelurahan Madras Hulu secara keseluruhannya adalah sedang, yaitu 55% yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar, selebihnya tidak dapat menjawab dengan baik.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti tingkat pengetahuan tentang penyakit jantung koroner didalam maupun diluar negeri, tetapi pada umumnya penelitian ini dilakukan pada masyarakat umum yang belum tentu menderita PJK namun sangat jarang dilakukan penelitian ini dirumah sakit pada pasien yang sudah jelas menderita PJK dan belum pernah dilakukan penelitian ini di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Prevalensi penyakit jantung koroner terus meningkat. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti pengetahuan tentang PJK, namun belum ada yang melakukan penelitian tersebut di RSUP H. Adam Malik Medan. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan pasien penyakit jantung koroner (PJK) terhadap penyakit yang dideritanya di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran pengetahuan pasien penyakit jantung koroner (PJK) terhadap penyakit yang dideritanya di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang PJK berdasarkan usia 2. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang PJK berdasarkan jenis

kelamin

(14)

4. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang PJK berdasarkan pekerjaan

5. Mengetahui tingkat pengetahuan tentang PJK berdasarkan sosial ekonomi

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan.

2. Peneliti dapat mempelajari proses melakukan penelitian dengan turun ke lapangan

3. Masukan informasi bagi tenaga kesehatan mengenai pelayanan terhadap pasien penyakit jantung koroner

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindaran terjadi melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmojo,2003)

2.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

(16)

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal a) Usia

(17)

b) Jenis kelamin

Beberapa orang beranggapan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh jenis kelaminnya.

c) Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

d) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

2. Faktor Eksternal a) Tingkat pendidikan

tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya.

b) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang harus dilalui didalam belajar dan mengajar. Dengan metode belajar yang tepat dan efektif, akan efektif pula hasil belajar seseorang.

c) Lingkungan

(18)

d) Pekerjaan

Memang secara tidak langsung pekerjaan turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi sosial dan budaya berhubungan erat dengan proses pertukaran informasi.

2.2 Penyakit Jantung Koroner 2.2.1. Definisi

Penyakit jantung koroner (PJK) sebagai salah satu bentuk dari penyakit jantung dan pembuluh darah, merupakan penyakit yang melibatkan gangguan pembuluh darah koroner, pembuluh darah yang mensuplai oksigen dan zat makanan pada jantung. Kelainan dapat berupa penyempitan pembuluh koroner yang disebabkan karena aterosklerosis. Aterosklerosis terjadi akibat penimbunan kolesterol, lemak, kalsium, sel-sel radang dan material pembekuan darah (fibrin). Timbunan ini disebut dengan plak. (Sukandi E., 2008).

2.2.2. Epidemiologi

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah, baik di negara maju maupun berkembang. Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 478000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner, 1,5 juta orang mengalami serangan jantung, 407000 orang mengalami operasi peralihan, 300000 orang menjalani angioplasti. Di Eropa diperhitungkan 20.000-40.-000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Penyakit jantung, stroke, dan aterosklerosis merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya pola hidup.

(19)

Dunia (WHO), 60 % dari seluruh penyebab kematian penyakit jantung adalah penyakit jantung koroner (PJK). (WHO, 2001)

Menurut data WHO (World Health Organization), sebanyak 17 juta orang meninggal setiap tahun oleh karena penyakit jantung dan pembuluh darah di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, sebanyak 79 orang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah. Sekitar 2400 orang meninggal setiap hari karena penyakit ini (Sukandi E., 2008).

PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke (5,5 juta).

2.2.3. Faktor risiko a. Usia

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur. Di Amerika Serikat, kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun sedangkan pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki . (Yuniadi Y,2007)

(20)

Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan, akan tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan antara risiko pada perempuan dengan laki-laki. (Yuniadi Y,2007)

c. Faktor Genetik

Hipertensi dan hiperkolesterolemi dipengaruhi juga oleh faktor genetik. Sebagian kecil orang dengan makanan sehari-harinya tinggi lemak jenuh dan kolesterol ternyata kadar kolesterol darahnya rendah, sedangkan kebalikannya ada orang yang tidak dapat menurunkan kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol akan tetapi kelompok ini hanya sebagian kecil saja. Sebagian besar manusia dapat mengatur kadar kolesterol darahnya dengan diet rendah lemak jenuh dan kolesterol.(Yuniadi Y,2007)

d. Obesitas

(21)

sedang ataupun berat (tergantung dari derajat lemah jantung). Obesitas dapat mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner melalui berbagai cara, yaitu:

1. Obesitas mengakibatkan terjadinya perubahan lipid darah, yaitu peningkatan kadar kolesterol darah, kadar LDL-kolesterol meningkat (kolesterol jahat, yaitu zat yang mempercepat penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah), penurunan kadar HDL-kolesterol (kolesterol baik, yaitu zat yang mencegah terjadinya penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah). 2. Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan toleransi glukosa

ataupun kencing manis. Menurut studi Framingham, penurunan berat badan akan memperpanjang usia dan dengan penurunan berat badan sampai 10 % akan menurunkan insiden penyakit jantung koroner 20 %. (Djohan T.B.A,2004)

e. Hipertensi

Tekanan darah tinggi mengakibatkan jantung bekerja keras hingga pada suatu saat akan terjadi kerusakan yang serius. Pada jantung otot jantung akan menebal (hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu, selanjutnya jantung akan dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang. Selain pada jantung, tekanan darah tinggi dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada otak, mata (retinopati) dan/atau ginjal (gagal ginjal). Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko major untuk penyakit jantung koroner. 74% dari penderita penyakit jantung koroner menderita hipertensi. (American Heart Association)Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena:

1. Meningkatnya tekanan darah. Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri (faktor miokard).

(22)

darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (faktor koroner). (Djohan T.B.A,2004)

f. Merokok

Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. (WHO,2004)

Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung terhadap dinding arteri. Karbon monoksida (CO) dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri, sedangkan glikoprotein pada tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitif dinding arteri. (Kusmana D. dan Hanafi M., 1996).

g. Diabetes Mellitus

Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.

h. Diet

Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika.

1.2.4. Patofisiologi Arteriosklerosis Koroner

(23)

lapisan intima, berkurangnya elastisitas penumpukan kalsium dan bertambahnya diameter lapisan intima. Perubahan ini terjadi terutamanya pada arteri-arteri besar yang disebut arteriosklerosis. Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika intima (lapisan dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia (lapisan luar).

Tunika intima terdiri dari 2 bagian. Lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan subendothelium. Sel-sel endotel ini memproduksikan zat-zat seperti prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai daya regenerasi yang cepat untuk memelihara anti trombogenik arteri. Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang lain.

Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang mempunyai 3 bagian : bagian sebelah dalam disebut membran elastis internal, kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastis eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan membran elastik interna dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dengan adventisia.

Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol.

(24)

lebih kompleks dan timbul konsekuensi klinis seperti angina pektoris, infark miokard, dan mati mendadak (sudden death). Lesi kompleks terjadi apabila pada plak fibrus timbul nekrosis dan terjadi perdarahan thrombosis, ulserasi, kalsifikasi atau aneurisma.

Dalam keadaan normal arteri koronaria dapat mengalirkan darah hampir 10% dari curah jantung per menit yaitu kira-kira 50-75 ml darah per 100 gram miokard. Dalam keadaan stress atau latihan maka timbul aliran cadangan koroner (coronary flow reserve) dimana aliran koroner bisa sampai 240ml per 100 gram miokard. Pada keadaan stenosis maka aliran cadangan koroner dapat mempertahankan aliran basal (basal flow) di sebelah distal stenosis. Pada stenosis 70% atau lebih tetap saja aliran distal stenosis (distal flow) tidak mencukupi pada saat stress atau latihan, sehingga menyebabkan iskemia. (Kusmana D. dan Hanafi M. 1996).

2.2.5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran darah arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan jaringan, tidak akan timbul keluhan atau manifestasi klinis. Dalam keadaan normal, dimana arteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme, peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan aliran darah sebab aliran darah koroner dapat ditingkatkan sampai 5 kali dibandingkan saat istirahat, yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi denyut jantung dan isi sekuncup seperti pada saat melakukan aktifitas fisik bekerja atau olahraga. Mekanisme pengaturan aliran koroner mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan tetap seimbang agar oksigenasi jaringan terpenuhi, sehingga setiap jaringan mampu melakukan fungsi secara optimal. (Kusmana D. dan Hanafi M., 1996).

(25)

makin bertambah besar, maka aliran darah yang menuju jantung makin berkurang sehingga menyebabkan angina pektoris atau nyeri dada. Angina ini timbul karena ketidakseimbangan antara kebutuhan otot jantung akan dan oksigen dan suplai darah oleh pembuluh koroner..(Sukandi E,2008)

Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda-beda. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK. Manifestasi klinis PJK meliputi :

1. Asimptomatik ( Silent Myocardial Ischemia ) 2. Angina Pektoris.

a.Angina Pektoris Stabil

b. Angina Pektoris Tidak Stabil

c. Variant Angina ( Prinzmetal Angina ) 3. Infark Miokard Akut

4. Dekompensasi Kordis 5. Aritmia Jantung 6. Mati Mendadak 7. Syncope

Pada penderita asimptomatik, Kadang penderita penyakit jantung koroner diketahui secara kebetulan misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat maupun saat aktifitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan iskemia saat dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi segmen ST. Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lain dalam batas-batas normal.

(26)

5) menit dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat. Selain aktifitas fisik, nyeri dada dapat diprovokasi oleh stress / emosi, anemia, udara dingin dan tirotoksikosis. Pada saat nyeri, sering disertai keringat dingin. Rasa nyeri juga cepat hilang dengan pemberian obat golongan nitrat.

Pada penderita yang mengalami Angina Pektoris tak stabil, kualitas, lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama dengan penderita angina stabil. Tetapi nyerinya bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri yang bertambah serta pencetus timbulnya keluhan juga berubah. Sering timbul saat istirahat. Pemberian nitrat tidak segera menghilangkan keluhan. Keadaan ini didasari oleh patogenesis yang berbeda dengan angina stabil. Pada angina tidak stabil, plak aterosklerosis mengalami trombosis sebagai akibat plaque rupture (fissuring), di samping itu diduga juga terjadi spasme namun belum terjadi oklusi total atau oklusi bersifat intermitten. Pada pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan adanya depresi segmen ST, kadar enzim jantung tidak mengalami peningkatan.

(27)

2.2.6. Diagnosis PJK

Pengumpulan keterangan dilakukan melalui anamnesis (wawancara), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan alat. Ini berlaku untuk semua keadaan, termasuk PJK.

Anamnesis

Seperti biasa bila anda diperiksa dokter, ia akan mulai bertanya (melakukan anemnesa) mulai dari keluhan anda sampai semua hal yang berkaitan dengan PJK. Keluhan yang terpenting adalah nyeri dada. Dokter akan bertanya cukup detail mengenai hal ini, seperti apakah nyerinya, kapan dirasakan, berapa lama, di dada sebelah mana, apakah menjalar. Nyeri dada yang dirasakan seperti ditindih beban berat, di-tusuk, diremas, rasa terbakar adalah yang paling sering dilaporkan. Walaupun bisa saja dirasakan berbeda. Biasanya nyeri dirasakan di dada kiri dan menjalar ke lengan kiri. Setelah itu dokter akan menanyakan semua faktor risiko PJK, antara lain: apakah anda merokok, menderita darah tinggi atau penyakit gula (diabetes), pernahkah memeriksakan kadar kolesterol dalam darah, dan adakah keluarga yang menderita PJK.

Pemeriksaan Fisik

Dimaksudkan untuk mengetahui kelainan jantung lain yang mungkin ada. Hal ini dilakukan terutama dengan menggunakan stetoskop.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang dilakukan tergantung kebutuhannya, beragam jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis PJK dan menentukan derajatnya. Dari yang sederhana sampai yang invasif sifatnya.

Elektrokardiogram (EKG)

(28)

Foto rontgen dada

Dari foto rontgen dada dokter dapat melihat ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran. Disamping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner tidak bisa dilihat dari foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah jantung. Gambarannya, biasanya jantung terlihat membesar.

Pemeriksaan Laboratorium

Dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol darah dan trigliserida sebagai faktor risiko. Dari Pemeriksaan darah juga dapat diketahui ada-tidaknya serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.

Bila dari semua pemeriksaan diatas diagnosa PJK belum berhasil ditegakkan, biasanya dokter jantung / kardiologis akan merekomendasikan untuk dilakukan treadmill. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi perubahan gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.

(29)

2.2.7. Penatalaksanaan A. Modifikasi Gaya Hidup

1. Diet tinggi serat, rendah kolesterol/lemak, rendah garam 2. Menurunkan berat badan

3. Berhenti merokok / konsumsi alkohol 4. Olahraga teratur

B. Pengobatan

1. Obat modifikasi kolesterol. Dengan mengurangi jumlah kolesterol dalam darah, terutama low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol "buruk" , obat-obatan ini mengurangi bahan utama yang menumpuk pada arteri koroner. Meningkatkan high-density lipoprotein (HDL), atau kolesterol "baik", mungkin membantu juga. Dokter dapat memilih dari berbagai obat, termasuk statin, niasin, asam empedu fibrates dan sequestrants.

2. Aspirin. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan darah untuk membeku, yang dapat membantu mencegah penyumbatan arteri koroner. Jika anda pernah mengalami serangan jantung, aspirin dapat membantu mencegah serangan di masa depan. Ada beberapa kasus di mana aspirin tidak sesuai, seperti jika memiliki kelainan pendarahan dimana sudah menggunakan pengencer darah lain, jadi tanyalah dokter Anda sebelum meminum aspirin.

3. Beta bloker. Obat-obatan ini memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah, yang menurunkan permintaan oksigen jantung. Jika pernah mengalami serangan jantung, beta blocker mengurangi risiko serangan di masa depan.

4. Nitrogliserin. Nitrogliserin tablet, semprotan dan koyo dapat mengontrol nyeri dada dengan membuka arteri koroner dan mengurangi permintaan jantung untuk darah.

(30)

6. Calcium channel blocker. Obat-obat ini melemaskan otot-otot yang mengelilingi arteri koroner dan menyebabkan pembuluh terbuka, meningkatkan aliran darah ke jantung. Mereka juga mengendalikan tekanan darah tinggi.

C. Kadang-kadang pengobatan yang lebih agresif diperlukan untuk memperbaiki aliran darah. Berikut adalah beberapa pilihan:

1. Trombolitik. Efektif diberikan dalam waktu < 12 jam setelah keluhan nyeri dada dan usia pasien < 75 tahun.

2. Prosedur invasif non operatif. Dapat dilakukan intervensi koroner perkutan primer, dilakukan < 6 jam setelah mengalami serangan. Selain itu dapat dilakukan bila terapi trombolitik gagal.

3. Operasi bypass arteri koroner. 2.2.8. Pencegahan

1. Berolah raga teratur, untuk membantu pembakaran lemak dan menjaga agar peredaran darah tetap lancar. Dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat atau jogging.

2. Mengurangi konsumsi makanan berlemak / berkolesterol tinggi dan meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

3. Menurunkan berat badan hingga mencapai berat badan ideal.

4. Cukup istirahat dan kurangi stress. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres dan akan mengakibatkan naiknya tekanan darah.

5. Hindari rokok, kopi dan minuman beralkohol.

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pasien PJK tentang penyakit jantung koroner.

a. Definisi Operasional

 Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan yang meliputi pengertian penyakit jantung koroner, faktor risiko, gejala klinis dan pencegahan penyakit jantung koroner.

 Pasien PJK adalah pasien yang pernah mengalami infark miokard dan atau sudah terbukti menderita PJK melalui pemeriksaan angiografi koroner, yang sedang kontrol di RSUP H. Adam Malik Medan.

 Usia responden yaitu usia pasien saat dilakukan wawancara.

 Jenis kelamin merupakan petanda gender seseorang yaitu laki-laki dan perempuan.

(32)

 Pekerjaan yang dimiliki responden.

 Status sosial ekonomi dilihat dari penghasilan pasien perbulan. b. Cara Pengukuran

Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara. c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 20 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban.

• Jawaban yang benar diberi skor 1 • Jawaban yang salah diberi skor 0 d. Kategori

pengetahuan responden :

1. Pengetahuan baik bila nilai yang diperoleh 18-24 2. Pengetahuan sedang bila nilai yang diperoleh 10-17 3. Pengetahuan kurang baik bila nilai yang diperoleh 0-9 Pengetahuan responden secara keseluruhan :

1. Pengetahuan baik apabila terdapat > 75% dari total responden 2. Pengetahuan sedang apabila terdapat 40-75% dari total responden 3. Pengetahuan kurang apabila terdapat < 40% dari total responden (Pratomo, 1990)

e. Skala Pengukuran

(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain cross sectional study dimana tiap subjek hanya diobservasi satu kali, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan pasien PJK terhadap penyakit yang dideritanya di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan agustus - november 2012 atau sampai jumlah sampel terpenuhi.

4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit tipe A dan merupakan tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan khususnya di provinsi Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi yang menjadi sasaran pada penelitian ini adalah pasien penyakit jantung koroner yang kontrol di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2. Sampel

(34)

dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu hingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah :

• Kriteria inklusi

1. Pasien PJK yang kontrol di poliklinik kardiologi RSUP H. Adam Malik

2. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan

• Kriteria eksklusi

1. Keluarga yang mendampingi responden tidak menyetujui responden menjadi subjek penelitian

2. Pasien yang menjalani rawat inap

Perkiraan besar sampel minimal dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus besar sampel penelitian deskriptif kategorik, yaitu sebagai berikut :

N

=

Zα²PQ d²

Dimana:

N = jumlah sampel minimal

Zα = peneliti menetapkan αsebesar 5% sehingga nilai Zα=1,96 P = Prevalensi ditetapkan sebesar 0,5

Q = (1–P) = (1-0,5) = 0,5

d = ketepatan absolut yang di kehendaki (ditentukan peneliti) = 10% = 0,1

N = Zα²PQ

N = (1,96)

2(0.5) (0.5)

(0.1)²

(35)

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1 Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan kuesioner kepada sampel penelitian. Responden diminta mengisi kuesioner mengenai pengetahuan PJK. Bagi responden yang tidak bisa membaca atau tidak memahami, peneliti akan membacakan pertanyaan dalam kuesioner yang kemudian dijawab secara lisan oleh responden.

4.4.2. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertutup untuk mengumpulkan data mengenai tingkat pengetahuan responden tentang penyakit jantung koroner.

4.4.3. Teknik Skoring dan Skala

Dalam penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien penyakit jantung koroner tentang penyakit yang dideritanya. Kuesioner berisi 20 pertanyaan, yang terdiri dari 20 pertanyaan tertutup.

Tabel 4.1. Penentuan Nilai dari Kuesioner Pengetahuan pertanyaan No. 1 s.d. 20 (kecuali soal nomor 3) :

Jawaban benar bernilai 1 Jawaban salah bernilai 0

(36)

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori pengetahuan pasien dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2. Kategori dari Kuesioner Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Nilai

Baik >75% dari nilai tertinggi

Sedang 40-74% dari nilai tertinggi

Kurang baik <40% dari nilai tertinggi

4.4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas untuk kuesioner yang digunakan sebagai instrumen pengumpulan data, telah dijalankan di lokasi yang berlainan dengan lokasi penelitian. Sampel terdiri dari 20 orang yang mempunyai karekteristik yang sama dengan responden yaitu pasien penyakit jantung koroner. Tujuan dari uji validitas ini adalah untuk mengetahui kesesuaian dan ketepatan bahasa khususnya perkataan dan struktur kata dalam kuesioner agar dapat dipahami oleh reponden.

Uji reliabilitas telah dilakukan untuk melihat indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kuesioner yang digunakan seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dapat dilakukan apabila seluruh butir pertanyaan dinyatakan telah valid. Kuesioner dikatakan reliabel jika indeks reliabilitas yang diperoleh paling tidak mencapai 0,60. (Sugiyono, 2007).

(37)

6 0.843 Valid 0.755 Reliabel

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 pengolahan data

a) Editing

Editing adalah pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, di antaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner, sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti.

b) Coding

Coding adalah melakukan pemberian kode berupa angka. Jawaban ya kode 2, tidak kode 1. Coding bertujuan untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat entry data.

c) Entry data

Entry adalah memasukkan data yang diperoleh menggunakan fasilitas komputer dengan mengunakan sistem atau program komputer.

d) Tabulasi

(38)

pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya di jumlahkan dan diberi kategori sesuai dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner.

e) Cleaning

Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut mungkin terjadi pada saat mengentry data ke komputer.

4.5.2. Analisis data

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Kecamatan Medan Tuntungan, Kota madya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A, sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan ditetapkannya RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat menggunakannya sebagai pusat pendidikan klinik calon dokter dan pendidikan keahlian calon dokter spesialis. RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah Sakit ini mulai beroperasi secara total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Presiden RI, H. Soeharto.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

(40)

Medan dengan tujuan kontrol. Jumlah sampel ini adalah sama dengan jumlah sampel yang diperlukan yaitu sebanyak 100 orang.

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki – Laki 69 69

Perempuan 31 31

Total 100 100

Karakteristik jenis kelamin responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1 di atas. Lebih dari setengah responden yang terpilih adalah laki-laki sebanyak 69 orang (69%), sedangkan perempuan berjumlah 31 orang (31%).

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Usia N %

< 40 tahun 0 0

40-50 tahun 60 60

51-60 tahun 29 29

61-70 tahun 9 9

>70 tahun 2 2

(41)

Karakteristik umur responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 di atas yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok umur. Kelompok umur 40-50 tahun mempunyai 60 orang (60%) responden. Kelompok umur 51-60 tahun mempunyai 29 orang (29%) responden. Kelompok umur 61-70 tahun mempunyai 9 orang (9%) responden. Kelompok umur >70 tahun mempunyai 2 orang (2%) responden. Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa kelompok umur yang terbanyak yang mengikuti penelitian ini adalah kelompok umur 40-50 tahun sedangkan kelompok umur yang paling sedikit mengikuti penelitian ini adalah kelompok umur <40 tahun.

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan N %

SD 5 5

SMP 10 10

SMA/sederajat 21 21

akademi (D1-D3) 24 24

perguruan tinggi (S1) 40 40

Total 100 100

(42)

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan N %

ibu rumah tangga 20 20

pegawai negeri sipil 13 13

pegawai swasta 26 26

Wiraswasta 39 39

Dll 2 2

Total 100 100

Karakteristik pekerjaan responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.4 di atas. Responden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah sebanyak 20 orang (20%). Responden dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil adalah sebanyak 13 orang (13%). Responden dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta adalah sebanyak 26 orang (26%). Responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta adalah sebanyak 39 orang (39%). Responden dengan pekerjaan DLL atau tidak memiliki perkerjaan adalah sebanyak 2 orang (2%). Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa pekerjaan yang terbanyak yang mengikuti penelitian ini adalah responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta. Pekerjaan paling sedikit yang mengikuti penelitian ini adalah responden yang tidak memiliki pekerjaan (DLL).

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan n %

< Rp.1.000.000,00 per bulan 26 26 Rp. 1.000.000,00 - Rp. 3.000.000,00 per bulan 48 48 Rp. 4.000.000,00 - Rp. 5.000.000,00 per bulan 22 22 > Rp. 5.000.000,00 per bulan 4 4

(43)

Karakteristik penghasilan responden per bulan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.5 di atas. Responden yang memiliki penghasilan < Rp.1.000.000,00 per bulan adalah sebanyak 26 orang (26%). Responden yang memiliki penghasilan Rp. 1.000.000,00 - Rp. 3.000.000,00 per bulan adalah sebanyak 48 orang (48%). Responden yang memiliki penghasilan Rp. 4.000.000,00 - Rp. 5.000.000,00 per bulan adalah sebanyak 22 orang (22%). Responden yang memiliki penghasilan > Rp. 5.000.000,00 per bulan adalah sebanyak 4 orang (4%). Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa penghasilan responden yang terbanyak yang mengikuti penelitian ini adalah responden dengan penghasilan sebanyak Rp. 1.000.000,00 - Rp. 3.000.000,00 per bulan dan responden paling sedikit adalah responden yang memiliki penghasilan > Rp. 5.000.000,00 per bulan.

5.1.3. Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Jantung Koroner

Berdasarkan pengetahuan responden tentang apa yang dimaksud dengan PJK diketahui sebanyak 94 orang (94%) menjawab dengan benar dan 6 orang (6%) menjawab salah.

Berdasarkan pengetahuan responden tentang penyebab PJK diketahui bahwa sebanyak 51 orang (51%) menjawab dengan tepat, sebanyak 11 orang (11%) menjawab dengan cukup tepat dan 38 orang (38%) menjawab kurang tepat.

Berdasarkan pengetahuan responden mengenai PJK merupakan penyakit keturunan, diketahui 65 orang (65%) menjawab benar dan 35 orang (35%) menjawab salah.

Berdasarkan pertanyaan mengenai gejala yang sering didapati pada PJK, didapatkan sebanyak 39 orang (39%) menjawab dengan tepat, sebanyak 17 orang (17%) menjawab dengan cukup tepat dan 44 orang (44%) menjawab kurang tepat.

(44)

Berdasarkan pengetahuan responden tentang apa yang dimaksud dengan obesitas diketahui bahwa sebanyak 77 orang (77%) menjawab dengan benar dan 23 orang (23%) menjawab salah.

Berdasarkan penelitian pengetahuan responden mengenai orang yang obesitas lebih rentan mendapat PJK, diketahui 60 orang (60%) menjawab benar dan 40 orang (40%) menjawab salah.

Berdasarkan penelitian pengetahuan responden mengenai olahraga dapat menyehatkan jantung, didapatkan 85 orang (85%) menjawab benar dan 15 orang (15%) menjawab salah.

Berdasarkan pertanyaan mengenai konsumsi garam bisa menyebabkan hipertensi, didapatkan 79 orang (79%) menjawab benar dan 21 orang (21%) menjawab salah.

Berdasarkan penelitian pengetahuan responden mengenai apa itu penyakit kencing manis atau Diabetes Mellitus, didapatkan 86 orang (86%) menjawab ya dan 14 orang (14%) menjawab tidak.

Berdasarkan pertanyaan mengenai risiko pasien DM untuk mendapat PJK, didapatkan 74 orang (74%) menjawab dengan benar dan 26 orang (26%) menjawab salah.

Berdasarkan pertanyaan mengenai penyebab diabetes, didapatkan 93 orang (93%) menjawab benar dan 7 orang (7%) menjawab salah.

Berdasarkan pertanyaan mengenai hipertensi lebih rentan mendapat PJK, didapatkan 71 orang (71%) menjawab dengan benar dan 29 orang (29%) menjawab salah.

(45)

Berdasarkan pertanyaan mengenai stress yang memicu terjadinya PJK, diketahui 53 orang (53%) menjawab dengan benar dan 47 orang (47%) menjawab salah.

Berdasarkan pertanyaan mengenai umur berisiko untuk mendapat PJK, didapatkan 73 orang (73%) menjawab dengan benar dan 27 orang (27%) menjawab salah.

Berdasarkan pertanyaan tentang risiko wanita mendapat PJK didapatkan sebanyak 77 orang (77%) menjawab benar dan sebanyak 23 orang (23%) menjawab salah.

Berdasarkan pertanyaan mengenai cara memastikan jantung sehat, didapatkan 85 orang (85%) menjawab dengan benar dan 15 orang (15%) menjawab salah.

Tabel 5.6. Distribusi Pengetahuan Responden

NO. Pertanyaan B % S %

6. Diet makanan sehat dan seimbang dapat mencegah PJK?

94 94 6 6

7. Apakah anda tahu maksud obesitas? 77 77 23 23 8. Obesitas meningkatkan risiko mendapat PJK? 60 60 40 40 9. Olahraga teratur dapat menyehatkan jantung? 85 85 15 15 10. Tekanan darah tinggi disebabkan makanan tinggi

garam?

79 79 21 21

(46)

13. Penyebab kencing manis? 93 93 7 7 14. Hipertensi meningkatkan risiko PJK? 71 71 29 29

15. Merokok memicu terjadinya PJK? 60 60 40 40

16. Stress memicu terjadinya PJK? 53 53 47 47

17. PJK lebih sering pada pria? 53 53 47 47

18. Usia yang berisiko tinggi mendapat PJK adalah? 73 73 27 27 19. Resiko wanita tinggi mendapat PJK setelah menopause? 77 77 23 23 20. Bagaimana memastikan jantung sehat? 85 85 15 15 Berdasarkan tabel bisa dilihat bahwa terdapat 20 pertanyaan. Setiap pertanyaan hanya dijawab ya ataupun tidak. Pada setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 1 dan 6 yaitu dengan persentase sebesar 94%, sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 16 dan 17 yaitu dengan persentase sebesar 47%.

5.1.4. Tingkat Pengetahuan Responden Tabel 5.7. Hasil analisis tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan n %

Kurang ( 0 – 9) 3 3

Sedang ( 10 – 17 ) 42 42

Baik ( 18 – 24 ) 55 55

(47)

Berdasarkan tabel di atas, dari 100 orang responden dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan responden mengenai penyakit jantung koroner paling banyak berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 55 orang (55%). Tingkat pengetahuan responden yang paling sedikit adalah kategori kurang baik yaitu sebanyak 3 orang (3%).

Tabel 5.8. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok umur

Usia Baik Sedang Kurang baik

n % n % n %

< 40 0 0 0 0 0 0

40 – 50 34 56,7 25 42,7 1 1,7

51 – 60 17 58,6 10 34,5 2 6,9

61 – 70 4 44,4 5 55,6 0 0

>70 0 0 2 110 0 0

Total 55 55 42 42 3 3

(48)

Tabel 5.9. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Baik Sedang Kurang

n % n % n %

Laki-laki 40 58,0 27 39,1 2 2,9

Perempuan 15 48,4 15 48,4 1 3,2

Total 55 55,0 42 42 3 3

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden laki-laki sebanyak 40 orang (58,0) mempunyai tingkat pengetahuan baik, 27 orang (39,1%) mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan 2 orang (2,9%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik. Responden perempuan sebanyak 15 orang (48,4%) mempunyai tingkat pengetahuan baik, 15 orang (48,4%) mempunyai tingkat pengetahuan sedang dan 1 orang (3,2%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. Responden yang paling banyak memiliki pengetahuan baik adalah laki-laki yaitu sebanyak 40 orang (58,0%) dan yang paling banyak memiliki pengetahuan kurang baik adalah laki-laki yaitu sebanyak 2 orang (2,9%).

Tabel 5.10. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Baik Sedang kurang

n % n % n %

Ibu rumah tangga 9 45,0 11 55,0 0 0

Pegawai negeri sipil 6 46,2 7 53,8 0 0

Pegawai swasta 17 65,4 9 34,6 0 0

Wiraswasta 22 56,4 14 35,9 3 7,7

(49)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 9 orang (45,0%), memiliki tingkat tingkat pengetahuan sedang sebanyak 11 orang (55,0%). Responden dengan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 6 orang (46,2%), memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 7 orang (53,8%). Responden dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 17 orang (65,4%), memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 9 orang (34,6%). Responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 22 orang (56,4%), memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 14 orang (35,9%) dan 3 orang (7,7%) memiliki tingkat pengetahuan kurang baik.

Tabel 5.11. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Baik Sedang Kurang

n % n % n %

SD 2 40 3 60 0 0

SMP / sederajat 3 30 7 70 0 0

SMA / sederajat 13 61,9 8 38,1 0 0

Akademi (D1-D3) 12 50 10 41,7 2 8,3

Perguruan Tinggi (S1) 25 62,5 14 25,0 1 2,5

Total 55 55 42 42 3 3

(50)

sederajat sebanyak 13 orang (61,9%) responden dengan tingkat pengetahuan baik, 8 orang (38,1%) dengan tingkat pengetahuan sedang. Pada responden dengan tingkat pendidikan akademi sebanyak 12 orang (50%) dengan tingkat pengetahuan baik, 10 orang (41,7%) dengan tingkat pengetahuan sedang dan 2 orang (8,3%) dengan tingkat pengetahuan kurang baik. Pada responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 25 orang (62,5%) dengan tingkat pengetahuan baik, 14 orang (25,0%) dengan tingkat pengetahuan sedang dan 1 orang (2,5%) dengan tingkat pengetahuan kurang baik. Kelompok tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi merupakan kelompok yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling tinggi yaitu sebanyak 25 orang (62,6%). Kelompok tingkat pendidikan yang paling banyak mempunyai responden dengan tingkat pengetahuan kurang baik adalah kelompok akademi yaitu sebanyak 2 orang (8,3%).

Tabel 5.12. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan penghasilan

Penghasilan Baik Sedang Kurang

n % n % n %

< Rp.1.000.000,00 per bulan 13 50 11 42,3 2 7,7 Rp. 1.000.000,00 - Rp. 3.000.000,00 per

bulan

24 50 23 47,9 1 21

Rp. 4.000.000,00 - Rp. 5.000.000,00 per bulan

16 72,7 6 27,3 0 0

> Rp. 5.000.000,00 per bulan 2 50 2 50 0 0

Total 55 55 42 42 3 3

(51)

dan 1 orang (21%) dengan pengetahuan kurang. Responden dengan penghasilan Rp. 4.000.000,00 - Rp. 5.000.000,00 per bulan sebanyak 16 orang (72,7%) dengan tingkat pengetahuan baik dan 6 orang (27,3%) dengan tingkat pengetahuan sedang. Responden dengan penghasilan > Rp. 5.000.000,00 per bulan sebanyak 2 orang (50%) dengan tingkat pengetahuan baik dan 2 orang (50%) dengan tingkat pengetahuan sedang.

5.2. PEMBAHASAN

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pasien penyakit jantung koroner yang kontrol di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai pengetahuan sedang tentang Penyakit Jantung Koroner. Pada penelitian ini didapati bahwa dari 100 orang responden hanya terdapat 55 orang (55%) yang mempunyai pengetahuan baik. Menurut Meliono (2007), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : pendidikan, media dan keterpaparan informasi.

Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan di masyarakat umum yang tidak semuanya menderita PJK dikatakan bahwa menurut Norhashimah (2010), tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo secara keseluruhan adalah sedang, yaitu 49% yang memiliki pengetahuan baik. Dan menurut Nur Ruzanna (2010) Tingkat pengetahuan masyarakat kelurahan Madras Hulu secara keseluruhannya adalah sedang, yaitu 55% yang memiliki pengetahuan baik.

Seharusnya pada penelitian ini yang dilakukan di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik pada pasien yang sudah menderita PJK pengetahuannya lebih baik karena mereka sudah menderita penyakit tersebut, disini dapat dilihat bahwa kurangnya pengetahuan pasien terhadap penyakit yang dideritanya mungkin karena kurangnya kepedulian masyarakat tentang penyakit yang dideritanya serta kurangnya informasi yang didapat dari petugas kesehatan.

(52)

kencing manis terhadap terjadinya Penyakit Jantung Koroner. Selain itu, kuesioner yang diedarkan kepada responden juga berisi pertanyaan tentang pola makan yang baik untuk kesehatan jantung. Setelah responden menjawab kuesioner dengan lengkap, mereka akan diberitahu tentang jawaban yang benar untuk setiap pertanyaan pada lembar kuesioner. Hal ini secara tidak langsung akan menambah pengetahuan serta mengajak responden untuk mangamalkan gaya hidup sehat.

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden menurut jenis kelamin, didapati laki-laki sebanyak 40 orang (58,0%) memiliki pengetahuan baik dan perempuan sebanyak 15 orang (48,4%) memiliki pengetahuan baik. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan responden laki-laki tentang PJK lebih baik daripada perempuan. Hal ini mungkin karena laki-laki lebih peka terhadap PJK daripada perempuan akibat dari epidemiologi yang menyatakan bahwa laki-laki lebih rentan untuk menderita PJK. Menurut Anwar B.T. (2004), laki-laki-laki-laki mempunyai risiko PJK dua hingga tiga kali lebih besar daripada perempuan. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan akan tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki.

Berdasarkan tabel tingkat pengetahuan responden berdasarkan kelompok usia, didapati kelompok usia 40 - 50 tahun sebanyak 34 responden (56,7%) mempunyai tingkat pengetahuan baik dan kelompok usia 51 - 60 tahun sebanyak 2 responden (6,9%) mempunyai tingkat pengetahuan kurang. Menurut Hendra AW, 2008, bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

(53)

memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya (Hendra AW, 2008).

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan pasien Penyakit Jantung Koroner terhadap penyakit yang dideritanya di Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden secara keseluruhan adalah sedang yaitu sejumlah 55 orang (55.0%).

2. Berdasarkan usia didapatkan kelompok usia yang paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan baik berada pada kelompok usia antara 40-50 tahun sebanyak 34 orang (56,7%). Kelompok usia yang paling banyak mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik yaitu kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 2 orang (6,9%).

3. Berdasarkan jenis kelamin didapati laki-laki sebanyak 40 orang (58,0%) memiliki pengetahuan baik dan perempuan sebanyak 15 orang (48,4%) memiliki pengetahuan baik.

4. Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak memiliki pengetahuan baik adalah pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 22 responden (56,4%) dan pekerjaan yang paling banyak memiliki pengetahuan sedang adalah pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 14 orang (35,9%).

5. Penelitian saya menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada umumnya baik pada responden dengan tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi

yaitu sejumlah 25 responden (62,5%) dan tingkat pengetahuan kurang baik

juga pada responden dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sejumlah 4 orang

(55)

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian saya ini, terdapat beberapa saran yang ingin saya berikan. Diantaranya ialah,

1. Sistem pelayanan kesehatan seharusnya membantu memberikan input yang lebih banyak mengenai PJK dengan menyebarkan brosur atau selebaran tentang PJK kepada masyarakat untuk menurunkan angka kematian akibat PJK dan resiko mendapat PJK.

2. Bagi responden diharapkan agar banyak mencari informasi tentang kesehatan khususnya tentang Penyakit Jantung Koroner.

3. Bagi masyarakat diharapkan untuk melakukan modifikasi gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, diet tinggi serat, rendah kolesterol/lemak, rendah garam, berhenti merokok / konsumsi alkohol dan olahraga teratur. 4. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengadakan penelitian kualitatif

(56)

DAFTAR PUSTAKA

• AsianBrain.com Content Team,2008, Jantung Koroner. Available from : [accessed 20 maret 2012]

Ciri-ciri penyakit jantung koroner dan pencegahannya. From :

• Damaiyanti S, 2009. Karakteristik penderita penyakit jantung koroner rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan

• Danial M, 2010. Proporsi indeks massa tubuh (IMT) penderita penyakit jantung koroner di RSUP Haji Adam Malik Medan

• Djohan T.B.A.,2004, Penyakit Jantung Koroner Dan Hipertensi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara from : 2012]

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan from :

http://salsabilashafiraadin.blogspot.com/2009/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html [accessed 25 maret 2012]

• Hendra AW, 2008. Pengetahuan. Available from :

http://ajangberkarya.wordpress.com/2011/01/27/pengetahuan/ [accessed 10 april 2012]

• Himpunan Mahasiswa Epidemiologi FKM Unhas ,2008. Epidemiologi PJK. Available from

• Idham I,2007. Diagnosis Dan Pengobatan Jantung Koroner (PJK ) from :

(57)

• Irwanto, Langkah preventif menghindari penyakit jantung koroner.

Available from:

[accessed 14 april 2012]

• Jurnal Kedokteran. Penyakit Jantung Koroner. Available from : http://jurnal-ilmiahkedokteran.blogspot.com/2009/03/penyakit-jantung-koroneer.html [accessed 12 april 2012]

• Kusmana D. dan Hanafi M.,1996. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner In : Buku Ajar Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1st ed, Jakarta : 159-165

• Nerrida S, 2009. Karakteristik penderita penyakit jantung koroner rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan.

• Pearlman J, 2009. Coronary Artery Disease (Cardiac). Didapat dari: april 2012]

Penyakit jantung koroner. Available from :

[accessed 10

april 2012]

• Peter L, 2004. Vascular Disease In: Harrison’s Principles of Internal Medicine.16th Edition :1468-1660

• Rilantono L. I., 1996. Masalah Penyakit Jantung dan Kecenderungannya di Indonesia. In : Buku Ajar Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1st ed, Jakarta : 3-4

• Sastroasmoro S, Madiyono B,1994. Penyakit Jantung Koroner in: Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta :404-416

• Sukandi E., 2008 , Mengenal Penyakit Jantung Koroner.Available from :

(58)

9 april 2012]

• World Health Organization, WHO World Health Organization Report 2000, Genewa: WHO, 2001.

• Yayasan Jantung Indonesia, 2006. Faktor resiko penyakit jantung

meningkat. Available from:

(59)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lora Investisia

Tempat/ Tanggal Lahir : Padang, 13 November 1991

Agama : Islam

Alamat : Jl. Masjid komplek Taman Kyoto C4 Setiabudi kelurahan Tanjung Rejo, Medan

Orang Tua : - Ayah : dr. H. Sunaryo

- Ibu : Dra. Hj. Sirlyana M.P Riwayat Pendidikan :

1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal Dumai (1996 – 1997) 2. SDN 014 Buluh Kasap Dumai (1997 – 2003)

3. SMP Uswatun Hasanah Padang Panjang (2003 – 2006) 4. SMA AL-Azhar Medan (2006 – 2009)

Gambar

Tabel 4.1. Penentuan Nilai dari Kuesioner Pengetahuan
Tabel 4.2. Kategori dari Kuesioner Pengetahuan
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

koheren, (3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat, (4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,

Mereka telah mengkulturkan daging ikan emas (carassius auratus) dengan mencincangnya dan meletakkan daging tersebut di dalam bekas (petri dish) yang mengandungi

Capaian Pembelajaran : Mahasiswa memahami tentang himpunan, matriks, relasi dan fungsi, induksi matematika, algoritma dan bilangan bulat, kombinatorial dan peluang diskrit, graf

memperjelas ketentuan Pasal 8 dalam Undang- Undang Perlindungan Konsumen, selain itu alasan lainnya adalah masih banyaknya barang impor yang beredar di pasar dalam negeri yang

Mahasiswa diharapkan memahami dan menguasai feature dan operasi EIGRP, mengidentifikasi tujuan serta konfigurasi dasar EIGRP. EIGRP

Akses terhadap penyelesaian permasalahan atas kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan telah menjadi perhatian penting dari Kementerian Perdagangan

Merely the application of the M4P market system framework (Figure 1) to a typical RAS system, illustrates the usefulness of this framework – but also the importance

BKSP sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 adalah organisasi non struktural yang bersifat independen yang bertanggungjawab atas koordinasi manajemen dan pelatihan